Anda di halaman 1dari 17

TEORI KEDAULATAN DAN TEORI KEKUASAAN

Dosen Pengampu : Muhammad Zuchri Nasuha Lubis, S.H., M.Si

Disusun Oleh

KELOMPOK 1 :

SONYA NOPRISA SUMANTRI (0203222116)

FEBRI ADELIA NINGSIH (0203222103)

SYACHARANI AULIA FACHRI (0203222135)

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

2023-2024
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb.

Segala puji hanya bagi Allah, Tuhan semesta alam, yang telah memberikan petunjuk
dan rahmat-Nya kepada kita sebagai hamba-Nya. Shalawat dan salam semoga tercurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai utusan Allah dan teladan bagi umat manusia. Dalam
rangka penyusunan karya tulis ini, kami ingin mengucapkan rasa syukur dan puji syukur tak
terhingga kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat, hidayah, dan karunia-Nya yang
telah melimpahkannya kepada kami. Karya tulis ini berjudul “TEORI KEDAULATAN DAN
TEORI KEKUASAAN” yang merupakan hasil upaya dan dedikasi kami

Kami sadar bahwa karya tulis ini tidak lepas dari keterbatasan pengetahuan dan
pemahaman kami sebagai manusia. Oleh karena itu, kami terbuka untuk menerima saran,
masukan, dan kritik yang membangun guna meningkatkan kualitas karya ini. Semoga Allah
SWT senantiasa meridhai usaha kami dalam menyebarluaskan pengetahuan yang bermanfaat
dan menjadikannya sebagai amal jariyah yang terus mengalir pahalanya.

Akhir kata, semoga karya tulis ini dapat memberikan manfaat dan menjadi jembatan
untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT serta mendorong kita untuk mengamalkan
ajaran-Nya dalam kehidupan sehari-hari. Segala kesalahan dan kekurangan dalam karya ini
adalah tanggung jawab kami sendiri. Kami berharap semoga Allah SWT senantiasa
memberikan hidayah dan rahmat-Nya.

i
DAFTAR ISI

KATA PEGANTAR ........................................................................................................... i

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ..................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 1
C. Tujuan Masalah.................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 3


A. Teori Kedaulatan .................................................................................................. 3
a) Aspek-Aspek Teori Kedaulatan .................................................................... 4
b) Macam-Macam Teori Kedaulatan ................................................................ 5
B. Macam-Macam Tindakan Hukum Pemerintahan ............................................ 9
a) Aspek-Aspek Teori Kekuasaan .................................................................... 11
b) Macam-Macam Teori Kekuasaan................................................................ 12

BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 13


A. Kesimpulan ......................................................................................................... 13
B. Saran .................................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Konsep kedaulatan berasal dari Eropa pada abad pertengahan. Awalnya, kedaulatan
dalam konteks monarki yang berdaulat, di mana raja memiliki otoritas absolut atas
wilayahnya dan rakyatnya. Seiring berjalannya waktu, konsep ini berkembang menjadi
pemahaman modern tentang kedaulatan negara.

Kedaualatan mengacu pada kekuasaan tertinggi dan independen suatu negara untuk
mengatur urusan dalam batas wilayahnya tanpa campur tangan dari negara lain. Prinsip
kedaulatan negara adalah salah satu dasar hubungan internasional dan hukum internasional
modern.

Teori kekuasaan mengeskplorasi konsep kekuatan politk, bagaimana kekuatan itu


didefinisikan, diukur, dan digunakan. Ini mencakup aspek militer (hard power), ekonomi,
diplomasi, serta pengaruh budaya social dan nilai.

Penting untuk di ingat bahwa teori kedaulatan dan teori kekuasaan adalah bagian integral
dari studi ilmu politik dan hubungan internasional dan juga ilmu hukum. mereka membantu
menganalisis dinamika politik dan hukum dalam berbagai skala, dari tingkat negara hingga
tingkat global, dan memengaruhi kebijakan pemerintah dan tindakan internasional.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Teori Kedaulatan ?


