Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

DEMOKRASI
(Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan)

Disusun oleh :

AGIEL DELVINZA RAMADHANDY

11200820000049

PRODI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat
dan hidayah-Nya. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan
wawasan mengenai mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan, dengan judul
“DEMOKRASI”.

Dengan tulisan ini penulis diharapkan mahasiswa mampu untuk memahami makna
dari Demokrasi Indonesia. Penulis sadar tulisan ini terdapat banyak kekurangan. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun dari
berbagai pihak, agar bisa menjadi lebih baik lagi.

Penulis berharap semoga tulisan ini dapat memberi informasi yang berguna bagi
pembacanya, terutama mahasiswa, supaya kelak menjadi pribadi yang berdemokrasi
pancasila, karena kita adalah penerus Bangsa Indonesia

Jakarta,14 April 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar......................................................................................................................i

Daftar Isi..............................................................................................................................ii

BAB I : Pendahuluan

1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................2
1.3 Tujuan Masalah........................................................................................................2

BAB II : Pembahasan

2.1 Makna dan Hakikat Demokrasi...............................................................................2


2.2 Unsur Penegak Demokrasi.......................................................................................5
2.3 Prinsip dan Parameter Demokrasi............................................................................6
2.4 Sejarah Perkembangan Demokrasi di Barat............................................................8
2.5 Sejarah Perkembangan Demokrasi di Indonesia...................................................10
2.6 Nilai Demokrasi dalam Islam...............................................................................13

BAB III : Penutup

Kesimpulan........................................................................................................................15

Daftar Pustaka....................................................................................................................17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di indonesia telah banyak menganut sistem pemerintahan pada awalnya. Namun,


dari semua sistem pemerintahan, yang bertahan mulai dari era reformasi 1998 sampai saat
ini adalah sistem pemerintahan demokrasi. Meskipun masih terdapat beberapa kekurangan
dan tantangan disana sini. Sebagian kelompok merasa merdeka dengan diberlakukannya
sistem domokrasi di Indonesia. Artinya, kebebasan pers sudah menempati ruang yang
sebebas-bebasnya sehingga setiap orang berhak menyampaikan pendapat dan aspirasinya
masing-masing.

Demokrasi merupakan salah satu bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu
negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat atau negara yang dijalankan oleh
pemerintah. Semua warga negara memiliki hak yang setara dalam pengambilan keputusan
yang dapat mengubah hidup mereka. Demokrasi mengizinkan warga negara berpartisipasi
baik secara langsung atau melalui perwakilan dalam perumusan, pengembangan, dan
pembuatan hukum.

Demokrasi mencakup kondisi social, ekonomi, dan budaya yang memungkinkan


adanya praktik kebebasan politik secara bebas dan setara.

Demokrasi Indonesia dipandang perlu dan sesuai dengan pribadi bangsa Indonesia.
Selain itu yang melatar belakangi pemakaian sistem demokrasi di Indonesia. Hal itu bisa
kita temukan dari banyaknya agama yang masuk dan berkembang di Indonesia, selain itu
banyaknya suku, budaya dan bahasa, kesemuanya merupakan karunia Tuhan yang patut
kita syukuri.

1
1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa makna dan hakikat demokrasi?


1.2.2 Unsur apa saja yang menjadi penegak demokrasi?
1.2.3 Apa saja prinsip dan parameter demokrasi?
1.2.4 Bagaimana perkembangan sejarah demokrasi di Barat?
1.2.5 Bagaimana perkembangan sejarah demokrasi di Indonesia?
1.2.6 Nilai-nilai demokrasi dalam pandangan islam.

1.3 Tujuan Masalah

1.3.1 Memahami makna dan hakikat demokrasi.


1.3.2 Mengetahui unsur penegak demokrasi.
1.3.3 Mengetahui prinsip dan parameter demokrasi.
1.3.4 Menguraikan perkembangan sejarah demokrasi di Barat.
1.3.5 Menjelaskan perkembangan demokrasi di Indonesia.
1.3.6 Membandingkan nilai-nilai demokrasi dengan islam.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Makna dan Hakikat Demokrasi

Demokrasi sebagai suatu sistem telah dijadikan alternatif dalam berbagai


tatanan aktivitas bermasyarakat dan bernegara di beberapa Negara. Seperti diakui oleh
Moh. Mahfud MD, ada dua alasan dipilihnya demokrasi sebagai sistem bermasyarakat dan
bernegara. Pertama, hampir semua negara didunia ini telah menjadikan demokrasi sebagai
asas yang fundamamental.; Kedua, demokrasi sebagai asas kenegaraan secara esensial telah

2
memberikan arah bagi peranan masyarakat untuk menyelenggarakan Negara sebagai
organisasi tertingginya. Oleh karena itu, diperlukan pengetahuan dan pemahaman yang
benar pada warga masyarakat tentang demokrasi.

