Anda di halaman 1dari 20

DEMOKRASI DAN NEGARA HUKUM

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan


Dosen pengampu: Yuli Choirul Umah, M. Pd.I.

Penyusun:
Lailatul Maghfiroh NIM.21107001
Latifa Anggraeni S.P.K NIM.2110721
Muhammad Husain Mubarok NIM.21107030

KELOMPOK 5 KELAS A

PROGRAM STUDI TASAWUF DAN PSIKOTERAPI


FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN0 KEDIRI
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “DEMOKRASI DAN NEGARA HUKUM” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas dosen pada mata kuliah Pendidikan Keawarganegaraan. Selain itu, makalah
ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang demokrasi dan negara
hukum bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Yuli Choirul Umah, M. Pd.I.
selaku dosen mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, makalah yang saya tulis ini masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan
kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Kediri, 29 Maret 2022


 
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................i
PRAKATA....................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................1
C. Tujuan Penulisan........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................2
A. DEMOKRASI............................................................................................2
1. Pengertian dan Prinsip-Prinsip Demokrasi.................................................4
2. Konsep-konsep Demokrasi.........................................................................4
3. Pilar-Pilar Demokrasi.................................................................................4
4. Identifikasi Pilar-Pilar Demokrasi Di Indonesia...........................................
5. Evaluasi Kondisi Demokrasi NKRI............................................................4
B. NEGARA HUKUM...................................................................................4
1. Pengertian Negara Hukum..........................................................................4
2. Tipe-tipe Negara Hukum............................................................................4
BAB III PENUTUP.......................................................................................8
A. Kesimpulan................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................8
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Demokrasi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata,
yaitu demos yang berarti rakyat dan kratos yang berarti pemerintahan.
Menurut Taopan demokrasi dalam arti sempit adalah pemerintahan dari,
oleh dan untuk rakyat atau pemerintahan oleh mereka yang diperintah.
Sedangkan dalam pengertian luas, demokrasi berarti suatu pemerintahan
yang mengikutsertakan secara aktif semua anggota masyarakat dalam
keputusan yang diambil oleh mereka yang diberikan wewenang, dalam hal
ini wakil rakyat.
Demokrasi sebagai suatu sistem politik juga mengalami
perkembangan dalam implementasinya. Banyak model demokrasi hadir di
sini, dan itu semua tidak lepas dari ragam perspektif pemaknaan
demokrasi. Dalam sejarah teori demokrasi terdapat suatu konflik yang
sangat tajam mengenai apakah demokrasi harus berarti suatu jenis
kekuasaan rakyat atau suatu bantuan bagi pembuatan keputusan.
Negara hukum adalah sebuah teori hukum yang berasal dari tradisi
hukum Eropa yang dipengaruhi oleh Romawi. Konsep ini tidak sama
dengan rule of law yang dikenal pada tradisi hukum Inggris (Anglo-
Saxon). Konsep negara hukum juga perlu dibedakan dari Rechtsstaat
karena istilah "negara hukum" digunakan secara khusus untuk konteks
Indonesia.
Konsep negara hukum bersandar pada keyakinan bahwa kekuasaan
negara harus dijalankan atas dasar hukum yang adil dan baik. Hubungan
antara yang diperintah (governed) dan memerintah (governor) dijalankan
berdasarkan suatu norma objektif, bukan pada suatu kekuasaan absolut
semata-mata. Norma objektif tersebut harus memenuhi syarat formal dan
dapat dipertahankan oleh ide hukum.
B. Rumusan Masalah
1. Demokrasi
a. Bagaimana pengertian dan prinsip-prinsip tentang demokrasi?
b. Bagaimana konsep-konsep tentang demokrasi?
c. Bagaimana pilar-pilat tentang demokrasi di Indonesia?
d. Bagaimana analisis tentang pelaksanaan dan penerapan nilai-
nilai demokrasi dalam kehidupan sehari-hari?
e. Bagaimana evaluasi tentang kondisi demokrasi NKRI saat ini?
2. Negara Hukum
a. Bagaimana pengertian negara hukum?
b. Bagaimana tipe-tipe Negara hukum?
C. Tujuan
1. Demokrasi
a. Menjelaskan tentang pengertian demokasi dan prinsip prinsip
demokrasi
b. Menjelaskan tentang konsep konsep demokrasi
c. Menjelaskan tentang pilar pilar demokrasi
d. Menjelaskan tentang identivikasi tentang pilat-pilar demokrasi
di Indonesia
e. Menjelaskan analisis tentang pelaksanaan dan penerapan nilai-
nilai demokrasi dalam kehidupan sehari-hari
f. Menjelaskan evaluasi tentang kondisi demokrasi NKRI saat ini
2. Negara hukum
a. Menjelaskan tentang pengertian negara hukum
b. Menjelaskan tentang tipe-tipe Negara hukum

