Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

DEMOKRASI INDONESIA
Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kewarganegaraan
Dosen Pengampu : Dr. Muhamad Arif, M.Pd

Disusun oleh :
1. Muhammad Abdul Rosyid (11180163000051)
2. Siti Herawati (11200163000044)
3. Dwi Rani Syopianis (11200163000045)
4. Fenti Algiantoro (11200163000047)
5. Laila Rahmawati (11200163000051)
6. Rahmadita Auliaismi (11200163000061)
7. Muftia Jihan Irbah (11200163000065)
8. Bunga Chinta Melati (11210163000014)

JURUSAN TADRIS FISIKA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2021

1|Page
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, karunia-Nya. Tidak lupa shalawat serta salam semoga selalu
tercurahkan kepada junjungan kita yakni Nabi Muhammad SAW.

Adapun tujuan dari penulisan Makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada Mata
Kuliah Kewarganegaraan dengan Dosen Pengampu Bapak Dr. Muhamad Arif, M.Pd. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan mengenai Demokrasi Indonesia.

Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. Muhamad Arif,
M.Pd yang senantiasa meluangkan waktunya untuk membimbing serta memberikan ilmu yang
bermanfaat bagi kami. Tugas yang telah diberikan ini semoga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan terhadap bidang yang dipelajari. Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih
jauh dari kata sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki.
Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan ataupun kritik yang
membangun dari para pembaca. Saya berharap semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi
para pembaca.

2|Page
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................3
BAB I...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG.....................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH.................................................................................................4
C. TUJUAN.......................................................................................................................... 4
BAB II..............................................................................................................................................5
PEMBAHASAN..............................................................................................................................5
A. MAKNA DAN HAKIKAT DEMOKRASI....................................................................5
B. TUJUAN DEMOKRASI.................................................................................................6
C. CIRI-CIRI DEMOKRASI..............................................................................................7
D. SEJARAH DEMOKRASI DI INDONESIA..................................................................7
F. DEMOKRASI SEBAGAI PANDANGAN HIDUP......................................................15
G. PILAR-PILAR DEMOKRASI.....................................................................................16
H. PELAKSANAAN DEMOKRASI DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI..............19
BAB III..........................................................................................................................................20
KESIMPULAN.............................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................22

3|Page
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Di indonesia telah banyak menganut sistem pemerintahan pada awalnya. Namun,
dari semua sistem pemerintahan, yang bertahan mulai dari era reformasi 1998 sampai saat
ini adalah sistem pemerintahan demokrasi. Meskipun masih terdapat beberapa kekurangan
dan tantangan disana sini. Sebagian kelompok merasa merdeka dengan diberlakukannya
sistem demokrasi di Indonesia. Artinya, kebebasan pers sudah menempati ruang yang
sebebas-bebasnya sehingga setiap orang berhak menyampaikan pendapat dan aspirasinya
masing-masing.
Demokrasi merupakan salah satu bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan
suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat atau negara yang dijalankan
oleh pemerintah. Semua warga negara memiliki hak yang setara dalam pengambilan
keputusan yang dapat mengubah hidup mereka. Demokrasi mengizinkan warga negara
berpartisipasi baik secara langsung atau melalui perwakilan dalam perumusan,
pengembangan, dan pembuatan hukum.
Demokrasi mencakup kondisi sosial, ekonomi, dan budaya yang memungkinkan
adanya praktik kebebasan politik secara bebas dan setara. Demokrasi Indonesia dipandang
perlu dan sesuai dengan pribadi bangsa Indonesia.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan permasalahan yakni :
1. Bagaimana konsep - konsep demokrasi ?
2. Sebutkan pilar -pilar demokrasi ?
3. Bagaimana pelaksanaan demokrasi dalam kehidupan sehari hari ?
4. Bagaimana sejarah demokrasi di Indonesia ?
C. TUJUAN
Berdasarkan permasalahan di atas dapat diambil tujuan yakni :
1. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami konsep demokrasi.
2. Mahasiswa dapat memahami pilar-pilar demokrasi.
3. Mahasiswa dapat mengetahui pelaksanaan demokrasi dalam kehidupan sehari hari.
4. Mahasiswa dapat mengetahui sejarah perkembangan demokrasi di Indonesia.

4|Page
BAB II
PEMBAHASAN

A. MAKNA DAN HAKIKAT DEMOKRASI


Demokrasi sebagai suatu sistem telah dijadikan alternatif dalam berbagai tatanan
aktivitas bermasyarakat dan bernegara di beberapa Negara. Seperti diakui oleh Moh.
Mahfud MD, ada dua alasan dipilihnya demokrasi sebagai sistem bermasyarakat dan
bernegara. Pertama, hampir semua negara didunia ini telah menjadikan demokrasi sebagai
asas yang fundamental.; Kedua, demokrasi sebagai asas kenegaraan secara esensial telah
memberikan arah bagi peranan masyarakat untuk menyelenggarakan Negara sebagai
organisasi tertingginya. Oleh karena itu, diperlukan pengetahuan dan pemahaman yang
benar pada warga masyarakat tentang demokrasi (Eef Saefullah, 1994:5).
Pengertian demokrasi dapat dilihat dari tinjauan bahasa (epistemologis) dan istilah
(terminologis). Secara epistemologis “demokrasi” terdiri dari dua kata yang berasal dari
bahasa Yunani yaitu ”demos” yang berarti rakyat atau penduduk suatu tempat dan
“cratein” atau “cratos” yang berarti kekuasaan atau kedaulatan. Jadi secara bahasa demos-
cratein atau demos-cratos adalah keadaan Negara di mana dalam sistem pemerintahannya
kedaulatan berada di tangan rakyat, kekuasaan tertinggi berada dalam keputusan bersama
rakyat, rakyat berkuasa, pemerintah rakyat dan oleh rakyat (Eef Saefullah, 1994:6).
Sementara itu, pengertian demokrasi secara istilah sebagaimana dikemukakan para
ahli sebagai berikut:
a. Menurut Joseph A. Schemer
Demokrasi merupakan suatu perencanaan institusional untuk mencapai
keputusan politik dimana individu- individu memperoleh kekuasaan untuk
memutuskan cara perjuangan kompetitif atas suara rakyat.
b. Sidney Hook
Demokrasi adalah beg diberikan secara bebas dari rakyat dewasa.
c. Philippe C. Schmitter dan Terry Lynn Karl
Demokrasi sebagai suatu sistem pemerintahan dimana pemerintah dimintai
tanggung jawab atas tindakan-tindakan mereka di wilayah publik oleh warga
negara, yang bertindak secara tidak langsung melalui kompetisi dan kerjasama
dengan para wakil mereka yang terpilih.
d. Henry B. Mayo

