Anda di halaman 1dari 16

TIPE NEGARA, BENTUK NEGARA, BENTUK

PEMERINTAHAN DAN SISTEM


PEMERINTAHAN

Dosen Pengampu: Muhammad Zuchri Nasuha Lubis, S.H.,M.Si

DISUSUN OLEH: KELOMPOK 5


Rahmat Hidayat 0203222114
Aidil Ihsan Tambusai 020322209
Alfin Tambak 0203222092

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA


FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
2023
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Illahi Robbi, shalawat dan salam
semoga tercurahkan pada Nabi Muhammad SAW. Berkat karunianya serta
kesehatan dan kelancaran yang senantiasa diberikan kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam menyusun makalah ini, terutama pada
rekan-rekan yang senantiasa memberikan dorongan dan dukungan dalam
menyelesaikan makalah ini, semoga Allah SWT membalas dengan ganjaran yang
berlipat ganda, ”Amiin”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas yang membahas tentang
“DASAR ILMU NEGARA”. Kami menyadari bahwa masih terdapat beberapa
kelemahan atau kekurangan dalam makalah ini.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan motivasi bagi
siapa saja yang membaca dan memanfaatkannya.
Aamiin ya rabbal ‘alamin.

Medan, 06 Oktober 2023


Penyusun.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. i


DAFTAR ISI ................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan ................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 3


A. Tipe-Tipe Negara ................................................................................ 3
B. Bentuk Negara..................................................................................... 5
C. Bentuk Pemerintahan .......................................................................... 7
D. Sistem Pemerintahan ........................................................................... 9

BAB III PENUTUP ...................................................................................... 12


A. Kesimpulan ........................................................................................ 12
B. Saran ................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara sebagai organisasi tertinggi di antara satu kelompok masyarakat


yang memiliki cita-cita untuk bersatu, hidup di daerah tertentu dan mempunyai
pemerintahan yang berdaulat, didefinisikan pula oleh Roger H. Soltau dengan alat
(agency) atau wewenang (authority), yang mengatur persoalan-persoalan bersama,
atas nama rakyat. Maka, bernegara dengan baik menjadi sangat urgen bagi setiap
warga negara. Plato telah menggambarakan secara naratif alasan mengapa
manusia perlu bernegara. Menurut Plato, pada mulanya manusia hidup sendiri-
sendiri. Lantaran tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia
memerlukan teman untuk dapat memenuhinya. Lantas mereka bergabung dengan
manusia lain. Jumlah mereka yang banyak secara tidak langsung menuntut adanya
aturan yang disepakati dan ditaati serta seorang pemimpin. Kemudian dilanjutkan
dengan pembagian tugas masing- masing agar tidak ada tumpang tindih satu sama
lain. Selain itu mereka juga membutuhkan seseorang yang memiliki otoritas guna
melakukan tindakan tertentu jika terjadi sesuatu dengan mereka.

Dia juga harus sekaligus mampu menjadi penengah atas semua konflik
yang terjadi. Inilah yang mereka sebut sebagai raja atau kepala Negara.
Konklusinya adalah bahwa manusia tidak dapat hidup dengan teratur, tertib dan
terjamin keamanannya tanpa adanya negara. Karena pada hakikatnya, dalam
komunitas sekecil apapun diperlukan adanya pemimpin dan aturan. Selain dari
pada itu untuk memimpin suatu negara juga harus mengetahui bagaimana
sebenarnya negara, bentuk negara dan bentuk pemerintahan di Indonesia itu
sendiri. Untuk itu dalam makalah ini Penulis menkaji sedikit mengenai hal
tersebut.