2. Apa saja Aspek-Aspek Teori Kedaulatan ?
3. Apa saja Macam-Macam Teori Kedaulatan ?
4. Apa yang dimaksud dengan Teori Kekuasaan ?
5. Apa saja Aspek-Aspek dari Teori Kedaulatan ?
6. Apa saja Macam-Macam dari Teori Kedaulatan ?

1
C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui Teori Kedaulatan


2. Untuk mengetahui Aspek-Aspek Teori Kedaulatan
3. Untuk mengetahui Macam-Macam Teori Kedaulatan
4. Untuk mengetahui Teori Kekuasaan
5. Untuk mengetahui Aspek-Aspek Teori Kekuasaan
6. Untuk mengetahui Macam-Macam Teori Kekuasaan

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. TEORI KEDAULATAN

Istilah kedaulatan merupakan terjemahan dari Bahasa Inggris dan Jerman,soverigignty


atau souvereinteit yang secara langsung merujuk kepada pengertian “Kekuasaan yang
Tertinggi” dalam bahasa latin disebut juga supremus. Sedangkan kedaulatan sendiri berasal
dari bahasa Arab, yaitu dawlah atau daulah, yang pada intinya berarti kekuasaan.1 Dalam
berbagai bahasa kedaulatan dapat diartikan sebagai wewenang satu kesatuan politik.2

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kedaulatan merupakan kekuasaan tertinggi atas
pemerintahan negara, daerah dan sebagainya. Secara etimologis kedaulatan diartikan sebagai
yang teratas dan superioritas. Adapun arti kedaulatan sendiri ialah konsep mengenai
kekuasaan tertinggi dalam negara.

Dalam konteks negara dan kehidupan bernegara, kedaulatan berkatitan dengan


kekuasaan atau hak atas sesuatu objek yang dikenal oleh kekuasaan atau hak tersebut3. Jika
ada kekuasaan yang lebih tinggi, berarti kedaulatan tidak layak mendapatkan kekuasaan yang
lebih tinggi. C.F. Strong menyatakan bahwa kedaulatan sebgaai suatu atribut khusus negara
yang merupakan perwujudan kekuasaan untuk membentuk hukum dan untuk menerapkan
hukum dengan alat-alat kekuasaan yang memaksa4.

Menurut Jean Bodin orang yang pertama kali mengemukakan konsep kedaulatan
berpendapat bahwa kedaulatan adalah “wewenang tertinggi yang tidak dapat dibatasi oleh
hukum”. Wewenang tersebut ada pada penguasa yang menguasai seluruh warga negara dan
orang lain dalam ruang lingkup wilayahnya. Jimly Asshidiq menyimpulkan bahwa kedaulatan
adalah sebagai kekuasaan yang tertinggi di dalam suatu negara atau kesatuan yang tidak
terletak dibawah kekuasaan lain.

Menurut James J. Sheehan, kedaulatan adalah suatu hal dan meliputi banyak hal (the
one or the many). Kedaulatan tidak menggambarkan institusi-institusi yang menjalankan

1
Jimly Asshidiqie, 2008, Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia: Pasca Reformasi. Jakarta: PT. Bhuana
Ilmu Populer , Hlm. 158
2
Jimly Asshidiqie, Op. Cit., hlm. 158
3
Hotma P. Sibuea, 2014, ILMU NEGARA, Jakarta: Erlangga, hlm. 207
4
C.F Strong, 1975, Modern Political Constitution: An Introduction to the Comparative Study of ther History
and Existing Form, SIdwick and Jakson Limited, hlm. 6

3
kekuasaan. Kedaulatan juga tidak menggambarkan tujuan dari pelaksanaan kekuasaan. Oleh
karenanya, kedaulatan tidak hanya melulu membahas mengenai kekuasaan itu berada.5

Kedaulatan menurut Jean Bodin kedaulatan mempunyai 3 sifat pokok yang melekat
pada konsepnya yaitu :6

1. Absolute atau Absolut, artinya kedaulatan tersebut tidak ada terbatas, sebab apabila
terbatas maka sifat tertinggi akan lenyap.
2. Indivisible atau tidak terbagi, artinya kedaulatan itu tidak berasal dari kekuasaan yang
lain yang lebih tinggi dan hanya satu-satunya kekuasaan yang tertinggi.
3. Permanent atau Abadi, permanent artinya kedaulatan yang tetap ada selama negara itu
masih berdiri.