5|Page
Menyatakan demokrasi sebagai sistem politik merupakan suatu sistem yang
menunjukkan bahwa kebijakan umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-
wakil yang diawasi secara efektif oleh rakyat dalam pemilihan- pemilihan berkala
yang didasarkan atas prinsip kesamaan politik dan diselenggarakan dalam suasana
terjaminnya kebebasan politik (Wiliam Ebenstein dan Edwin Fogelman 1987 :
185).

B. TUJUAN DEMOKRASI
Secara umum, tujuan demokrasi adalah menciptakan kehidupan masyarakat yang
sejahtera, adil dan makmur dengan konsep mengedepankan keadilan, kejujuran dan
keterbukaan. Pada konsepnya, tujuan demokrasi dalam kehidupan bernegara juga meliputi
kebebasan berpendapat dan kedaulatan rakyat. Untuk lebih jelasnya, berikut beberapa
tujuan demokrasi secara umum beserta penjelasannya:
1) Kebebasan Berpendapat
Tujuan demokrasi adalah memberi kebebasan dalam berpendapat dan
berekspresi. Negara yang menganut sistem pemerintahan demokrasi, dimana
rakyatnya memiliki kebebasan untuk memberikan pendapat dan menyuarakan
aspirasi dan ekspresi mereka.
Hal ini menjadi hal yang fundamental bagi negara demokrasi. Penjaminan hak
dasar ini juga dilakukan dengan terbuka sebagai cara mengungkap dan mengatasi
adanya masalah sosial yang belum terwujud.
2) Menciptakan Keamanan dan Ketertiban
Secara umum, demokrasi bertujuan menciptakan keamanan, ketertiban dan
ketentraman di lingkungan masyarakat. Demokrasi akan menjamin hak-hak
setiap warga negara dan mengedepankan musyawarah untuk memecahkan solusi
bersama agar terjalin keamanan bersama di lingkungan masyarakat.
3) Mendorong Masyarakat Aktif dalam Pemerintahan
Demokrasi mengedepankan kedaulatan rakyat, sehingga rakyat akan dilibatkan
dalam setiap proses pemerintahan, mulai dari pemilihan umum secara langsung
hingga memberi aspirasi terkait kebijakan publik. Rakyat yang didorong aktif
terlibat dalam bidang politik guna memajukan kinerja pemerintahan negara
tersebut. Adanya peran rakyat dalam pemerintahan juga akan membuat setiap
warga negara lebih bertanggung jawab terhadap peran yang dimilikinya sebagai
seorang warga negara yang wajib menjaga keutuhan negara.

6|Page
4) Membatasi Kekuasaan Pemerintahan
Kekuasaan tertinggi dalam negara yang menganut sistem pemerintahan demokrasi,
ada di tangan rakyat. Artinya rakyat berhak memberi aspirasi dan kritik pada
pemerintahan. Sistem pemerintahan demokrasi juga bertujuan membatasi
kekuasaan pemerintahan, agar tidak menimbulkan kekuasaan absolut atau diktator.
Dengan demokrasi diharapkan akan menciptakan pemerintah yang bertanggung
jawab, dimana Pemerintahan hanya berfungsi sebagai wakil rakyat yang ditugasi
untuk merangkum semua kebutuhan rakyat.
5) Mencegah Perselisihan
Dalam suatu negara demokrasi, setiap masalah atau konflik yang terjadi, akan
diselesaikan dengan musyawarah. Sehingga diharapkan dengan menganut sistem
demokrasi bisa mencegah adanya perselisihan antar kelompok dan dapat
menyelesaikan segala masalah secara damai.
(Lechman, David, 1989)
C. CIRI-CIRI DEMOKRASI
Ciri yang menggambarkan suatu pemerintahan didasarkan oleh sistem demokrasi
seperti:
1) Pemerintahan didasarkan kehendak dan kepentingan semua rakyat.
2) Ciri konstitusional adalah hal yang berhubungan dengan kepentingan, kehendak
atau kemauan atau kekuasaan rakyat yang dituliskan dalam konstitusi dan
undang-undang negara tersebut.
3) Ciri perwakilan yakni dalam mengatur negaranya kedaulatan rakyat akan
diwakilkan oleh beberapa orang yang sudah dipilih oleh rakyat itu sendiri.
4) Ciri pemilihan umum yakni sebuah kegiatan politik yang dilaksanakan untuk
memilih pihak dalam pemerintahan.
5) Ciri kepartaian yakni partai akan menjadi media atau sarana untuk menjadi bagian
dalam melaksanakan sistem demokrasi.
6) Ciri kekuasaan adalah adanya pembagian dan pemisah kekuasaan.
7) Ciri tanggung jawab adalah adanya tanggung jawab dari pihak yang sudah dipilih
untuk ikut dalam pelaksanaan suatu sistem demokrasi.