1
Negara sebagai organisasi tertinggi di antara satu kelompok masyarakat
yang memiliki cita-cita untuk bersatu, hidup di daerah tertentu dan mempunyai
pemerintahan yang berdaulat, didefinisikan pula oleh Roger H. Soltau dengan
alat (agency) atau wewenang (authority), yang mengatur persoalan-persoalan
bersama, atas nama rakyat. Maka, bernegara dengan baik menjadi sangat urgen
bagi setiap warga negara. Kemudian dilanjutkan dengan pembagian tugas masing-
masing agar tidak ada tumpang tindih satu sama lain. Selain itu mereka juga
membutuhkan seseorang yang memiliki otoritas guna melakukan tindakan tertentu
jika terjadi sesuatu dengan mereka. Dia juga harus sekaligus mampu menjadi
penengah atas semua konflik yang terjadi. Inilah yang mereka sebut sebagai raja
atau kepala Negara. Konklusinya adalah bahwa manusia tidak dapat hidup dengan
teratur, tertib dan terjamin keamanannya tanpa adanya negara. Karena pada
hakikatnya, dalam komunitas sekecil apapun diperlukan adanya pemimpin dan
aturan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja yang dimaksud dengan Tipe-tipe Negara?
2. Apa saja yang dimaksud dengan Bentuk Negara?
3. Apa saja yang dimaksud dengan Bentuk Pemerintahan?
4. Apa saja yang dimaksud dengan Sistem Pemerintahan?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Tipe-tipe Negara
2. Untuk Mengetahui Bentuk Negara
3. Untuk Mengetahui Bentuk Pemerintahan
4. Untuk Mengetahui Sistem Pemerintahan

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Tipe-Tipe Negara

Menurut, R. Djoko Soetono : Negara adalah suatu organisasi atau asosiasi


wilayah yang memiliki kekuatan individu dan daerah yang mengatur setiap
kumpulan manusia – manusia yang berbeda dibawah suatu pemerintahan yang
sama dengan terapan sistem hukum. Bentuk atau Tipe negara adalah merupakan
batas antara peninjauan secara sosiologis dan peninjauan secara yuridis mengenai
negara. Peninjauan secara sosiologis jika negara dilihat secara keseluruhan
(ganzhit) tanpa melihat strukturnya, sedangkan secara yuridis jika
negara\peninjauan dilihat dari strukturnya. Machiavelli dalam bukunya II Prinsipe
bahwa bentuk negara (hanya ada dua pilihan) jika tidak republik tentulah
Monarkhi. Selanjutnya menjelaskan negara sebagai bentuk genus sedangkan
Monarkhi dan republik sebagai bentuk speciesnya.

a. Tipe Negara Polisi (Polizei Staat)

Sejarah “Negara polisi” istilah pertama kali digunakan pada tahun 1851,
mengacu pada penggunaan kekuatan polisi nasional untuk menjaga ketertiban, di
Austria. Pada kenyataannya, bahkan pada tingkat lokal, penggunaan kekuatan
polisi untuk secara aktif menjaga ketertiban, di luar keadaan darurat, hampir tidak
dikenal sebelum waktu ini. Penggunaan pertama dari kepolisian negara bagian di
AS, misalnya, adalah tahun yang sama, 1865, di mana kekuatan semacam
didirikan di Massachusetts.Sampai saat ini, tatanan masyarakat yang paling
dipertahankan secara spontan, pada tingkat lokal, dengan beberapa kepolisian
lemah seperti seorang sheriff yang dipanggil ke tindakan untuk insiden tertentu.
Sebagai pemeliharaan kekuatan polisi berdiri menjadi umum di akhir abad 20 dan
awal ke-19, istilah “negara polisi” datang yang akan digunakan lebih umum untuk

3
merujuk hanya ketika kekuatan polisi digunakan “terlalu” keras, dalam “kaku dan
represif “cara, seperti di bawah fasisme, komunisme, kapitalisme dan dalam
aplikasi retroaktif insiden bersejarah yang menindas / represif seperti Revolusi
Perancis dan Kekaisaran Romawi

b. Tipe Negara Hukum (Rechts staat)