Kedaulatan adalah kekuasaan yang tertinggi dalam setiap negara. Kedaulatan tidak
mengizinkan adanya saingan. Kedaulatan tidak mengenal batas, karena membatasi
kedaulatan berarti adanya kedaulatan yang lebih tinggi. kedaulatan itu lengkap, sempurna
karena tidak ada manusia dan organsasi lain yang diperkecualikan oleh kekuasaan yang
berdaulat.

a. Aspek-Aspek Teori Kedaulatan

Menurut Jean Bodin, kedaulatan merupakan sumber utama untuk menetapkan hukum.
Kedaulatan merupakan sumber otoritas yang berada pada asas tertinggi hierarki hukum 7 .
Sedangkan aspek kedaulatan terdiri dari:

1. Kedaulatan ke dalam (The Internal Sovereignty)


Kedaulatan ke dalam atau internal, yaitu kekuasaan tertinggi di dalam negara
untuk mengatur fungsinya. Pemerintah berhak mengatur segala kepentingan rakyat
melalui berbagai lembaga negara dan perangkat lainnya, tanpa campur tangan negara
lain. Kedaulatan ke dalam merupakan kedaulatan yang dimiliki suatu negara untuk
mengatur dan menjalankan organisasi negara sesuai dengan peraturan pandangan
yang berlaku di negara tersebut, dan rakyat harus patuh dan tunduk dengan apa yang
digariskan pemerintah.

5
James J. Sheehan, 2006, The problem of sovereignt, The American History Review Vol III NO.1, February,
hlm. 419
6
Scoot Grading, Controlling the state constitutionalism form ancient Athens to today, (Harvard University
Press, paperback edition, 2002), hlm. 22
7
Jimly Asshidiqie, Op. Cit., hlm. 9

4
Menurut C.F Strong, kedaulatan internal merupakan supremasi seseorang atau
himpunan orang dalam negara atas individu-individu dan himpunan orang-orang
dalam wilayah yurisdiksinya.8 Kedaulatan internal berkaitan dengan supremasi suatu
negara untuk memliki batas-batas wilayah.

2. Kedaulatan ke luar ( The External Sovereignty)


Kedaulatan ke luar, yaitu kekuasaan tertinggi di dalam negara untuk mengadakan
hubungan dengan negara lan serta mempertahankan wilayah dar berbagai ancaman
dar luar. Negara mengadakan hubungan atau kerjasama dengan negara lain guna
kepentingan nasionalnya. Kedaulatan ke luar merupakan kedaulatan yang berkaitan
dengan wewenang untuk mengatur pemerintahan dan menjaga keutuhan wilayah
suatu negara yang sepatutnya juga dihormati negara lain. Pelaksanaan konsep
kedaulatan ke luar negeri seperti adanya hubungan diplomatic, perjanjian antar
negara, hubungan dagang dan social budaya.

3. Kedaulatan hukum dan kedaulatan politik (The Legal and The Political
Sovereignty)
Kedaulatan hukum berarti kedaulatan negara untuk membuat undang-undang,
sedangkan kedaulatan politik berkaitan dengan kekuasaan rakyat untuk turut serta
dalam mengambil keputusan-keputusan politik yang berkaitan dengan
penyelenggaraan negara.9

b. Macam-Macam Teori Kedaulatan


a) Teori Kedaulatan Tuhan
Sumber kekuasaan tertinggi dalam teori ini adalah Tuhan. Maka untuk mengatur
kekuasaan Tuhan menyerahkannya pada penguasa yang dianggap sebagai wakil.
Penganut teori ini menilai kedaulatan negara bersifat suci dan mutlak sehingga wajib
ditaati seluruh rakyat dengan patuh kepada raja atau pemerintah atas nama Tuhan dan
untuk Tuhan.
Teori ini berkembang pada abad XV atau abad pertengahan di mana pada saat itu
muncul dua organisasi kekuasaan yaitu organisasi kekuasaan Negara yang dipimpin
8
C.F Strong, Op. Cit., hlm. 7