Pengertian demokrasi dapat dilihat dari tinjauan bahasa (epistemologis) dan


istilah (terminologis). Secara epistemologis “demokrasi” terdiri dari dua kata yang berasal
dari bahasa Yunani yaitu ”demos” yang berarti rakyat atau penduduk suatu tempat dan
“cretein” atau “cratos” yang berarti kekuasaan atau kedaulatan. Jadi secara bahasa demos-
cratein atau demos-cratos adalah keadaan Negara di mana dalam sistem pemerintahannya
kedaulatan berada di tangan rakyat, kekuasaan tertinggi berada dalam keputusan bersama
rakyat, rakyat berkuasa, pemerintah rakyat dan oleh rakyat. Sementara itu, pengertian
demokrasi secara istilah sebagaimana dikemukakan para ahli sebagai berikut:

a. Menurut Joseph A. Schemer Demokrasi merupakan suatu perencanaan institusional


untuk mencapai keputusan polituk dimana individu- individu memperoleh kekuasaan untuk
memutuskan cara perjuangan kompetitif atas suara rakyat.

b. Sidney Hook Demokrasi adalah bentuk pemerintahan dimana keputusan-keputusan


pemerintah yang penting secara langsung atau tidak langsung didasarkan pada kesepakatan
mayoritas yang diberikan secara bebas dari rakyat dewasa.

c. Philippe C. Schmitter dan Terry Lynn Karl Demokrasi sebagai suatu sistem
pemerintahan dimana pemerintah dimintai tanggung jawab atas tindakan—tindakan mereka
diwilayah publik oleh warganegara, yang bertindak secara tidak langsung melalui
kompetisi dan kerjasama dengan para wakil mereka yang terpilih.

d. Henry B. Mayo Menyatakan demokrasi sebagai sistem politik merupakan suatu sistem
yang menunjukkan bahwa kebijakan umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-
wakil yang diawasi secara efektif oleh rakyat dalam pemilihan- pemilihan berkala yang

3
didasarkan atas prinsip kesamaan politik dan diselenggarakan dalam suasana terjaminnya
kebebasan politik.

Affan Ghaffar (2000) memaknai demokrasi dalam dua bentuk yaitu pemaknaan
secara normatif ( demokrasi normatife) dan empirik ( demokrasi empirik):

a. Demokrasi Normatif adalah demokrasi yang secara ideal hendak dilakukan oleh sebuah
Negara. b. Demokrasi Empirik adalah demokrasi dalam perwujudannya pada dunia politik
praktis. Makna demokrasi sebagai dasar hidup bermasyarakat dan bernegara mengandung
pengertian bahwa rakyatlah yang memberikan ketentuan dalam masalah-masalah mengenai
kehidupannya, termasuk dalam menilai kebijakan.

Kesimpulan-kesimpulan dari beberapa pendapat diatas adalah bahwa hakikat


demokrasi sebagai suatu sistem bermasyarakat dan bernegara serta pemerintahan
memberikan penekanan pada keberadaan kekuasaan di tangan rakyat baik dalam
penyelenggaraan berada di tangan rakyat mengandung pengertian tiga hal, yaitu:

a. Pemerintahan dari rakyat (government of the people) Mengandung pengertian yang


berhubungan dengan pemerintah yang sah dan diakui (ligimate government) dimata rakyat.
Sebaliknya ada pemerintahan yang tidak sah dan tidak diakui (unligimate government).
Pemerintahan yang diakui adalah pemerintahan yang mendapat pengakuan dan dukungan
rakyat. Pentingnya legimintasi bagi suatu pemerintahan adalah pemerintah dapat
menjalankan roda birokrasi dan program- programnya.

b. Pemerintahan oleh rakyat (government by the people) Pemerintahan oleh rakyat berarti
bahwa suatu pemerintahan menjalankan kekuasaan atas nama rakyat bukan atas dorongan
sendiri. Pengawasan yang dilakukan oleh rakyat ( sosial control) dapat dilakukan secara
langsung oleh rakyat maupun tidak langsung ( melalui DPR).

