KEKUASAAN NEGARA
Disusun Oleh :
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat – Nya dan
karunianya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun tema dari
makalah ini adalah “ Kekuasaan Negara “.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada
bapak Ahmad Ari Fatullah ,M.H,Yang telah memberikan tugas terhadap kami. Kami juga
ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak – pihak yang turut membantu dalam
pembuatan makalah ini.
Kami jauh dari kata sempurna. Dan ini merupakan langkah yang baik dari studi yang
sesungguhnya. Oleh karena itu, ketentuan waktu dan kemampuan kami, maka kritik dan
saran yang membangun senantiasa kami harapkan semoga makalah ini dapat berguna bagi
kita semua.
Penulis
i
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Ruang Lingkup 2
BAB II PEMBAHASAN 3
A. Pengertian Kekuasaan Negara 3
B. Doktrin Pemisahan Kekuasaan 5
C. Pemisahan Kekuasaan Di Indonesia 7
1.
2.
DAFTAR PUSTAKA 13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam sejarah hukum dan ketatanegaraan menunjukkan bahwa konsep kekuasaan
negara atau sering disebut dengan Trias Politika sebenarnya berasal dari konsep
pemerintahan Negara Yunani klasik. Menurut Aristoteles, diantara bentuk negara aristokrasi,
monarki, dan demokrasi, tidak ada satu pun yang ideal, sehingga yang di perlukan adalah
campur dari ketiga bentuk pemerintahan tersebut
Karena itu meskipun konsep trias politika sudah ada sejak zaman Aristoteles di Yunani,
tetapi pencetus konsep ini dalam arti modern adalah seorang ahli filsafat politik yang
bernama Charles Louis de Secondat Baron de Montesqueiu. Montesquieu, kelahiran Paris
(Prancis) tahun 1689 M, dan meninggal tahun 1755 M, adalah filsafat politik yang
terpengaruh ajaran-ajaran dari Thomas Hobbes, Rene Descartes, John Locke, dan lain-lain.
Kemudian ajaran-ajaran dari Montesquieu ini memengaruhi pula pemikiran dari David
Hume, Edmund Burke, Hegel, Alexis DE Tocqueville, Emile Durkheim, Thomas Paine,
Rousseau, dan lain-lain.
1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian Kekuasaan Negara
2. Doktrin pemisahan kekuasaan
3. Pemisahan kekuasaan di Indonesia
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengetahui apa itu pengertian kekuasaan negara
2. Untuk mengetahui apa saja doktrin pemisahan kekuasaan
3. Untuk mengetahui pemisahan kekuasaan di Indonesia
2
BAB II
PEMBAHASAN
Sedangkan Negara menurut Roger H Soltau adalah alat atau wewenang yang mengatur atau
mengendalikan persoalan-persoalan bersama atas nama masyarakat.
Jadi kekuasaan Negara diartikan sebagai suatu kemampuan atau wewenang yang dimiliki
suatu organisasi yang disebut Negara untuk mengatur dan mempengaruhi tingkah laku
manusia agar sesuai dengan kehendak atau tujuan bersama.
1
Antony Black menegarai bahwa untuk mewujudkan umat (komunitas) Islam yang berlandaskan wahyu Tuhan,
maka umat harus memiliki kekuasaan politik, dan untuk mewujudkan kekuasaan politik mesti menjadi upaya
bersama dengan menghimpun masyarakat yang berdedikasi pada satu tujuan yaitu mewujudkan sistem yang
benar. Lihat, Antony Black, Pemikiran Politik Islam Dari Masa Nabi Hingga Masa Kini, Penerjemah Abdullah Ali
& Maria Ariestyawati,(Jakarta : PT Serambi Ilmu Semesta, 2001), 575-576.