D. SEJARAH DEMOKRASI DI INDONESIA


Dalam perjalanan sejarah ketatanegaraan, Indonesia sering mengalami perubahan
berlakunya Undang-Undang Dasar. Mulai dari UUD 1945, Konstitusi RIS, UUD 1950,

7|Page
kembalinya UUD 1945 dan sampai dengan UUD 1945 setelah diamandemen pada tahun
2002. Secara konsepsional, masing-masing UUD merumuskan pengertian dan pengaturan
hakekat demokrasi menurut visi penyusun konstitusi yang bersangkutan. Pada awal
kemerdekaan ketika UUD 1945 menjadi hukum dasar tertulis bagi segenap bangsa
Indonesia, muncul pergeseran gagasan ketatanegaraan yang mendominasi pemikiran
segenap pemimpin bangsa. Semula gagasan tentang peranan negara dan peranan
masyarakat dalam ketatanegaraan lebih dikedepankan. Gagasan itu disebut gagasan
pluralisme. Selanjutnya dengan melihat realita belum mungkin dibentuknya lembaga-
lembaga negara seperti dikehendaki UUD 1945 sebagai aparatur demokrasi yang
pluralistik, muncullah gagasan organisme.Gagasan tersebut memberikan legitimasi bagi
tampilnya lembaga MPR, DPR, DPD untuk sementara dilaksanakan Presiden (D. Moh.
Mahfud.M. 2003 : 45).
Sejak Indonesia merdeka dan berdaulat sebagai sebuah negara pada tanggal 17
Agustus 1945, para Pendiri Negara Indonesia (the Founding Fathers) melalui UUD 1945
(yang disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945) telah menetapkan bahwa Negara Kesatuan
Republik Indonesia (selanjutnya disebut NKRI) menganut paham atau ajaran demokrasi,
dimana kedaulatan (kekuasaan tertinggi) berada ditangan Rakyat dan dilaksanakan
sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Dengan demikian berarti juga
NKRI tergolong sebagai negara yang menganut paham Demokrasi Perwakilan
(Representative Democracy) (D. Moh. Mahfud.M. 2003 : 45).
Penerapan paham demokrasi sebagai tatanan pengaturan hubungan antara rakyat
di satu pihak dengan negara dilain pihak oleh Para Pendiri Negara Indonesia yang duduk
di BPUPKI tersebut, kiranya tidak bisa dilepaskan dari kenyataan bahwa sebagian
terbesarnya pernah mengecap pendidikan Barat, baik mengikutinya secara langsung di
negara-negara Eropah Barat (khususnya Belanda), maupun mengikutinya melalui
pendidikan lanjutan atas dan pendidikan tinggi yang diselenggarakan oleh pemerintahan
kolonial Belanda di Indonesia sejak beberapa dasawarsa sebelumnya, sehingga telah
cukup akrab dengan ajaran demokrasi yang berkembang di negara-negara Eropah Barat
dan Amerika Serikat. Tambahan lagi suasana pada saat itu (Agustus 1945) negara-negara
penganut ajaran demokrasi telah keluar sebagai pemenang Perang Dunia-II (D. Moh.
Mahfud.M. 2003 : 46).
Di dalam praktek kehidupan kenegaraan sejak masa awal kemerdekaan hingga
saat ini, ternyata paham demokrasi perwakilan yang dijalankan di Indonesia terdiri dari
beberapa model demokrasi perwakilan yang saling berbeda satu dengan lainnya. Sejalan

8|Page
dengan diberlakukannya UUD Sementara 1950 (UUDS 1950) Indonesia mempraktekkan
model Demokrasi Parlementer Murni (atau dinamakan juga Demokrasi Liberal), yang
diwarnai dengan cerita sedih yang panjang tentang instabilitas pemerintahan (eksekutif =
Kabinet) dan nyaris berujung pada konflik ideologi di Konstituante pada bulan Juni-Juli
1959 (D. Moh. Mahfud.M. 2003 : 47).
Guna mengatasi konflik yang berpotensi mencerai-beraikan NKRI tersebut di atas,
maka pada tanggal 5 Juli 1959, Presiden Ir.Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden yang
memberlakukan kembali UUD 1945, dan sejak itu pula diterapkan model Demokrasi
Terpimpin yang diklaim sesuai dengan ideologi Negara Pancasila dan paham Integralistik
yang mengajarkan tentang kesatuan antara rakyat dan negara. Namun belum berlangsung
lama, yaitu hanya sekitar 6 s/d 8 tahun dilaksanakan-nya Demokrasi Terpimpin,
kehidupan kenegaraan kembali terancam akibat konflik politik dan ideologi yang
berujung pada peristiwa G.30.S/PKI pada tanggal 30 September 1965, dan turunnya Ir.
Soekarno dari jabatan Presiden RI pada tanggal 11 Maret 1968 (Irawan. Benny.Bambang,
2007).
Presiden Soeharto yang menggantikan Ir. Soekarno sebagai Presiden ke-2 RI dan
menerapkan model Demokrasi yang berbeda lagi, yaitu dinamakan Demokrasi Pancasila
(Orba), untuk menegaskan klaim bahwasanya model demokrasi inilah yang sesungguhnya
sesuai dengan ideologi negara Pancasila. Demokrasi Pancasila (Orba) berhasil bertahan
relatif cukup lama dibandingkan dengan model-model demokrasi lainnya yang pernah
diterapkan sebelumnya, yaitu sekitar 30 tahun, tetapi akhirnya pun ditutup dengan cerita
sedih dengan lengsernya Jenderal Soeharto dari jabatan Presiden pada tanggal 23 Mei
1998, dan meninggalkan kehidupan kenegaraan yang tidak stabil dan krisis di segala
aspeknya (Irawan. Benny.Bambang, 2007).
Sejak runtuhnya Orde Baru yang bersamaan waktunya dengan lengsernya Presiden
Soeharto, maka NKRI memasuki suasana kehidupan kenegaraan yang baru, sebagai hasil
dari kebijakan reformasi yang dijalankan terhadap hampir semua aspek kehidupan
masyarakat dan negara yang berlaku sebelumnya. Kebijakan reformasi ini berpuncak
dengan diamandemennya UUD 1945 (bagian Batang Tubuhnya) karena dianggap sebagai
sumber utama kegagalan tatanan kehidupan kenegaraan di era Orde Baru (Irawan.
Benny.Bambang, 2007).
Amandemen UUD 1945, terutama yang berkaitan dengan kelembagaan negara,
khususnya perubahan terhadap aspek pembagian kekuasaan dan aspek sifat hubungan
antar lembaga-lembaga negaranya, dengan sendirinya mengakibatkan terjadinya

