Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PANCASILA

“PEMERINTAHAN DAN HUBUNGAN SIPIL MILITER ”

Dosen Pengampu :

Guntur Gunawan , M.Kom

Disusun Oleh :

Kelompok 2

1. Tri Hanura Rivaldo (23591207)


2. Riski Ade Putri (23591145)
3. Pendro Agung Alfares (23591124)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) CURUP

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr., Wb.
Segala puji atas kehadirat Allah SWT., karena berkat rahmat dan hidayah-Nyalah
sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini yang berjudul : Pemerintahan
dan hubungan sipil militer ” yang dibimbing oleh bapak Guntur Gunawan , M.Kom sebagai
dosen pengampu mata kuliah pancasila.

Dalam proses penyajiannya, makalah ini berusaha disusun dengan baik dengan
sejumlah sumber yang kami gunakan untuk membantu dalam memahami materi yang
menjadi fokus kajian ini. Kemudian, kami ingin mengucapkan terimakasih kepada semua
pihak yang turut membantu dalam penulisan dan penyusunan makalah ini. Selain itu, kami
juga mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan makalah ini kedepannya dan
membangun pola pikir yang baik dan benar.Demikianlah makalah ini kami susun, kami
mohon maaf atas segala kekurangan dalam penyusunan makalah ini, Terimakasih.
Wassalamu’alaikum Wr., Wb.

Curup, 4 September 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................ii


DAFTAR ISI ..............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................1
A. Latar Belakang .......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................................1
C. Tujuan ...................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN ...........................................................................................2
A. Pengertian Pemerintahan
B. Pengertian Sipil dan karakteristiknya
C. Pengertian Pemerintahan Militer dan karakteristiknya
D. Pemerintahan Sipil dan Militer di Indonesia
E. Bagaimana hubungan sipil militer
BAB III PENUTUP ................................................................................................... 15
A. Kesimpulan ............................................................................................................ 15
DAFTARPUSTAKA……………………………………………………..…….......16

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbicara tentang bentuk pemerintahan, kita mesti faham terlebih dahulu apa yang
dimaksud dengan negara dan perbedaannya dengan pemerintah. Sejatinya negara adalah
sebuah organisasi. Selayaknya organisasi, maka negara pun memiliki peraturan, selain itu
negara juga memiliki sebuah badan yang berfungsi merumuskan, menjalankan dan
mengawasi peraturan itu.
Selanjutnya, dalam perjalanannya berkembang menjadi beberapa bentuk
pemerintahan, sejarah mencatat banyak negara yang memiliki bentuk pemerintahan yang
berbeda-beda karena hal tersebut berdasar kepada para penguasa negara tersebut. Dalam
konteks ini muncul bentuk pemerintahan sipil dan pemerintahan militer. Tentu saja
kedua bentuk pemerintahan tersebut mempunyai karakteristik yang satu sama lain
berbeda.
Hubungan Sipil-Militer adalah satu perkara yang amat penting bagi satu bangsa
karena berpengaruh besar kepada ketahanan nasionalnya. Hal itu juga berlaku bagi
bangsa Indonesia. Pengertian Hubungan Sipil-Militer semula tidak dikenal di Indonesia
dan baru dipergunakan setelah pengaruh dunia Barat, khususnya yang berpandangan
liberal, makin kuat. Mula-mula itupun terbatas pada kalangan terpelajar yang banyak
berhubungan dengan ilmu sosial yang berasal dari dunia barat. Akan tetapi lambat laun
pengertian itu menyebar di semua kalangan dan sekarang sudah menjadi pengertian yang
diakui dan dipergunakan secara umum di Indonesia. Namun ada satu perbedaan yang
menonjol dalam penggunaan pengertian itu antara mereka yang hidup dalam alam sosial
barat dengan bangsa Indonesia yang menerima dan menetapkan Pancasila sebagai Dasar
Negara Republik Indonesia. Di dunia Barat yang berpaham liberal Hubungan Sipil-
Militer senantiasa berarti supremasi Sipil atas Militer, sedangkan di Republik Indonesia
yang berhaluan Pancasila tidak dengan sendirinya Hubungan Sipil-Militer berarti
supremasi sipil atas militer. Bahkan dengan memperhatikan bahwa Panca Sila
menekankan faktor kekeluargaan dan kerukunan justru tidak ada supremasi satu golongan
masyarakat atas yang lain, melainkan dalam kebersamaan memperjuangkan dan
mengusahakan hal yang terbaik bagi bangsa, negara dan masyarakat.

4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan hal-hal pada latar belakang, maka dirumuskan permasalahan dalam
beberapa pertanyaan:
1. Pengertian Pemerintahan
2. Pengertian Sipil dan karakteristiknya?
3. Pengertian Pemerintahan Militer dan karakteristiknya?
4. Pemerintahan Sipil dan Militer di Indonesia?
5. Bagaimana hubungan sipil militer ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian Pemerintahan
2. Untuk mengetahui Pengertian Sipil dan karakteristiknya?
3. Untuk mengetahui Pengertian Pemerintahan Militer dan karakteristiknya?
4. Untuk mengetahui Pemerintahan Sipil dan Militer di Indonesia?
5. Untuk mengetahui hubungan sipil militer ?

