Anda di halaman 1dari 19

DEMOKRASI INDONESIA

(Tugas Pra-UTS Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan Kelompok 4)


Dosen Pengampu : Dr. Zulmasyhur, M.Si

Disusun oleh :
Audi Afiari Rakhmat (203402516254)
Bambang Adit Pratama (203402516263)
Marshela Adeliani (203402516261)
Meisya Nurwida Putri (203402516265)
Nabilah Fitriyanti (203402516258)

UNIVERSITAS NASIONAL
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan
karunia-Nya kami akhirnya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Review Materi Bab
4 Mengenai Demokrasi Indonesia”. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk melengkapi tugas
Pra-UTS mata kuliah Pendidikan Pancasila yang telah diberikan.
Tidak lupa kami menyampaikan terimakasih kepada pihak-pihak yang ikut serta dalam
penyusunan tugas ini dengan memberikan bantuan dan dukungan kepada kami dalam proses
penyusunan makalah, terutama pada :
1. Ayah dan Ibu kami yang telah mendukung dan mendoakan saya
2. Kerabat terdekat yang mendukung kami
3. Bapak Kamaruddin Salim, S.Sos., M.Si. selaku dosen pengampu materi dalam tugas
ini

Jakarta, 28 Mei 2021


Kelompok 4

2
DAFTAR ISI

DEMOKRASI INDONESIA .................................................................................................................... 1


KATA PENGANTAR ............................................................................................................................. 2
DAFTAR ISI......................................................................................................................................... 3
BAB I ................................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN ................................................................................................................................. 4
A. Latar Belakang ....................................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................. 4
C. Tujuan ................................................................................................................................... 4
BAB II ................................................................................................................................................ 5
ISI ...................................................................................................................................................... 5
A. Demokrasi dan Implementasinya ....................................................................................... 5
B. Arti dan Perkembangan Demokrasi .................................................................................... 5
C. Bentuk-bentuk Demokrasi .................................................................................................. 7
D. Demokrasi di Indonesia .................................................................................................... 10
BAB III ............................................................................................................................................. 18
KESIMPULAN ................................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................ 19

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Demokrasi merupakan salah satu bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu
negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat atau negara yang dijalankan oleh
pemerintah. Semua warga negara memiliki hak yang setara dalam pengambilan keputusan yang
dapat mengubah hidup mereka. Demokrasi mengizinkan warga negara berpartisipasi baik
secara langsung atau melalui perwakilan dalam perumusan, pengembangan, dan pembuatan
hukum.

Demokrasi mencakup kondisi social, ekonomi, dan budaya yang memungkinkan


adanya praktik kebebasan politik secara bebas dan setara. Demokrasi Indonesia dipandang
perlu dan sesuai dengan pribadi bangsa Indonesia. Selain itu yang melatar belakangi pemakaian
sistem demokrasi di Indonesia. Hal itu bisa kita temukan dari banyaknya agama yang masuk
dan berkembang di Indonesia.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Perkembangan Demokrasi ?


2. Apa saja bentuk dari Demokrasi ?
3. Bagaimana kehidupan Demokrasi di Indonesia ?
4. Mengapa Demokrasi Indonesia penting ?

C. Tujuan

1. Dapat memahami definisi Demokrasi.


2. Dapat mengetahui bentuk-bentuk dari Demokrasi.
3. Dapat mengetahui kehidupan berdemokrasi di Indonesia.
4. Dapat memahami pentingnya Demokrasi bagi bangsa Indonesia.

4
BAB II

ISI

A. Demokrasi dan Implementasinya

Dalam bagian ini dijelaskan bahwa peranan negara dan masyarakat tidak dapat dilepaskan
dari telaah tentang demokrasi. Karena hampir semua negara di dunia ini telah menjadikan
demokrasi sebagai asasnya yang fundamental dan demokrasi sebagai asas kenegaraan secara
esensial telah memberikan arah bagi peranan masyarakat untuk menyelenggarakan negara
sebagai organisasi tertingginya, tetapi ternyata demokrasi itu berjalan dalam jalur yang
berbeda-beda (Rais, 1995: 1).
Dijelaskan juga bahwa demokrasi melahirkan sistem yang bermacam-macam yang ada
hubungannya dengan implementasi ke dalam sistem pemerintahan, seperti sistem presidensial,
sistem parlementer, dan sistem referendum. Sistem presidensial merupakan sistem
pemerintahan negara republik di mana kekuasaan eksekutif dipilih melalui pemilu dan terpisah
dengan kekuasaan legislatif. Sistem ini menyejajarkan antara parlemen dan presiden dengan
memberi dua kedudukan kepada presiden yakni sebagaikepala negara dan kepala
pemerintahan. Sistem parlementer adalah sebuah sistem pemerintahan yang parlemennya
memiliki peranan penting dalam pemerintahan. Sistem ini yang meletakkan pemerintah
dipimpin oleh perdana menteri yang hanya berkedudukan sebagai kepala pemerintahan dan
bukan kepala negara, sebab kepala negaranya bisa diduduki oleh raja atau presiden yang hanya
menjadi simbol kedudukan dan persatuan. Sistem referendum merupakan sistem
demokrasi yang dimana rakyat memiliki perwakilan untuk menjabat diparlemen namun tetap
di kontrol oleh referendum. Sistem ini meletakkan pemerintah sebagai bagian (badan pekerja)
dari perlemen.
Jadi, demokrasi dijadikan asas yang fundamental bagi hampir semua negara karena dapat
memberikan arah bagi masyarakat untuk menyelenggarakan negara sebagai organisasi
tertingginya walaupun dengan jalan yang berbeda-beda. Dalam implementasinya bagi sistem
pemerintahan, demokrasi melahirkan sistem yang bermacam-macam, seperti sistem
presidensial, sistem parlementer, dan sistem referendum.