9
Hotma Sibuea, Op. Cit., hlm. 220

5
oleh Raja , dan organisasi kekuasaan gereja yang dipimpn oleh Paulus. Pemikiran
tentang Kedaulatan Tuhan dikembangkan oleh Agustinus, Thomas Aquinas dan
Marsilius.
Pada abad pertengahan, pemikiran ini sempat menimbulkan perdebatan seiring
keberadaan organisasi kekuasaan negara yang dipimpin raja dan organisasi kekuasaan
gereja yang dipimpin oleh Paus. Kedua organisasi ini memiliki ideology yang
sungguh berbeda akan tetapi kedua organisasi ini percaya dan mengakui bahwa
kekuasaan tertinggi berada di tangan Tuhan. Hanya saja yang menjadi pokok
permasalahan dan perbedaanya adalah siapa yang yang menjadi wakil Tuhan di dunia.
Dan ada perdebatan lagi, apabila kekuasaan tertinggi atau kedaulatan adlaah milik
Tuhan, konkretnya kedaulatan tersebut dimiliki oleh raja atau Paulus.
Agustinus berpendapat bahwa Paus merupakan perwakilan Tuhan di dunia,
makanya Paus merupakan pemegang kedaulatan Tuhan di muka bumi ini. Selanjutnya
Thomas Aquinas berpemikiran bahwa raja dan paus mempunyai derajat kedaulatan
yang sama, yang membedakan hanya tugasnya saja. Raja mempunyai domain tugas
dalam hal-hal keduniawian, sedangkan Paus domain tugasnya bersifat keagamaan.
Thomas Aquinas menyatakan bahwa meskipun kedaulatan tidak terikat oleh daya
paksa hukum, tetapi kedaulatan tunduk pada hukum Tuhan dan hukum alam dengan
sanksi yang dipaksakan oleh Tuhan.10
Pada kenyatannya pemikiran kedaulatan Tuhan ini akan memudar seiring fakta
keberadaan Raja yang tak selamanya berkuasa kuat. Fakta bahwa raja dapat
ditaklukkan oleh raja dari kerajaan yang lain ataupun raja yang turun tahta karena
pemberontakan, telah mematahkan ekesistensi keberadaan kedaulatan Tuhan pada
waktu itu. 11

b) Teori Kedaulatan Raja


Teori ini menilai sumber kekuasaan tertinggi berada ditangan raja. Konsep teori
ini merupakan penjabaran dari kedaulatan Tuhan karena dalam teori tersebut
disebutkan bahwa raja atau pemimpin adalah wakil tuhan untuk urusan dunia.

10
Dalam Sigit Riyanto, 2012, Kedaulatan Negara Dalam Kerangka Hukum Internasional Kontemporer, Jurnal
Yustisia, Vol. 1 No. 3, September-Desember, hlm 7
11
Brian Z Tamanaha, 2004, On The Rule of Law, Cambridge University Press, hlm. 19

6
Raja dalam hal ini dianggap sebagai pemimpin suci yang dipilih oleh tuhan
termasuk sebagai pemegang kedaulatan untuk menciptakan hukum dan sekaligus
melaksanakannya.12
Jika ajaran kedaulatan raja pada mulanya dapat diterima oleh rakyat maka lama-
kelamaan ia ditolak bahkan dibenci oleh rakyat karena sifat raja yanhg sewennag-
wenangnya. Rakyat tidak dapat tempat perlindungan lagi dari raja oleh karena itu
rakyat mulai sadar bahwa keadaan semacam itu tidak dapat dipertahankan lagi. Sejak
itu mulailah muncul ajaran-ajaran baru yang memberi jaminan kepada rakyat yang
sewajarnya. Diantaranya adalah ajaran monarchomachen hendak membatasi
kekuasaan raja. Baru kemudian muncul ajaran kedaulatan rakyat dari Rousseau yang
disusul dengan pemberontakan rakyat.13