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pemerintahan
Pemerintahan berasal dari kata “perintah” yang setelah ditambah awalan “pe”
menjadi pemerintah, dan ketika ditambah akhiran “an” menjadi pemerintahan, dalam hal
ini beda antara “pemerintah” dengan “pemerintahan” adalah karena pemerintah
merupakan badan atau organisasi yang bersangkutan, sedangkan pemerintahan berarti
perihal ataupun hal ikhwal pemerintahan itu sendiri. Kata perintah itu sendiri paling
sedikit ada 4 (empat) unsur yang terkandung di dalamnya, yaitu sebagai berikut: 1. Ada
dua pihak yang terlibat, 2. Yang pertama pihak yang memerintah disebut penguasa atau
pemerintah, 3. Yang kedua adalah pihak yang diperintah yaitu rakyat, 4. Antara kedua
pihak tersebut terdapat hubungan (Syafiie, 2011: 61).
Secara umum, pemerintahan dapat didefinisikan sebagai organisasi yang memiliki
kekuasaan untuk membuat dan menerapkan hukum serta undang-undang di suatu wilayah
tertentu. Pemerintah merupakan sebuah organisasi yang memiliki:
1) Otoritas memerintah dari sebuah unit politik;
2) Kekuasaan yang memerintah suatu masyarakat politik (political);
3) Aparatus yang merupakan badan pemerintahan yang berfungsi dan
menjalankan kekuasaan;
4) Kekuasaan untuk membuat peraturan perundangundangan, untuk menangani
perselisihan dan P 2
Pemerintahan…. membicarakan putusan administrasi dengan monopoli atas
kekuasaan yang sah. Pemerintahan dalam bahasa lnggris disebut government yang berasal
dari bahasa Latin; gobernare, greek kybernan yang berarti mengemudikan, atau
mengendalikan.
Tujuan pemerintah meliputi external security, internal order, justice, general
welfare dan fredom. Tidak berbeda jauh dengan pendapat S.E. Finer yang melihat
pemerintah mempunyai kegiatan terus-menerus (process), wilayah negara tempat
kegiatan itu berlangsung (state), pejabat yang memerintah (the duty), dan cara atau
metode serta sistem (manner, method, and system) dari pemerintah terhadap