B. Arti dan Perkembangan Demokrasi

Istilah demokrasi berasal dari bahasa Yunani “demos” artinya rakyat dan “kratein” artinya
pemerintah. Secara sederhana, demokrasi berarti pemerintahan oleh rakyat, dalam hal ini
kekuasaan tertinggi berada ditangan rakyat.
Pengertian demokrasi sederhana di atas kemudian berkembang, seiring perkembangan
politik dan ilmu politik, sehingga muncul banyak pengertian tentang demokrasi. Menurut
Abraham Lincoln demokrasi adalah pemerintahan yang berasal dari rakyat, oleh rakyat, dan

5
untuk rakyat. Dalam pengertian yang lebih kompleks, demokrasi berarti suatu sistem
pemerintahan yang mengabdi kepada kepentingan rakyat dengan tanpa memandang partisipasi
mereka dalam kehidupan politik, sementara pengisian jabatan-jabatan publik dilakukan dengan
dukungan suara rakyat dan mereka memiliki hak untuk memilih dan dipilih. Menurut Henry
B. Mayo bahwa sistem politik demokratis adalah sistem yang menunjukan bahwa
kebijaksanaan umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang diawasi secara
efektif oleh rakyat dalam pemilihan-pemilihan yang didasarkan atas prinsip kesamaan politik
dan diselenggarakan dalam suasana kebebasan politik (Mayo, 1960:70).
Konsep demokrasi semula lahir dari pemikiran mengenai hubungan negara dan hukum di
Yunani Kuno dan dipraktikkan dalam hidup bernegara antara abad ke-4 sebelum masehi
sampai abad 6 masehi. Gagasan demokrasi Yunani boleh dikatakan lenyap dari muka Dunia
Barat ketika bangsa Romawi dikalahkan oleh suka Eropa Barat dan Benua Eropa memasuki
abad pertengahan (600-1400). Kendati begitu, ada sesuatu yang penting berkenaan dengan
demokrasi pada abad pertengahan itu yakni lahirnya dokumen Magna Charta (Piagam Besar),
sesuatu piagam yang berisi semacam perjanjian antara beberapa bangsawan dan Raja John di
Inggris bahwa Raja mengakui dan menjamin beberapa hak dan previleges bahwasanya sebagai
imbalan untuk penyerahan dana bagi keperluan perang dan lain-lain.
Selain Renaissance (aliran yang menghidupkan kembali minat pada sastra dan budaya
Yunani Kuno yang berupa gelombang-gelombang kebudayaan dan pemikiran), peristiwa lain
yang mendorong timbulnya kembali “demokrasi” yang dahulu tenggelam dalam abad
Pertengahan adalah terjadinya Reformasi, yakni revolusi agama yang terjadi di Eropa Barat
pada abad ke-16 yang pada mulanya menunjukkan sebagai pergerakan perbaikan keadaan
dalam gereja Katolik tetapi kemudian berkembang menjadi asas-asas Protestanisme. Reformasi
dimulai pada pintu gereja Wittenberg (31 Oktober 1517), yang kemudian segera memancing
terjadinya serangan terhadap gereja. Luther mempunyai ajaran tentang pengampunan dengan
kepercayaan saja, sebagai pengganti upacara-upacara, pekerjaan baik dan perantaan gereja,
serta mendesak supaya membaca kitab suci yang ternyata telah memberikan
pertanggungjawaban lebih besar kepada perseorangan untuk keselamatan sendiri. Ajaran yang
kemudian disambut dimana-mana itu telah menyulut api pemberontakan secara cepat dan
meluas di Jerman dan sekitarnya, sengketa dengan gereja dan kaisar berjalan lama dan getir
yang tidak terselesaikan dengan diselenggarakannya muktamar-muktamar di Speyer (1526,
1529) dan di Augsburg (1530). Berakhirnya Reformasi ditandai dengan terjadinya perdamaian
Westphalia (1648) yang ternyata mampu menciptakan keseimbangan setelah kelelahan akibat
perang yang berlangsung selama 30 tahun. Namun, Protestanisme yang lahir dari reformasi itu
tidak hilang dengan selesainya Reformasi, tetapi tetap menjadi kekuatan dasar di dunia
Baratsampai sekarang (Shadily, 1977; 937).
Dua kejadian (Renaissance dan Reformasi) ini telah mempersiapkan Eropa masuk ke dalam
Aufklarung (Abad Pemikiran) dan Rasionalisme yang mendorong mereka untuk
memerdekakan pikiran dari batas-batas yang ditentukan gereja untuk mendasarkan pada
pemikiran atau akal (rasio) semata-mata yang pada gilirannya kebebasan berpikir ini
menelurkan lahirnya pikiran tentang kebebasan politik. Dari sini timbullah gagasan tentang
hak-hak politik rakyat yang tidak boleh diselewengkan oleh raja, serta timbul kecaman-
kecaman terhadap raja yang pada waktu rezim memerintah dengan kekuasaan tak terbatas
dalam bentuk monarki-monarki absolut. Gagasan-gagasan politik dan kecaman terhadap
absolutisme monarki itu telah pula didukung oleh golongan menengah yang waktu itu mulai