c) Teori Kedaulatan Negara


Menurut teori ini, negara adalah satu-satunya sumber hukum yang memiliki
kekuasaan tertinggi atau kedaulatan dan juga menjadi lembaga tertinggi dalam
kehidupan suatu bangsa sehingga kedaulatan ini muncul beriringan dengan pendirian
negara tersebut. Dalam hal ini, pemerintah marupakan pelaksana kekuasaan negara.
Maka setiap tindakan dan kebijakan yang berlaku berasal dari, oleh, dan untuk negara.
Kekuasaan ada pada negara sebagai organ yang membentuk hukum. Jadi negara
merupakan suatu kesatuan yang menciptakan hukum. Segala hukum yang berlaku
harus berasal dari legitimasi negara. Penganut teor kedaulatan negara adalah Jean
Bodin dan George Jellinek. Sebagaimana disampaikan oleh Jellinek bahwa hukum
merupakan penjelmaan dari kehendak kemauan negara.
Dalam pemikiran kedaulatan negara ini, negara ditempatkan sebagai subyek
hukum. Oleh karenanya, negara mempunyai hak dan kewajiban dalam melkaukan
perbuatan hukum. Negara mempunyai kemauan dan kehendak untuk memerintah
sehingga negara mempunyai kapasitas untuk memaksakan kehendak.14

d) Teori Kedaulatan Hukum


Teori ini berpendapat bahwa hukum mempunyai sumber kekuasaan tertinggi
didalam suatu negara. Berkaitan dengan kedaulatan hukum, Solly Lubis berpendapat
12
Jimly Asshidiqie, Gagasan Kedaulatan, Op. Cit., hlm.10
13
Moh. Koesnardi dan Bintan R. Saragih, Ilmu Negara, (Jakarta: Perntis Press, 1985) hlm. 107
14
Hotma P Sibuea, Op.Cit., hlm. 230

7
bahwa hukum merupakan pernyataan penilaian dari kesadaran hukum manusia, dan
bahwa hukum merupakan sumber kedaulatan.15
Dalam pemikiran kedaulatan hukum ini, hukum berdaulat atas negara. Hukum
mempunyai kemauan yang berbeda dengan kemauan negara. Oleh karenanya, hukum
berposisi sebagai kekuasaan tertinggi. Hukum menjadi sumber kekuasaan negara.
Pemkiran ini sebenarnya menyatakan bahwa kedaulatan hukum sebagai antilesa dari
kedaulatan negara.

e) Teori Kedaulatan Rakyat


Teori kedaulatan rakyat bertolak dari persepsi bahwa sesungguhnya rakyatlah
yang memegang kekuasaan tertinggi dalam negara bukan penguasa. Teori kedaulatan
rakyat lahir sebagai reaksi dari teori kedaulatan raja dan teori kedaulatan negara yang
melahirkan absolutisme karena penguasa cenderung mempertahankan dan
memperluas kekuasaannya.
Pada awalnya terdapat para individu-individu yang berhimpun melalui perjanjian
masyarakat untuk membentuk masyarakat. Kekuasaann tersebut diberikan oleh
masyarakat kepada raja. Kekuasaan raja tersebut dibatasi oleh hukum alam. Raja
mendapatkan kekuasaan dari rakyat. Dalam hal ini, kedaulatan tidak berada di tangan
raja, tetapi kedaulatan berada di rakyat. Hal ini berdasarkan pemkiran J.J Rousseau
yang mengajarkan tentang hukum alam.
Kedaulatan rakyat bukan berarti sekumpulan atau berhimpunnya individu-
individu di dalam suatu negara, melainkan kesatuan yang dibentuk oleh individu-
individu yang mempunyai kehendak yang sama melalui perjanjian masyarakat.
Kehendak yang sama tersebut dipahami Rousseau sebagai kehendak umum (volennte
generale). Inilah yang menginisiasi lahirnya pemikiran kedaulatan rakyat. Kedaulatan
rakyat juga dikembangkan oleh Immanuel Kant. Negara bertujuan untuk menegakkan
hukum dan menjamin kebebas warga negaranya. Menurut Kant, kebebasan warga
negara dibatasi oleh undang-undang yang merupakan penjelmaan dari kemauan
rakyat. Oleh karenanya, rakyatlah yang memegang kedaulatan.16