6
masyarakatnya. Pendapat tersebut berbeda dengan R. Mac Iver, yang memandang
pemerintah dari sudut disiplin ilmu politik, “government is the organization of men under
authority... how men can be governed”. Maksudnya, pemerintahan itu adalah sebagai
organisasi dari orang-orang yang mempunyai kekuasaan... bagaimana manusia itu bisa
diperintah. Jadi ilmu pemerintahan bagi R. Mac Iver adalah sebuah ilmu tentang
bagaimana manusiamanusia dapat diperintah (a science of how men are governed)”.
Kebutuhan akan pemerintahan berangkat dari fakta bahwa manusia butuh hidup dalam
komunitas, juga otonomi pribadi harus dipertahankan dalam komunitas-komunitas ini.
Sebuah negara yang memiliki luas dan kompleksitas yang sangat besar biasanya akan
memiliki tingkatan pemerintahan: lokal, regional, dan nasional. Sehubungan dengan
pengertian pemerintah sangat tergantung pada masing-masing sistem pemerintahan,
antara lain:
1. Monarki (Monarchy) Monarki adalah pemerintahan yang dipimpin oleh
seseorang yang telah diwariskan secara turun temurun.
Monarki, berasal dari bahasa Yunani yaitu monos yang berarti satu, dan archein
yang berarti pemerintah. Monarki merupakan sejenis pemerintahan di mana raja menjadi
kepala negara. Monarki atau sistem pemerintahan kerajaan adalah sistem tertua di dunia.
Pada awal kurun abad ke-19, terdapat lebih 900 buah tahta kerajaan di dunia, tetapi
menurun menjadi 240 buah Studi Pemerintahan Daerah dan Pelayanan Publik…. 3 dalam
abad ke-20. Sedangkan pada dekade kedelapan abad ke-20, hanya 40 tahta saja yang
masih ada.
2. Despotisme (Despotism) Despotisme adalah pemerintahan yang dipimpin oleh
seorang pemimpin saja dan semua rakyatnya dianggap sebagai hamba.
3. Kediktatoran (Dictatorship) Kediktatoran adalah pemerintahan yang dipimpin
oleh seseorang yang memiliki kekuasaan penuh atas rakyat dan negaranya.
4. Oligarki (Oligarchy) Oligarki adalah pemerintahan yang dipimpin oleh
sekelompok kecil orang yang memiliki kepentingan bersama atau memiliki hubungan
kekeluargaan.
5. Plutokrasi (Plutocracy) Plutokrasi adalah pemerintahan yang berasal dari kelas
tertinggi atau kelompok kaya.
6. Demokrasi (Democracy) Demokrasi adalah pemerintahan yang rakyatnya
memegang kekuasaan. Demokrasi dapat bersifat langsung (direct democracy) maupun
melalui perwakilan (representative democracy). Demokrasi adalah bentuk atau
mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan
7
rakyat (kekuasaan warga negara) atas negara untuk dijalankan oleh pemerintah negara
tersebut. Salah satu pilar demokrasi adalah prinsip trias politica yang membagi ketiga
kekuasaan politik negara (eksekutif, yudikatif dan legislatif) untuk diwujudkan dalam tiga
jenis lembaga negara yang saling lepas (independen) dan berada dalam peringkat yang
sejajar antara satu dengan lainnya. Kesejajaran dan independensi ketiga jenis lembaga
negara ini diperlukan agar ketiga lembaga negara ini bisa saling mengawasi dan saling
mengontrol berdasarkan prinsip checks and balances.
7. Teokrasi (Theocrary) Teokrasi adalah pemerintahan yang dipimpin oleh para
elit keagamaan.
Pemerintahan…. S.E. Finer (Finer, 1974 dalam Sumaryadi, 2010: 18)
mengklasifikasikan pemerintah ke dalam 4 (empat) pengertian, yakni:
1. Pemerintah mengacu pada proses pemerintahan, yakni pelaksanaan kekuasaan
oleh yang berwenang.
2. Istilah ini juga bisa dipakai untuk menyebut keberadaan proses itu sendiri
kepada kondisi adanya tata aturan.
3. Pemerintah sering berarti orang-orang yang mengisi kedudukan otoritas dalam