6
berpengaruh karena kedudukan ekonomi dan mutu pendidikan golongan ini relatif baik
(Budiardjo, 1982: 55).
Tampak bahwa teori hukum alam merupakan usaha untuk mendobrak pemerintahan
absolut dan menetapkan hak-hak politik rakyat dalam suatu asas yang disebut demokrasi
(pemerintah rakyat). Dua filsuf besar, yaitu John Locke dan Montesquieu, masing-masing dari
Inggris dan Perancis telah memberikan sumbangan besar bagi gagasan pemerintahan
demokrasi ini. John Locke (1632-1704) mengemukakan bahwa hak-hak politik rakyat
mencakup hak atas hidup, kebebasan, dan hak memiliki (live, liberal, property); sedangkan
Montesquieu (1689-1655) mengemukakan sistem pokok yang menurutnya dapat menjamin
hak-hak politik tersebut melalui “Trias Politika” -nya, yakni suatu sistem pemisahan kekuasaan
dalam negara ke dalam kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif yang masing-masing
harus dipegang oleh organ sendiri yang merdeka, artinya secara prinsip kiranya semua
kekuasaan itu tak boleh dipegang hanya seorang saja.
Dari pemikiran tentang hak-hak politik rakyat dan pemisahan kekuasaan inilah terlihat
munculnya kembali ide pemerintahan rakyat(demokrasi).
Jadi, pengertian demokrasi adalah pemerintahan yang berhasil dari rakyat. Demokrasi
dapat memberi manfaat dalam kehidupan masyarakat yang demokratis, yaitu kesetaraan
sebagai warga negara, memenuhi kebutuhan-kebutuhan umum, pluralisme, dan kompromi,
menjamin hak-hak dasar, dan pembaruan kehidupan sosial.

C. Bentuk-bentuk Demokrasi

Formal democracy menunjukan pada demokrasi dalm arti sistem pemerintahan. Hal ini
dapat dilihat dalam berbagai pelaksanaan demokrasi di berbagai negara. Dalam suatu negara
misalnya dapat diterapkan demokrasi dengan menerapkan sistem presidensial, atau sistem
parlementer.
Sistem presidensial : Sistem presidensial adalah sebuah sistem negara republik, dimana
dalam kekuasaan eksekutifnya tidak menjadi satu dengan kekuasaan legislatifnya, selain itu
dalam sistem presidensial pemimpin eksekutifnya dipilih melalui cara pemilihan umum.
Sistem demokrasi ini sebagaimana diterapkan di negara Amerika dan negara Indonesia.
Sistem parlementer : sistem ini menerapkan model hubungan yang menyatu antara
kekuasaan eksekutif dan legislatif. Dalam hal ini parlemen memiliki wewenang dalam
mengangkat perdana menteri dan parlemen pun dapat menjatuhkan pemerintahan, yaitu dengan
cara mengeluarkan semacam mosi tidak percaya.

1. Demokrasi Perwakilan Liberal


Prinsip demokrasi ini didasarkan pada suatu filsafat kenegaraan bahwa manusia adalah
sebagai makhluk individu yang bebas. Oleh karen itu dalm sistem demokrasi ini kebebasan
individu sebagai dasar fundamental dalam pelaksaan demokrasi.

7
Menurut Locke, karena manusia pada dasarnya sama dengan politik (walaupun tidak sama
dalam semua hal), satu-satunya cara di mana seseorang memperoleh otoritas politik yang sah
atas yang lain adalah melalui persetujuan pihak lain. Pemerintah tetap sah hanya selama ia
melindungi hak-hak alami warga negara individu (yaitu, mereka yang telah memasuki
kesepakatan sosial dengan memberikan persetujuan, secara eksplisit atau diam-diam, kepada
pemerintah tertentu). Prinsip dari sistemnya adalah semua berdasarkan suara rakyat.
Pemerintahan yang baik mewakili suara prinsip rakyat dengan menegakkan pemerintahan
perwakilan, mempertahankan hak suara demokratis dan menciptakan masyarakat yang
demokratis. Demokrasi liberal juga memunculkan hadirnya kontrak sosial yang memberikan
hak kepada warga negara untuk membentuk sebuah lembaga negara yang memiliki sikap adil
dan juga moderat.

2. Demokrasi Satu Partai dan Komunisme


Negara satu-partai, sistem satu partai atau sistem partai tunggal adalah jenis pemerintahan
sistem partai di mana hanya terdapat satu partai politik yang memiliki hak untuk menjalankan
pemerintahan. Dalam sistem negara partai tunggal, pemerintah melarang pendirian partai
politik lain dan membuat aturan-aturan yang memperkuat pelarangan itu. Partai yang
memegang kekuasaan dalam pemerintahan memiliki pembenaran dalam menerapkan
kebijakan satu partainya, ditengahnya adalah untuk menjamin persatuan nasional dan
kepercayaan bahwa partai dijadikan sebuah entitas yang "melindungi revolusi" dimana
legitimasinya tidak dapat dipertanyakan.
Beberapa negara satu partai hanya melarang partai oposisi, dimana partai yang dianggap
memiliki ideologi dan tujuan yang sama biasanya bergabung dalam koalisi partai berkuasa di
pemerintah, seperti front populer. Kadang-kadang istilah de facto negara satu partai digunakan
untuk menggambarkan negara dengan sistem partai dominan dimana partai politik yang
berkuasa menggunakan dayanya untuk membuat peraturan yang mencegah pihak oposisi
menggantikan kekuasaan partai berkuasa di pemerintahan. Dalam negara mereka sendiri,
partai-partai yang dominan berkuasa atas negara satu-partai sering dinamakan hanya sebagai
Partai.
Demokrasi satu partai umumnya dilaksanakan di Negara-negara komunis, seperti Rusia,
China,Vietnam. Menurut komunis, Negara post kapitalis tidak akan melahirkan kemiripan
apapun dengan suatu rezim liberal yaitu rezim parlementer. Semua perwakilan atau agen akan
dimasukkan kedalam lingkungan seperangkat institusi-institusi tunggal yang bertanggung
jawab secara langsung. Oleh karena itu partai revolusioner merupakan hal yang esensial. Partai
tersebut merupakan instrument yang bisa menciptakan landasan bagi sosialisme dan
komunismen(Held, 2004: 15-17).