BAB II
PEMBAHASAN

1. DEMOKRASI
A. Pengertian dan Prinsip Demokrasi
Perkataan demokrasi berasal dari bahasa Yunani “demokratia”
yang artinya sama dengan government by the people. Asal katanya
“demos” dan “cratein” yang berarti “rakyat” dan “kekuasaan”. Seperti
yang dikatakan Hertz, democracy is a form of government in which no
one member, has political prerogative over any other. Government is
thus the rule of all over all in the common, as opposed to in the
individual or separate group interest (demokrasi adalah semacam
pemerintahan di mana tidak ada seorang anggota masyarakat yang
mempunyai hak perogatif politik atas orang lain. Jadi, pemerintahan
yang pada umumnya dilakukan oleh semua untuk semua sebagaimana
dilawankan terhadap kepentingan perorangan atau kepentingan
kelompok tertentu). 1
Demokrasi mempunyai arti penting bagi masyarakat yang
menggunakannya sebab dengan demokrasi hak masyarakat untuk
menentukan sendiri jalannya organisasi negara. Oleh sebab itu, hampir
semua pengertian yang diberikan untuk istilah demokrasi ini selalu
memberikan posisi penting bagi rakyat meskipun secara operasional
implikasinya di berbagai negara tidak selalu sama. Demokrasi sebagai
dasar hidup bernegara memberi pengertian bahwa pada tingkat terakhir
rakyat memberikan ketentuan dalam masalah pokok yang mengenai
kehidupannya, termasuk dalam menilai kebijaksanaan negara, karena
kebijaksanaan tersebut menentukan kehidupan rakyat. Jadi negara
demokrasi adalah negara yang diselenggarakan berdasarkan kehendak
dan kemauan rakyat, atau jika ditinjau dari sudut organisasi berarti
suatu pengorganisasian negara yang dilakukan oleh rakyat sendiri atau
atas persetujuan rakyat karena kedaulatan berada di tangan rakyat.2