3
mabuk kekuasaan sering menganggap kritik sebagai tindakan pengkhianatan, karena dalam
bayangan diri penguasa itu telah menjadi personifikasi dari kebenaran itu sendiri.2
dalam bukunya Ni’matul Huda yang berjudul ilmu negara, bahwasanya kekuasaan
Negara adalah dominasi dan pemerintahan atas dasar kekerasan. Kekuasaan tidak dapat
ditegakkan tanpa kekuatan yang menunjangnya. Kekuatan penunjang ini hanya dapat
diberikan oleh solidaritas dan kelompok yang mendukungnya. Tanpa suatu kekuatan yang
selalu dalam keadaan siap siaga, dan bersedia mengorbankan segala-galanya untuk
kepentingan bersama, maka kekuasaan penguasa tidak dapat ditegakkan dengan solidaritas.3
Lebih lanjut Ibnu Khaldun mengemukakan, kendatipun kekuasaan itu memiliki segi-
seginya yang negatif, terutama apabila berada ditangan orang-orang yang telah lupa akan
keluhuran budi pekerti yang menjadi dasar dari kekuasaan itu, aspek-aspeknya yang positif
jauh melebihi segi-seginya yang negatif. Kelanjutan eksistensi manusia di atas dunia
tergantung pada kekuasaan, karena kekuasaan itulah yang merupakan kata listator bagi
manusia untuk bekerja sama dan tolong-menolong dalam memenuhi berbagai kebutuhan
hidup, serta menghalangi orang-orang dari mengikuti kemauan hatinya yang pada umunya
bersifat destruktif. Dan kekuasaan itu memiliki perkembangannya sendiri, mulai dari suatu
lingkungan yang kecil, dan berkembang terus sampai, apabila ia mendapat kesempatan,
mencapai tingkat kekuasaan yang tertinggi, yaitu kekuasaan Negara.4
Negara adalah kekuasaan merupakan simbol isasi tertinggi kekuasaan politik yang
sifatnya mencakup semua (all embracing) dan mutlak. Machiavelli berpandangan bahwa
Negara kekuasaan (machstaat) ialah dimana kedaulatan tertinggi terletak pada kekuasaan
penguasa dan bukan rakyat dan prinsip-prinsip hukum.5
2
A. Rahman Zainuddin, Pokok-Pokok Pemikiran Islam dan Masalah Kekuasaan Politik, dalam Aneka Pemikiran
tentang Kuasa dan Wibawa, (Jakarta :Sinar Harapan, 1984), 194.
3
Ibnu Khaldun, Muqaddimah, yang dikutip kembali oleh A. Rahman Zainuddin, Kekuasaan Dan Negara
Pemikiran Politik Ilbu Khaldun, (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama), 13.
4
Ibnu Khaldun, Muqaddimah, yang dikutip kembali oleh A. Rahman Zainuddin, Kekuasaan Dan Negara
Pemikiran Politik Ilbu Khaldun, 141.,
5
Ahmad Suhelmni, Pemikiran Politik Barat Kajian Sejarah Perkembangan Pemikir Negara, Masyarakat Dan
Kekuasaan, (Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama), 133.
4
4. Menurut Jean Jacques Rousseau
Negara sebagai organisasi kedaulatan rakyat. Dalam pemikirannya tentang teori kontrak
sosial yang berkaitan dengan pembentukan kekuasaan Negara. Ia menjelaskan bahwa Negara
merupakan sebuah produk perjanjian sosial. Individu -individu dalam masyarakat sepakat
untuk menyerahkan sebagian hak-haknya, kebebasan dan kekuasaan yang dimilikinya kepada
suatu kekuasaan bersama.6
Kekuasaan bersama ini dinamakan Negara, kedaulatan rakyat, kekuasaan Negara, atau
istilah-istilah lain yang identik dengannya.
Dalam doktrin trias politika, dikenal asas separation of powers tiga cabang kekuasaan,
yaitu: kekuasaan legislatif; kekuasaan eksekutif; dan keuasaan yudisial. Fungsi dari asas
separation of powers untuk mencegah konsentrasi kekuasaan di bawah satu tangan dan
mencegah adanya campur tangan antar badan kekuasaan, sehingga badan pemerintahan yang
satu tidak dapat melaksanakan kewenangan badan pemerintahan yang lain.7 Setelah UUD
NRI 1945 mengalami empat kali perubahan, dapat dikatakan bahwa sistem konstitusi
Indonesia telah menganut doktrin pemisahan kekuasaan itu secara nyata, bukti mengenai hal
ini adalah hubungan-hubungan antar lembaga (tinggi) negara itu bersifat saling
mengendalikan satu sama lain sesuai dengan prinsip checks and balances.8
Teori pemisahan kekuasaan pertama kali dipopulerkan secara ilmiah oleh John Locke
seorang filosof berkebangsaan Inggris (1632-1704) dalam bukunya Two Treatises of
Government, yang terbit tahun 1690. John Locke membagi kekuasaan dalam Negara menjadi
tiga yaitu : pertama, kekuasaan membentuk undang-undang (legislatif); kedua, kekuasaan
melaksanakan undang-undang (eksekutif); dan ketiga, kekuasaan mengenai perang dan
damai, membuat perserikatan dan aliansi serta segala tindakan dengan semua orang dan
badan-badan di luar negeri (federatif).9
6
Ahmad Suhelmi, Pemikiran Politik Barat, (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama 2001), 251.
7
Khumaidi, “Pemisahan Dan Pembagian Kekuasaan Dalam Konstitusi Perspektif Desentralisasi”, Jurnal
Kebangsaan, Volume 6, Nomor 1, September Tahun 2012, 19.
8
Jimly Asshiddiqqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara Jilid II, Jakarta, Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan
MKRI, 2006, 24.
9
Ismail Suny, Pembagian Kekuasaan Negara. Jakarta: Aksara Baru, 1982, 1-2.
