Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

BENTUK DAN SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA


Dosen Pembimbing:

Ratna Dewi, M.H.

Mata Kuliah:

HUKUM TATA NEGARA

Disusun Oleh: Zahra

(200103023) Raiyani

(200103027)

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

PRODI PERBANDINGAN MADZHAB DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY

2022 M/1443 H
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“bentuk dan sistem pemerintahan Indonesia”. Dan harapan kami semoga makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat
memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi. Karena
keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami dan kami sangat mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Banda Aceh, 18 Maret 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

Cover
KATA PENGANTAR .................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................................................. iii
BAB I ............................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................................. 1
BAB II.............................................................................................................................................. 2
PEMBAHASAN.............................................................................................................................. 2
A. Bentuk Pemerintahan ........................................................................................................ 3
B. Sistem Pemerintahan ......................................................................................................... 4
1. Sistem Pemerintahan Presidensial .................................................................................... 5
2. Sistem Pemerintahan Parlementer .................................................................................... 6
3. Sistem Pemerintahan Campuran (Mixed System, Hybrid System).................................... 8
BAB III .......................................................................................................................................... 10
PENUTUPAN ............................................................................................................................... 10
A. Kesimpulan ....................................................................................................................... 10
B. Saran.................................................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 11
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kita hidup dalam sebuah negara dimana pemerintahan merupakan salah satu syarat
pokok berdirinya suatu negara dalam negara terdapat bentuk dan sistem pemerintahan untuk
pemerintahan adalah suatu istilah yang digunakan untuk merujuk pada rangkaian institusi
politik yang digunakan pada suatu negara untuk menegakkan kekuasaannya. Tak tergantung
dari kualitasnya , pemerintahan yang gagal pun tetap merupakan suatu bentuk pemerintahan
selain bentuk pemerintahan terdapat juga sistem pemerintahan yang mempunyai tujuan
menjaga suatu kestabilan negara tersebut. Akan tetapi, dalam beberapa negara sering terjadi
tindakan separatisme karena sistem pemerintahan yang dianggap memberatkan rakyat
ataupun merugikan rakyat.

Sistem pemerintahan mempunyai pondasi yang kuat sehingga tidak bisa diubah dan
menjadi statis. Secara luas sistem pemerintahan itu bertujuan menjaga kestabilan
masyarakat, menjaga tingkah laku kaum mayoritas maupun minoritas menjaga pondasi
pemerintahan, menjaga kekuatan politik, pertahanan, ekonomi, keamanan sehingga menjadi
sistem pemerintahan yang demokrasi dalam pembangunan sistem pemerintahan tersebut.
Secara sempit sistem pemerintahan hanya sebagai sarana kelompok untuk menjalankan
roda pemerintahan guna menjaga kestabilan negara dalam waktu relatif lama dan mencegah
adanya perilaku reaksioner maupun radikal dari rakyat itu sendiri.

Adapun negara Indonesia merupakan negara republik, yaitu negara yang dipimpin
oleh presiden yang pengisian jabatannya dilakukan melalui pemilihan. Di negara
demokratis, pergantian kepala negara dilakukan secara demokratis yaitu melalui pemilihan
umum secara langsung oleh rakyat maupun melalui pemilihan tidak langsung oleh wakil-
wakil rakyat, yang dilaksanakan secara berkala. Sementara itu, di negara-negara yang tidak
demokratis, pengangkatan kepala negara dapat dilakukan melalui berbagai cara seperti
kudeta (coup d’etat), penunjukan langsung oleh kepala negara terdahulu dan sebagainya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana bentuk pemerintahan?
2. Bagaimana sistem pemerintahan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Bentuk Pemerintahan
Dalam bentuk pemerintahan ada dua klasifikasi tradisional yang dikenal dalam
kepustakaan ilmu politik. Kalsifikasi yang pertama adalah klasifikasi tribagian, klasifikasi
ini juga merupakan klasifikasi tertua. Klasifikasi yang kedua adalah klasifikasi dwi-bagian.
Namun, ada beberapa sarjana tidak menggunakan lagi klasifikasi tersebut dan mereka telah
mengemukakan cara-cara klasifikasi mereka sendiri.