4
c. Pemerintahan untuk rakyat (government for the people) Mengandung pengertian bahwa
kekuasaan yang diberikan oleh rakyat kepada pemerintah dijalankan untuk kepentingan
rakyat. Pemerintah diharuskan menjamin adanya kebebasan seluas-luasnya.

2.2 Unsur Penegak Demokrasi

Tegaknya demokrasi sebagai sebuah tata kehidupan sosial dan sistem politik
sangat bergantung kepada tegaknya unsur penopang demokrasi itu sendiri, unsur-unsur
tersebut adalah:

a. Negara Hukum ( Rechtsstaat dan Rule Of Law) Dalam kepustakaan ilmu hukum di
Indonesia istilah negara hukum sebagai terjemahan dari rechtsstaat dan rule of law.
Konsepsi perlindungan hukum bagi warga Negara memberikan perlindungan hukum bagi
warga negara melalui perlembagaan peradilan yang bebas dan tidak memihak dan
penjaminan hak asasi manusia. Istilah rechtsstaat dan rule of law yang diterjemahkan
menjadi Negara hukum menurut Moh. Mahfud. MD pada haikatnya mempunyai makna
berbeda. Istilah rechtsstaat banyak dianut di negara-negara Eropa Kontinental yang
bertumpu pada sistem civil law, sedangkan the rule of law banyak dikembangkan dinegara-
negara Anglo Saxon yang bertumpu pada Common Law. Civil law menitikberatkan pada
administration law, sedangkan common law menitikberatkan pada judicial.

b. Masyarakat Madani (Civil Society) Masyarakat madani (civil society) dicirikan dengan
masyarakat terbuka, masyarakat yang bebas dari pengaruh kekuasaan dan tekanan Negara,
masyarakat yang kritis dan berpatisipasi aktif serta masyarakat egalier. Menurut Gellner,
masyarakat madani bukan hanya merupakan syarat penting bagi demokrasi semata, tetapi
tatanan nilai dalam masyarakat madani seperti kebebasan dan kemandirian juga merupakan
sesuatu yang inhern baik secar internal maupun secara external.

c. Insfrastruktur Politik Infrastruktur politik terdiri dari partai politik(political party), yaitu
kelembagaan politik yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai- nilai, cita-cita

5
yang sama. Kelompok gerakan (movement group), yaitu merupakan sekumpulan orang
yang berhimpun dalam suatu wadah organisasi pada pemberdayaan warganya. Kelompok
penekan atau kelompok kepentingan ( Pressure/inters group), yaitu sekelompok orang
dalam wadah organisasi yang didasarkan pada kriteria professionalitas dan keilmuan
tertentu .

2.3 Prinsip dan Parameter Demokrasi

Suatu negara atau pemerintahan dikatakan demokratis apabila dalam sistem


pemerintahannya mewujudkan prinsip-prinsip demokrasi. Menurut Robert A. Dahl terdapat
tujuh prinsip demokrasi yang harus ada dalam sistem pemerintahan, yaitu :

1. Adanya kontrol atau kendali atas keputusan pemerintahan daerah bertugas


melaksanakan pemerintahan berdasar mandat yang diperoleh dari pemilu. Namun
demikian, dalam melaksanakan pemerintahan, pemerintah bukan bekerja tanpa batas.
Pemerintah dalam mengambil keputusan masih dikontrol oleh lembaga legislatif yaitu
DPR dan DPRD.
2. Adanya pemilihan yang teliti dan jujur. Demokrasi dapat berjalan dengan baik
apabila adanya partisipasi aktif dari warga negara dan partisipasi tersebut dilakukan
dengan teliti dan jujur. Suatu keputusan tentang apa yang dipilih, didasarkan
pengetahuan warga negara yang cukup, dan informasi yang akurat dan dilakukan
dengan jujur.
3. Adanya hak memilih dan dipilih. Demokrasi berjalan apabila setiap warga negara
mendapatkan hak pilih dan dipilih. Hak memilih untuk memberikan hak pengawasan
rakyat terhadap pemerintahan, serta memutuskan pilihan yang terbaik sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai rakyat.
4. Adanya kebebasan menyatakan dalam menyampaikan pendapat tanpa ancaman.
Demokrasi membutuhkan kebebasan dalam menyampaikan pendapat, berserikat dengan

6
rasa aman. Apabila warga negara tidak dapat menyampaikan pendapat atau kritik
dengan lugas, maka saluran aspirasi akan tersendat, dan pembangunan tidak akan
berjalan dengan baik.
5. Adanya kebebasan mengakses informasi. Demokrasi membutuhkan informasi yang
akurat, untuk setiap warga negara harus mendapatkan akses informasi yang memadai.
6. Adanya kebebasan berserikat yang terbuka. Kebebasan berserikat ini memberikan
dorongan bagi warga negara yang merasa lemah, dan untuk memprkuatnya
membutuhkan teman atau kelompok dalam bentuk serikat. Adanya serikat pekerja,
terbukanya sistem politik memungkinkan rakyat memberikan aspirasi secara terbuka
dan lebih baik.