3. Demokrasi berdasar Nilai-nilai Pancasila


Yang dimaksud dengan demokrasi yang berlandaskan Ideologi Pancasila ialah Demokrasi
Pancasila. Demokrasi Pancasila merupakan suatu paham demokrasi yang berlandaskan pada
nilai-nilai yang terkandung di dalam ideologi Pancasila.

8
Di indonesia sistem pemerintahannnya berdasarkan demokrasi Pancasila. Demokrasi yang
dimaksudkan di sini adalah bentuk pemerintahan yang semua warga negaranya memiliki hak
setara dalam pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup mereka. Demokrasi
mengizinkan warga negara berpartisipasi baik secara langsung atau melalui perwakilan dalam
perumusan, pengembangan, dan pembuatan hukum. Demokrasi mencakup kondisi sosial,
ekonomi, dan budaya yang memungkinkan adanya praktik kebebasan politik secara bebas dan
setara.
Dalam pandangan Sukarno, demokrasi bangsa kita bukanlah demokrasi liberal ala barat,
melainkan demokrasi terpimpin (guided democracy). Dalam model ini, demokrasi bukan untuk
membentuk sistem pemeritahan yang liberal, melainkan pemerintahan yang sosialistik dengan
cita-cita negara yang juga sosialistik.
Nilai Musyawarah untuk mufakat terkandung dalam sila ke-4. Bunyi yang terdapat dalam
sila ke-4 Pancasila adalah “Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan Perwakilan”. Hal ini mengindikasikan bahwa hakekat dasar manusia sebagai
mahluk sosial (zoon politicon) tidak bisa hidup sendiri dan memerlukan aturan untuk mengatasi
dampak yang ditimbulkan dari serangkaian hubungan sosial. Isi yang terkandung secara
keseluruh Sila Ke-4 dalam Pancasila berasal dari naluriah manusia yang dilahirkan sebagai
makhluk sosial. Atas dasar itupula manusia mempunyai kecenderungan untuk berinteraksi
dengan orang lain. Dalam proses berinteraksi biasanya terjadi kesepakatan dan saling
menghargai satu sama lain atas dasar tujuan dan kepentingan bersama.
Untuk melaksanakan demokrasi pancasila dengan baik, prasyarat utamanya adalah
pemahaman/penghayatan sungguh-sungguh akan nilai falsafat pancasila. Melaksanakan
demokrasi pancasila dengan benar berarti mengamalkan pancasila melaui politik
pemerintahan.
Jadi, Demokrasi Pancasila adalah sebuah sistem demokrasi pemerintahan, yang keduanya
bisa dipakai di negara manapun, dengan cara masing masing di indonesia sendiri demokrasi
pancasila sudah mendarah daging disetiap warga nya, karena demokrasi itu mencerminkan
kehidupan bermasyarakat, sistem demokrasi / pemerintahan liberal tidak akan cocok untuk
diterapkan di indonesia karena adat dan budaya negara indonesia bertolak belakang dengan
negara barat, NKRI harga mati, demokrasi pancasila harus dibudayakan kepada anak cucu kita.
Pandangan Mohammad Hatta. Gagasan demokrasi sosial dalam konteks Indonesia
mendapatkan formulasi secara lebih jelas dari Mohammad Hatta. Pergulatannya yang intens
dengan tradisi demokrasi di Eropa, penyelidikannya atas praktik sosio-demokrasi, terutama di
negara-negara Skandinavia, serta penghayatannya atas tradisi permuryawaratan dan gotong-
royong dari masyarakat desa di Indonesia, menjadi latar yang kuat dalam
mengkonseptualisasikan model demokrasi yang cocok bagi masa depan bangsanya.
Berdasarkan isi dari penjelasan resmi Pembukaan UUD 1945 tersebut bahwa dengan
Pokok-pokok Pikiran tersebut nilai-nilai yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945
dijelmakan atau dijabarkan secara normatif dalam pasal-pasal UUD 1945. Pokok-pokok
Pikiran tersebut adalah sebagai berikut:
1) Pokok Pikiran Pertama : "Negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia dengan berdasar asas persatuan, dengan mewujudkan keadilan

9
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia" Pokok Pikiran Kedua : ”Negara hendak
mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia"
2) Pokok Pikiran Ketiga : "Negara yang berkedaulatan rakyat, berdasarkan atas
kerakyatan dan permusyawaratan/perwakilan"
3) Pokok Pikiran Keempat : "Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa,
menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab".

Empat pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945, menurut Penjelasan
Undang-Undang dasar ini, merupakan penjelasan logis dari inti alinea keempat Pembukaan
UUD 1945. Atau dengan lain perkataan bahwa keempat pokok pikiran tersebut tidak lain
adalah merupakan penjabaran dari Dasar Filsafat Negara, Pancasila (Kaelan, 2013: 569-573)
Dalam kehidupan kenegaraan mendasarkan pada suatu dasar moral yaitu negara berdasar
atas Ketuhanan Yang Maha Esa serta Kemanusiaan yang adil beradab. Maka untuk mencapai
cita-cita kenegaraan yaitu suatu keadilan dalam hidup bersama , negara mewujudkan dalam
suatu dasar tujuan negara yaitu melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah
Indonesia , adapun sarana untuk mencapai tujuan dan cita-cita negara tersebut adalah bentuk
negara persatuan sebagaimana termuat dalam, dan Republik yang berkedaulatan rakyat, serta
harus mendasarkan pada dasar moral negara, yaitu negara berdasar atas 'Ketuhanan Yang Maha
Esa' dan menurut dasar 'kemanusiaan yang adil dan beradab. Hal ini menunjukkan bahwa
betapapun baiknya suatu sistem negara dengan suatu perangkat hukum yang baik, tetap harus
mendasarkan, pada moralitas negara yang baik pula.