9|Page
perubahan terhadap model demokrasi yang dilaksanakan dibandingkan dengan model
Demokrasi Pancasila di era Orde Baru (Irawan. Benny.Bambang, 2007).
Model Demokrasi pasca Reformasi (atau untuk keperluan tulisan ini dinamakan
saja sebagai Demokrasi Reformasi, karena memang belum ada kesepakatan mengenai
namanya) yang telah dilaksanakan sejak beberapa tahun terakhir ini, nampaknya belum
menunjukkan tanda-tanda kemampuannya untuk mengarah-kan tatanan kehidupan
kenegaraan yang stabil (ajeq), sekalipun lembaga-lembaga negara yang utama, yaitu
lembaga eksekutif (Presiden/Wakil Presiden) dan lembaga-lembaga legislatif (DPR dan
DPD) telah terbentuk melalui pemilihan umum langsung yang memenuhi persyaratan
sebagai mekanisme demokrasi (Irawan. Benny.Bambang, 2007).
Perkembangan demokrasi di Indonesia dapat dilihat dari Pelaksanaan Demokrasi
yang pernah ada di Indonesia ini. Pelaksanaan demokrasi di indonesia dapat dibagi
menjadi beberapa periodesasi antara lain :
1) Pelaksanaan demokrasi pada masa revolusi ( 1945 – 1950 ).
Tahun 1945–1950, Indonesia masih berjuang menghadapi Belanda yang ingin kembali
ke Indonesia. Pada saat itu pelaksanaan demokrasi belum berjalan dengan baik. Hal itu
disebabkan oleh masih adanya revolusi fisik. Pada awal kemerdekaan masih terdapat
sentralisasi kekuasaan hal itu terlihat Pasal 4 Aturan Peralihan UUD 1945 yang
berbunyi sebelum MPR, DPR dan DPA dibentuk menurut UUD ini segala kekuasaan
dijalankan oleh Presiden dengan dibantu oleh KNIP. Untuk menghindari kesan bahwa
negara Indonesia adalah negara yang absolut pemerintah mengeluarkan :
● Maklumat Wakil Presiden No. X tanggal 16 Oktober 1945, KNIP berubah
menjadi lembaga legislatif.
● Maklumat Pemerintah tanggal 3 Nopember 1945 tentang Pembentukan Partai
Politik.
● Maklumat Pemerintah tanggal 14 Nopember 1945 tentang perubahan sistem
pemerintahn presidensil menjadi parlementer.
(Afan Gaffar. 2001 : 23).
2) Pelaksanaan demokrasi pada masa Orde Lama
a. Masa Demokrasi Liberal 1950 - 1959
Masa demokrasi liberal yang parlementer presiden sebagai lambang atau
berkedudukan sebagai Kepala Negara bukan sebagai kepala eksekutif. Masa
demokrasi ini peranan parlemen, akuntabilitas politik sangat tinggi dan

10 | P a g e
berkembangnya partai-partai politik. Namun demikian praktik demokrasi pada masa
ini dinilai gagal disebabkan :
● Dominannya partai politik.

● Landasan sosial ekonomi yang masih lemah.

● Tidak mampunya konstituante bersidang untuk mengganti UUDS 1950.


Atas dasar kegagalan itu maka Presiden mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 :
● Bubarkan konstituante.

● Kembali ke UUD 1945 tidak berlaku UUD S 1950.

● Pembentukan MPRS dan DPAS.


b. Masa Demokrasi Terpimpin 1959 – 1966
Pengertian demokrasi terpimpin menurut Tap MPRS No. VII/MPRS/1965 adalah
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan yang berintikan musyawarah untuk mufakat secara gotong royong
diantara semua kekuatan nasional yang progresif revolusioner dengan berporoskan
nasakom dengan ciri:
 Dominasi Presiden.
 Terbatasnya peran partai politik.
 Berkembangnya pengaruh PKI
Penyimpangan masa demokrasi terpimpin antara lain:
1. Mengaburnya sistem kepartaian, pemimpin partai banyak yang dipenjarakan
2. Peranan Parlemen lembah bahkan akhirnya dibubarkan oleh presiden dan
presiden membentuk DPRGR
3. Jaminan HAM lemah
4. Terjadi sentralisasi kekuasaan
5. Terbatasnya peranan pers
6. Kebijakan politik luar negeri sudah memihak ke RRC (Blok Timur)
Akhirnya terjadi peristiwa pemberontakan G 30 September 1965 oleh PKI yang
menjadi tanda akhir dari pemerintahan Orde Lama (Afan Gaffar. 2001 : 26).