1
Rizky Ariestandi Irmansyah, Hukum, Hak Asasi Manusia dan Demokrasi, (Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2013), hlm. 104.
2
Moh. Mahfud MD, Demokrasi dan Konstitusi di Indonesia, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003), hlm.
19.
Prinsip-Prinsip:
1) Prinsip kekuasaan sebagai amanah
Dalam konteks kekuasaan negara perkataan amanah itu
dapat dipahami sebagai suatu pendelegasian atau pelimpahan
kewenangan dan karena itu kekuasaan dapat disebut sebagai
mandat yang bersumber atau berasal dari Allah. Dalam demokrasi
Islam kekuasaan adalah suatu karunia atau nikmat Allah. Artinya,
ia merupakan rahmat dan kebahagiaan baik bagi yang menerima
kekuasaan itu maupun bagi rakyatnya. Ini dapat terjadi apabila
kekuasaan itu diimplementasikan menurut petunjuk Al-Quran dan
Hadist.3
2) Prinsip musyawarah Musyawarah
dapat diartikan sebagai suatu forum tukar-menukar pikiran,
gagasan ataupun ide, termasusuk saran-saran yang diajukan dalam
memecahkan suatu masalah sebelum tiba pada suatu pengambilan
keputusan. Dilihat dari sudut kenegaraan, maka musyawarah
adalah suatu prinsip konstitusional dalam demokrasi Islam yang
wajib dilaksanakan dalam suatu pemerintahan dengan tujuan untuk
mencegah lahirnya keputusan yang 45 Ibid.,hlm. 106. 46 Ibid.,hlm.
107. 23 merugikan kepentingan umum atau rakyat. Melalui
musyawarah setiap masalah yang menyangkut kepentingan umum
dan kepentingan rakyat ditemukan suatu jalan keluar yang sebaik-
baiknya setelah semua pihak mengemukakan pandangan dan
pikiran mereka yang wajib didengar oleh pemegang kekuasaan
negara supaya ia dalam membuat suatu keputusan dapat
mencerminkan pertimbangan-pertimbangan yang objektif dan
bijaksana untuk kepentingan umum.4
3) Prinsip Keadilan
Kata keadilan juga bersumber dari Al-Quran. Cukup
banyak ayat-ayat Al-Quran yang menggambarkan tentang
keadilan. Keadilan buatan manusia terlalu mengagungkan manusia
3
Ibid.,hlm. 106
4
Ibid.,hlm. 113.
sebagai individu, sehingga manusia menjadi titik sentral. Namun
sebaliknya, konsep keadilan dalam Islam menempatkan manusia
pada kedudukannya yang wajar baik sebagai individu maupun
sebagai suatu masyarakat. Manusia bukan merupakan titik sentral,
melainkan hanya hamba Allah yang nilainya ditentukan oleh
hubungannya dengan Allah dan dengan sesama manusia itu
sendiri. Dengan demikian konsep keadilan dalam Islam memiliki
kelebihan yang tidak dijumpai dalam konsep-konsep keadilan versi
manusia.5
4) Prinsip persamaan
Prinsip persamaan merupakan salah satu tiang utama dalam
bangunan negara hukum menurut Al-Quran dan Sunnah. Dalam
Islam manusia memiliki kedudukan yang sama. Prinsip persamaan
dalam Islam memiliki aspek yang sangat luas, mencakup segala
bidang dalam kehidupan. Persamaan itu meliputi bidang hukum,
ekonomi, sosial dan lain-lain. Persamaan dalam bidang hukum
memberikan jaminan akan perlakuan dan perlindungan hukum
yang sama terhadap semua orang tanpa memandang
kedudukannya, baik dari kalangan rakyat biasa atau dari kelompok
elit.6
5) Prinsip pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia
Dalam Islam hak asasi manusia bukan hanya diakui tetapi
juga dilindungi sepenuhnya. Dalam hubungannya ini ada dua
prinsip yang sangat penting yaitu prinsip pengakuan hak asasi
manusia dan prinsip perlindungan hak asasi manusia. Prinsip-
prinsip itu secara tegas digariskan dalam Al-Quran. Manusia
berhak untuk dilindungi baik pribadinya maupun hartanya. Islam
juga meletakkan hak-hak politik dan menjamin hak-hak itu
sepenuhnya bagi setiap warga negara, karena kedudukannya yang
di dalam Al-Quran disebut “khalifah Tuhan di bumi”.7

5
Ibid.,hlm. 124.
6
Ibid.,hlm. 126.
7
Ibid.,hlm. 131.
6) Prinsip peradilan bebas
Prinsip ini berkaitan erat dengan prinsip keadilan dan
persamaan. Dalam Islam seorang Hakim memiliki kewenangan
bebas dalam arti setiap putusan yang diambil bebas dari pengaruh
siapapun. Hakim wajib menerapkan prinsip keadilan dan
persamaan terhadap siapapun. Prinsip peradilan bebas dalam Islam
bukan hanya sekedar ciri bagi suatu negara hukum, tetapi juga
merupakan suatu kewajiban yang harus dilaksanakan bagi setiap
hakim. Peradilan bebas merupakan persyaratan bagi tegaknya
prinsip keadilan dan persamaan hukum.8
7) Prinsip Perdamaian
Islam adalah agama perdamaian. Al-Quran sangat
menjunjung tinggi dan mengutamakan perdamaian. Salah satu
tugas pokok yang dibawa Rasulullah melalui ajaran Islam adalah
mewujudkan perdamaian bagi seluruh manusia. Islam harus
ditegakkan atas dasar prinsip perdamaian. Hubungan dengan
negara-negara lain harus dijalin dan berpegang pada prinsip
perdamaian. Manusia dituntut untuk senantiasa melakukan
kebaikan dan mencegah kerusakan di muka bumi.9
8) Prinsip Kesejahteraan
Prinsip kesejahteraan dalam Islam bertujuan untuk
mewujudkan keadilan sosial dan ekonomi bagi seluruh rakyat.
Negara berkewajiban memperhatikan dua macam kebutuhan itu
dan menyediakan jaminan sosial untuk mereka yang kurang atau
tidak mampu. Al-Quran telah menetapkan sejumlah sumber-
sumber dana untuk jaminan sosial bagi anggota masyarakat dengan
berpedoman pada prinsip keadilan sosial dan ekonomi. Dalam
Islam keadilan sosial dan ekonomi dimaksudkan untuk mencegah
terjadinya penimbunan harta di tangan seseorang atau sekelompok
orang sementara anggota masyarakat lainnya mengalami
kemiskinan. Pendirian Al-Quran mengenai kedudukan harta adalah
8
Ibid.,hlm. 145.
9
Ibid.,hlm. 150.
bahwa harta milik seseorang mempunyai fungsi sosial karena itu
bukan merupakan kepemilikan yang bersifat mutlak10
9) Prinsip Ketaatan Rakyat
Al-Quran telah menetapkan suatu prinsip ketaatan rakyat.
Rakyat mempunyai kewajiban untuk menaati penguasa atau
pemerintah. Dengan kata lain, selama penguasa atau pemerintah
tidak bersikap zalim selama itu pula rakyat wajib taat dan tunduk
kepada penguasa atau pemerintah. Dengan demikian prinsip
ketaatan rakyat mengikat rakyat secara alternatif dan melalui
prinsip ini pula rakyat berhak untuk mengoreksi setiap kekeliruan
yang dilakukan oleh penguasa atau pemerintah. Penguasa atau
pemerintah dalam menjalankan kekuasaannya tidak boleh
mengabaikan dan melalaikan kepentingan-kepentingan umum.11
B. Konsep-konsep Demokrasi
Konsep demokrasi lahir di Yunani Kuno dan dipraktikan dalam
hidup bernegara antara abad IV sebelum masehi hingga abad VI
masehi. Demokrasi yang dipraktikan pada saat itu adalah demokrasi
langsung, artinya hak rakyat untuk membuat keputusan politik
dijalankan oleh seluruh rakyat atau warga negara, yang pada saat itu
berjumlah kurang lebih 300.000 orang.12
Pada zaman Yunani Kuno inilah istilah demokrasi tersebut
muncul, istilah demokrasi mempunyai konotasi yang sangat buruk.
Demokrasi (“demos” + “cratos” atau “demos” + “kratien”,
dibayangkan orang sebagai pemerintah oleh semua orang yang
merupakan kebalikan dari konsep pemerintahan oleh satu orang
(autocracy).13 Demokrasi menurut asal kata berarti “rakyat berkuasa”
atau “government or rule by the people”. Dalam bahasa Yunani demos
berarti rakyat, kratos/kratein berarti kekuasaan/berkuasa.14 Artinya,
10
Ibid.,hlm. 151.
11
Ibid.,hlm. 156.
12
Miriam Budiharjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, PT Gramedia, Jakarta, 2002, hlm 54.
13
Jimly Asshiddiqie, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, cet2, Sinar Grafika Offset,
Jakarta, 2011, hlm 116.
14
Ni’matul Huda, Hukum Tata Negara Indonesia, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006, hlm.
241.
kekuasaan itu pada pokoknya diakui berasal dari rakyat sehingga
rakyatlah yang sebenarnya menentukan dan memberi arah serta yang
sesungguhnya menyelenggarakan kehidupan kenegaraan. Keseluruhan
sistem penyelenggaraan negara itu juga pada dasarnya diperuntukkan
bagi seluruh rakyat itu sendiri. Bahkan, negara yang baik diidealkan
juga agar diselenggarakan bersama-sama dengan rakyat dalam arti
dengan melibatkan seluruh masyarakat dalam arti seluas luasnya.
Dalam sejarah ketatanegaraan negara Republik Indonesia yang