D. Demokrasi di Indonesia

Berdasarkan konstatasi berbagai teori dan studi tentang demo krasi di berbagai
negara, sebagaimana dilakukan oleh Elposito, Voll, Andrews, Austin, Hantington, maka dapat
diambil esensi bahwa proses demokratisasi itu pada dasarnya mencakup proses
rekonseptualisasi yang serta kan dengan tradisi, karakter, sejarah serta filosofi dari masyarakat
bangsa tersebut. Dengan kata lain agar proses demokratisasi membawa asas kemanfaatan dan
kehidupan yang lebih baik, maka demokratisasi dalam praksisnya harus disintesiskan dengan
filosofi dan jatidiri dari suatu masyarakat bangsa termasuk bangsa Indonesia.
Dalam hubungan dengan demokrasi di Indonesia secara das sollen , demokrasi
dikembangkan secara kontekstual dengan bedasarkan pada filosofi bangsa, sifat dan karakter
bangsa ciri khas serta identitas bangsa atau dapat diistilahkan berdasar identitas, kepribadian
atau jatidiri bangsa. Bangsa pada hakikatnya adalah sekelompok besar manusia yang
mempunyai persamaan nasib dalam proses sejarahnya, sehingga mempunyai persamaan watak
atau karakter yang kuat untuk bersatu dan hidup bersama serta mendiami suatu wilayah tertentu
sebagai suatu “kesatuan nasional”.
Berdasarkan pengertian tersebut secara kongkrit demokrasi di Indonesia yang
berjatidiri, adalah demokrasi yang berdasarkan filsafat bangsa dan negara Indonesia yaitu
Pancasila yang secara konstitusional terkandung dalam staatsfundamentalnorm yaitu
Pembukaan UUD 1945, yang merupakan norma dasar dan merupakan suatu sumber dari
hukum dasar Indonesia.

10
Konsensus yang menjamin tegaknya konstitusionalisme negara modern pada proses
reformasi untuk mewujudkan demokrasi, pada umumnya bersandar pada tiga elemen
kesepakatan (consensus), yaitu: (1) Kesepakatan tentang tujuan dan cita-cita bersama (the
general goal of f society or general acceptance of the same philosophy of govern ment). (2)
Kesepakatan tentang the rule of law sebagai landasan rintahan atau penyelenggaaan negara (the
basis of government). (3) Kesepakatan tentang bentuk institusi-institusi dan prosedur
ketatanegaraan (the form of institutions and procedures). (Andrews, 1968: 12).
Oleh karena itu demokrasi yang berjatidiri di Indonesia secara das sollen, mendasarkan pada
core values filosofi Pancasila sebagai dasar dan asas konsensus dalam hidup berbangsa dan
bernegara.
1. Perkembangan Demokrasi di Indonesia
Perkembangan demokrasi di Indonesia dapat dibagi dalam empat periode:
a. Periode 1945-1959, masa demokrasi perlementer yang menonjolkan peranan
parlemen serta partai-partai. Pada asa ini kelemahan demokrasi parlementer memberi
peluang untuk dominasi partai-partai politik dan DPR.
b. Periode 1959-1965, masa Demokrasi Terpimpin yang dalam banyak aspek telah
menyimpang dari demokrasi konstitusional dan lebih menampilkan beberapa aspek dari
demokrs si rakyat.
c. Periode 1966-1998, masa demokrasi Pancasila era Orde Baru yang merupakan
demokrasi konstitusiopal yang menonjolkan sistem presidensial. Landasan formal
periode ini adalah Pancasila, UUD 1945 dan ketetapan MPRS/MFR dalam rangka
untuk meluruskan kem- bali penyelewengan terhadap UUD 1945 yang terjadi di masa
Demokrasi Terpimpin
d. Periode 1999-sekarang, masa demokrasi Pancasila era Reformasi dengan berakar
pada kekuatan multi partai yang berusaha mengembalikan perimbangan kekuatan antar
lembaga negara, antara eksekutif, legislatif dan yudikatif. Pada masa ini peran partai
politik kembali menonjol, sehingga iklim demokrasi memperoleh nafas baru.

2. Pengertian Demokrasi menurut UUD 1945

a. Seminar Angkatan Darat II (Agustus 1966)


1) Bidang Politik dan Konstitusional : Demokrasi Indonesia seperti yang dimaksud dalam
Undang-un- dang Dasar 1945 berarti menegakkan kembali asas-asas negara hukum di
mana kepastian hukum dirasakan oleh segenap warga negara, hak-hak asasi manusia
baik dalam aspek kolektif maupun dalam aspek perseorangan dijamin, dan
penyalahgunaan kekuasaan dapat dihindarkan secara Institusional. Dalam rangka ini
perlu diusahakan supaya lembaga-lembaga dan tata kerja Orde Baru dilepaskan dari
ikatan pribadi dan lebih diperlembagakan.
2) Bidang Ekonomi: Demokrasi ekonomi sesuai dengan asas-asas yang menjiwai
ketentuan-ketentuan mengenai ekonomi dalam UUD 1945 yang pada hakikatnya
berarti kehidupan yang layak bagi semua warganegara yang antara lain mencakup: a)
pengawasan oleh rakyat terhadap pengguaaan kekayaan dan keuangan negara. b)
koperasi c) pengakuan atas hak milik perorangan dan kepastian hukum dalam

11
penggunaannya. d) peranan pemerintah yang bersifat pembinaan, penunjuk jalsai serta
pelindung.

b. Munas III Persahi : The Rule of Law (Desember 1966) Asas negara hukum Pancasila
mengandung prinsip: 1) Pengakuan dan perlindungan hak asasi yang mengandung persamaan
dalam bidang politik, hukum, sosial, ekonomi, kultural dan pendidikan. 2) Peradilan yang
bebas dan tidak memihak, tidak terpengaruh oleh sesuatu kekuasaan/kekuatan lain apa pun. 3)
Jaminan kepastian hukum dalam semua persoalan. Yang dimaksudkan kepastian hukum yaitu
jaminan bahwa ketentuan hukumnya dapat dipahami, dapat dilaksanakan dan aman dalam
melaksanakannya.