15
M. Solly Lubis, 2007, Ilmu Negara, Bandung: Penerbit CV. Mandar Maju, hlm. 41-43
16
Jimly Asshidiqie, Gagasan Kedaulatan, Op. Cit., hlm.328

8
` B. TEORI KEKUASAAN
Kekuasaan adalah kewenangan yang didapat kan oleh seseorang atau kelompok
guna menjalankan kewenangan tersebut sesuai. Dengan kewenangan yang diberikan,
kewenangan tidak boleh dijalankan melebihi kewenangan yang diperoleh atau kemampuan
seseorang atau kelompok untuk memengaruhi tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai
dengan keinginan dari pelaku ( Miriam Budiardjo, 2002) .Atau kekuasaan merupakan
kemampuan memengaruhi pihak lain untuk berpikir dan berperilaku sesuai dengan
kehendak .yang memengaruhi ( Ramlan Surbakti, 1992) .
Dalam pembicaraan umum, kekuasaan dapat berarti kekuasaan golongan, kekuasaan
raja, kekuasaan pejabat negara. Sehingga tidak salah bila dikatakan kekuasaan adalah
kemampuan untuk memepengaruhi pihak lain menurut kehendak yang ada pada pemegang
kekuasaan tersebut.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kekuasaan adalah kemampuan orang
atau golongan untuk menguasai orang atau golongan lain berdasarkan kewibawaan,
wewenang, karisma, atau kekuatan fisik. Dari pengertian kekuasaan menurut KBBI, maka
dapat dikatakan bahwa kekuasaan yang berasal dari kewibawaan dan wewenang ini
biasanya dimiliki oleh para pemimpin negara atau pejabat negara.

Selain itu terdapat juga beberapa pengertian menurut beberapa pakar ahli hukum
tentang teori kekuasaan ini:

1) Menurut Montesquieu
Kekuasaan itu dibagi menjadi tiga golongan. Kekuasaan yang dibagi menjadi
tiga golongan ini saat ini dikenal dengan istilah Trias Politica. Adapun tiga golongan
kekuasaan yang dimaksud, yaitu kekuasaan legislatif, kekuasaan eksekutif, dan
kekuasaan yudikatif.

Setiap golongan kekuasaan memiliki tugas yang berbeda-beda. Kekuasaan legislatif


memiliki tugas untuk membuat peraturan dan Undang-Undang. Kekuasaan eksekutif
mempunyai tugas untuk menjalankan peraturan dan Undang-Undang yang telah
diciptakan. Kekuasaan yudikatif mempunyai tugas untuk mengadili sesuatu seseorang
yang memiliki kesalahan atau pelanggaran sesuai dengan Undang-Undang yang
berlaku.

9
2) Max Weber
Mengatakan bahwa kekuasaan adalah sebuah kesempatan yang dimiliki oleh
seseorang atau kelompok dengan tujuan untuk memenuhi keinginan atau
kehendaknya dalam hubungan sosial walaupun harus menentang atau menghadapi
kehendak orang lain. Berdasarkan pengertian ini, kekuasaan dapat diartikan sebagai
sesuatu yang menyeramkan karena harus memaksa orang lain untuk mewujudkan
keinginannya.

3) Walter Nord
Walter Nord mengungkapkan bahwa kekuasaan adalah kemampuan yang
digunakan untuk mewujudkan tujuan-tujuan tertentu dan berbeda dari tujuan-tujuan
lainnya.