telah lebih dari setengah abad, perkembangan demokrasi mengalami
pasang surut. Masalah pokok yang dihadapi oleh bangsa Indonesia
adalah bagaimana upaya untuk meningkatkan kehidupan ekonomi dan
membangun kehidupan sosial politik yang demokratis dalam
masyarakat yang beragam. Pasang surut demokrasi di Indonesia pada
hakikatnya dapat dibagi dalam lima periode.
Pertama, Periode 1945-1949 dengan sistem demokrasi Pancasila.
Kedua, Periode 1949-1959 dengan sistem demokrasi parlementer.
Ketiga, Periode 1959-1965 dengan sistem demokrasi Terpimpin.
Keempat, Periode 1965-1998 dengan sistem demokrasi Pancasila
(Orde Baru).
Kelima, Periode 1998-sekarang dengan sistem demokrasi Pancasila
(Orde Reformasi)
C. Pilar- pilar Demokrasi Di Indonesia
1. Demokrasi Berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa.
Maknanya adalah bahwa rujukan tertinggi Ketuhanan Yang
Maha Esa, yakni menegaskan nilai rohaniah dan kesediaan untuk
taat kepada-Nya. Rujukan ini tidak untuk mempraktekan sistem
Negara Teokrasi, tetapi agar penyelenggaraan pemerintahan
ketatanegaraan RI haruslah taat asas, konsisten atau sesuai dengan
nilai-nilai dn kaidah dasar Ketuhanan Yang Maha Esa. Lalu
dipancarkan nilai-nilai budi pekerti dan aturan perilaku yang
dibangun secara kognitif, afektif dan psikomotor.
2. Demokrasi dengan Kecerdasan.
substansinya adalah bahwa UUD 1945 dan nilai-nilai dan
kaidah-kaidah dasar demokrasinya bukanlah final product yang
tinggal memakai saja. Akan tetapi, memerlukan kecerdasan dalam
memaknai dan mengamalkannya dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Demokrasi harus dirancang dan dilaksanakan oleh
seluruh komponen masyarakat bangsa dengan pengertiannya yang
jelas, rakyat sendiri turut terlibat langsung merumuskan
substansinya, melaksanakannya, menilai dan menguji
keabsahannya. Kecerdasan untuk itu mencakup kecerdasan
ruhaniyah, naqliyah, aqliyah (otak logis-rasional), emosional
(nafsiyah), kecerdasan menimbang (judgment), kecerdasan
membuat putusan dan memecahkan masalah (decision making and
problem solving), dan kecerdasan membahasakan serta
mengkomunikasikannya.
3. Demokrasi yang berkedaulatan Rakyat.
Demokrasi menurut UUD 1945 adalah demokrasi yang
berkedaulatan rakyat, yakni kekuasaan tertinggi dalam
pemerintahan ada di tangan rakyat. Kedaulatan rakyat tiada lain
merupakan bentuk konsistensi dengan nilai dan kaidah Ketuhanan
Yang Maha Esa
4. Demokrasi dengan Rule of Low.
Esensi dan demokrasi dengan rule of law adalah bahwa
kekuasaan negara RI itu harus mengandung, melindungi serta
mengembangkan kebenaran hukum (legal truth), bukan demokrasi
anarkhis. Tetapi menjamin kepastian hukum (legal scurity) dan
memberi keadilan hukum (legal juctice).
5. Demokrasi dengan Pembagian Kekuasaan Negara.
Demokrasi Indonesia menurut UUD 1945 menuntut
pembagian kekuasaan negara yang diserahkan kepada lembaga-
lembaga negara (division and separation of power). Lembaga-
lembaga negara tersebut diatur fungsi-fungsi secara sederajat satu
sama lain berdasarkan prinsip “checks and balances”.
6. Demokrasi dengan HAM
Demokrasi menurut UUD 1945 mengakui hak-hak asasi
manusia yang bertujuan menghormati dan meningkatkan martabat
dan derajat manusia Indonesia.
7. Demokrasi dengan Pengadilan yang Merdeka.
Sistem pengadilan yang merdeka (independent) memberi
peluang seluas- luasnya kepada semua pihak yang berkepentingan
untuk mencari dan menemukan hukum yang seadil-adilnya.
8. Demokrasi dengan Otonomi Daerah.
Otonomi daerah dibangun dan disiapkan untuk mengatur
dan menyelenggarakan urusan-urusan pemerintahan sebagai urusan
rumah tangganya sendiri. Pelaksanaan otonomi daerah memberi
peluang rakyat daerah hidup dalam demokratisasi, seperti
menentukan pemimpin daerah dan kebijakankebijakan terkaitnya.
9. Demokrasi dengan Kemakmuran.
Demokrasi menurut UUD 1945 ditujukan untuk
membangun negara berkemakmuran, oleh dan untuk sebesar-
besarnya rakyat Indonesia. Demokrasi dan kemakmuran rakyat
merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Demokratisasi
berbangsa dan bernegara dapat dibangun dalam kemakmuran
rakyatnya.
10. Demokrasi yang Berkeadilan Sosial.
Demokrasi menurut UUD 1945 menggariskan keadilan
sosial bagi semua golongan dan lapisan masyarakat. Keadilan
sosial ini perlu dibangun untuk menghindari diskriminasi karena
faktor ras, etnis, agama, suku, bahasa, gma, suku, bahasa, gender
dan sebagaainya.