3) Pelaksanaan demokrasi Orde Baru 1966 – 1998


Dinamakan juga demokrasi pancasila. Pelaksanaan demokrasi orde baru
ditandai dengan keluarnya Surat Perintah 11 Maret 1966, Orde Baru bertekad akan
melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Awal Orde baru
11 | P a g e
memberi harapan baru pada rakyat pembangunan disegala bidang melalui Pelita I, II,
III, IV, V dan pada masa orde baru berhasil menyelenggarakan Pemilihan Umum tahun
1971, 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997. Namun demikian perjalanan demokrasi pada
masa orde baru ini dianggap gagal sebab :
a) Rotasi kekuasaan eksekutif hampir dikatakan tidak ada.
b) Rekrutmen politik yang tertutup.
c) Pemilu yang jauh dari semangat demokratis.
d) Pengakuan HAM yang terbatas.
e) Tumbuhnya KKN yang merajalela.
Sebab jatuhnya Orde Baru:
a) Hancurnya ekonomi nasional ( krisis ekonomi ).
b) Terjadinya krisis politik.
c) TNI juga tidak bersedia menjadi alat kekuasaan orba.
Gelombang demonstrasi yang hebat menuntut Presiden Soeharto untuk turun
jadi Presiden (Afan Gaffar. 2001 : 27).
4. Pelaksanaan Demokrasi Reformasi {1998 - Sekarang)
Berakhirnya masa orde baru ditandai dengan penyerahan kekuasaan dari Presiden
Soeharto ke Wakil Presiden BJ Habibie pada tanggal 21 Mei 1998.
Masa reformasi berusaha membangun kembali kehidupan yang demokratis antara lain:
1. Keluarnya Ketetapan MPR RI No. X/MPR/1998 tentang pokok-pokok reformasi.
2. Ketetapan No. VII/MPR/1998 tentang pencabutan tap MPR tentang Referendum
3. Tap MPR RI No. XI/MPR/1998 tentang penyelenggaraan Negara yang bebas
dari KKN.
4. Tap MPR RI No. XIII/MPR/1998 tentang pembatasan Masa Jabatan Presiden
dan Wakil Presiden RI.
5. Amandemen UUD 1945 sudah sampai amandemen I, II, III, IV
Pada Masa Reformasi berhasil menyelenggarakan pemilihan umum sudah dua kali
yaitu tahun 1999 dan tahun 2004.
(Irawan. Benny.Bambang, 2007).

E. PERBEDAAN – PERBEDAAN DEMOKRASI


1. Berkenaan dengan Kedaulatan Rakyat.
a. Demokrasi Liberal.

12 | P a g e
Kedaulatan Rakyat sepenuhnya dilaksanakan oleh DPR (Parlemen). Dan DPR
membentuk serta memberhentikan Pemerintah/Eksekutif (Kabinet).
b. Demokrasi Terpimpin.
Meskipun secara normatif konstitusional ditetapkan bahwa Kedaulatan ada
ditangan rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan
Rakyat (MPR), namun secara praktis justru kedaulatan sepenuhnya berada
ditangan Presiden. Dan Presiden membentuk MPR(S) dan DPR-GR berdasarkan
Keputusan Presiden
c. Demokrasi Pancasila (Orba).
Kedaulatan Rakyat sepenuhnya dijalankan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat
(MPR), baru kemudian MPR membagi-bagikan kedaulatan tersebut kedalam
bentuk kekuasaan-kekuasaan kepada lembaga-lembaga negara lainnya (Presiden,
DPR, MA, BPK, dsb.).
d. Demokrasi Reformasi.
Kedaulatan Rakyat sepenuhnya tetap berada ditangan rakyat, dan rakyat secara
langsung membagi-bagikan kedaulatan tersebut kedalam bentuk kekuasaan-
kekuasaan kepada lembaga-lembaga negara lainnya (Presiden, MPR, DPR, DPD,
MA, MK, dsb.) (Budiman. Arief. 2000 : 54)
2. Berkenaan dengan Pembagian Kekuasaan
a. Demokrasi Liberal
Kekuasaan DPR (Legislatif) sangat kuat dibandingkan dengan kekuasaan
Pemerintah/Kabinet (Eksekutif), bahkan DPR dapat memberhentikan
Pemerintah/Kabinet. Sementara Presiden hanya berkedudukan sebagai Kepala
Negara saja (Simbol Negara saja).
b. Demokrasi Terpimpin.
Kekuasaan Pemerintah/Presiden (Eksekutif) sangat kuat (dominan) dibandingkan
dengan kekuasaan DPR (Legislatif), bahkan Presiden dapat membubarkan DPR
serta mengangkat anggota-anggota DPR (GR). Jabatan Presiden ditetapkan untuk
masa seumur hidup, sehingga tidak bisa diberhentikan oleh MPRS.
c. Demokrasi Pancasila (Orba)
Meskipun secara normatif konstitusional, ditetapkan :
1). Kekuasaan Presiden sebagai Kepala Pemerintahan (Eksekutif) maupun
Kepala Negara lebih kuat dibandingkan kekuasaan DPR (Legislatif).

13 | P a g e
2). Kecuali dalam hal Anggaran Belanja Negara, maka kekuasaan Presiden
dibidang legislasi (pembentukan undang-undang) lebih kuat dibandingkan
kekuasaan DPR (Legislatif).
Namun secara praktis Kekuasaan Pemerintah/Presiden (Eksekutif) sangat kuat
(dominan) dibandingkan dengan kekuasaan DPR (Legislatif), sebagai akibat
adanya :
a) Campur tangan Pemerintah didalam kehidupan kepartaian.
b) Dominasi Pemerintah dalam penyelenggaraan pemilihan umum anggota
Legislatif (termasuk menyeleksi calon-calon Legislatif dari partai peserta
pemilu).
c) Kewenangan Presiden dalam pengangkatan anggota MPR dari unsur
Utusan Golongan yang jumlahnya cukup besar (Budiman. Arief. 2000 :
55).
d. Demokrasi Reformasi.
a) Kekuasaan Presiden sebagai Kepala Pemerintahan (Eksekutif) maupun.
Kepala Negara jauh berkurang karena harus dibagi kepada DPR
(Legislatif).
b) Kekuasaan Presiden dibidang legislasi (pembentukan undang-undang
termasuk UU-APBN) lebih lemah dibandingkan kekuasaan DPR
(Legislatif). Bahkan sebuah Rancangan Undang-Undang yang telah
disetujui oleh DPR dapat berlaku meskipun tidak disetujui dan tidak
diundangkan oleh Presiden/Pemerintah.
c) Kekuasaan Presiden sebagai Kepala Pemerintahan (Eksekutif) menjadi
semakin berkurang dengan dilaksanakannya Otonomi Daerah
(Budiman. Arief. 2000 : 54).
3. Berkenaan dengan Mekanisme Pengambilan Keputusan
a) Demokrasi Liberal
Semua keputusan di lembaga perwakilan rakyat (DPR) diambil berdasarkan voting
dengan suara terbanyak (Budiman. Arief. 2000 : 55).
b) Demokrasi Terpimpin
Semua pengambilan keputusan di lembaga perwakilan rakyat (MPRS dan DPR-
GR) harus berdasarkan musyawarah mufakat (suara bulat). Ada Ketetapan MPRS
yang khusus menetapkan hal ini (Budiman. Arief. 2000 : 55)
c) Demokrasi Pancasila (Orba)