4) Harold D. Lasswell dan Abraham Kaplan


Menurut Harold D. Lasswell dan Abraham Kaplan, kekuasaan adalah sebuah
hubungan antara individu atau kelompok dengan individu atau kelompok lainnya
dengan tujuan untuk menentukan suatu tindakan atau aksi agar tidak berbeda arah dan
sesuai dengan yang tindakan yang diinginkan.

5) John Locke
Menurut John Locke, kekuasaan adalah suatu hal yang tidak bisa dijadikan
berada di dalam satu unsur yang sama atau suatu hal itu harus dipisah satu sama lain.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, pengertian kekuasaan dari John
Locke ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu kekuasaan legislatif, kekuasaan eksekutif,
dan kekuasaan federatif.
Menurut John Locke setiap kekuasaan memiliki tugasnya masing-masing,
seperti kekuasaan legislatif yang memiliki tugas untuk membuat peraturan dan
Undang-Undang. Kekuasaan eksekutif yang bertugas untuk menjalankan Undang-
Undang yang telah dibuat oleh kekuasaan legislatif dan memiliki kewenangan untuk
mengadili. Kekuasaan federatif memiliki tugas untuk menjaga keamanan negara dan
menjaga hubungan negara dengan negara lainnya.

10
a. Aspek-Aspek Teori Kekuasaan
Berikut adalah aspek-aspek teori kekuasaan yang ada di dunia maupun di Indonesia
menurut beberapa ahli:
1. Kekuasaan Politik
Ini adalah bentuk kekuasaan yang berkaitan dengan pengaruh dalam pengambilan
keputusan politik dan kendali terhadap lembaga-lembaga pemerintahan. Kekuasaan
politik memengaruhi pembuatan kebijakan, penegakan, dan struktur pemerintahan.17

2. Kekuasaan Ekonomi
Kekuasaan ekonomi melibatkan control dan sumber daya ekonomi, termasuk
perusahaan besar, keuangan, dan industry. Individu, kelompok, atau entitas yang
mengendalikan aspek ekonomi memiliki pengaruh dalam mengatur ekonomi suatu
negara atau daerah.18

3. Kekuasaan Sosial
Ini terkait dengan pengaruh dan control dalam konteks hubungan social dan interaksi
antar individu dalam masyarakat. Kekuasaan social mencakup faktor seperti status
social, reputasi, dan jaringan social.19

4. Kekuasaan Budaya dan Simbolik


Kekuasaan budaya dan simbolik melibatkan control atas norma,nilai, dan representasi
kultural dalam masyarakat. Ini mencakup pengaruh dalam memebangun narasi, citra,
dan makna dalam budaya.20

5. Kekuasaan Global
Kekuasaan global melibatkan pengaruh dan control yang dimliki oleh negara-negara
besar, organisasi internasional, dan actor global dalam urusan dunia. Ini mencakup
diplomasi, kebijakan luar negeri, dan perdagangan internasonal.

17
Max Weber, Economy and Society, 1963, (London: University of California Press), hlm. 134
18
Adam Smith, The Wealth of Natons, 1991, ( London: David Campbell Publishers), hlm. 45
19
Emile Durkheim, The Rules of Sociological Method, 1895, (London, Macmillan), hlm.156
20
Roland Barthes, Myhtologies

11
6. Kekuasaan Birokratik
Ini terkait dengan pengaruh dan kendali yang dimliki oleh birikrasi dalam
pemerintahan dan organisasi besar. Birokrasi sering memiliki peran penting dalam
pengambilan keputusan dan pelaksanaan.

b. Macam-Macam Teori Kekuasaan


Dibawah ini beberapa macam dari teori kekuasaan yang telah dikemukakan oleh
beberapa ahli hukum:
a) Teori Kekuasaan Klasik (Classical Power Theory)
Teori ini mengemukakan bahwa kekuasaan terutama bersumber daro control atas
sumber daya ekonomi, militer, dan politik. Kekuasaan diukur dalam bentuk kekayaan
dan control fisik.21

b) Teori Kekuasaan Elit (Elite Theory)