3. Demokrasi Pasca Reformasi

Dewasa ini hampir seluruh Negara di dunia mangklaim menjadi. penganut setia paham
demokrasi. Namun demikian sebagaimana hasi penelitian yang dilakukan oleh Amos J. Peaslee
bahwa dalam kenyataannya demokrasi dipraktekkan di seluruh dunia secara berbeda-beda dari
satu negara ke negara lain. Setiap negara dan orang menerapkan definisi demokrasi menurut
kriteria masing-masing, bahkan negara komunis seperti RRC, Kuba, Vietnam juga menyatakan
sebagai negara demokrasi. Berdasarkan kenyataan tersebut di atas maka perlu diambil suatu
pengertian esensial tentang demokrasi yang diterapkan di dalam suatu negara termasuk di
negara Indonesia. Dalam suatu negara yang menganut sistem demokrasi harus berdasarkan
pada suatu kedaulatan rakyat. Dengan lain perkataan kekuasaan tertinggi dalam suatu Negara
aialah di tangan rakyat. Kakuasaan dalam Negara itu dikelola oleh rakyat, dari rakyat dan untuk
rakyat (Asshiddiqie, 2005: 141). Berdasarkan esensi pengertian tersebut maka hakikat
kekuasaan di tangan rakyat adalah menyangkut baik penyelenggaraan negara maupun
pemerintahan. Oleh karena itu kekuasaan pemerintahan negara di tangan rakyat mengandung
pengertian tiga hal: pertama, pemerintah dari rakyat (government of the people); kedua,
pemerintahan oleh rakyat (government by people); ketiga, pemerintahan untuk rakyat (govern-
ment for people).

Struktur Pemerintahan Indonesia berdasarkan UUD 1945


1. Demokrasi indonesia Sebagaimana Dijabarkan dalam Undang-Undang Dasar
1945 Hasil Amandemen 2002

Dalam bagian ini dejelaskan bahwa demokrasi sebagai sistem pemerintah dari
rakyat, dalam arti rakyat sebagai asal mula kekuasaan negara sehingga rakyat harus ikut serta
dalam pemerintahan untuk mewujudkan suatu cita-citanya. Demokrasi di Indonesia yang
tertuang dalam UUD 1945 selain mengakui adanya kebebasan dan persamaan hak juga
sekaligus mengakui perbedaan serta keberanekaragaman mengingat Indonesia adalah
“Bhinneka Tunggal Ika”.
Jadi rakyat merupakan penjelmaan sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan
makhluk sosial, oleh karena itu dalam pengertian demokrasi kebebasan individu harus
diletakkan dalam kerangka tujuan bersama, bukan bersifat liberal yang hanya berdasarkan pada
kebebasan individu saja dan juga bukan demokrasi klass.

12
Secara umum didalam sistem pemerintaban yang demokratis seriantiasa mengandung unsur-
unsur yang paling penting dan mendasar yaitu:
(1) Keterlibatan warga negara dalam pembuatan keputusan politik.
(2) Tingkat persamaan tertentu diantara warganegara.
(3) Tingkat kebebasan atau kemerdekaan tertentu yang diaku dan dipakai oleh
warganegara.
(4) Suatu sistem perwakilan.
(5) Suatu sistem pemilihan kekuasaan mayoritas.

Berdasarkan unsur-unsur diatas maka demokrasi mengandung ciri yang merupakan


patokan yaitu setiap sistem demokrasi bahwa warganegara seharusnya terlibat dalam hal
tertentu dalam bidang pembuatan keputusan-keputusan politik, baik secara langsung maupun
tidak langsung dengan melalui wakil pilihan mereka.
Lalu dijelaskan ciri lain yang tidak boleh diabaikan yaitu adanya keterlibatan atau
partisipasi warga baik langsung maupun tidak langsung didalam proses pemerintahan negara.
Dengan menggunakan konsep Montequieu maka Supra Struktur Politik meliputi lembaga
Legislatif, Lembaga Ekskutif dan Lembaga Yudikatif.
Adapun infrastruktur politik suatu negara terdiri atas lima komponen sebagai berikut:
- Partai Politik Golongan (yang tidak berdasarkan pemilu)
- Golongan Penekan
- Alat Komunikasi Politik
- Tokoh-Tokoh Politik

Jadi baik Supra Struktur Politik maupun Infra Struktur Politik yang terdapat dalam sistem
ketatanegaraan masing-masing saling mempengaruhui serta mempunyai kemampuan untuk
mengendalikan pihak lain. Dalam sistem Demokrasi, mekanisme interaksi antara Supra
Struktur Politik dapat dilihat didalam proses penentuan kebijaksanaan umum atau menetapkan
keputusan politik, maka kebijaksanaan atau keputusan politik itu merupakan masukan (input)
dari Infra Struktur, kemudian dijabarkan sedemikian rupa oleh Supra Struktur Politik.
Dengan demikian dalam sistem demokrasi proses pembuatan kebijaksanaan atau keputusan
politik merupakan keseimbangan dinamis.

2. Penjabaran Demokrasi menurut UUD 1945 dalam Sistem Ketatanegaraan


Indonesia Pasca Amandemen 2002

Bagian ini menjelaskan penjabaran demokrasi dalam ketatanegaraan Indonesia dapat


ditemukan dalam konsep demokrasi sebagaimana terdapat dalam UUD 1945 sebagai
“Staatsfundamentalnorm" yaitu "...Suatu susunan negara Republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat..." (ayat 2), selanjutnya di dalam penjelasan UUD 1945 tentang sistem
pemerintahan Negara angka Romawi III dijelaskan “Kedaulatan Rakyat...”