Seperti dikemukakan diatas, di Indonesia prinsip-prinsip negara demokratis telah


dilakukan, walaupun masih ada beberapa kelemahan dalam pelaksanaannya. Untuk
mengukur seberapa jauh kadar demokrasi sebuah negara, diperlukan suatu ukuran atau
parameter. Parameter untuk mengukur demokrasi dapat dilihat dari empat hal yaitu.
1. Pembentukan pemerintahan melalui pemilu. Terbentuknya suatu pemerintahan
dilakukan dalam sebuah pemilihan umum yang dilaksanakan dengan jujur dan teliti.
2. Sistem pertanggungjawaban pemerintahan. Pemerintah yang dihasilkan dari pemilu
harus mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan dalam periode
tertentu. Di Indonesia, Presiden memberikan pertanggungjawaban kepada MPR.
3. Pengaturan sistem dan distribusi kekuasaan negara. Kekuasaan negara dijalankan
secara distributif untuk menghindari penumpukan kekuasaan dalam satu tangan.
Penyelenggaraan kekuasaan negara haruslah diatur dalam suatu tata aturan perundang-
undangan yang membatasi dan sekaligus memberikan petunjuk dalam pelaksanaannya.
Beberapa aturan tersebut adalah pembagian kekuasaan antara eksekutif, legislatif, dan
yudikatif.

7
4. Pengawasan oleh rakyat. Demokrasi membutuhkan sistem pengawasan oleh rakyat
terhadap jalannya pemerintahan, sehingga terjadi mekanisme yang memungkinkan
check and balance terhadap kekuasaan yang dijalankan eksekutif dan legislatif.

2.4 Sejarah Perkembangan Demokrasi di Barat

Konsep demokrasi awalnya lahir dari pemikiran mengenai hubugan Negara dan
hukum Yunani Kuno dan dipraktikkan dalam hidup bernegara abad ke-6 SM sampai abad
ke-4 M. Demokrasi yang dipraktekkan pada masa itu berbentuk demokrasi langsung
( direct democracy) artinya hak rakyt untuk mrmembuat keputusan politik dijalankan secara
langsung oleh seluruh warga Negara berdasarkan prosedur mayoritas. Sifat langsung itu
berjalan secara efektif karena Negara Kota Yunani Kuno berlangsung dalam kondisi
sederhana dengan wilayah Negara yang hanya terbatas pada sebuah kota kecil dengan
jumlah penduduk sekitar 300.000 orang. Selian itu ketentuan-ketentuan menikmati
demokrasi hanya berlaku untuk warga Negara yang resmi, sedangkan warga Negara yang
berstatus budak belian, pedagang asing, perempuan dan anak-anak tidak dapat
menikmatinya.

Gagasan demokrasi Yunani Kuno berakhir pada abad pertengahan. Dimana cirri
masyarakat pertengahan, yaitu struktur masyarakat yang feodal, kehidupan spiritual
dikuasai oleh paus dan pejabat agama, sedangkan kehidupan politiknya ditandai oleh
perebutan kekuasaan di antara para bangsawan. Pada masa ini kehidupan social politik dan
agama hanya ditentukan oleh elit-elit masyarakat, seperti kaum bangsawan dan kaum
agamawan.

Namun, pada akhor abad pertengahan, tumbuh kembali keinginan menghidupkan


demokrasi. Lahirnya Magna Charta (Piagam Besar) sebagai sutu piagam yang membuat
perjanjian antara kaum bangsawan dan Raja Jhon di Inggris merupakan tonggak baru
kemunculan demokrasi empirik.