Salah seorang sarjana yang pertama-tama mengadakan pembahasan yang mendalam


dan sistematis tentang bentuk-bentuk pemerintahan adalah Plato. Klasifikasi Plato tentang
bentuk pemerintahan adalah: Bentuk pemerintahan yang terbaik adalah kerajaan dan
bentuk merosot ( degenerate form ) dari kerajaan ialah tirani, diantara kerajaan sebagai
bentuk ideal dan tirani sebagai bentuk merosotnya, terdapat aristokrasi dengan bentuk
merosotnya oligarkhi dan kemudian demokrasi dengan bentuk merosotnya “mobokrasi”.
Plato melukiskan bentuk pemerintah sebagaimana bentuk itu seharusnya ada, bentuk
pemerintah yang ideal atau tidak ada dalam kenyataan.

Penyelidikan selanjutnya dilakukan oleh Aristoteles yang diikuti dari Plato tentang
bentuk-bentuk pemerintahan yang diselidiki secara mendalam dan sistematis. Sejak
penyelidikan-penyelidikan yang diadakan oleh kedua pelopor utama ilmu politik itu,
masalah bentuk-bentuk pemerintahan kemudian tidak pernah lagi terlepas dari perhatian
sarjana-sarjana ilmu politik. Polybios, Machiavelli, Montesquieu, dan Kant sejauh ini
mereka telah mencurahkan perhatian dan kearifan untuk turut menyelesaikan masalah
bentuk-bentuk pemerintahan tersebut.

Dalam hal bentuk pemerintahan ini kedua ahli sejarawan tersebut memiliki pendapat
yang berbeda dalam menguraikan bentuk pemerintahan tersebut, meskipun Aristoteles
tersebut merupakan murid dari Plato. Jika Plato memberikan uraian yang filosiafis idealis
tentang bentuk pemerintah, maka Aristoteles ( murid Plato dalam akademis Athena )
sebaliknya mengemukakan masalah bentuk pemerintahan itu secara empiris induktif ia
mengupas masalah bentuk pemerintah setelah ia menyelidiki kurang lebih 158 konstitusi
Negara-negara kota Yunani yang pernah ada dan yang masih ada dalam zamannya.
Aristoteles melakukan penyelidikan secara empiris sehingga menghasilkan
pemikirannya untuk mengadakan klasifikasi bentuk-bentuk pemerintah atas dasar dua
kriteria, yaitu sebagai berikut:

1. Secara kuantitatif, yaitu berdasarkan jumlah orang-orang yang memegang


kekuasaan di dalam suatu Negara.
2. Secara kualitatif yaitu berdasarkan pelaksanaan kesejahteraan umu oleh penguasa-
penguasa Negara itu.

Berdasarkan kedua kriteria itu Aristoteles kemudian mengklasifikasikan bentuk


pemerintah ke dalam tiga bentuk pemerintah yang baik dan tiga bentuk pemerintah yang
buruk. Tiga bentuk pemerintah atau bentuk konstitusi yang baik itu sebagai berikut:

1. Monarki, berasal dari kata-kata Yunani “monos” yang berarti satu dan “ archein”
yang berarti menguasai, memerintah, atau kerajaan adalah bentuk pemerintahan
dalam mana seluruh kekuasaan dipegang oleh seorang yang berusaha mewujudkan
kesejahteraan umum.
2. Aristokrasi, berasal dari kata-kata Yunani “aristoi” : kaum bangsawan atau
cendekiawan dan “kratein” : kekuasaan ialah bentuk pemerintahan dalam mana
kekuasaan Negara berpusat pada beberapa orang yang berikhtiar mewujudkan
kesejahteraan umum. Bentuk ini disebut aristokrasi karena orang-orang yang
berkuasa adalah orang yang paling baik dan yang senantiasa berusaha mewujudkan
kesejahteraan umum.
3. Polity ialah bentuk pemerintahan dalam mana seluruh warga Negara turut serta
mengatur Negara dengan maksud mewujudkan kesejahteraan umum.