Teori mengatakan bahwa kekuasaan yang ada di dalam masyarakat cenderung lebih
terkonsentrasi pada sekelompok elit atau golongan ternteu yang memiliki akses dan
control atas sumber daya penting.22

c) Teori Kekuasaan Fungsional (Functional Power Theory)


Teori ini berfokus pada pada peran dan fungsi kekuasaan dalam memelihara stabilitas
dan mengatur tindakan masyarakat. Kekuasaan dianggap sebagai alat yang
diperlukan untuk menjaga keseimbangan social.

d) Teori Kekuasaan Sosial (Social Power Theory)


Teori ini berperan dalam hubungan social dan identitas dalam distribusi kekuasaan.
Kekuasaan dipahami sabagai hasil dari interaksi social.

21
Niccolo Machiavelli, The Prince
22
Vilfredo Pareto and Gaetano Mosca, The Mind and Society

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dua konsep teori penting di dalam ilmu negara dan iilmu politik telah selesai
dijelaskan di makalah ini kedua teori tersebut adalah teor kedaulatan dan teori kekuasaan.
Teor kedaulatan menyoroti otoritas negara dalam suatu wilayah, sementara teori kekuasaan
membahas bagaimana kekuasaan dijalankan dalam banyak aspek kehidupan.
Kedua konsep ini memiliki pemahamannya masing masing didalam politik
kontemporer. Teori kedaulatan lebih berfokus kepada landasan internasional, sementara teori
kekuasaan memberika wawasan yang mendalam tentang pengaruh kekuasaan di dalam
masyarakat dan negara modern yang kompleks. Kedua teori ini dapat membantu kita
memehami dan mengatasi tantangan politik dan social saat ini secara komprehensif
B. Saran
Diharapkan kepada seluruh mahasiswa agar dapat memahami tentang Teori Kedaulatan
dan Teori Kekuasaan. Sehingga kita sebagai mahasiswa dapat mengamalkan pengetahuan
tentang materi ini dan menjadi masyarakat yang lebih baik lagi. Karena dengan paham
tentang Ilmu Negara kita akan tau bagaimana sebuah negara dapat berdiri sendiri dan
mempunyai kekuasaanya sendiri, sehingga kita akan lebih bisa menghargai dan memahami
lagi teori-teori yang ada dan tidak akan dengan mudah menganggap orang lain salah.
Dalam makalah ini kami sangat mengharapkan masukan dan kritiknya yang bersifat
membangun, agar kami lebih baik lagi dalam menyusun makalah-makalah di masa
mendatang.

13
DAFTAR PUSTAKA

Asshidiqie, Jimly. Pokok Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Reformasi . Jakarta : PT. Bhuana Ilmu

Populer, 2008.

Durkheim, Emile. The Rules of Sociological Method . London: Macmillan, 1895.

Grading, Scoot. Controlling The State Constitutionalism form Ancient Athens to today. America:

Harvard University Press, 2002.

Lubis, M. Solly. Ilmu Negara. Bandung: CV. Mandar Maju, 2007.

Marbun, S.F. Hukum Administrasi Negara. Yogyakarta: FH UII Press, 2012.

Riyanto, Dalam Sigit. Kedaulatan Negara Dalam Kerangka Hukum Internasiona Kontemporer.

Jakarta : Jurnal Yustisia, 2012.

Saragih, Mohd. Koesnardi dan Bintan R. Ilmu Negara. Jakarta: Perintis Press, 1985.

Sheehan, James J. The Problem Soverignty. USA: The American History Review , 2006.

Sibuea, Hotma P. Ilmu Negara. Jakarta : Erlangga, 2014.

Smith, Adam. The Wealth of Nation. London : David Campbell Publishers, 1991.

Strong, C.F. Modern Political Constitution An Introduction The Comparative Study of History and

Existing Form . London: Sildwick and Jakson Limited, 1975.

Tamanaha, Brian Z. 2004. America: Cambridge University Press, On The Rule of Law.

Weber, Max. Economy and Society. London : University of California Press, 1963.

14

Anda mungkin juga menyukai