Satu pilar demokrasi Indonesia, yang menjadi khasnya


demokrasi Indonesia dari penjelasan di atas adalah “Demokrasi
Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”, yang disebut
“Teodemokrasi.” Dengan kata lain, demokrasi universal adalah
demokrasi yang praksis-empirisnya bernuansa sekuler, sedangkan
demokrasi Indonesia adalah demokrasi yang ber-Ketuhanan Yang
Maha Esa.15

D. Pelaksanaan dan Penerapam Demokrasi


Secara normatif,negara kita sudah memenuhi kriteria sebagai
negara demokrasi,karena dalam perjalanan sejarah ketatanegaraan kita,
semua konstitusi yang pernah berlaku menganut prinsip demokrasi.
Hal ini dapat dilihat misalnya :
 Dalam pasal 1 ayat (2) UUD 1945 (sebelum amandemen) berbunyi
"Kedaulatan adalah di tangan rakyat,dan dilakukan oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat."
 Dalam pasal 1 ayat (2) UUD Negara Republik Indonesia Tahun
1945 ( setelah diamandemen) berbunyi "Kedaulatan berada di
tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar."
 Dalam konstitusi Republik Indonesia Serikat, Pasal 1: Ayat (1)
berbunyi "Republik Indonesia Serikat yang merdeka dan berdaulat
ialah suatu negara hukum yang demokrasi dan berbentuk federasi."
Ayat (2) berbunyi "Kekuasaan kedaulatan Republik Indonesia
Serikat dilakukan oleh pemerintah bersama-sama Dewan
Perwakilan Rakyat dan Senat,"
Dari keempat konstitusi tersebut, tidak semua konstitusi
melahirkan suatu sistem yang demokratis. Hal itu dapat dilihat dari
indikator-indikator yang dirumuskan oleh Affan Gaffar dalam bukunya
yang berjudul Politik Indonesia; Transisi Menuju Demokrasi (2004:7-
9) berikut ini :
 Akuntabilitas,dalam demokrasi setiap pemegang jabatan yang
dipilih oleh rakyat harus dapat mempertanggungjawabkan
kebijakannya.
 Rotasi kekuasaan,dalam demokrasi peluang akan terjadinya rotasi
kekuasaan harus ada,dan dilakukan secara teratur dan damai.

15
Bambang Yuniarto. 2018.. Pendidikan Demokrasi dan Budaya Demokrasi Konstitusional.
(Yogyakarta: CV BUDI UTAMA). Cet 1, hal. 87-88.
 Rekruitment politik yang terbuka,dalam demokrasi diperlukan satu
system rekruitment politik yang terbuka,artinya setiap orang yang
memenuhi syarat untuk mengisi suatu jabatan politik yang dipilih
rakyat mempunyai peluang untuk mengisi jabatan politik.
 Pemilihan umum,dalam suatu demokrasi pemilu dilaksanakan
sebagai sarana untuk melaksanakan rotasi kekuasaan dan
rekruitment politik.
 Pemenuhan hak-hak dasar,dalam suatu negara yang demokratis
setiap warga negara dapat menikmati hak-hak dasar mereka secara
bebas.
E. Evaluasi Kondisi Demokrasi NKRI Saai Ini
Dankwart Rustow (1970:5) mengatakan bahwa “banyak jalan
menuju demokrasi”. Peralihan dari otoritarianisme ke demokrasi
misalnya, tidak bisa serta-merta diasumsikan sebagai proses yang
beragam berskala dunia. Evolusi demokratik tidak pernah bersifat
homogen, konsolidasi demokrasi juga sering melaju bersamaan dengan
rangkaian kontinuitas dan diskontinuitas yang melibatkan faktor-faktor
yang kompleks. Dalam postulatnya, Rustow hendak menyampaikan
bahwa demokrasi bukanlah keadaan yang statis, melainkan sebuah
proses “untuk menjadi” dan oleh karenanya ia bersifat dinamis. Lebih
lanjut dalam pemahamannya, Rustow menyatakan, ketimbang kita
berkutat pada faktorfaktor yang menyebabkan munculnya atau
bertahannya demokrasi, akan lebih efisien apabila kita menyoroti
bagaimana proses demokratisasi berlangsung.16
Seturut dengan definisi reformasi bahwa demokrasi yang menjadi
komponen penting reformasi wajib membawa pembaharuan-
pembaharuan yang bersifat lebih baik dan berfaedah bagi rakyat
banyak, utamanya dalam merealisasikan mimpi negara kesejahteraan
(welfare state) untuk mewujudkan masyarakat yang adil, makmur, dan
sejahtera. Namun jalanya demokrasi di era reformasi belum

16
Rustow, Dankwart. 1970. Transisi Menuju Demokrasi: Menuju Dinamis Model. Politik
Perbandingan. Jilid2, No. 2
memuaskan ekspetasi public, khususnya kalangan yang masih dibabat
kemiskinan dan kekurangan dalam aspek Pendidikan dan Kesehatan.
Apabila demokrasi diterjemahkan dalam bahasa yang lebih praksis
dan sederhana seperti penegakan hukum, partisipasi publik, kebebasan
pers, fungsionalisasi Trias Politika secara ideal, kesetaraan gender,
kohesivitas masyarakat madani dengan pemerintah, maka akan ditemui
jurang pemisah yang cukup lebar.
Ada banyak peristilahan yang dibuat oleh kalangan akademisi
untuk menyebut pembabakan demokrasi yang dijalani oleh Indonesia
saat ini. Sebagian kalangan menyebut Indonesia sedang memasuki fase
transisi demokrasi, sebuah fase menuju dan belum pada tahap
demokratik itu sendiri. Dalam tahapan ini, menurut Franky Hardiman,
seorang doktor filsafat dan pengajar di Sekolah Tinggi Filsafat (STF)
Driyarkara Jakarta, mengatakan bahwa proses demokratisasi memang
selalu ditandai oleh membludaknya kebebasan. Demokrasi massa pada
era transisi ditandai oleh mencuatnya kebebasan natural, yakni sejenis
kebebasan yang menciptakan situasi di mana yang kuat adalah yang
menang, sehingga berlaku semacam Darwinisme Sosial. Harus diakui,
bukanlah kebebasan seperti itu yang diharapkan. Pada tahap
demokratisasi yang paripurna, diharapkan akan terwujud kebebasan
sipil, civil liberties. Tidak dipungkiri bahwa kita semua sudah muak
dengan merajalelanya demokrasi massa, sebuah demokrasi yang
membuat kelompok oligarki berkuasa dan mendikte kehidupan.
2. NEGARA HUKUM
A. Pengertian Negara Hukum
Negara Hukum bersandar pada keyakinan bahwa kekuasaan negara
harus dijalankan atas dasar hukum yang adil dan baik. Ada dua unsur
dalam negara hukum, yaitu pertama: hubungan antara yang
memerintah dan yang diperintah tidak berdasarkan kekuasaan
melainkan berdasarkan suatu norma objektif, yang juga mengikat
pihak yang memerintah; kedua: norma objektif itu harus memenuhi
syarat bahwa tidak hanya secara formal, melainkan dapat
dipertahankan berhadapan dengan idea hukum. Hukum menjadi
landasan tindakan setiap negara. Ada empat alasan mengapa negara
menyelenggarakan dan menjalankan tugasnya berdasarkan hukum
yaitu:
a. Demi kepastian hukum.
b. Tuntutan perlakuan yang sama.
c. Legitimasi demokrasi.
d. Tuntutan akal budi.
Negara hukum berarti alat-alat negara mempergunakan
kekuasaannya hanya sejauh berdasarkan hukum yang berlaku dan
dengan cara yang ditentukan dalam hukum itu. Dalam negara hukum,
tujuan suatu perkara adalah agar dijatuhi putusan sesuai dengan
kebenaran. Tujuan suatu perkara adalah untuk memastikan kebenaran,
maka semua pihak berhak atas pembelaan atau bantuan hukum.
Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 menetapkan bahwa
Negara Indonesia adalah negara hukum, pernyataan demikian
membawa konsekuensi bahwa hukum hendaknya dapat dijadikan
sebagai kerangka/landasan/dasar pijakan dalam mengatur dan
menyelesaikan berbagai persoalan (hukum) dalam menjalankan roda
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Prinsip Negara Hukum adalah ‘the rule of law, not of man’. Yang
disebut pemerintahan pada pokoknya adalah hukum sebagai sistem,
bukan orang per orang yang hanya bertindak sebagai ‘wayang’ dari
skenario sistem yang mengaturnya.17
B. Tipe-tipe Negara Hukum
1. Tipe Negara Hukum Liberal.
Tipe Negara hukum Liberal ini menghandaki supaya
Negara berstatus pasif artinya bahwa warga Negara harus tunduk
pada peraturan-peraturan Negara. Penguasa dalam bertindak sesuai