Momentum lain yang menandai munculnya kembali demokrasi di dunia barat


adalah gerakan renaissance dan reformasi. Renaissance merupakan gerakan yang
menghidupkan kembali minat masyarakat pada sastra dan budaya Yunani Kuno. Gerakan
ini lahir di barat karena kontak dengan dunia islam yang ketika itu sedang berada pada
puncak kejayaan peradaban ilmu pengetahuan. Dimana Siri, Spanyol dan Sisilia merupakan
Negara Negara yang menjadi arus penyebrangan ilmu pengetahuan dari dunia islam ke
barat. Dengan kata lain keilmuan islam telah mengilhami munculnya kembali gerakan

8
demokrasi. Pada masa raissance orang mematahkan semua ikatan yang ada dan
menggantikannya dengan kebebasan bertindak seluas-luasnya sepanjang sesuai dengan
yang dipikirkan.

Sedngkan gerakan reformasi, yaitu suatu gerakan revolusi agama yang terjadi di
Eropa pada abad ke-16 dengan tujuan untuk memperbaiki keadaan dalam gereja katolik.
Hasil dari gerakan reformasi tersebut adalah adanya pninjauan terhadap gereja katolik yang
berkembang menjadi protestanisme. Diketahui bahwa sebelum gerakan reformasi ini
muncul kekuasaan gereja begitu domonan dalam menentukan tindakan warga Negara pada
masa itu.

Dua filsuf besar,yaitu Jhon Locke dan Montesquieu yang masing-masing dari
inggris dan prancis telah memberikan sumbangan yang besar bagi gagasan pemerintahan
demokrasi .Jhon Locke (1632-1704) mengemukakan bahwa hak-hak politik mencakup hak
atas hidup, kebebasan dan hak memiliki (live, liberal, property). Sedangkan Montesquieu
(1689-1944) mengungkapkan system pokok yang menurutnya dapat menjamin hak-hak
politik melalui “trias politica”-nya, yakni suatu sostem pemisahan kekuasaan dalam Negara
menjadi tiga bentuk kekuasaan, yaitu legislative, esekutf dan yudikatif yang masing-masing
harus dipegang oleh organ sendiri secara merdeka.

Pada kemunculannya kembali di Eropa, hak-hak politik rakyat dan HAM secara
individu merupakan tema dasar dalam pemikiran politik (ketatanegaraan). Untuk itu,
timbullah gagasan tentang cara membatasi kekuasaan pemerintah melalui pembuatan
konstitusi baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis .di atas konstitusi inilah bisa
ditentukan batas –batas kekuasaan pemerintah dan jaminan atas hak-hak politik rakyat
sehingga kekuasaan pemerintahan di imbangi dengan kekuasaan parlemen dan lembanga-
lembanga hukum gagasan inilah yang kemudian di namakan konstitusionalisme (demokrasi
konstitusional) dalam katatenangaraan .dimana salah satu ciri penting dari
konstitusionalisme (demokrasi konstitusional), yang hidup pada abad ke-19 ini adalah adlah
sifat pemerintahan yang pasif, artinya pemerintahan hanya menjadi pelaksana sebagai
keinginan rakyat yang dirumuskan oleh wakil rakyat di parlemen. Dengan kata lain Negara
berperan sebagai pelaksana yang tunduk kepada keinginan-keinginan rakyat yang
diperjuangkan secara liberal (individualisme) untuk menjadi keputusan parlemen.

Dalam konsep konstitualisme atau demokrasi konstitusional abad ke-19 ini disebut
Negara Hukum Formal (klasik). Dimana konsep ini mulai digugat menjelang pertengahan
abad ke-20 tepatnya setelah perang dunia. Factor yang mendorong lahirnhya kecaman atas
Negara Hukum Formal yang pluralis liberal, seperti yang dikemukakan oleh Mariam

9
Budiadjo, antara lain adalah akses-akses dalam industrialisasi dan system kapitalis,
tersebarnya paham sosialisme yang menginginkan pembagian kekuasaan secara merata
serta serta beberapa kemenangan beberapa partai sosialis di Eropa.

Akibatnya, muncullah gagasan baru yang disebut gagasan dengan cirri-ciri yang
berbeda dengan dirumuskan dalam konsep Negara Hukum Formal (klasik). Pemerintah
Welfare State diberi tugas membangun kesejahteraan umum dalam berbagai lapangan
dengan konsekuensi pemberian kemerdekaan kepada administrasi Negara dalam
menjalankannya.