13
Oleh karena itu "rakyat" adalah merupakan paradigma sentral kekuasaan negara. Adapun
rincian struktural ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan demokrasi menurut UUD 1945
adalah sebagai berikut:
A. Konsep Kekuasaan

Konsep kekuasan Negara menurut demokrasi sebagai terdapat dalam UUD 1945 sebagai
berikut:
(1) Kekuasaan di Tangan Rakyat
a) Pembukaan UUD Alinea IV “...Maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan
Indonesia itu dalam suatu Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat...”
b) Pokok pikiran dalam Pembukaan UUD 1945 “Negara yang berkedaulatan rakyat,
berdasarkan atas kerakyatan dan peimusyawaratan perwakilan" (pokok pikiran III)
c) Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 1 ayat (1) “Negara Indonesia ialah Negara
Kesatuan yang berbentuk Republik”. Kemudian penjelasan terhadap pasal ini UUD
1945 menyebutkan “Menetapkan bentuk kesatuan dan Republik mengandung isi
Pokok Pikiran Kedaulatan rakyat".
d) Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 1 ayat (2) "kedaulatan adalah di tangan rakyat
dan dilakukan menurut Undang-Undang Dasar".

(2) Pembagian Kekuasaan

Sebagaiman dijelaskan bahwa kekuasaan tertinggi adalah di tangan rakyat, dan dilakukan
menurut Undang-Undang Dasar, oleh karena itu pembagian kekuasaan menurut demokrasi
sebagaimana tercantum dalam UUD 1945 adalah sebagai berikut:
a) Kekuasaan Ekskutif, didelegasikan kepada Presiden (Pasal 4 ayat (1) UUD 1945)
b) Kekuasaan Legislatif, didelegasikan kepada Presiden dan DPR dan DPD (pasal5) ayat
1, pasal 19 dan pasal 22 C UUD 1945)
c) Kekuasaan Yudikatif, didelegasikan kepada Mahkamah Agung (pasal 24 ayat(1) UUD
1945)
d) Kekuasaan Inspektif, atau pengawasan didelegasikan kepada Eadan Pemeriksa
Keuangan (BPK) dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Hal ini termuat dalam UUD
1945 pasal 20 Ayat (1)"...DPR juga memiliki fungsi pengawasan terhadap presiden
seiaku penguasa ekskutif.
e) Dalan UUD 1945 hasil amandemen tidak ada Kekuasaan Konsultalif, yang dalam UUD
lama didelegasikar kepada Dewan Pertimbangan Agung (DPA), (pasal 16 UUD 1945).
Dengan lain perkataan UUD 1945 hasil amandenen telah menghapuskan Dewan
Pertimbangan Agung, karena hal ini berdasarkan kenyataan pelaksanaan kekuasaan
negara fungsinya tidak jelas.

Mekanisme pendelegasian kekuasaan yang demikian ini dalam khasanah ilmu hukum tata
negara dan ilmu politik dikenal dengan istilah 'Distribution of power' yang merupakan unsur
mutlak dari negara demokrasi.

14
(3) Pembatasan Kekuasaan

Pembatasan kekuasaan menurut konsep UUD 1945, dapat dili- hat melalui proses. atau
mekanisme 5 tahunan kekuasaan dalam UUD 1945 sebagai berikut:
a) Pasal 1 ayat (2) UUD 1945 "kedaulatan di tangan rakyat...". Kedaulatan politik rakyat
dilaksanakan lewat pemilu untuk membentuk MPR dan DPR setiap 5 tahun sekali.
b) “Majelis Permusyawaratan Rakyat memiliki kekuasaan mela- kukan perubahan
terhadap UUD, melantik Presiden dan wakil Presiden, serta melakukan impeachment
terhadap presiden ji- kalau melanggar konstitusi
c) Pasal 20 A ayat (1) memuat " Dewan Perwakilam Rakyat me- miliki fungsi
pengawasan, yang berarti melakukan penga- wasan terhadap jalannya pemerintahan
yang dijalankan oleh Presiden dalam jangka waktu 5 tahun".
d) Rakyat kembali mengadakan Pemilu setelah membentuk MPR dan DPR (rangkaian
kegiatan 5 tahunan sebagai realisasi peri- odesasi kekuasaan).

Dalam pembatasan kekuasaan menurut konsep mekanisme 5 tahunan kekuasaan


sebagaimana tersebut di atas, menurut UUD 1945 mencakup antara lain: periode kekuasaan,
pengawasan kekuasaan dan pertanggung jawaban kekuasaan.

B. Konsep Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan menurut UUD 1945 dirinci sebagai berikut:


(1) Penjelasan UUD 1945 tentang Pokok Pikiran ke III, yaitu "..Olen karena itu sistem
negara yang terbentuk dalam UUD 1945, harus berdasar atas kedaulatan rakyat dan
berdasar atas permusyawaratan/Perwakilan. Memang aliran ini sesuai dengan sifat
masyarakat Indonesia.
(2) Putusan Majelis Permusyawaratan Rakyat ditetapkan dengan suara terbanyak, misalnya
pasal 7B ayat (7).

Ketentuan-ketentuan tersebut diatas mengandung pokok pikiran bahwa konsep pengambilan


keputusan yang dianut dalam hukum tata negara Indonesia adalah berdasarkan :
(1) Keputusan didasarkan pada suatu musyawarah sebagai asasnya, artinya segala
keputusan yang diambil sejauh mungkin diusaha- kan dengan musyawarah untuk
mencapai mufakat.
(2) Namun demikian jikalau mufakat itu tidak tercapai, maka di- mungkinkan
pengambilan keputusan itu melalui suara terbanyak.