Adapun tiga bentuk pemerintah atau bentuk konstitusi yang buruk itu adalah
sebagai berikut:

1. Tirani, bentuk pemerintahan di mana kekuasaan juga berpusat pada satu orang,
tetapi yang berusaha mewujudkan kepentingan dirinya sendiri dan tidak
mengindahkan kesejahteraan umum.
2. Demokrasi berasal dari bahasa Yunani, yakni demos yang berarti rakyat dan kratein,
kratos yang berarti pemerintahan. Jadi, secara bahasa demokrasi adalah
pemerintahan rakyat banyak.
3. Oligarki, yakni pemerintahan beberapa orang yang mengutamakan kepentingan
golongannya sendiri.
B. Sistem Pemerintahan
Di dunia dikenal adanya 3 (tiga) sistem pemerintahan negara, yaitu sistem
pemerintahan presidensial, sistem pemerintahan parlementer atau sistim kabinet, dan sistem
campuran. Sistem pemerintahan itu dikatakan bersifat parlementer apabila:

1. Sistem kepemimpinannya terbagi dalam jabatan kepala negara dan kepala


pemerintahan sebagai dua jabatan yang terpisah, dan
2. Jika sistem pemerintahannya ditentukan harus bertanggung jawab kepada
parlemen, sehingga dengan demikian.
3. Kabinet dapat dibubarkan apabila tidak mendapat dukungan parlemen, dan
sebaliknya.
4. Parlemen juga dapat dibubarkan oleh pemerintah, apabila dianggap tidak dapat
memberikan dukungan kepada pemerintah.

Sistem pemerintahan itu dikatakan bersifat presidensial apabila:

1. Kedudukan kepala negara tidak terpisah dari jabatan kepala pemerintahan,


2. Kepala negara tidak bertanggung jawab kepada parlemen, melainkan langsung
bertanggung jawab kepada rakyat yang memilihnya,
3. Presiden sebaliknya juga tidak berwenang membubarkan parlemen,
4. Kabinet sepenuhnya bertanggung jawab kepada Presiden sebagai pemegang
kekuasaan pemerintahan negara atau sebagai administrator yang tertinggi.

Dalam sistem presidensial, tidak dibedakan apakah Presiden adalah kepala negara
atau kepala pemerintahan. Tetapi yang ada hanya Presiden dan Wakil Presiden saja dengan
segala hak dan kewajibannya atau tugas dan kewenangannya masing-masing.

Sementara itu, dalam sistem campuran, terdapat ciri-ciri presidensial dan ciri-ciri
parlementer secara bersamaan dalam sistem pemerintahan yang diterapkan. Sistem
campuran ini biasanya oleh para ahli disebut sesuai dengan kebiasaan yang diterapkan oleh
masing-masing negara. Misalnya, sistem yang dipraktikkan di Perancis biasa dikenal oleh
para sarjana dengan sebutan hybrid system. Kedudukan sebagai kepala negara dipegang
oleh Presiden yang dipilih langsung oleh rakyat, tetapi juga ada kepala pemerintahan yang
dipimpin oleh seorang Perdana Menteri yang didukung oleh parlemen seperti dalam sistem
parlementer yang biasa. Oleh karena itu, sistem Perancis ini dapat pula kita sebut sebagai
sistem quasi-parlementer.

1. Sistem Pemerintahan Presidensial


Sistem pemerintahan presidensial adalah sistem pemerintahan yang menempatkan
presiden sebagai kepala negara (head of state) sekaligus kepala pemerintahan (head of
government). Dengan demikian kedudukan presiden menjadi sangat kuat. Negara yang
menerapkan sistem pemerintahan presidensial tidak mengenal jabatan kepala eksekutif di
luar presiden. Dalam sistem pemerintahan presidensial ada pemisahan yang tegas antara
lembaga legislatif (parlemen) dengan lembaga eksekutif dan lembaga yudikatif.