masyarakat atau lembaga, artinya kantor atau jabatan-jabatan dalam pemerintahan. 1
B. Fungsi Pemerintahan
Pemerintah atau dalam bahasa Inggris disebut “government" dalam
perkembangan ilmu pengetahuan di Indonesia telah menjadi ilmu yang berdiri sendiri dan
bahkan telah menjadi cabang-cabang ilmu yang lain. Seperti di beberapa perguruan tinggi
baik negeri dan swasta sudah cukup lama dikembangkan tidak hanya sebagai “program
studi” atau jurusan tetapi telah menjadi fakultas bahkan sebuah perguruan tinggi.
Walaupun perkembangannya cukup lambat, tetapi dewasa ini sudah mulai tumbuh
dengan cukup pesat misalnya “Ilmu Manajemen Pemerintahan” dan “Administrasi
Pemerintahan”, sudah menjadi program studi baik tingkat magister maupun doktoral.
Perhatian terhadap “ilmu pemerintahan” yang juga merupakan perkembangan dari “Ilmu
Administrasi Negara”, menunjukkan bahwa peran penting “fungsi pemerintahan” sangat
diperlukan seiring dinamika tuntutan dan harapan masyarakat yang semakin kompleks
dalam mencapai tingkat kesejahteraan masyarakat.
Oleh sebab itu, menjadi kewajiban mutlak terutama bagi para praktisi atau
aparatur negara harus mampu memahami dengan seksama mengenai “fungsi

1
yafaruddin, makalah konsep dan metodologi perbandingan pemerintah.
Hlm 8-9

8
pemerintahan”. Wawasan yang bersifat konsep dan teoritik boleh jadi akan sangat
membantu dalam memberikan “judgment” para pengambil keputusan berkenaan dengan
tindakan pemerintah dalam melaksanakan setiap kebijakan yang telah ditetapkan. Sebab
fenomena yang berkembang dewasa ini sering terjadi konflik antara “Pemerintah”2
C. Asas Pemerintahan
Asas adalah dasar sesuatu, jadi asas pemerintahan adalah bahasan tentang dasar
dari pemerintahan itu sendiri, ada beberapa asas pemerintahan yang digolongkan antara
lain sebagai berikut.
1. Asas Pemerintahan Umum Asas pemerintahan umum adalah asas pemerintahan
yang diterima di mana saja dan dapat terjadi kapan saja, misalnya terdiri dari (Syafiie,
2011: 174-177):
a. Asas Vrij Bestuur Vrij dalam bahasa Belanda berarti dalam bahasa
Indonesianya diterjemahkan sebagai “kosong”, ditiru oleh suku Betawi yaitu “pere”,
tanpa penekanan pada kedua bunyi “e” karena “e” pertama dibaca lunak. Sedangkan
bestuur (bahasa Belanda) adalah pemerintahan, artinya kalau dalam suatu pemerintahan
pada tingkat pusat ditemukan pos dan telekomunikasi (yang dulu digabung dengan
telegram), bisa saja tidak ditemukan cabang kantor pos pada suatu kecamatan di
pedalaman Papua. Oleh karena itu, camat sebagai pimpinan wilayah dapat membinanya
dengan menunjuk kepala kantor kecamatan sebagai kepala kantor pos dan staf pada
bagian tata usaha menjadi staf kantor pos tersebut. Jadi semua urusan pengiriman surat,
dan pembelian alat-alat pos ditangani pemerintahan kecamatan, hal ini tidak termasuk
ketiranian karena
Pemerintahan…. kalau diserahkan pada swasta akan terjadi komersialisasi harga
prangko dan benda pos lainnya. Dengan demikian berbeda dengan kekosongan kekuasaan
(vacum power) yang berangkat dari tidak ditemukannya kekuasaan dalam suatu
masyarakat sehingga rakyat menyatakan kemerdekaannya, maka dalam hal kekosongan
pemerintahan adalah kekosongan urusan pemerintahan itu sendiri.
b. Asas Freies Ermessen
Freies Ermessen adalah mencari ide baru dalam kesibukan urusan
pemerintahan, misalnya ketika aparat pemerintahan melihat menumpuknya suatu
bahan makanan di suatu daerah sedangkan pada daerah lain kekurangan, maka
walaupun sulit dipindahkan (transportasi) pemerintah harus berusaha