Dalam bidang legislagi, bahkan freies ermessen dalam Welfare State ini mempunyai
tiga macam implikasi yaitu adanya hak inisiatif (membuat peraturan yang sederajat dengan
UU tanpa persetujuan lebih dahulu dari parlmen, kehidupan berlakunya dibatasi oleh waktu
tertentu). Disamping itu droit function (menafsirkan sendiri aturan-aturan yang masih
bersifat enunsiatif). Demokrasi ala Welfare State juga mulai ditinjau ulang. Konsep
demokrasi di Barat pun masih terus berjalan dan mengalami perubahan-perubahan
signifikan.

2.5 Sejarah Perkembangan Demokrasi di Indonesia

Perkembangan demokrasi di Indonesia telah mengalami pasang – surutnya. Masalah pokok


yang kita hadapi ialah bagaimana, dalam masyarakat yang beraneka ragam pola budayanya,
mempertinggi tingkat kehidupan ekonomi di samping membina suatu kehidupan sosial
politik yang demokratis. Pada pokoknya masalah ini berkisar pada menyusun suatu system
politik dimana kepemimpinanya cukup kuat untuk melaksanakan pembangunan ekonomi
serta Nation Building, dengan partisipasi rakyat seraya menghindarkan timbulnya diktator,
apakah diktator ini bersifat perorangan, partai atau militer. Dipandang dari sudut
perkembangan demokrasi sejarah Indonesia dapat dibagi dalam empat masa, yaitu:

a. Masa Republik Indonesia I, yaitu masa demokrasi (konstitusional) yang menonjolkan


peranan parlemen serta partai – partai dan yang karena itu dapat dinamakan demokrasi
parlementer.

b. Masa Republik Indonesia II, yaitu masa demokrasi terpimpin yang dalam banyak aspek
telah menyimpang dari demokrasi konstitusional yang secara formil merupakan landasanya,
dan menunjukkan beberapa aspek demokrasi rakyat.

10
c. Masa Republik Indonesia III, yaitu masa demokrasi pancasila yang merupakan
demokrasi konstitusional yang menonjolkan sistem presidensil

d. Masa Republik Indonesia IV, yaitu masa demokrasi pasca reformasi 1988 sampai
sekarang, yang cenderung mengalami banyak perubahan dari banyaknya partai politik
hingga pemilihan yang dilakukan secara langsung.

Demokrasi pada Periode 1945-1959 (Demokrasi Parlementer)


System demokrasi ini mulai berlaku sebulan setelah kemerdekaan Republik Indonesia
diproklamirkan dan kemudian diperkuat dengan UUD 1945 dan 1950, yang ternyata kurang
cocok untuk Indonesia. Karena lemahnya benih-benih demokrasi system parlementer
member peluang untuk dominasi partai-partai politik dan DPR.

UUD 1950 yang menetapkan berlakunya  system parlementer dimana badan eksekutif
terdiri dari presiden sebagai kepala negara konstitusional beserta menteri-menterinya yang
mempunyai tanggung jawab politik. Karena fragmentasi politik-politik usia kabinet pada
masa ini jarang dapat bertahan cukup lama. Koalisi yang dibangun dengan sangat gampang
pecah. Hal ini mengakibatkan destabilisasi politik nasional. Sehingga pada akhirnya Ir.
Soekarno sebagai Presiden untuk mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli yang menentukan
berlakunya kembali UUD 1945 dan berakhirnya masa demokrasi system parlementer.

Demokrasi pada Periode 1959-1965 (Demokrasi Terpimpin)

Ciri-ciri pada periode ini adalah dominasi dari presiden, terbatasnya peranan partai politik,
berkembangnya pengaruh komunis dan meluasnya peranan ABRI sebagai unsure politik.
Dekrit Presiden 5 Juli dapat dipandang sebagai sutu usaha untuk mencari jalan keluar dari
kemacetan politik melalui pembentukan kepemimpinan yang kuat. UUD 1945 membuka
kesempatan bagi seorang presiden untuk bertahan selama sekurang-kurangnya lima tahun.
Akan tetapi ketetapan MPRS No.III/1963 yang mengangkat Ir. Soekarno sebgai presiden
seumur hidup telah “membatalkan pembatasan waktu lima tahun ini (UUD memungkinkan

11
seorang presiden untuk dipilih kembali) yang telah ditentukan oleh UUD 1945”. Selain itu
banyak pula tindakan-tindakan yang menyimpang dari ketentuan-ketentuan UUD.
G. 30 S/PKI telah mengakhiri periode ini dan membuka peluang untul dimulainya masa
demokrasi pancasila. Dimana pada periode ini dikenal dengan nama Demokkrasi
Terpimpin. Demokrasi Terpimpin adalah demokrasi yang mendasar pada demokrasi
kekeluargaan tanpa anarkisme, liberalism dan otokrasi dictator. Namun, sebenarnya
demokrasi terpimpin ini ingin menempatkan Ir. Soekarno sebagai ayah dalam keluarga
besar yang bernama Indonesia dengan kekuasaan tepusat berada di tangannya.