Tipe Negara yang ditinjau dari sisi hokum adalah penggolongan Negara –
Negara dengan melihat hubungan antara penguasa dan rakyat. Negara hokum
timbul sebagai reaksi terhadap kekuasan raja – raja absolute.1

c. Negara Hukum Anglo Saxon (Rule Of Law)

Negara anglo saxon tidak mengenal negara hokum atau rechtstaat, tetapi
mengenal atau menganut apa yang disebut dengan “The Rule Of The Law” atau
pemerintahan oleh hokum atau government of judiciary. Sistem hukum anglo
saxon, sebenarnya penerapannya lebih mudah terutama pada masyarakat pada
negara-negara berkembang karena sesuai dengan perkembangan zaman.Pendapat
para ahli dan prakitisi hukum lebih menonjol digunakan oleh hakim, dalam
memutus perkara.

d. Tipe Negara Kemakmuran (Wohlfare Staat)

Pada tipe Negara kemakmuran atau wohlfare staat ini, Negara mengabdi
sepenuhnya kepada masyarakat. Dalam Negara kemakmuran maka Negara adalah
alat satu – satunya untuk menyelenggarakan kemakmuran warganya , untuk
kepentingan seluruh rakyat dan Negara. Jadi pada Negara kemakmuran ini tugas
daripada Negara adalah semata –mata menyelenggarakan kemakmuran rakyat
yang semaksimal mungkin.

1
Budiyanto.2006.Pendidikan Kewarganegaraan untuk SMA kelas XII. Jakarta : Erlangga

4
B. Bentuk Negara

Sebenarnya perbincangan mengenai bentuk Negara (staat vormen) terkait


dengan pilihan-pilihan antara (a) bentuk Negara Kesatuan (unitary state,
eenheidsstaat), (b) bentuk Negara Serikat (Federal, bonds-staat), atau (c) bentuk
Konfederasi (confederation, staten-bond). Sedangkan perbincangan mengenai
bentuk pemerintahan (regerings-vormen) berkaitan dengan pilihan antara (a)
bentuk Kerajaan a (Monarki), atau (b) bentuk Republik. Sementara dalam sistem
pemerintahan (regering sytem) terkait pilihan-pilihan antara (a) sistem
pemerintahan presidensiil, (b) sistem pemerintahan parlementer, (c) sistem
pemerintahan campuran, yaitu quasi preidensiil seperti di Indonesia (dibawah
UUD 1945 yang asli) atau quasi parlementer seperti prancis yang dikenal dengan
istilah hybrid system, dan (d) sistem pemerintahan collegial seperti swiss.

Teori-teori bentuk Negara yang dikembangkan para ahli dan berkembang


di zaman modern bermuara pada dua paham yang mendasar. Pertama, paham
yang menggabungkan bentuk Negara dengan bentuk pemerintahan. Paham ini
menganggap bahwa bentuk Negara dengan bentuk pemerintahan, yang dibagi
dalam tiga macam , yaitu 2

(1) bentuk pemerintahan dimana terdapat hubungan yang erat antara eksekutif dan
legislatif;

(2) bentuk pemerintahan dimana ada pemisahan yang tegas antara legislatif,
eksekutif, dan yudikatif;

(3) bentuk pemerintahan dimana terdapat pegaruh dan pegawasan langsung dari
rakyat terhadap badan legislatif. Kedua, paham yang membahas bentuk Negara
atas golongan demokrasi dan diktator. Paham ini membahas bentuk Negara atas
golongan demokrasi dan diktator. Paham ini juga memperjelas bahwa demokrasi
dibagi dalam demokrasi Konstitusional (liberal) dan demokrasi rakyat.

2
Joeniarto, Demokrasi dan Sistem Pemerintahan Negara, Jakarta: PT Bina Aksara, 1984

5
Dari teori-teori tersebut kemudian berkembang di zaman modern ini, yaitu
bentuk Negara Kesatuan (unitarisme) dan Negara Serikat (Federalisme) yang
dapat berbentuk sistem sentralisasi atau sistem desentralisasi. Negara kesatauan
adalah Negara yang tidak tersusun dari beberapa Negara, melainkan hanya terdiri
atas satu Negara, sehingga tidak ada Negara di dalam Negara. Dengan demikian
dalam Negara Kesatuan hanya ada satu pemerintah, yaitu pemerintah pusat yang
mempunyai kekuasaan serta wewenang tertinggi dalam bidang pemerintahan
Negara, menetapkan kebjakan pemerintahan dan melaksanakan pemerintahan
Negara baik di pusat maupun di daerah-daerah. Berbeda dengan Negara Federasi,
lebih lanjut Soehino menjelaskan, Negara Federasi adalah Negara yang
bersusunan jamak, maksudnya Negara ini tersusun dari beberapa Negara yang
semula telah berdiri sendiri sebagai Negara yang merdeka dan berdaulat,
mempunyai Undang-Undang Dasar sendiri . tetapi kemudian karena sesuatu
kepentingan, Negara-Negara tesebut saling menggabungkan diri untuk
membentuk suatu ikatan kerja sama yang efektif negara Kesatuan adalah Negara
apabila kekuasaan tidak terbagi dan Negara Serikat apabila kekuasaan di bagi
antar Pemerintah Federal dengan Negara Bagian. 3

Bentuk Negara sesunguhnya berkaitan dengan kekuasaan tertinggi pada suatu


Negara yaiu kedaulatan. Dalam Negara, kedaulatan merupakan esensi terpenting
dalam menjalankan Negara dan pemerintahan. Teori kedaulatan yang terkenal
sampai sekarang , antara lain teori kedaulatan Tuhan yaitu teori yang menganggap
kekuasaan tertinggi berasal dari Tuhan (dikembangkan oleh Agustinus dan
Thomas aquinas), teori kedaulatan rakyat yaitu kekuasaan berasal dari rakyat
(dikembangkan oleh Johannes Althusius, montesque, dan Jhon Locke), teori
kedaulatan Negara yaitu teori kedaulatan tertinggi ada pada pemimpin Negara
yang melekat sejak Negara itu ada (dikembangkan oleh Paul Laband dan George
Jelinek), dan teori kedaulatan Hukum yaitu teori kedaulatan dimana kekuasaan

3
Tim ICCE UIN Jakarta, Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) Demokrasi, Hak Asasi
Manusia dan Masyarakat Madani, Jakarta: ICCE Uin Syarif Hidayatullah, 2000

6
dijalankan oleh pemimpin Negara berdasarkan atas hukum dan yang berdaulat
adalah hukum.

C. Bentuk Pemerintahan

Bentuk pemerintahan adalah suatu istilah yang digunakan untuk merujuk


pada rangkaian institusi politik yang digunakan untuk mengorganisasikan suatu
negara untuk menegakkan kekuasaannya atas suatu komunitas politik. Definisi ini
tetap berlaku bahkan untuk pemerintahan yang tidak sah atau tidak berhasil
menegakkan kekuasaannya. Tak tergantung dari kualitasnya, pemerintahan yang
gagalpun tetap merupakan suatu bentuk pemerintahan.

1. Monarki Monarki adalah bentuk dari pemerintahan yang dipimpin oleh raja
atau ratu sebagai pemegang kekuasaan negara. Monarki juga termasuk bentuk
dalam pemerintahan tertua di dunia. Setiap raja dan ratu ini memiliki julukannya
masing-masing seperti di Jepang, raja dipanggil dengan sebutan Kaisar, Brunei
Darussalam dengan sebutan Sultan, dan sebutan Yang di-Pertuan Agong di
Malaysia.

2. Tirani Sekilas, tirani sama seperti monarki yang kekuasaan negaranya dipegang
oleh satu orang. Tirani dijalankan dengan sewenang-wenang secara otoriter dan
absolut. Contoh negara yang pernah menjalankan bentuk tirani adalah Adolf
Hitler di Jerman dan Joseph Stalin dari Uni Soviet.

3. Aristokasi Jika monarki dan tirani dipegang oleh satu orang, berbeda dengan
aristokrasi yang dipegang oleh beberapa orang. Orang-orang tersebut memiliki
peranan penting seperti halnya kaum cendikiawan. Pada tahun 1700-an, Prancis
pernah menganut aristokrasi dimana kekuasaan yang mereka miliki ditunjukkan
untuk kepentingan umum.

4. Oligarki Seperti aristokrasi, kekuasaan dalam oligarki juga dipegang oleh


beberapa orang Tetapi, yang memiliki peranan dalam oligarki dibedakan

7
berdasarkan kekayaan, keluarga, ataupun militer. Negara yang pernah menganut
bentuk oligarki salah satunya adalah Afrika Selatan yang berakhir pada tahun
1994 ketika Nelson Mandela menjabat sebagai presiden.

5. Demokrasi, Dalam demokrasi, setiap warga negara memiliki hak setara dalam
mengambil keputusan. Oleh karena itu, kita juga mengenal istilah dari rakyat, oleh
rakyat, dan untuk rakyat yang dicetuskan oleh Abraham Lincoln. Karena
memang, dalam demokrasi pemegang kekuasannya adalah rakyat.

6. Teknokrasi Tidak hanya politisi yang memiliki kekuasaan dalam suatu negara,
ternyata pakar teknis juga memiliki kesempatan untuk mengambil keputusan
negara. Teknokrasi adalah bentuk dari pemerintahan dimana pakar teknis
mempunyai kekuasaan. Dalam teknokrasi, para pengambil keputusan akan dipilih
berdasarkan seberapa jauh mereka menguasi bidang tertentu seperti insinyur,
ilmuwan, dan profesional kesehatan.

7. Timokrasi adalah bentuk dari pemerintahan dengan ideal tertinggi negara diatur
oleh para pemimpin yang memiliki kehormatan dan kelayakan. Timokrasi ini
merupakan lawan dari kepemimpinan yang berdasarkan kelas, keturunan,
kekuasaan, dan hak istimewa.

8. Kleptokrasi Teman-teman apa sudah tahu, ternyata ada, lho, bentuk dalam
pemerintahan dimana pemegang kekuasaan menggunakan posisinya untuk
mencuri kekayaan negara atau korupsi. Mereka mengambil pajak yang berasal
dari rakyat untuk memperkaya kelompok tertentu atau dirinya sendiri. Semakin
massal tindak korupsi yang dilakukan pejabat publik, maka negara tersebut
semakin merujuk kepada kleptokrasi.

9. Oklokrasi Oklokrasi terjadi saat negara dalam anarki massa dengan


pemerintahan yang tidak legal. Mereka memiliki kekuasaan senjata dalam jumlah
besar, sehingga rakyat lain menjadi takut. Pada tahun 1930-an, Amerika Serikat
hampir masuk ke dalam kategori ini dimana keluarga mafia mengendalikan
negara secara ilegal dan inkonstitusional.

8
10. Plutokrasi Ketimpangan antara yang kaya dan yang miskin sangat telihat pada
plutokrasi. Hal ini karena bentuk dalam pemerintahan tersebut disetir oleh orang-
orang kaya yang tercipta dari suatu kondisi ekstrem. Mereka tidak hanya
menguasi sumber ekonomi dan politik, tetapi juga sumber militer seperti senjata,
dan lain-lain. Negara yang memiliki sumber daya alam seperti minyak dan logam
mulia berpotensi mengalami jenis pemerintahan ini. Karena pada umumnya,
badan yang mengontrol sumber daya tersebut ingin mempertahankan kondisi yang
menguntungkan mereka.4

D. Sistem Pemerintahan

Sistem pemerintahan negara dibagi menjadi dua klasifikasi besar, yaitu:

1. Sistem pemerintahan parlementer

Pada umumnya, negara-negara didunia menganut salah satu dari sistem


pemerintahan tersebut. Adanya sistem pemerintahan lain dianggap sebagai variasi
atau kombinasi dari dua sistem pemerintahan diatas. Negara Inggris dianggap
sebagai tipe ideal dari negara yang menganut sistem pemerintahan parlemen.
Bahkan, Inggris disebut sebagai Mother of Parliaments (induk parlemen),
sedangkan Amerika Serikat merupakan tipe ideal dari negara dengan sistem
pemerintahan presidensial.

Kedua negara tersebut disebut sebagai tipe ideal karena menerapkan ciri-
ciri yang dijalankannya. Inggris adalah negara pertama yang menjalankan model
pemerintahan parlementer. Amerika Serikat juga sebagai pelopor dalam sistem
pemerintahan presidensial. Kedua negara tersebut sampai sekarang tetap konsisten
dalam menjalankan prinsip-prinsip dari sistem pemerintahannya. Dari dua negara
tersebut, kemudian sistem pemerintahan diadopsi oleh negara-negara lain
dibelahan dunia. Klasifikasi sistem pemerintahan presidensial dan parlementer
didasarkan pada hubungan antara kekuasaan eksekutif dan legislatif. Sistem

4
S. T, Kansil, Ilmu Negara (umum dan indonesia), Jakarta: Pradya Paramita, 2004.

9
pemerintahan disebut parlementer apabila badan eksekutif sebagai pelaksana
kekuasaan eksekutif mendapat pengawasan langsung dari badan legislatif.

2. Sistem pemerintahan Presidensial

Dalam sistem pemerintahan presidensial, badan eksekutif dan legislatif


memiliki kedudukan yang independen. Kedua badan tersebut tidak berhubungan
secara langsung seperti dalam sistem pemerintahan parlementer. Mereka dipilih
oleh rakyat secara terpisah. Untuk lebih jelasnya, berikut ini ciri-ciri, kelebihan
serta kekurangan dari sistem pemerintahan presidensial. Sistem pemerintahan
Presidensial merupakan system pemerintahan di mana kepala pemerintahan
dipegang oleh presiden dan pemerintah tidak bertanggung jawab kepada parlemen
(legislatif). Menteri bertanggung jawab kepada presiden karena presiden
berkedudukan sebagai kepala Negara sekaligus kepala pemerintahan. Contoh
Negara: AS, Pakistan, Argentina, Filiphina, Indonesia. 5

Sistem pemerintahan Negara Indonesia Berdasarkan UUD 1945 Setelah


Diamandemen.

Sekarang ini sistem pemerintahan di Indonesia masih dalam masa transisi.


Sebelum diberlakukannya sistem pemerintahan baru berdasarkan UUD 1945 hasil
amandemen keempat tahun 2002, sistem pemerintahan Indonesia masih
mendasarkan pada UUD 1945 dengan beberapa perubahan seiring dengan adanya
transisi menuju sistem pemerintahan yang baru. Sistem pemerintahan baru
diharapkan berjalan mulai tahun 2004 setelah dilakukannya Pemilu 2004.

Berdasarkan undang – undang dasar 1945 sistem pemerintahan Negara Republik


Indonesia adalah sebagai berikut :

1. Negara Indonesia berdasarkan atas hukum, tidak berdasarkan kekuasaan belaka.


5
Bagehot, Walter, The English Constitution, London: Oxford University Press, second ed., eighth
printed, 1955

10
2. Pemerintahan berdasarkan atas sistem konstitusi (hukum dasar) tidak bersifat
absolutisme (kekuasaan yang tidak terbatas) .