C. Konsep Pengawasan

Konsep pengawasan menurut UUD 1945 ditentukan sebagai berikut:

15
(1) Pasal 1 ayat (2), " Kedaulatan adalah di tangan rakyat dan dilakukan menurut Undang-
Undang dasar". Dalam penjelasan terhadap pasal 1 ayat (2) UUD 1945 disebutkan
bahwa, rakyat memiliki kekuasaan tertinggi namun dilaksanakan dan didistribusikan
berdasarkan UUD. Berbeda dengan UUD lama sebelum dilakukan amandemen, MPR
yang memiliki kekuasaan tertinggi sebagai pen- jelmaan kekuasaan rakyat. Maka
menurut UUD hasil amandemen MPR kekuasaannya menjadi terbatas, yaitu meliputi
Presiden dan Wakil Presiden dan memberhentikan presiden sesuai dengan masa
jabatannya atau jikalau melanggar UUD.
(2) Pasal 2 ayat (1), Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas Dewan Perwakilan
Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Daerah. Berdasarkan ketentuan tersebut maka
menurut UUD 1945 hasil amandemen MPR hanya dipilih melalui Pemilu.
(3) Penjelasn UUD 1945 tentang kedudukan Dewan Perwakilan Rakyat, disebut:
"...kecuali itu anggota-anggota DPR semuanya merangkap menjadi anggota Majelis
Permusyawatan Rakyat. Oleh karena itu DPR dapat senantiasa mengawasi tindakan-
tindakan Presiden...".

Berdasarkan ketentuan tersebut diatas maka konsep pengawasan menurut demokrasi Indonesia
sebagai tercantum UUD 1945 pada dasarnya adalah sebagai berikut:
(1) Dilakukan oleh seluruh warga negara. Karena kekuasaan di da- lam sistem
ketatanegaraan Indonesia adalah di tangan rakyat.
(2) Secara formal ketatanegaraan pengawasan berada pada DPR.

D. Konsep Partisipasi

Konssep partisipasi menurut UUD 1945 adalah sebagai berikut:


(1) Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 Segala Warganegara bersamaan
kedudukannya didalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan
pemerintahan itu dengan tiada kecualinya".
(2) Pasal 28 Undang-Undang Dasar 1945 "Kemerdekaan berserikat dan berkumpul,
mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan
Undang- Undang".
(3) Pasal 30 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 " Tiap-tiap warga negara berhak dan
wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara".

Sebagaimana termuat dalam UUD 1945 tersebut di atas, maka konsep partisipasi
menyangkut seluruh aspek kehidupan kenegaran dan kemasyarakatan dan partisipasi itu
terbuka untuk seluruh warga negara Indonesia (Thaib, 1994: 100-112).
Bahmueller (1996: 216) mengingatkan bahwa penerapan demokrasi harus diperhatikan (1)
the degree of economic development, (2) a sense of national identity, (3) historical experience
and (4) element of civic culture. Jadi pengembangan demokrasi harus diperhatikan tentang
bagaimana kondisi ekonomi dalam suatu negara, dasar filsafat negara sebagai suatu identitas
nasional suatu bangsa, bagai- mana proses sejarah terbentuknya bangsa itu beserta unsur-
unsurnya (Winataputra, 2005).

16
Jadi kiranya rakyat pantas sangat kecewa, sebab berkah rizki reformasi menetes ke kanteng-
kantong elit politik, para penguasa negara, serta kalangan kapitalis. Kita melihat fakta bahwa
sektor-sektor ekonomi yang strategis dikuasai oleh sebagian kecil warga negara dan mayoritas
warga negara Indonesia keturunan China. Selain itu invasi Amerika ke Afganistan dan Irak
dengan dalih untuk membela dermokrasi mengakibatkan rakyat di dua negara itu sampai
sekarang mengalami penderitaan, perang saudara, yang sangat mengerikan dan setiap saat
terjadi pembantaian serangan bom bunuh diri.

17
BAB III

KESIMPULAN

Peranan negara dan masyarakat tidak dapat dilepaskan dari telaah tentang
demokrasi. Karena hampir semua negara di dunia ini telah menjadikan demokrasi sebagai
asasnya yang fundamental dan demokrasi sebagai asas kenegaraan secara esensial telah
memberikan arah bagi peranan masyarakat untuk menyelenggarakan negara sebagai
organisasi tertingginya, tetapi ternyata demokrasi itu berjalan dalam jalur yang berbeda-
beda. Sistem ini menyejajarkan antara parlemen dan presiden dengan memberi dua
kedudukan kepada presiden yakni sebagaikepala negara dan kepala pemerintahan.

Demokrasi adalah pemerintahan yang berhasil dari rakyat. Demokrasi dapat memberi manfaat
dalam kehidupan masyarakat yang demokratis, yaitu kesetaraan sebagai warga negara,
memenuhi kebutuhan-kebutuhan umum, pluralisme, dan kompromi, menjamin hak-hak dasar,
dan pembaruan kehidupan sosial.
Bentuk-bentuk demokrasi antara lain ada Demokrasi Perwakilan Liberal, Demokrasi Satu
Partai dan komunisme, dan Demokrasi Berdasarkan Nilai-nilia Pancasila.
Berdasarkan pengertian secara kongkrit demokrasi di Indonesia yang berjatidiri, adalah
demokrasi yang berdasarkan filsafat bangsa dan negara Indonesia yaitu Pancasila yang
secara konstitusional terkandung dalam staatsfundamentalnorm yaitu Pembukaan UUD
1945, yang merupakan norma dasar dan merupakan suatu sumber dari hukum dasar
Indonesia.

18
DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. H. Kaelan, M.S dkk. 2016. Pendidikan Kewarganegraan Untuk Perguruan Tinggi.
Yogyakarta: Paradigma

19

Anda mungkin juga menyukai