Menurut Syamsuddin Haris, sistem pemerintahan presidensial yang menempatkan


presiden sekaligus sebagai pusat kekuasaan eksekutif (kepala pemerintahan) dan pusat
kekuasaan negara (kepala negara) dicirikan oleh hal-hal sebagai berikut:

a) Pemilihan kepala eksekutif secara langsung oleh rakyat, bukan dipilih oleh
parlemen sebagaimana halnya dalam sistem parlementer;
b) Presiden bukan bagian dari parlemen dan tidak dapat diberhentikan oleh parlemen
kecuali melalui proses impeachment;
c) Presiden tidak dapat membubarkan parlemen seperti dalam sistem parlementer
yang memberi hak kepada kepala negara untuk membubarkan parlemen;
d) Kedudukan lembaga parlemen tidak hanya terpisah dari eksekutif tetapi juga
independen; dan
e) Menteri-menteri diangkat dan bertanggung jawab kepada presiden.

a. Sistem Pemerintahan Presidensial di Amerika Serikat.


Konstitusi Amerika Serikat menegaskan tugas dan wewenang tiga lembaga
yang memegang kekuasaan negara, yaitu lembaga legislatif, lembaga eksekutif, dan
lembaga yudikatif.
Prinsip-prinsip Pemerintahan Amerika Serikat adalah sebagai berikut:
1) Prinsip demokrasi, yaitu pemerintahan untuk rakyat dan oleh rakyat yang
dijelmakan oleh wakil-wakil yang dipilih oleh rakyat.
2) Prinsip federalis, yaitu pembagian kekuasaan politik antara pemerintah
pusat dan pemerintah negara-negara bagian.
3) Prinsip pemisahan kekuasaan, yaitu bahwa kekuasaan negara dipisahkan
antara kekuasaan legislatif, kekuasaan eksekutif, dan kekuasaan yudikatif.
Dalam pemisahan kekuasaan terdapat “checks and balances”. Dengan
sistem ini dimaksud agar setiap kekuasaan dapat berkonsentrasi pada bidang
kekuasaannya dan tidak saling melampaui kekuasaannya sendiri serta tidak
mencampuri kekuasaan lainnya. Kabinet diangkat dan diberhentikan oleh
presiden. Kabinet bertanggung jawab kepada presiden, tidak bertanggung
jawab kepada Kongres.
b. Sistem Pemerintahan Presidensial di Indonesia
Sistem pemerintahan presidensial yang diterapkan di Indonesia didasarkan
pada ketentuan UUD 1945. Pelaksanaannya dapat dibagi menjadi empat fase yaitu
sebagai berikut. Fase pertama, tanggal 18 Agustus 1945 sampai dengan 14
November 1945; fase kedua, tanggal 5 Juli 1959 sampai tahun 1968; fase ketiga,
tahun 1968 sampai 21 Mei 1998; fase keempat, tanggal 21 Mei 1998 sampai dengan
sekarang.
c. Sistem Pemerintahan Presidensial Prancis
Menurut ketentuan konstitusi Prancis yang berlaku akhir ini, presiden
Prancis dipilih oleh rakyat secara langsung untuk periode tujuh tahun. Dalam
konstitusi sebelumnya (Konstitusi Republik ke-4), yaitu sebelum diadakan
amandemen yang diprakarsai oleh Presiden Charles de Gaulle pada tahun 1962,
pernah diatur pemilihan tidak langsung, yaitu melalui electoral college seperti di
Amerika Serikat.
d. Sistem Presidensial Rusia
Presiden Federasi Rusia dipilih untuk masa 4 tahun oleh warga negara
federasi Rusia sedikitnya 10 tahun, dapat dipilih menjadi presiden Federasi Rusia.
Orang yang sama tidak boleh menduduki jabatan Presiden Federasi Rusia untuk
lebih dari dua kali masa jabatan berturut-turut.