Demokrasi pada Periode 1965-1998 (Demokrasi Pancasila)

Landasan utama dari periode ini adalah pancasila, UUD dan ketetapan-ketetapan MPRS.
Ketetapan MPRS No. III/1963 yang menetapkan masa jabatan seumur hidup untuk Ir.
Soekarno telah dibatalkan dan jabatan presiden kembali menjadi elektif  setiap lima tahun.
DPR-Gotong Royong diberi beberapa hak control, disamping ia tetap mempunyai fungsi
untuk membantu pemerintah. Pimpinannya tidak lagi mempunyai status menteri. Dan
masih banyak kebijakan-kebijakan pada periode ini dengan tujuan agar terbinanaya
partisipasi golongan-golongan dalam masyarakat disamping tindakan pembangunan
ekonomi secara teratur.

Badan eksekutif yang kuat tetapi tidaak “comitted” kepada suatu program pembangunan
justru dapat membawa kebobrokan oleh karena kekuasaan yang dimilikinya disia-siakan
untuk tujuan yang pada hakikatnya merugikan rakyat.

Demokrasi pada Periode 1998-Sekarang (Demokrasi Reformasi)

Runtuhnya rezim otoriter orde baru telah membawa harapan baru bagi tumbuhnya
demokrasi di Indonesia. Karena hal itu menjadikan awal bagi transisi demokrasi di

12
Indonesia.  Sukses atau gagalnya suatu transisi demokrasi sangat bergantung pada empat
factor kunci, yaitu:

1. Komposisi elite positif


2. Desain institusi politik
3. Kultur politik atau perubahan sikap terhadap politik di kalangan elite dan non elite
4. Peran civil society (masyarakat madani)
Keempat factor itu harus jalan secara sinergis dan berkelindan sebagai modal untuk
mengonsolidasikan demokrasi. Perlu diketahui bahwa transisi demokrasi merupakan fase
krusial yang kritis, karena dalam fase ini akan dituntut kemana arah demokrasi yang akan
dibangun. Selain itu dalam fase ini pula bisa saja terjadi pembalikkan arah perjalanan
bangsa dan Negara yang akan menghantar Indonesia kembali memasuki masa otoriter
seperti yang terjadi pada masa orde lama dan orde baru.

2.6 Nilai Demokrasi dalam Islam

Menurut Aswab Mahasin8 , agama dan demokrasi memang berbeda. Agama itu berasal dari
wahyu sementara demokrasi berasal dari pergumulan pemikiran manusia. Dengan demikian
agama memiliki dialektikanya sendiri. Namun begitu tidak ada halangan bagi agama untuk
berdampingan dengan demokrasi. Bahwa elemen-elemen pokok demokrasi dalam
perspektif Islam meliputi : as-syura, al-musawah, al-„adalah, al-amanah, al-mas‟uliyyah,
dan al-hurriyyah. Masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut :

Pertama, As-Syura yang merupakan suatu prinsip tentang bagaimana cara pengambilan
keputusan dan secara eksplisit ditulis dalam al-Qur‟an, misalnya : “dan urusan mereka
diselesaikan dengan cara musyawarah diantara mereka” (QS. as-Syura 38). Dalam surat Ali
Imran 159 juga dinyatakan : “Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu”.

13
Kedua, al-„Adalah adalah keadilan. Ajaran tentang keharusan melakukan hukum dengan
adil tanpa pandang bulu, banyak ditegaskan dalam al-Qur‟an, bahwa kehancuran bangsa-
bangsa terdahulu karena jika “orang kecil” melanggar pasti dihukum, sementara bila yang
melakukan pelanggaran “orang besar” hukum selalu berlalu. (QS. as-Syura 15), (QS.
alMaidah 8) dan (an-Nisa‟ 58).

Ketiga, al-Musawah yaitu kesejajaran, egaliter. Dalam al-Qur‟an surat al-Hujurat ayat 13
disebutkan : “Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu
disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui lagi Maha Mengenal”. Kesejajaran adalah tidak merasa paling unggul, tidak
congkak, tidak pernah merendahkan sesame orang lain. Demokrasi yang meletakkan
semangat egaliter akan menghasilkan semangat juang dalam menjaga nilai-nilai
kemanusiaan.