5
Berkaitan dengan fungsi negara, John Locke membedakannya ke dalam empat fungsi.
Keempat fungsi negara tersebut adalah pembentukan undang-undang (legislating), membuat
keputusan (judging), menggunakan kekuatan secara internal dalam melaksanakan undang-
undang (employing forces internally in the execution of the Laws) dan menggunakan
kekuatan-kekuatan tersebut di luar negeri, dalam membela masyarakat. perang dan damai
serta kekuasaan luar negeri. Sedangkan fungsi kedua yaitu membuat keputusan (the function
of judging) dianggapnya bukan sebagai kekuasaan. Oleh karena itu menurutnya tidak perlu
mengindividualisir kekuasaan membuat keputusan (the powers of judging) secara tersendiri
dalam bagian terpisah karena fungsi ini merupakan fungsi negara tradisional. Lebih lanjut
John Locke beranggapan bahwa bila kekuasaan diletakkan pada tangan yang berbeda dapat
dicapai suatu keseimbangan.10
Pemikiran John Locke, ternyata mempengaruhi ahli hukum Perancis bernama Montesquieu
(1689-1755) untuk lebih menyempurnakan konsep pemisahan kekuasaan.
Kedua, doktrin pemisahan kekuasaan juga menentukan bahwa masing-masing organ tidak
boleh turut campur atau melakukan intervensi terhadap kegiatan organ yang lain. Dengan
demikian, independensi masing-masing cabang kekuasaan dapat terjamin.
Ketiga, adanya prinsip checks and balances, di mana setiap cabang mengendalikan dan
mengimbangi kekuatan cabang-cabang kekuasaan yang lain. Dengan adanya perimbangan
10
Brewer-Carias dalam Efik Yusdiansyah, Ibid, 24-25.
6
yang saling mengendalikan tersebut, diharapkan tidak terjadi penyalahgunaan kekuasaan di
masing-masing organ yang bersifat independen itu. Dengan demikian, dari sisi konsep asas
separation of power, badan yudisial memiliki fungsi untuk memutus perkara (ajudikasi)
sehingga praktik policy-maker yang dilakukan pengadilan (MK) adalah tindakan yang
mengintervensi kewenangan dari badan legislatif dalam melakukan tugas membuat legislasi.
Dikutip dari buku Kejaksaan RI: Posisi dan Fungsinya dari Perspektif Hukum (2005) karya
Marwan Effendy, Sir Ivon Jennings membagi pemisahan kekuasaan berdasarkan definisi
material dan formal.
Sementara dilihat dari definisi formalnya, pemisahan kekuasaan ini menandakan bahwa
pemisahan tersebut tidak dipertahankan secara tegas.
7
A. Pembagian Kekuasaan secara Horizontal
11
http://pkn-ips.blogspot.co.id/2014/10/konsep-pembagian-kekuasaan-negara-di.html, diakses tgl 14 Oktober
2020 pukul 14.50
8
d. Kekuasaan yudikatif atau disebut kekuasaan kehakiman, yaitu kekuasaan untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan. Kekuasaan ini dipegang
oleh Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 24
ayat (2) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa Kekuasaan
kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di
bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan
peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah
Konstitusi.
Pasal 18 ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa
Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi
9
itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu
mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang.
Hal tersebut ditegaskan dalam Pasal 18 ayat (5) UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 yang menyatakan Pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya,
kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan Pemerintah
Pusat. Pemberian otonomi kepada daerah bertujuan meningkatkan daya guna dan hasil guna
penyelenggaraan pemerintahan di daerah, terutama dalam pelaksanaan kepada masyarakat
maupun meningkatkan kestabilan politik dan kesatuan bangsa13
12
Ibid
13
HAW. Widjaja, 1998, Percontohan Otonomi Daerah di Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta, 147.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sedangkan Negara menurut Roger H Soltau adalah alat atau wewenang yang
mengatur atau mengendalikan persoalan-persoalan bersama atas nama
masyarakat.
11
3. Pemisahan Kekuasaan di Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.uinbanten.ac.id/3549/5/skripsi%20revisi%20BAB%20III.pdf, 14 Oktober
2022
https://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11646/2/T2_322013014_BAB%20I.pdf ,
14 Oktober 2022
12
Kekuasaan Negara : Pengertian, Hakikat, Tujuan, Unsur, Teori, Fungsi, Macam, Kedaulatan,
Asas, Pemisah. (2022). Diakses pada 14 Oktober 2022, dari
https://duniapendidikan.co.id/kekuasaan-negara/
Konsep pemisahan dan pembagian kekuasaan (2022). Diakses pada 14 Oktober 2022 dari
https://amp.kompas.com/skola/read/2022/06/09/100000769/konsep-pemisahan-dan-
pembagian-kekuasaan#amp_tf=Dari%20%251%24s&aoh=16657536852318&referrer=https
%3A%2F%2Fwww.google.com
13