2. Sistem Pemerintahan Parlementer


Sistem pemerintahan parlementer adalah sistem pemerintahan dengan jabatan
kepala negara (head of state) dan kepala pemerintahan (head of government) yang pada
hakikatnya sama-sama merupakan cabang kekuasaan eksekutif dibedakan dan dipisahkan.
Jabatan kepala pemerintahan diduduki oleh perdana menteri (prime minister, kanselir),
sedangkan jabatan kepala negara diduduki oleh raja/ratu/kaisar/sultan/presiden.
Dalam sistem pemerintahan parlementer ada hubungan yang erat dan saling
tergantung antara eksekutif (kabinet) dan legislatif (parlemen). Kabinet yang dipimpin oleh
perdana menteri (prime minister, kanselirr) dipilih oleh parlemen oleh karena itu kabinet
bertanggung jawab dan tunduk kepada parlemen. Kabinet bisa jatuh apabila tidak mendapat
dukungan dari mayoritas anggota parlemen. Sebaliknya kepala negara dapat membubarkan
parlemen atas permintaan perdana menteri. Bubarnya parlemen disusul dengan
penyelenggaraan pemilihan umum.

a) Sistem Pemerintahan Parlementer di Inggris

Eksekutif dalam sistem parlementer adalah kabinet, terdiri atas perdana menteri dan
menteri-menteri yang bertanggung jawab sendiri. Perdana menteri bertanggung jawab
penuh kepada parlemen. Semua keputusan pemerintah merupakan keputusan bersama
(kolektif) antara perdana menteri dan kabinetnya.

Terdapat dua macam kabinet ekstra parlementer, yaitu sebagai berikut:

1) Zaken Kabinet, yaitu kabinet yang mengikatkan diri untuk menyelenggarakan suatu
program yang terbatas.
2) Kabinet Nasional, yaitu suatu kabinet yang menteri-menterinya dari berbagai
golongan masyarakat, biasanya dibentuk untuk menanggulangi keadaan krisis.

Parlemen di Inggris terdiri dari dua ruang, yakni House of Lord (merupakan
perwakilan dari bangsawan dengan kewenangannya menangguhkan rancangan undang-
undang paling lama satu tahun) dan House of Commons (merupakan perwakilan yang
dipilih melalui pemilihan umum dengan kewenangan di bidang perundang-undangan
diketuai oleh perdana menteri).

Secara formal, rajalah yang membubarkan parlemen atas saran perdana menteri.
Secara kenyataan, perdana menteri inggris mempunyai kekuasaan yang cukup besar,
berdasarkan wewenangnya untuk melakukan hal berikut:

1) Memimpin kabinet yang anggotanya telah dipilihnya sendiri.


2) Memimpin majelis rendah.
3) Menjadi penghubung dengan raja.
4) Memimpin partai mayoritas.
b) Sistem Pemerintahan Parlementer di Indonesia

Seiring dengan perkembangan ketatanegaraan di Indonesia, pada tanggal 11


November 1945 Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BPKNIP) mengusulkan
perlunya pertanggungjawaban menteri kepada Badan Perwakilan Rakyat. Dalam
perkembangannya saat itu, presiden memberikan persetujuan usul tersebut dan kemudian
diumumkan melalui Maklumat Pemerintah tertanggal 14 November 1945. Sejak inilah
sistem pemerintahan di Indonesia menganut sistem pemerintahan parlementer Karena para
menteri anggota kabinet yang dipimpin oleh seorang perdana menteri bertanggung jawab
kepada Badan Perwakilan Rakyat.