Keempat, al-Amanah adalah sikap pemenuhan kepercayaan yang diberikan seseorang


kepada orang lain. Kepercayaan atau amanah memang harus dijaga dengan baik. (QS. An-
Nisa‟ 58). Dalam pembangunan demokrasi, masyarakat menjadi tulang punggung
kesuksesan perjalanan kehidupan, manakala semaksimal mungkin menjaga kepercayaan,
pemimpinnya memiliki kepercayaan kepada masyarakatnya, dan masyarakat yang selalu
menjaga stabilitas gerak pemimpinnya.

Kelima, al-Mas‟uliyyah yaitu tanggungjawab. Sabda Nabi SAW : “setiap kamu adalah
pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawabannya”. Tanggung jawab
individu dan kelompok tetap diperlukan dalam rangka menjaga pertanggungjawabannya.
Masyarakat bertanggung jawab atas perjalanan pemerintahannya dengan memberikan

14
masukan/input perbaikan kelembagaan Negara. Pemimpinnya bertanggung jawab atas
keberlangsungan hajat hidup orang banyak.

Keenam, al-Hurriyyah yaitu kebebasan. Artinya bahwa setiap orang, setiap warga negara,
masyarakat diberikan hak dan kebebasan untuk mengekspresikan pendapatnya. Masing-
masing individu memberikan kebebasan dalam kerangka membangun bangsa dan
negaranya, sementara pemerintah menjaga stabilitas, rasa aman dan terus mengupayakan
kesejahteraan masyarakat menuju sebuah Negara yang sejahtera lahir dan batin di bawah
panji-panji kemakmuran.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Demokrasi adalah bentuk atau sistem pemerintahan yang segenap rakyat turut serta
memerintah dengan perantaraan wakil-wakilnya atau pemerintahan rakyat.Kata
“demokrasi” seiring waktu memiliki sangat banyak pengertian. Namun, diantara banyaknya
pengertian yang berbeda terdapat juga sejumlah persamaan penting yang menunjukkan
unuversalitas konsep demokrasi berdasarkan kriteria-kriteria yang menjadi cerminan
perwujudan konsep tersebut. Hendry B. Mayo, misalnya, mencatat setidaknya ada 8 ciri
utama yang harus diperhatikan untuk menilai apakah suatu masyarakat bersifat demokratis
atau tidak. Demokrasi berdasarkan penyaluran kehendak rakyat. Demokrasi langsung
merupakan sistem demokrasi yang mengikutsertakan seluruh rakyat dalam pengambilan
keputusan negara.Demokrasi tidaklangsung merupakan sistem demokrasi yang digunakan

15
untuk menyalurkan keinginan dari rakyat melalui perwakilan parlemen.Demokrasi
berdasarkan hubungan antar kelengkapan negara.Demokrasi perwakilan dengan sistem
referendum merupakan sistem demokrasi yang dimana rakyat memiliki perwakilan untuk
menjabat diparlemen namun tetap di kontrol oleh referendum.

Demokrasi perwakilan dengan sistem parlementer merupakan sistem demokrasi


yang didalamnya terdapat hubungan kuat antara badan eksekutif dengan badan legislatif

16
DAFTAR PUSTAKA

Astawa, I Putu Ari. 2017. Demokrasi Indonesia. Makalah.

Sulisworo, Tri Dwi, dkk. 2012. Demokrasi. http://eprints.uad.ac.id/9437/1/DEMOKRASI


%20dwi.pdf . Diakses pada 14 April 2021.

Djola. 2017.Nilai-nilai, Prinsip dan Parameter Demokrasi.


http://belajarpendidikanpkn.blogspot.com/2017/07/nilai-nilai-demokrasi.html. Diakses pada
14 April 2021.

Nikmah, Jum’atun. 2012. Perkembangan Demokrasi di Barat dan di Indonesia.


https://jumatunnikmah.wordpress.com/2012/05/19/perkembangan-demokrasi-di-barat-dan-
di-indonesia/. Diakses pada 14 April 2021.

Mujiati, Yuniar. 2017. NILAI-NILAI DEMOKRASI DALAM ISLAM UNTUK MEMBANGUN


KARAKTER MASYARAKAT. https://core.ac.uk/download/pdf/234800608.pdf. Diakses pada
14 April 2021.

17

Anda mungkin juga menyukai