17
Jimly Asshiddiqie, Gagasan Negara Hukum Indonesia, Makalah (http://www. jimly.
com/makalah/namafile/57/Konsep_Negara_Hukum_Indonesia. pdf). Diakses pada hari minggu
03 April 2022, pukul 21:31.
dengan hukum. Disini kaum Liberal menghendaki agar penguasa
dan yang dikuasai ada suatu persetujuan dalam bentuk hukum,
serta persetujuan yang menjadi penguasa.
2. Tipe Negara Hukum Formil atau Division of Power.
Negara hukum Formil yaitu Negara hukum yang
mendapatkan pengesahan dari rakyat, segala tindakan penguasa
memerlukan bentuk hukum tertentu, harus berdasarkan undang-
undang. Negara Hukum formil ini disebut juga dengan Negara
demokratis yang berlandaskan Negara hukum.
3. Tipe Negara Hukum Materiil atau Sparation of Power.
Negara Hukum Materiil sebenarnya merupakan
perkembangan lebih lanjut dari Negara Hukum Formil; tindakan
penguasa harus berdasarkan undang-undang atau berlaku asas
legalitas yaitu dalam negara hukum Materiil tindakan dari
penguasa dalam hal mendesak demi kepentingan warga Negara
dibenarkan bertindak menyimpang dari undang-undang atau
berlaku asas Opportunitas.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam proses penyelenggaraan demokrasi di indonesia masih
banyak kecurangandan pelanggaran, untuk itu kita sebagai warga negara
yang baik harus beranimenolak kecurang-kecurangan yang mungkin saja
bisa terjadi. Dengan kesadaran bahwa dampak dari kecurangan itu
nantinya akan menjadi beban kita bersamawalaupun kita tak sepenuhnya
bersalah dalam proses demokrasi karna mungkinsebagian masyarakat
mungkin ada yang di bohongi sehingga dia harus melakukan kecurangan
itu. Untuk mengatasi hal itu sebaiknya kita semua sebagai masyarakat
harus ada sebuah kesadaran dan pemberitahuan atau sebuah sosialisasi
tentangapa-apa saja peraturan dan dampak ketika melanggar aturan.

DAFTAR PUSTAKA

Bambang Yuniarto. 2018.. Pendidikan Demokrasi dan Budaya Demokrasi


Konstitusional. (Yogyakarta: CV BUDI UTAMA)
Jimly Asshiddiqie, Gagasan Negara Hukum Indonesia, Makalah
(http://www.jimly.
com/makalah/namafile/57/Konsep_Negara_Hukum_Indonesia.
pdf). Diakses pada hari minggu 03 April 2022, pukul 21:31.
Jimly Asshiddiqie.2011. Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia. (Sinar
Grafika Offset, Jakarta)
Miriam Budiharjo. 2002. Dasar-Dasar Ilmu Politik, ( PT Gramedia, Jakarta)
Moh. Mahfud MD. 2003. Demokrasi dan Konstitusi di Indonesia, (Jakarta: PT
Rineka Cipta).
Ni’matul Huda. 2006. Hukum Tata Negara Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada)
Rizky Ariestandi Irmansyah, 2013. Hukum, Hak Asasi Manusia dan Demokrasi,
(Yogyakarta: Graha Ilmu)
Rustow, Dankwart. 1970. Transisi Menuju Demokrasi: Menuju Dinamis Model.
Politik Perbandingan

Anda mungkin juga menyukai