14 | P a g e
Semua keputusan di lembaga perwakilan rakyat (MPR dan DPR) pertama-tama
diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat, dan jika musyawarah tidak
berhasil mencapai mufakat, maka keputusan diambil berdasarkan voting dengan
suara terbanyak. Namun dalam prakteknya pihak Pemerintah senantiasa
mengupayakan agar keputusan di DPR dan MPR diambil secara musyawarah
(suara bulat) untuk membuat kesan bahwa keputusan tersebut didukung oleh
segenap rakyat. (Budiman. Arief. 2000 : 55)
d) Demokrasi Reformasi
Semua keputusan di lembaga perwakilan rakyat (MPR dan DPR) di dalam
prakteknya langsung diambil berdasarkan voting dengan suara terbanyak.
(Budiman. Arief. 2000 : 55)

F. DEMOKRASI SEBAGAI PANDANGAN HIDUP


Menurut Nurcholis Madjid, demokrasi bukanlah kata benda, tetapi lebih
merupakan kata kerja yang mengandung makna sebagai proses dinamis. Demokrasi
adalah proses menuju dan menjaga civil society yang menghormati dan berupaya
merealisasikan nilai- nilai demokrasi (Sukron Kamil, 2002).
Tujuh norma-norma dan pandangan hidup demokratis yang dikemukakan oleh
Nurcholis Madjid (Cak Nun), sebagai berikut:
a. Pentingnya kesadaran akan pluralisme.
Hal ini tidak sekedar pengakuan (pasif) akan kenyataan masyarakat yang majemuk.
Lebih dari itu, kesadaran akan kemajemukan menghendaki tanggapan yang positif
terhadap kemajemukan itu sendiri secara aktif. Kesadaran akan pluralisme sangat
penting dimiliki bagi rakyat Indonesia sebagai bangsa yang sangat beragam dari sisi
etnis, bahasa, budaya, agama dan potensi alamnya.
b. Musyawarah Internalisasi
makna dan semangat musyawarah menghendaki atau mengharuskan keinsyafan dan
kedewasaan untuk dengan tulus menerima kemungkinan terjadinya “partial finctioning
of ideals”, yaitu pandangan dasar belum tentu, dan tidak harus, seluruh keinginan
sepenuhnya.
c. Pertimbangan Moral
Pandangan hidup demokratis mewajibkan adanya keyakinan bahwa cara haruslah
sejalan dengan tujuan. Bahkan sesungguhnya klaim atas suatu tujuan yang baik harus
disahkan oleh kebaikan cara yang ditempuh untuk meraihnya. Demokrasi tidak

15 | P a g e
terbayang terwujud tanpa akhlak yang tinggi. Dengan demikian pertimbangan moral
(keseluruhan akhlak) menjadi acuan dalam berbuat dan mencapai tujuan.
d. Pemufakatan
yang jujur dan sehat Suasana masyarakat demokratis dituntut untuk menguasai dan
menjalankan seni permusyawaratan yang jujur dan sehat itu guna mencapai
permufakatan yang juga jujur dan sehat. Permufakatan yang dicapai melalui
”engineering”, manipulasi atau merupakan permufakatan yang curang, cacat atau sakit,
malah dapat disebut sebagai pengkhianatan pada nilai dan semangat musyawarah.
Musyawarah yang benar dan baik hanya akan berlangsung jika masing- masing pribadi
atau kelompok yang bersangkutan memiliki kesediaan psikologis untuk melihat
kemungkinan orang lain benar dan diri sendiri salah, dan bahwa setiap orang pada
dasarnya baik, berkecenderungan baik, dan beritikad baik.
e. Pemenuhan segi- segi ekonomi
Masalah pemenuhan segi-segi ekonomi yang dalam pemenuhannya tidak lepas dari
perencanaan sosial-budaya. Warga dengan pemenuhan kebutuhan secara berencana,
dan harus memiliki kepastian bahwa rencana-rencana itu benar- benar sejalan dengan
tujuan dan praktik demokrasi. Dengan demikian rencana pemenuhan kebutuhan
ekonomi harus mempertimbangkan aspek keharmonisan dan keteraturan sosial.
f. Kerjasama antar warga untuk mempercayai itikad baik masing- masing.
Kerjasama antar warga untuk mempercayai itikad baik masing- masing, kemudian
jalinan dukung- mendukung secara fungsional antara berbagai unsur kelembagaan
kemasyarakatan yang ada, merupakan segi penunjang efisiensi untuk demokrasi.
Pengakuan akan kebebasan nurani (freedom of conscience), persamaan percaya pada
itikad baik orang dan kelompok lain (trust attitude) mengharuskan adanya landasan
pandangan kemanusiaan yang positif dan optimis.
g. Pandangan hidup demokratis harus dijadikan unsur yang menyatu dengan pendidikan
demokrasi. (Dwi Sulisworo, Tri Wahyuningsih, Dikdik Baehaqi Arif, 2012 :1-7)

G. PILAR-PILAR DEMOKRASI
Penerapan demokrasi di Indonesia tentu berdasarkan prinsip-prinsip demokrasi, tetapi
berbeda dengan prinsip-prinsip demokrasi secara umum. Ahmad Sanusi dalam
Memberdayakan Masyarakat dalam Pelaksanaan 10 Pilar Demokrasi (2006),
mengemukakan 10 Pilar Demokrasi Konstitusional Indonesia menurut Pancasila dan
UUD 1945, yaitu:

16 | P a g e
1. Demokrasi yang Berketuhanan Yang Maha Esa
Artinya seluk beluk sistem serta perilaku dalam menyelenggarakan kenegaraan RI
harus taat asas, konsisten (sesuai) dengan nilai-nilai dan kaidah-kaidah dasar
Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Demokrasi dengan kecerdasan
Artinya mengatur dan menyelenggarakan demokrasi menurut UUD 1945 bukan dengan
kekuatan naluri, kekuatan otot, atau kekuatan massa semata-mata. Pelaksanaan
demokrasi itu justru lebih menuntut kecerdasan rohaniah, kecerdasan aqliyah,
kecerdasan rasional dan kecerdasan emosional.
3. Demokrasi yang berkedaulatan rakyat
Artinya kekuasaan tertinggi ada di tangan rakyat. Secara prinsip, rakyat memiliki atau
memegang kedaulatan. Dalam batas-batas tertentu kedaulatan rakyat dipercayakan
pada wakil-wakil rakyat di MPR (DPR atau DPD) dan DPRD.
4. Demokrasi dengan rule of law
Demokrasi dengan aturan hukum mempunyai empat makna penting, yaitu:
● Kekuasaan negara RI itu harus mengandung, melindungi serta mengembangkan
kebenaran hukum (legal truth) bukan demokrasi ugal-ugalan, demokrasi dagelan atau
demokrasi manipulatif.
● Kekuasaan negara itu memberikan keadilan hukum (legal justice) bukan
demokrasi yang terbatas pada keadilan formal dan pura-pura.
● Kekuasaan negara itu menjamin kepastian hukum (legal security) bukan
demokrasi yang membiarkan kesemrawutan atau anarki.
● Kekuasaan negara itu mengembangkan manfaat atau kepentingan hukum (legal
interest) seperti kedamaian dan pembangunan, bukan demokrasi yang justru
mempopulerkan fitnah dan hujatan atau menciptakan perpecahan, permusuhan dan
kerusakan.
5. Demokrasi dengan pemisah kekuasaan negara
Artinya, demokrasi menurut UUD 1945 mengakui kekuasaan negara RI tak terbatas
secara hukum.Demokrasi dikuatkan dengan pemisahan kekuasaan negara dan
diserahkan kepada badan-badan negara yang bertanggung jawab. Demokrasi menurut
UUD 1945 mengenal pembagian dan pemisahan kekuasaan (division and separation of
power), dengan sistem pengawasan dan perimbangan (check and balances).
6. Demokrasi dengan hak asasi manusia

17 | P a g e
Artinya, demokrasi menurut UUD 1945 mengakui HAM yang tujuannya bukan saja
menghormati hak-hak asasi, melainkan untuk meningkatkan martabat dan derajat
manusia seutuhnya.
7. Demokrasi dengan pengadilan yang merdeka
Artinya demokrasi menurut UUD 1945 menghendaki pemberlakuan sistem pengadilan
yang merdeka (independen). Memberi peluang seluas-luasnya pada semua pihak yang
berkepentingan untuk mencari dan menemukan hukum yang seadil-adilnya. Di muka
pengadilan yang merdeka itu penggugat dengan pengacaranya, penuntut umum dan
terdakwa dengan pengacaranya mempunyai hak yang sama.
8. Demokrasi dengan otonomi daerah
Artinya otonomi daerah merupakan pembatasan terhadap kekuasaan negara, khususnya
kekuasaan legislatif dan eksekutif di tingkat pusat dan lebih khusus lagi pembatasan
atas kekuasaan Presiden. UUD 1945 secara jelas memerintahkan pembentukan daerah-
daerah otonom pada provinsi dan kabupaten atau kota. Urusan pemerintahan
diserahkan Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah. Dengan Peraturan Pemerintah,
daerah-daerah otonom dibangun dan disiapkan untuk mampu mengatur dan
menyelenggarakan urusan-urusan pemerintahan sebagai urusan rumah tangganya
sendiri.
9. Demokrasi dengan kemakmuran
Artinya demokrasi bukan hanya soal kebebasan dan hak, kewajiban dan tanggung
jawab, asal mengorganisir kedaulatan rakyat atau pembagian kekuasaan kenegaraan.
Demokrasi bukan hanya soal otonomi daerah dan keadilan hukum. Bersamaan dengan
itu semua, demokrasi menurut UUD 1945 ditujukan untuk membangun negara
kemakmuran (welfare state) oleh dan untuk sebesar-besarnya rakyat Indonesia.
10. Demokrasi yang berkeadilan sosial
Artinya demokrasi menurut UUD 1945 menggariskan keadilan sosial di antara
berbagai kelompok, golongan dan lapisan masyarakat. Tidak ada golongan, lapisan,
kelompok, satuan atau organisasi yang jadi anak emas yang diberi berbagai
keistimewaan atau hak-hak khusus.
(_________. 2010)

18 | P a g e
H.PELAKSANAAN DEMOKRASI DALAM KEHIDUPAN SEHARI-
HARI
Pelaksanaan Demokrasi Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, tiada lain adalah
wujud nyata dari pelaksanaan demokrasi dalam kehidupan sehari-hari (keluarga,
masyarakat, sekolah dan kehidupan bernegara). Demokrasi Pancasila adalah suatu paham
demokrasi yang diintegrasikan (diliputi dan dijiwai) oleh sila- sila dalam Pancasila.
Identitas demokrasi Pancasila adalah sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. Dalam demokrasi Pancasila
terkandung dua asas pokok, yakni asas kerakyatan dan asas musyawarah mufakat (Afan
Gaffar. 2001 : 23).
a. Pelaksanaan demokrasi di lingkungan keluarga :
1) Seluruh anggota keluarga merasa berarti atau berperan.
2) Anggota keluarga ikut bertanggung jawab terhadap keputusan bersama.
3) Tidak ada anggota keluarga yang merasa ditinggalkan.
4) Semangat kekeluargaan kebersamaan semakin kokoh.
b. Pelaksanaan demokrasi di lingkungan sekolah :
1) Menyusun tata tertib bersama.
2) Menyusun kelompok piket di kelas.
3) Memilih ketua kelas, atau dalam pemilihan Ketua OSIS.
c. Pelaksanaan demokrasi di lingkungan masyarakat :
1) Pemilihan ketua RT.
2) Musyawarah yang menyangkut kepentingan bersama seperti : program
pembangunan masyarakat dan lingkungan.
d. Pelaksanaan demokrasi di lingkungan kehidupan bernegara :
1) Terlibat dalam pemilihan umum
2) Melakukan pengawasan baik terhadap wakil rakyat maupun pemerintah melalui
media massa.
(Eef Saefullah Fatah, 1994 : 13)