3. Kekuasaan Negara yang tertinggi berada di tangan majelis permusyawaratan


rakyat.

4. Presiden adalah penyelenggara pemerintah Negara yang tertinggi dibawah


MPR. Dalam menjalankan pemerintahan Negara kekuasaan dan tanggung jawab
adalah ditangan prsiden.

5. Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR. Presiden harus mendapat


persetujuan dewan perwakilan rakyat dalam membentuk undang – undang dan
untuk menetapkan anggaran dan belanja Negara.

6. Menteri Negara adalah pembantu presiden yang mengangkat dan


memberhentikan mentri Negara. Menteri Negara tidak bertanggung jawab kepada
DPR.

7. Kekuasaan kepala Negara tidak terbatas. presiden harus memperhatikan dengan


sungguh – sungguh usaha DPR.6

6
Algemeene Secretarie, Regeringsalmanaak voor Nederlandsch-Indie 1942, eerste gedeelte:
Grondgebied en Bevolking, Inrichting van het Bestuur van Neder¬landsch-Indie,
Batavia: Landsrukkerij

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sistem pemerintahan negara menggambarkan adanya lembaga-lembaga


yang bekerja dan berjalan saling berhubungan satu sama lain menuju tercapainya
tujuan penyelenggaraan negara. Lembaga-lembaga negara dalam suatu sistem
politik meliputi empat institusi pokok, yaitu eksekutif, birokratif, legislatif, dan
yudikatif. Selain itu, terdapat lembaga lain atau unsur lain seperti parlemen,
pemilu, dan dewan menteri. Pembagian sistem pemerintahan negara secara
modern terbagi dua, yaitu presidensial dan ministerial (parlemen). Pembagian
sistem pemerintahan presidensial dan parlementer didasarkan pada hubungan
antara kekuasaan eksekutif dan legislatif. Dalam sistem parlementer, badan
eksekutif mendapat pengwasan langsung dari legislatif. Sebaliknya, apabila badan
eksekutif berada diluar pengawasan legislatif maka sistem pemerintahannya
adalah presidensial. Dalam sistem pemerintahan negara republik, lebaga-lembaga
negara itu berjalan sesuai dengan mekanisme demokratis, sedangkan dalam sistem
pemerintahan negara monarki, lembaga itu bekerja sesuai dengan prinsip-prinsip
yang berbeda.

B. Saran

Ketika sebuah negara menaati hukum sebagai salah satu prinsip negara
mungkin menjadikan negara itu melahirkan sebuah keadilan, dan menghilangkan
sikap dualisme antara rakyat dan pemerintah yang masih menerapkan sistem
tiranisme, konsep Demokrasi harus diberlakukan sepenuhnya demi keselarasan
tunduk pada hukum.

12
DAFTAR PUSTAKA

Algemeene Secretarie, Regeringsalmanaak voor Nederlandsch-Indie 1942, eerste


gedeelte: Grondgebied en Bevolking, Inrichting van het Bestuur van
Neder¬landsch-Indie, Batavia: Landsrukkerij

Bagehot, Walter, The English Constitution, London: Oxford University Press,


second ed., eighth printed, 1955

Bonar Sidjabat, 'Notulen Rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia',


Majalah Ragi Buana, 52, 1968

Budiyanto.2006.Pendidikan Kewarganegaraan untuk SMA kelas XII. Jakarta :


Erlangga

Clive Day, The Policy and Administration of the Dutch in Java, Kuala Lumpur:
Oxford University Press, 1972

Joeniarto, Demokrasi dan Sistem Pemerintahan Negara, Jakarta: PT Bina Aksara,


1984

S. T, Kansil, Ilmu Negara (umum dan indonesia), Jakarta: Pradya Paramita, 2004.

Tim ICCE UIN Jakarta, Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education)


Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani, Jakarta: ICCE
Uin Syarif Hidayatullah, 2000

13

Anda mungkin juga menyukai