2
Eric Nordlinger, Militer dalam Politik ( Jakarta : Rineka Cipta 1994)
Hlm 70-71

9
menanggulanginya. Misalnya, di suatu lokasi transmigrasi ditemukan penghasilan
mangga yang begitu melimpah ruah kendati di kota/kabupaten sangat membutuhkan
mangga sebagai pelengkap makanan empat sehat lima sempurna dalam kelengkapan
buah, tetapi kemungkinan datangnya warga kota ke daerah terpencil tersebut hanya
sekali dalam sebulan, karena transportasi yang sulit maka bagi wilayah kecamatan
transmigrasi terpencil ini, yang mereka khawatirkan adalah busuknya buah mangga,
sehingga untuk mencegah pembusukan camat dapat mengusulkan ide membuat
manisan dan atau dodol, dari bahan mangga itu sendiri sambil menunggu datangnya
warga kota ke tempat tersebut.
c. Asas Aktif
Pemerintah dikenal sangat banyak urusan di sepanjang hari-hari pekerjaannya
sehingga dikenal dengan istilah bila seseorang hendak tidur sekalipun masyarakat
masih perlu bantuan pemerintah, misalnya karena deraan kejahatan dan ketertiban
yang menerpa suatu kampung, selain dari itu meninggalkan suatu kampung juga
memerlukan surat jalan dari aparat pemerintahan. Studi Pemerintahan Daerah dan
Pelayanan Publik Itulah sebabnya disebutkan bahwa pemerintahan mengurus mulai
dari orang yang belum lahir ke dunia, disebut dengan pembentukan Kantor Keluarga
Berencana sampai dengan mengurus orang yang sudah meninggal dunia disebut
dengan pembentukan keberadaan suatu Dinas Pemakaman di suatu kota besar yang
penduduknya padat. Oleh karena itu, pemerintah harus aktif dalam pekerjaannya
itulah sebabnya pada suatu sekolah kedinasan pembentukan kader pamong praja di
bidang pemerintahan seperti APDN, STPDN, IPDN dan IIP dulu diperlukan kerja
cepat seperti yang diajarkan pada sekolah kepolisian dan militer.
d. Asas Etis
Dalam setiap keputusan pemerintahan menjalankan penyelenggaraan urusan
pemerintahan, maka perlu diperhatikan kaidah-kaidah moral, misalnya untuk
membangun suatu gedung pemerintah, ataupun untuk membangun jalan raya pada
wilayah jalur hijau, begitu juga untuk menertibkan suatu lokasi pasar, maka
penggusuran para pedagang kaki lima dan para penghuni liar sekalipun tetap
diperlukan kaidah-kaidah moral etika, minimal dengan memberitahukan kapan akan
dilakukan penggusuran, pemerintah juga harus menyiapkan tempat yang layak untuk
gantinya, bahkan untuk keberadaan pasar yang bisa saja terbentuk sendiri (alamiah)
karena merupakan pertemuan penjual dan pembeli, maka dalam pembentukan pasar
yang dikehendaki pemerintah juga dipikirkan apakah para pembeli dan penjual cukup
10
mudah menuju tempat tersebut, daripada tanpa sepengetahuan pemerintah terbentuk
sendiri yang namanya pasar. Banyak catatan sejarah, hal mana pemerintah sengaja
membakar perumahan penduduk demi proyek bangunan raksasa pemerintah yang
akan diselenggarakan di suatu wilayah. Seperti Kaisar Nero di zaman dulu, Raja
Ramses yang dikenal dengan gelar Fir'aun, bahkan sekarang pun terjadi juga saat ini
di Negara Kesatuan Republik Indonesia. 24 Pemerintahan.
e. Asas Historis
Ketika pemerintah mendapat kejadian yang serupa dari tahun ke tahun maka
secara historis mesti dipelajari mengapa hal tersebut terjadi, misalnya terjadinya
kecurian pada setiap datang bulan April setiap tahunnya, pada setiap kampung.
Rupanya setelah diteliti penyebabnya adalah karena masyarakat kampung tersebut
semuanya pergi ke ladang pada bulan tersebut, untuk memanen hasil kebun mereka
untuk itu diperlukan adanya giliran siskamling (sistem keamanan lingkungan) pada
kampung tersebut secara bergantian. Sudah barang tentu dari tahun ke tahun
dilakukan perubahan ke arah yang lebih baik dan benar, walaupun tetap berpedoman
pada apa yang terjadi sebelumnya, karena belajar dari sejarah masa lalu asas ini
disebut asas historis.
f. Asas Otomatis
Aparat pemerintahan walaupun dijabat oleh mereka yang memiliki pangkat
yang relatif paling rendah dibandingkan dengan instansi lain seperti para guru, para
kepala dinas dan instansi vertikal, maka tetap saja aparat pemerintah yang menjadi
koordinator setiap kegiatan. Bahkan pada kesempatan lain bila pada Hari Kesehatan,
Hari Sosial, Hari Perayaan apapun, maka yang menjadi lnspektur upacara adalah dari
pihak aparat pemerintahan sebagai pemegang kendali pemerintahan, serendah apapun
pangkat aparat pemerintah pemangkunya. Tidak menutup kemungkinan bagi aparat
pemerintah yang menghadiri acara kemasyarakatan informal, seperti perhelatan,
sunatan, perkawinan, perpisahan, dan lain-lain maka aparat pemerintahan diminta
memberikan sambutan karena aparat pemerintah adalah otomatis menjadi orang yang
dituakan pada kecamatan atau apa pun tingkatnya dalam pemerintahan.
g. Detournement de Pouvoir
Apabila suatu asas tersebut, ada yang tidak dijalankan misalnya pemerintah
tidak mengisi kekosongan pejabat yang melaksanakan, tidak berinisiatif dalam
pemerintahan, tidak etis dalam pelaksanaan pemerintahan, tidak otomatis
menggantikan berbagai peran, tidak mempelajari sejarah masa lalu keorganisasian
11
atau sebaliknya melakukan ide baru tetapi disalahgunakan untuk keuntungan pribadi,
mengisi kekosongan tetapi disalahgunakan untuk keuntungan pribadi, aktif tetapi
hanya disalahgunakan, begitu juga etika hanya untuk dirinya sedangkan untuk
masyarakat bawah tidak diperhatikan kaidah moralnya, maka hal tersebut adalah
berbuat sewenang-wenang serta menyalahgunakan wewenang dan kedudukan. Inilah
yang dimaksud dengan Detuornement de Pouvoir.3
D. Pemerintahan Sipil
1. Pengertian Pemerintahan Sipil
Menurut CF Strong dalam bukunya yang berjudul Modern Political
Construction terbit tahun 1960 dikemukakan bahwa pemerintah itu dalam arti luas
meliputi kekuasaan eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Pemerintah juga bertugas
memelihara perdamaian dan keamanan. Oleh karena itu pemerintah harus memiliki
(1) kekuasaan militer, (2) kekuasaan legislatif, dan (3) kekuasaan keuangan.[1]
Sedangkan menurut SE Filner dalam buku Comperative Gonverment (1974)
istilah pemerintahan memiliki 4 arti yaitu :
1. Kegiatan atau proses memerintah;
2. Masalah-masalah kenegaraan;
3. Pejabat yang dibebani tugas untuk memerintah;
4. Cara, metode, atau sistem yang dipakai pemerintah untuk memerintah.
Adapun dalam melaksanakan pemerintahan, sejarah mengenal pula bentuk
pemerintahan sipil dan militer. Pembagian bentuk pemerintahan ini berdasarkan
kriteria gaya dan sifat memerintah sebuah pemerintah.
2. Karakteristik Pemerintahan Sipil
Eric Nordlinger dalam bukunya “Militer dalam Politik” dikemukakan ada 3 bentuk
pemerintahan sipil :
1. Pemerintahan sipil Tradisional
Bentuk pemerintahan sipil ini terjadi karena tidak adanya perbedaan antara
sipil dan militer, tanpa perbedaan maka tidak akan timbul konflik yang serius diantara
mereka. dengan demikian tidak terjadi campur tangan militer.
2. Pemerintahan sipil Liberal

3
Diamond, Larry, Hubungan Sipil Militer & Konsolidasi Demokrasi, Jakarta: PT.Grafindo Jaya Persada, 2001.
Hal 44.

12
Model pemerintahan liberal didasarkan pada pemisahan para elit berkenaan
keahlian dan tanggung jawab masing-masing pemegang jabatan tinggi di dalam
pemerintahan. Tapi sejalan Model liberal akan menutup kemungkinan militer untuk
menekuni arena dan kegiatan politik. Didalam tindakan dan pelaksanaannya,
pemerintah menghargai kedudukan, kepakaran, dan netralitas pihak militer.
3. Pemerintahan sipil Serapan
Dalam sejarahnya, pemerintahan sipil ini banyak dianut oleh negara-negara
barat, karena kebanyakan dari mereka berideologi liberal yang memunculkan
supremasi sipil atas militer (civilian supremacy upon the military). Dalam kata lain
militer adalah subordinat dari pemerintahan sipil yang dipilih secara demokratis
melalui pemilihan umum. Berbeda dengan apa yang terjadi di Indonesia yang
berideologikan Pancasila, sipil dan militer adalah satu bagian, tidak ada supremasi di
antara keduanya. Yang harus dimunculkan adalah bagaimana hubungan keduanya
dapat menjamin kerukunan hidup rakyat Indonesia itu sendiri. Sehingga tercipta
kebersamaan dalam memperjuangkan kepentingan bangsa.
Dalam hal ini muncul karakteristik pemerintahan sipil yang berpijak atas
hubungannya dengan militer, antara lain pemerintahan sipil adalah sebuah bentuk
pemerintahan yang bergaya sipil, semua keputusan pemerintah dapat menjadi
perintah apabila telah dimusyawarahkan terlebih dahulu dan diambil keputusannya
dalam suatu pemungutan suara (referendum). Dan telah mendapat pengesahan dari
lembaga negara yang berwenang.
E. Pemerintahan Militer
1. Pengertian Pemerintahan Militer
Perkataan Militer merupakan pengertian yang bersangkutan dengan kekuatan
bersenjata. Secara kongkrit perkataan Sipil di Indonesia adalah seluruh masyarakat,
sedangkan perkataan Militer berarti Tentara Nasional Indonesia, yaitu organisasi yang
merupakan kekuatan bersenjata dan yang harus menjaga kedaulatan negara Republik
Indonesia. Karena Sipil berarti masyarakat, maka sebenarnya Militer pun bagian dari
masyarakat. Oleh sebab itu di Indonesia sebelum terpengaruh oleh pandangan Barat
dipahami bahwa TNI adalah bagian tak terpisahkan dari masyarakat Indonesia.
Bahkan yang menjadi TNI adalah seluruh Rakyat yang sedang bertugas sebagai
kekuatan bersenjata untuk membela Negara.
Adapun yang dimaksud dengan pemerintahan militer adalah pemerintahan
yang lebih mengutamakan kecepatan pengambilan keputusan, keputusan diambil oleh
13
pucuk pimpinan tertinggi, sedang yang lainnya mengikuti keputusan itu sebagai
perintah yang wajib diikuti — konsekuensi rantai komando dalam militer. Sebuah
undang-undang dalam sebuah pemerintahan militer dibuat oleh pucuk pimpinan
tertinggi, tanpa menyerahkan rancangannya kepada parlemen.
2. Karakteristik Pemerintahan Militer
Pemerintahan militer lebih merujuk ke arah gaya pemimpin suatu organisasi/
institusi/ negara. Dimana kepemimpinan itu sendiri memiliki hubungan yang erat
antara seorang dan sekelompok manusia, karena adanya kepentingan bersama;
hubungan itu ditandai tingkah laku yang tertuju dan terbimbing daripada manusia
yang seorang itu. Gaya kepemimpinan pemerintahan militer ini memiliki
karakteristik, sebagaimana dikemukakan Ninik Widiyanti, adalah sebagai berikut:
Dalam pemerintahan militer, untuk menggerakkan bawahannya digunakan
sistem perintah yang biasa digunakan dalam ketentaraan, gerak geriknya senantiasa
tergantung kepada pangkat dan jabatannya senang akan formalitas yang berlebih-
lebihan, menuntut disiplin keras dan kaku dari bawahannya, senang akan upacara-
upacara untuk berbagai-bagai keadaan dan tidak menerima kritik dari bawahannya
dan lain sebagainya.
A. Pemerintahan Sipin dan Militer di Indonesia
Menurut Jenderal Wiranto, ada tiga perkembangan ekstrem yang harus dicegah
dalah hubungan sipil militer di Indonesia, yaitu: pertama, military overreach, yaitu militer
menguasai berbagai aspek kehidupan masyarakat seperti pada masa orde baru; yang
kedua, subjective civilian control, yaitu kontrol subyektif pemerintahan sipil terhadap
militer seperti yang terjadi pada masa Demokrasi Terpimpin dan Demokrasi Parlementer;
ketiga, pemisahan rakyat dari ABRI.4
Lalu, apakah artinya dalam konteks hubungan sipil-militer di Indonesia? Dalam
sejarah Indonesia, dikotomi sipil-militer bukanlah satu isu baru. Jika sejauh ini ABRI
terkesan tidak suka dan selalu mengelak adanya dikotomi sipil-militer di Indonesia, sikap
semacam itu tidak lepas dari penafsiran diri ABRI dalam konteks sejarah Indonesia.
ABRI juga mudah curiga kepada cendekiawan, seniman, aktivis LSM dan kalangan
intelektual lain yang memang selalu sangat antusias memperbincangkan hubungan sipil-

4
http://www.detik.com/berita/199905/sayidiman.html
Makalah/Training Islam Intensif/ empiris-homepage.blogspot.com-83- Pengantar Ilmu Negara dan
Pemerintahan

14
militer, yang selalu melemparkan isu-isu demokratisasi, kebebasan berpendapat dan
HAM.
Namun, benar juga bahwa hal ini lalu membuat penafsiran terhadap batas-batas
antara ranah politik dan perang, antara tugas-tugas sipil dan militer, makin tidak jelas.
Antara perang dan politik ibarat dua sisi pada sekeping mata uang. Perang adalah jalan
lain dari politik. Ini lah yang terjadi pada awal pembentukan Indonesia.
Sejak awal kelahirannya ABRI tidak pernah mempersoalkan presiden dari
kalangan sipil dan tidak mendesakkan tampilnya pimpinan nasional dari kalangan militer.
Dalam sejarahnya Panglima Besar Soedirman memberikan keteladanan dalam
membentuk sikap TNI yang mengakui pemerintahan di tangan sipil. Untuk itu dibuktikan
oleh Panglima Besar Soedirman ketika kembali ke Yogyakarta dari medan perjuangan
bergerilya, TNI tetap mengakui kekuasaan tertinggi berada di tangan Presiden Soekarno.
[10]
Satu hal yang perlu kita (baik militer maupun sipil) refleksikan bahwa militer
Indonesia telah berkembang menjadi militer profesional. Dunia kemiliteran telah
berkembang menjadi dunia profesional, yang bekerja dan mengembangkan solidaritas
tidak hanya atas dasar “semangat patriotisme” tapi atas dasar penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta ketrampilan khusus (profesi) yang terkait dengan
kependidikan.
Namun, hal ini tidak berarti militer kehilangan peran politiknya. Peran politik
TNI, menurut saya, tidak boleh melebihi fungsi dasarnya yaitu pertahanan-keamanan
negara, dan hal itu kini bisa ditafsirkan sebagai tanggung jawab profesi. Peran tersebut
cukup diletakkan pada tataran “kebijakan” (policy) di tingkat pusat, dan tidak perlu
diterjemahkan lebih jauh dengan konsep kekaryaan seperti pada masa Orde Baru. Dengan
demikian, militer bukan lah institusi untuk merintis karier politik dan meraih insentif
ekonomi melalui model kekaryaan. Jika ada militer yang ingin menjadi bupati, gubernur,
menteri bahkan presiden, maka harus melepas jaket hijau-lorengnya.
Mereka adalah warga sipil, sehingga jabatan politik yang didudukinya bukan
dalam kerangka doktrin dwifungsi, tapi sebagai hak politik setiap warga negara. Fungsi
pertahanan keamanan sebagai TNI professional itu juga menuntut TNI untuk hanya punya
komitmen dan tangung jawab moral terhadap eksistensi
Dalam mengembangkan pendirian itu TNI harus selalu berpedoman pada Panca
Sila dan Sapta Marga serta Sumpah Prajurit yang secara hakiki berarti bahwa TNI harus
selalu memperhatikan berbagai aspirasi yang berkembang dalam masyarakat.
15
Yang sekarang diperlukan adalah tekad untuk melaksanakan proses ini secara
konsisten dan sabar serta memelihara hasilnya secara terus menerus. Hubungan Sipil-
militer yang dihasilkan kemudian akan merupakan faktor positif dalam perwujudan
Ketahanan nasional Indonesia, termasuk pembinaan daya saing nasional bangsa kita.5
B. Hubungan sipil dan militer
Hubungan sipil dan militer adalah hubungan yang penting dalam setiap negara
demokratis. Hubungan ini menentukan bagaimana kekuatan militer dan pemerintah sipil
bekerja bersama untuk menjaga keamanan dan stabilitas negara. Berikut ini rincian
mengenai hubungan sipil dan militer:
1. Prinsip Peradilan Sipil:
Pemerintahan sipil merupakan otoritas tertinggi dalam negara demokratis. Ini
berarti pemerintah sipil yang terpilih oleh rakyat memiliki kekuasaan atas militer.
Prinsip ini dikenal sebagai supremasi sipil.
2. Pemisahan Kekuasaan:
Dalam negara demokratis, ada pemisahan kekuasaan antara eksekutif,
legislatif, dan yudikatif. Militer berada di bawah kendali eksekutif dan harus tunduk
pada pengawasan dan kontrol oleh badan-badan sipil, seperti parlemen.
3. Kedudukan Militer:
Militer memiliki peran utama dalam menjaga keamanan nasional dan
melindungi negara dari ancaman luar. Namun, dalam masyarakat demokratis, militer
tidak boleh terlibat dalam urusan politik atau tindakan yang menggantikan
pemerintahan sipil.
4.Pengawasan Sipil:
Badan-badan sipil seperti parlemen, pemerintah, dan departemen pertahanan
bertanggung jawab atas pengawasan militer. Mereka mengambil keputusan tentang
anggaran militer, strategi pertahanan, dan pengangkatan pemimpin militer.
5.Kebebasan Berpendapat:
Hubungan sipil-militer yang sehat memungkinkan militer untuk memberikan
saran kepada pemerintah sipil tentang kebijakan pertahanan, tetapi keputusan akhir
tetap berada di tangan pemerintah yang terpilih. Militer tidak boleh mengambil
tindakan yang merongrong demokrasi atau mencoba mengambil alih pemerintahan.
6. Pelatihan dan Pendidikan:

5
Dra. Ninik Widiyanti, YW. Sunindhia,SH., Kepemimpinan dalam Masyarakat Modern, Bina Aksara, Jakarta,
1988,hlm 52-53

16
Militer diberikan pelatihan dan pendidikan yang ketat untuk memahami peran
mereka dalam masyarakat sipil. Mereka harus mematuhi hukum, etika, dan nilai-nilai
demokrasi.
7.Intervensi Militer:
Intervensi militer atau kudeta adalah tindakan ilegal dan tidak demokratis yang
melibatkan militer mencoba menggulingkan pemerintah sipil. Di negara demokratis,
tindakan ini dikecam dan dianggap ilegal.
8.Tanggung Jawab HAM:
Militer harus tunduk pada hukum internasional dan nasional yang melindungi
hak asasi manusia. Pelanggaran hak asasi manusia oleh militer dapat mengakibatkan
tindakan hukum.
9.Tanggung Jawab dalam Krisis:
Saat terjadi krisis atau bencana alam, militer dapat diminta untuk memberikan
bantuan kepada pemerintah sipil dalam upaya penanganan darurat. Namun,
penggunaan militer dalam situasi ini harus dilakukan dengan hati-hati dan sesuai
dengan hukum.
10. Budaya Profesionalisme:
Militer yang efektif dan profesional memiliki budaya yang kuat dalam
mematuhi perintah sipil, menghormati hak asasi manusia, dan menjalankan tugasnya
dengan etika yang tinggi.
Hubungan sipil dan militer yang sehat dan berfungsi dengan baik adalah kunci
kestabilan dan kelangsungan demokrasi dalam negara. Kedua pihak harus saling
menghormati peran dan tanggung jawab mereka, dengan pemerintahan sipil
memimpin dan mengawasi militer untuk memastikan bahwa kepentingan negara dan
hak asasi manusia tetap terlindungi.6

6
E-book, Ikrar Nusa Bhakti, Hubungan Baru Sipil Militer,http://imanhsy.blogspot.com/2010/12/makalah-
hubungan-pemerintahan-sipil-dan.html

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pemerintahan Sipil adalah suatu bentuk pemerintahan yang menggunakan gaya
sipil dalam menjalankan kehidupan pemerintahannya, sedangkan pemerintahan militer
adalah suatu pemerintahan yang dipimpin oleh penguasa diktator yang mengandalkan
gaya militer yang sarat dengan disiplin dan kental dengan ketentaraan.
Hubungan antara Sipil dan Militer dalam sejarah lebih diungkapkan dalam bentuk
ekstrim karena kegagalan pemerintahan sipil yang menyebabkan ketidakstabilan rezim
militer yang tidak punya opsi memerintah lebih baik dari pemerintahan sipil. Sehingga
pada akhirnya kedua hal tersebut tidak dapat berkembang sesuai dengan tujuan yang
dimilikinya.

18
DAFTAR PUSTAKA

yafaruddin, Makalah KONSEP DAN METODOLOGI PERBANDINGAN PEMERINTAH.

Eric Nordlinger, Militer dalam Politik ( Jakarta : Rineka Cipta 1994)


Diamond, Larry, Hubungan Sipil Militer & Konsolidasi Demokrasi, Jakarta: PT.Grafindo
Jaya Persada, 2001. Hal 44.
http://www.detik.com/berita/199905/sayidiman.html
Makalah/Training Islam Intensif/ empiris-homepage.blogspot.com-83- Pengantar Ilmu
Negara dan Pemerintahan
Dra. Ninik Widiyanti, YW. Sunindhia,SH., Kepemimpinan dalam Masyarakat Modern, Bina
Aksara, Jakarta, 1988,
E-book, Ikrar Nusa Bhakti, Hubungan Baru Sipil Militer,
http://imanhsy.blogspot.com/2010/12/makalah-hubungan-pemerintahan-sipil-dan.html

19

Anda mungkin juga menyukai