Menurut Zul Afdi Ardian. S.H., sistem pemerintahan parlementer pada periode
tersebut sempat pula terjadi tiga kali perpindahan kekuasaan dari tangan perdana menteri
kepada presiden, yaitu sebagai berikut:

1) Pada tanggal 29 Juni 1946 yang antara lain berisi bahwa berhubung dengan kejadian-
kejadian di dalam negeri yang membahayakan negara. Presiden dengan persetujuan
kabinet mengambil alih kekuasaan pemerintah sepenuhnya untuk sementara waktu.
Hal ini berlangsung sampai tanggal 2 Oktober 1946. Setelah keadaan dianggap
normal, presiden menunjuk kembali Sutan Syahrir untuk memimpin kabinet.
2) Pada tanggal 27 Juni 1947, yakni ketika tersiar berita tentang rencana Jenderal Spoor
hendak melancarkan serangan umum terhadap negara RI. Oleh karena itu, presiden
mengambil alih kekuasaan pemerintahan sepenuhnya untuk sementara waktu.
Keadaan ini hanya berlangsung selama satu minggu. Tindakan tersebut disetujui
oleh kabinet melalui Maklumat Presiden No. 6 tahun 1947.17
3) Terjadi ketika PKI Muso mengadakan pemberontakan di Madiun. Dengan kejadian
ini dikeluarkan UU No. 30 tahun 1948 yang memberikan kekuasaan penuh kepada
presiden selama tiga bulan terhitung mulai tanggal 15 September 1948 untuk
menjalankan tindakan-tindakan dan membentuk peraturan yang diperlukan.

3. Sistem Pemerintahan Campuran (Mixed System, Hybrid System)


Sistem pemerintahan campuran adalah sistem pemerintahan yang mempergunakan
sistem presidensial dan sistem parlementer sekaligus. Dalam negara yang menerapkan
sistem pemerintahan campuran, ada yang lebih menonjol sistem presidensialnya tetapi ada
juga yang lebih menonjol sistem parlementernya. Republik Prancis menerapkan hybrid
system yang merupakan dual executives tetapi yang lebih utama adalah presiden. Presiden
adalah kepala negara yang dipilih oleh rakyat. Perdana menteri diangkat oleh presiden dari
partai politik atau gabungan partai politik yang menguasai kursi mayoritas di parlemen.
Republik Singapura juga menerapkan sistem pemerintahan parlementer dengan model dual
executives, yaitu kekuasaan eksekutif berada di tangan presiden dan perdana menteri,
namun kedudukan presiden hanya bersifat simbolik.
BAB III
PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Setiap negara itu menganut suatu bentuk dan sistem pemerintahan yang berbeda-
beda dan juga sesuai dengan pandangan hidup bangsanya. Adapun negara Indonesia
merupakan negara kesatuan yang berbentuk republik. Berdasarkan hal itu dapat
disimpulkan bahwa bentuk negara Indonesia adalah kesatuan, sedangkan bentuk
pemerintahannya adalah republik.

Sistem pemerintahan di dunia dikenal dengan tiga macam bentuk, yaitu sistem
pemerintahan presidensial, sistem pemerintahan parlementer, dan sistem pemerintahan
campuran. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem pemerintahan presidensial,
meskipun pada masa demokrasi liberal Indonesia pernah menganut sistem pemerintahan
parlementer.

B. Saran
Sebagai penerus bangsa, kita diharapkan untuk memperoleh pengetahuan dan
wawasan yang luas mengenai hal ini agar kita dapat lebih mengetahui bagaimana bentuk
dan sistem pemerintahan secara umum baik pemerintahan dalam negeri maupun
pemerintahan luar negeri. Sehingga, rasa nasionalisme dengan sendirinya rasa nasionalisme
akan tumbuh dalam diri kita.
DAFTAR PUSTAKA

Asshiddiqie, Jimly. 2007. Pokok-pokok Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Reformasi.

(Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer).

Haris, Syamsuddin. 1994. Demokrasi di Indonesia. (Jakarta: LP3ES).

Saragih, Bintan R. 1985. Sistem Pemerintahan dan Lembaga Perwakilan di Indonesia.

(Jakarta: Perintis Press).

Sitabuana, Tundjung Herning. 2020. Hukum Tata Negara Indonesia. (Jakarta: Konstitusi

Press)

Anda mungkin juga menyukai