19 | P a g e
BAB III

KESIMPULAN

Sejak Indonesia merdeka dan berdaulat sebagai sebuah negara pada tanggal 17
Agustus 1945, melalui UUD 1945 (yang disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945) telah
menetapkan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia menganut paham atau ajaran
demokrasi, dimana kedaulatan (kekuasaan tertinggi) berada ditangan Rakyat dan
dilaksanakan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Dengan
demikian berarti juga NKRI tergolong sebagai negara yang menganut paham Demokrasi
Perwakilan (Representative Democracy). Di dalam praktek kehidupan kenegaraan sejak
masa awal kemerdekaan hingga saat ini, ternyata paham demokrasi perwakilan yang
dijalankan di Indonesia terdiri dari beberapa model demokrasi perwakilan yang saling
berbeda satu dengan lainnya.
Perkembangan demokrasi di Indonesia dapat dilihat dari Pelaksanaan Demokrasi
yang pernah ada di Indonesia ini. Pelaksanaan demokrasi di indonesia dapat dibagi
menjadi beberapa periodesasi antara lain :
1. Pelaksanaan demokrasi pada masa revolusi (1945–1950)
2. Pelaksanaan demokrasi pada masa Orde Lama
a. Masa Demokrasi Liberal (1950 - 1959)
b. Masa Demokrasi Terpimpin (1959 - 1966)
3. Pelaksanaan demokrasi Orde Baru (1966 - 1998
4. Pelaksanaan Demokrasi Reformasi (1998 - Sekarang)
Salah satu ciri Negara demokratis debawa rule of law adalah terselenggaranya
kegiatan pemilihan umum yang bebas. Pemilihan umum merupakan sarana politik untuk
mewujudkan kehendak rakyat dalam hal memilih wakil-wakil mereka di lembaga
legislatif serta memilih pemegang kekuasaan eksekutif baik itu presiden/wakil presiden
maupun kepala daerah. Pemilihan umum bagi suatu Negara demokrasi berkedudukan
sebagai sarana untuk menyalurkan hak asasi politik rakyat.
Ahmad Sanusi dalam Memberdayakan Masyarakat dalam Pelaksanaan 10 Pilar
Demokrasi (2006), mengemukakan 10 Pilar Demokrasi Konstitusional Indonesia menurut
Pancasila dan UUD 1945, yaitu:
1. Demokrasi yang Berketuhanan Yang Maha Esa.
2. Demokrasi dengan kecerdasan.

20 | P a g e
3. Demokrasi yang berkedaulatan rakyat.
4. Demokrasi dengan rule of law.
5. Demokrasi dengan pemisah kekuasaan negara.
6. Demokrasi dengan hak asasi manusia.
7. Demokrasi dengan pengadilan yang merdeka.
8. Demokrasi dengan otonomi daerah.
9. Demokrasi dengan kemakmuran.
10. Demokrasi yang berkeadilan sosial.
Demokrasi Pancasila adalah suatu paham demokrasi yang diintegrasikan (diliputi
dan dijiwai) oleh sila- sila dalam Pancasila. Dalam Demokrasi Pancasila terkandung dua
asas pokok, yakni asas kerakyatan dan asas musyawarah mufakat. Pelaksanaan Demokrasi
Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, tiada lain adalah wujud nyata dari pelaksanaan
demokrasi dalam kehidupan sehari-hari diantaranya yaitu pelaksanaan demokrasi dalam
lingkungan keluarga, pelaksanaan demokrasi dalam lingkungan sekolah, pelaksanaan
demokrasi dalam lingkungan masyarakat, dan pelaksanaan demokrasi dalam lingkungan
kehidupan bernegara.

21 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

___________. 2010. Hukum Tata Negara dan Pilar-Pilar Demokrasi Edisi Kedua, Jakarta : Sinar
Grafika.
Afan. Gaffar. 2001. Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi. Yogjakarta : Pustaka Pelajar
Eef. Saefullah Fatah. 1994. Masalah dan prospek Demokrasi di Indonesia. Jakarta : Ghalia
Indonesia
Irawan. Benny. Bambang. 2007. Perkembangan Demokrasi di Indonesia. Jurnal HUKUM DAN
DINAMIKA MASYARAKAT VOL.5 NO.1 OKTOBER 2007. ISSN : NO. 0854-2031
TERAKREDITASI BERDASARKAN SK.DIRJEN DIKTI NO.55a/DIKTI/KEP/2006
Isjwara,1982. Pengantar Ilmu Politik, Bandung. Bina Cipta.
Lechman, David, 1989, Democracy and Development in Latin America, Cambridge: Polity Press.
Mangun Wijaya, 1994. Dalam Sidney Hook, Sosok Filsuf Humanisme Demokrasi Dalam Tradisi
Pragmatisme. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Mansoer.Mohamma.Tolchah. 1970. Pembahasan Beberapa Aspek Tentang Kekuasaan-
Kekuasaan Eksekutif Dan Legislatif Negara Indonesia. Yogyakarta : UGM.
Moh. Mahfud MD. 1999. Pergulatan Politik dan Hukum di Indonesia, Jakarta: Gama Media.
Nasution. Adnan. Buyung, 2001. Aspirasi Pemerintahan Konstitusional di Indonesia, Studi Sosio
Legal Atas Konstituante 19561959, Jakarta: Grafiti.
Rais. Amien, 1986. Pengantar Dalam Demokrasi dan Proses Politik. Jakarta: LP2ES.
Sunny Ismail. 1981. Pergeseran Kekuasaan Eksekutif. Jakarta: Aksara Baru.

22 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai