Anda di halaman 1dari 20

METODE UMUM DAN KEFILSAFATAN

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi mata kuliah: Filsafat Umum

Dosen Pengampu:

Ahmad Yani Fathur Rohman, M,Phil

Disusun Oleh:

Ragil Ana Rokhmatin NIM. 21107003

Khalyend Nayakiza.A NIM. 21107004

Novia Eka Hanisa NIM. 21107005

KELAS A

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KEDIRI

FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH

PROGRAM STUDI TASAWUF DAN PSIKOTERAPI

2022

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kami haturkan kepada Allah SWT. Shalawat dan salam
selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya kami sebagai
penyusun mampu menyelesaikan tugas makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah
Filsafat Umum.
Makalah ini menjelaskan tentang Metode Umum Dan Kefilsafatan yaitu mencakup
metode analisis/analitik, metode sintesis/sintetik, metode deduksi, metode induksi, metode
dialektik, metode anahisis/analitik (metode kritik), dan metode sintesis/sintetik (spekulatif).
Dalam pembuatan makalah ini kami telah mengupayakan semaksimal mungkin mulai dari
pencarian materi hingga penyusunannya sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan
baik. Kami mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan.
Pada akhirnya kami menyadari, bilamana dalam penyusunan makalah ini masih
terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kami membutuhkan masukan, kritik dan saran yang
membangun dari pembaca untuk perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
memberikan wawasan yang lebih luas bagi pembaca khususnya para mahasiswa.

Kediri, 1 Maret 2022

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Kata pengantar........................................................................................................................ ii
Daftar isi.................................................................................................................................. iii
BAB I Pendahuluan................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang............................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
C. Tujuan Masalah...............................................................................................................2
BAB II Pembahasan..................................................................................................................3
A. Metode Umum................................................................................................................3
a. Metode Analis / Analitik.....................................................................................3
b. Metode Sintesis / Sintetik...................................................................................4
c. Metode Deduksi..................................................................................................5
d. Metode Induksi...................................................................................................6
B. Metode Kefilsafatan........................................................................................................7
a. Metode Dialektika...............................................................................................7
b. Metode Anahisis / analitik (metode kritik).......................................................10
c. Metode Sintesis / Sintetik (Spekulatif).............................................................11
BAB III Penutup.................................................................................................................... 16
A. Kesimpulan...................................................................................................................16
Daftar Pustaka.........................................................................................................................17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Awalnya filsafat bermakna sebagai sifat dari seseorang yang berupaya untuk menjadi
orang yang bijak dan menginginkan cinta. Filsafat muncul dilatarbelakangi adanya
kepercayaan yang berupa dongeng, mitos, dan takhayul. Namun adapula pendapat
Beerling(1966:8) yang mengatakan jika filsafat hadir karena ketakjuban saat melihat
keindahan alam semesta hingga menyebabkan rasa ingin tahu itu muncul dalam diri
seseorang.
Asal mula ilmu pengetahuan pun tak luput dari adanya filsafat, karena dengan
hadirnya filsafat inilah muncul pemikiran-pemikiran dari para filosof. Kemudian melalui
masa yang cukup panjang filsafat berkembang menjadi sebuah induk dari ilmu pengetahuan
(sains). Banyaknya pendapat serta pernyataan dari para filosof itulah yang memunculkan
flsafat. Pada zaman modern ini segala macam pertanyaan muncul karena sikap percaya dan
tidak percaya akan suatu hal.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu metode umum analisis atau analitik?
2. Apa itu metode umum sintetis atau sintetik?
3. Apa itu metode umum induktif atau indutik?
4. Apa itu metode umum deduktif atau deduktif?
5. Apa itu metode kefilsafatan dealiktika?
6. Apa itu metode kefilsafatan analisis/analitik (metode kritik)?
7. Apa itu metode kefilsafatan sintesis/sintetik (spekulatif)?

1
C. TUJUAN MASALAH
Tujuan dari penulis membut makalah ini adalah untuk memberi nformasi
kepada teman-teman, sehingga teman-teman mengetahui apa saja metode yang
digunakan dalam metode umum dam metode kefilsafatan beserta penjelasan-
penjelasannya.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. METODE UMUM
Kata “metode” diambil dari bahasa dari bahasa inggris/belanda atau eropa
yang mana pengambilannya dari bahasa yunani methodos. Jadi , kata ini adalah
sambungan kata depan yaitu meta-berarti “menuju, melalui, mengikuti, sesudah”, dan
kata benda hodos, artinya “jalan, perjalanan, cara dan arah”. Kata methodos lebih
banyak di pahami sebagai penelitia, kerangka kerja ilmiah, hipotesa ilmiah dan uraian
keilmuan”.
Secara luas, metode adalah cara bertindak menurut sistem aturan tertentu.
pentingnya metode ilmiah ini supaya kegiatan praktis terlaksna dengan efektif dan
efesien, agar upayanya mencapai hasil maksimal.1

a. Metode analisis atau analitik/analisis


Metode analisa adalah melakukan pemeriksaan dasar atas makna yang
dikandung oleh istilah-istilah itu.
Contoh:
1. Meja itu nyata
2. Apakah impian itu sesuatu yang nyata?

Dari pernytaan di atas harus kita amati apakah dari pernyataan “nyata”
apabila digunakan dalam hubungannya dengan sbuah meja punya makna yang
sama dengan istilah nyata pada kalimat impian. Maka kata nyata ini perlu di
analisa.
Maka proses analisa yang di gunakan untuk melakukan adalah krangka
pikir logika penalaran terdapat dua cara dalam menganalisa, 1)
menggolongkan dari berbagai macam pengertian mengenai istilah,
penggolongan istilah terbagi menjadi dua, yang pertama ada ekstensi
(penerapan lingkup istilah yang besangkutan) dan instensi (sifat dari istilah),

1
Prof. Dr. Nur A. Fadhil Lubis, MA. “PENGANTAR FILSAFAT UMUM”. ( Medan: perdana Pubishing juni 2015)
halaman 17

3
yaitu konkret dan abstrak, seperti contoh diatas contoh “nyata” yang pertama
itu lebih konkret ekstensi, dan contoh “nyata” yang kedua itu lebih abstrak
instensi. Dan yang ke 2) yaitu membandingkann dengan kalimat-kalimat lain
yang sejenis.2

b. Metode Sintesis
Dalam filsafat, manusia memiliki kebebasan untuk berpendapat, berargumen
terhadap segala sesuatu tanpa batas, namun juga tetap mengacu pada adanya
keraguan. Perenungan yang dilakukan oleh para filosof terhadap sesuatu yang ada
dan mungkin ada sehingga menemukan persepsi serta konsepsi tertentu,
kenyataannya akan menjadi asal usul adanya pengetahuan baru, karena
karateristik dari berfilsafat adalah bersifat menyeluruh dan mendasar. 3
Metode sintesis merupakan teknik yang digunakan dalam berfilsafat dengan
cara mengumpulkan data, sehingga tersusun sebuah kesimpulan. Contohnya jika
terdapat beberapa analisis berbeda namun membentuk kesatuan sehingga disebut
filsafat spekulatih. Misalnya, Tubuh manusia adalah materi yang memiliki sifat
tidak abadi serta berwujud secara indrawi. Kemudian akal adalah materi yang
bersifat tidak abadi serta tidak berwujud secara indrawi. Adapula analisis jiwa
adalah materi yang ersifata abadi dan tidak berwujud secara inrawi. Maka sintesa
dari tiga pernyataan tersebut adalah suatu kesatuan, kesatuan ituberupa amanusia. 4
Metode sintesis sama dengan merangkum beberapa pernyataan yang ada
kemudian disusun agar bisa menjadi kesatuan pengetahuan. Pernytaan- pernyataan
yang ditulis menggunakan metode sintesis umumnya berupa kumpulan data,
pendapat manusia, ataupun informasi yang masih berkaitan dengan suatu
pembahasan. Metode ini juga biasa digunakaan untuk menyelesaikan
permasalahan Sintesis dapat tercipta karena adanya pernyataan yang didukung
dengan argumen yang menguatkannya (tesis), dan karena disebabkan adanya
penolakan terhadap suatu pernyataan. Menurut kamus besar bahasa indonesia,
sintesis berarti perpaduan bermacam-macam pengertian atau penyataan sehingga
menjadi kesatuan yang selaras. Jika terdapat tesis (pernyataan yang didukung
dengan argumen) maka bisa saja tesis itu menghadirkan antitesis atau pendapat
2
Tazkiyah basa’ad.”STUDI DASAR FILSAFAT”.(CV BUDI UTAMA: yogyakarta, april 2018) halaman. 12
3
Hakim, Atang Abdul. Saebani, Beni Ahmad, Filsafat Umum dari Metologi sampaiTeofilosofi,
(Bandung:Pustaka Setia, 2018), hlm.18-19.
4
Ibid.hlm.13

4
yang berlawana dengan tesis. Sehingga dengan adanya metode sintesa ini
bertujuan untuk menyatukan beberapa pernyataan sampai memunculkan rumusan
pernyataan atau pernyataan yang baru lagi.

c. Metode deduksi/deduktif
Metode deduktif adalah suatu proses bepikir yang bertolak dari hal-hal yang
abstrak kepada yang konkrit, atau dari pernyataan yang bersifat umum ke pernyataan
yang bersifat khusus dengan menggunakan kaedah logika tertentu, yaitu logika
deduktif. Cara berpikir deduktif itu sudah dimulai oleh Aristoteles dan para
pengikutnya, yaitu melalui serangkaian pernyataan yang disebut silogisme. Silogisme
terdiri atas 3 pernyataan, yang disebut:

1. Premis mayor (dasar pikiran utama)

2. Premis minor (dasar pikiran kedua)

3. Kesimpulan

Contoh:

1. Semua makhluk hidup pasti mati (premis mayor)


2. Manusia adalah makhluk hidup (premis minor), karena itu
3. Manusia pasti mati (kesimpulan)
Dalam cara berpikir deduktif, apabila dasar pikirannya benar, maka
kesimpulannya pasti benar. Dengan cara berpikir deduktif memungkinkan kita
menyusun premis-premis menjadi pola-pola yang dapat memberikan bukti yang
kuat bagi kesimpulan yang benar atau sahih (valid). Adapun kelemahan cara
berpikir deduktif ialah bahwa dengan cara ini kita tidak akan memperoleh
pengetahuan yang baru, karena kesimpulan deduktif selalu merupakan perluasan
dari pengetahuan yang sudah ada sebelumnya, sudah apriori. Kesimpulan
silogisme tidak pernah dapat melampaui isi premis-premisnya. Kita harus mulai
dengan premis terlebih dahulu untuk sampai kepada kesimpulan yang benar.
Dengan kata lain berpikir deduktif bersifat analitis aprioris. Kita akan
memperoleh pengetahuan yang bersifat mutlak, tetapi bukan pengetahuan yang
baru. Karena itu penyelidikan ilmiah tidak dapat dilaksanakan hanya dengan
menggunakan cara berpikir deduktif saja, karena sulitnya menentukan kebenaran
universal dari berbagai pernyataan mengenai gejala ilmiah. Dengan metode

5
deduktif, kesimpulan yang diambil hanya benar apabila premis yang menjadi
dasar kesimpulan itu benar.5

d. Metode induksi/induktif
Francis Bacon (1561-1626) menggunakan metode induktif dalam mengetahui
sesuatu. Ia yakin bahwa seorang peneliti dapat membuat kesimpulan umum
berdasarkan fakta yang dikumpulkan melalui pengamatan langsung. Menurutnya
untuk memperoleh kebenaran mengenai alam ini, peneliti harus mengamati alam
itu secara langsung, dan harus membebaskan pikiran dari berbagai bentuk
prasangka. Untuk memperoleh pengetahuan menurutnya seseorang harus
mengamati alam itu sendiri, mengumpulkan fakta, dan merumuskan generalisasi
dari fakta-fakta tersebut. Jadi metode dikumpulkan melalui pengamatan langsung.
Menurutnya untuk memperoleh kebenaran mengenai alam ini, peneliti harus
mengamati alam itu secara langsung, dan harus membebaskan pikiran dari
berbagai bentuk prasangka. Untuk memperoleh pengetahuan menurutnya
seseorang harus mengamati alam itu sendiri, mengumpulkan fakta, dan
merumuskan generalisasi dari fakta-fakta tersebut. Jadi metode induktif dimulai
dari bukti-bukti yang khusus, dan atas dasar bukti-bukti yang khusus itu ditarik
kesimpulan yang bersifat umum.
Perbedaan antara metode deduktif dengan metode induktif dapat dilihat dari
logika berpikir dalam contoh berikut ini:
1.) Deduktif. Setiap binatang menyusui mempunyai paru-paru. Kucing adalah
binatang menyusui. Oleh karena itu, setiap kucing mempunyai paru-paru.
2.) Induktif. Setiap kucing yang pernah diamati mempunyai paru paru. Oleh
karena itu, setiap kucing mempunyai paru-paru.
Sesuai dengan cara kerjanya maka pengetahuan ilmiah memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
a.) Obyektif, artinya bebas dari penilaian yang bersifat subyektif dan
kebenarannya evidence (didukung oleh bukti-bukti).
b). Rasional, artinya sesuai dengan logika atau aturan penalaran
c.) Sistematis, artinya dilakukan dan disusun secara teratur, dan sesuai dengan
teori-teori.

5
Prof. Darwis a. Soelaiman , ph.d. “FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN PERSPEKTIF BARAT DAN ISLAM”.(Bandar
publishing: Aceh. September 2019) halaman. 66

6
d.) Generalisasi, artinya pengetahuan itu dapat diterapkan pada fenomena lain
bukan hanya pada obyek tertentu.6

B. METODE FILSAFAT
a. Metode Dialektika
Metode dialektika merupakan cara yang ditempuh dalam menyelesaikan suatu
problematika melalui dialog yang dilakukan oleh dua orang atau lebih. Kata dialektika
berasal dari kata Yunani “dialegesthai” yang memiliki arti berdialog atau berakap-cakap.
Metode inilah yang digunakan oleh tokoh Yunani klasik untuk menyelesaikan permasalahan,
tokoh tersebut bernama Socrotes yang berasal dari Athena.
Filsafat dimulai dengan rasa ingin tahu yang muncul dalam diri manusia rasa ingin
mencari kebijaksanaan ataupun kebenaran. Kebenaran berdasarkan pandangan filosofis tidak
memerlukan pembuktian baik melalui suatu eksperimen seperti ilmu pengetahuan, namun
kebenaran dicari menggunakan akal. Juhaya menyampaikan pendapatnya jika filsafat
merupakan suatu jalan pemikiran terhadap kepercayaan ataupun sikap dari seseorang yang
dijunjung tinggi. Oleh sebab itu, dalam filsafat mencari jawaban dari permasalahan tidak
pernah sampai menemukan jawaban akhir. Probematika yang tak berujung itulah yang
disebut berfilsafat yang sesungguhnya. Berikut pengertian metode dialektika berdasarkan
pendapat para filosof:
1. Metode dialektika menurut Socrotes
Filosof klasik hadir untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap
ilmu pengetahuan yang sempat tenggelam disebabkan dampak negatif dari filosof
aliran sofism. Namun bertolak belakang dengan para filosof Yunani Kuno yang
memiliki semangat yang kuat untuk bangkit dari ilmu pengetahuan yang semakin
dangkal. Berawal dari Socrates yang menamai klasik kepada filosofi tersebut namun
belum sampai pada suatu sistem filosofi. Tujuan Socrotes membuka jalanhingga
mencari dasar yang baru dan kokoh bagi kebenaran dan moral pada zaman klasik
semata-mata agar masyarakat bangkit dari pembodohan.
Socrotes adalah tokoh filosof yang dikenal seebagai orang yang memiliki budi
pekerti baik, jujur dan adil. Teknik yang digunakan olehnya untuk menyampaikan
pemikirannya adalah dengan cara melakukan tanya jawab dengan para pemuda. Maka
6
Prof. Darwis a. Soelaiman , ph.d. “FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN PERSPEKTIF BARAT DAN ISLAM”.(Bandar
publishing: Aceh. September 2019) halaman. 67

7
dari cara tersebut beliau banyak mendapat simpati dari para pemuda namun juga
mendapatkan tuduhan dari orang-orang sebagai perusak moral para pemuda di
negerinya dan menolak dewa-dewa yang telah di akui di negara Athena.Sacrotes lahir
pada tahun sebelum masehi tepatnya di tahun 470 SM.
Salah satu falsafah pemikiran Socrotes yakni pernyataan adanya kebenaran
objektif. Kebenaran yang dibenarkan dengan metode dialektika dan tidak tergantung
aku dan kita. Metode dialektika berasal dari kata Yunani yang memiliki arti
berbincang-bincang atau berdialog. Menurut Socrotes, perlu membuktikan adanya
kebenaran yang objektif melalui metode yang bersifat praktis dan dilakukan dengan
adanya percakapan-percakapan. Menurut analisis Socrotes setiap orang memiliki
pendapat tentang hal yang salah dan benar, karena siapapun itu patut ditanya untuk
menyampaikan pendapat mereka.
Metode dialektika atau metode kristis menurut Socrotes, yakni metode yang
melibatkan beberapa orang untuk berdialog membahas tentang suatu permasalahan
sebagai upaya untuk mengungkapkan suatu objek pembahasan menuju pada hakikat
yang sesungguhnya. Melalui metode ini, mengajarkan kita untuksaling berdialog atau
adanya tindak tanya jawab tentang suatu perkara untuk menemukan jawaban atas
suatu hal. Dan diharapkan mengubah kita sebagai manusia bersikap lebih
kriris.Tujuan Socrotes adalah mengajarkan kepada orang untuk mencari kebenaran.
Agar kebanaran itu bukan hanya berdasarkan persetujuan dari orang banyak. Sikap
Socrotes yang mengajarkan kebenaran ini menjadi reaksi terhadap ajaran Sofism,
dimana ajaran guru-guru sofis bila setiap pendirian dapat dibenarkan dengan cara
retorika, jika banyak orang yang menyetujui “kebenaran” itu maka dianggap menjadi
suatu yang benar.7
Menurutnya, pendapat dari orang yang pertama ia tanyai, dianggap sebagai
hipotesis kemudian pendapat selanjutnya adalah hipotesis yang lebih lanjut. Apabila
hipotesis pertama menghasilkan konsekuensi yang mustahil maka ia akan mengganti
hipotesis tersebut dengan hipotesis lainnya. Tidak jarang, dialog yang dilakukannya
dengan masyarakat berakhir dengan kebingungan, namun dari percakapan tersebut
menciptakan suatu definisi yang dianggap bermanfaat. Dari metode dialektikanya,
Socrotes mendapatkan dua penemuan metode yang lain, berupa metode induksi dan
7
Hakim, Atang Abdul. Saebani, Beni Ahmad, Filsafat Umum dari Metologi sampaiTeofilosofi,
(Bandung:Pustaka Setia, 2018), hlm. 178-180.

8
definisi. Dengan melahirkan penemuan baru ini, Socrotes dapat mengajak orang-
orang Athena untuk kembali menyakini ilmu pengetahuan, sains, dan agama.
Kelanjutan dari metode yang ditemukannya berubha menjadi paham etnik Socrotes.
Ajaran filosofisnya tidak pernah ditulis langsung oleh diirinya, namun kita dapat
menemukannya mealui tulisan murid-muridnya. Socrotes tidak pernah menuliskan
ajaran filosofisnya namun ia memilih mengimplesentasikan melalui perbuatannya.
2. Metode Filsafat Menurut Juhaya S. Praja
Metode filsafat menurut Juhaya terbagi menjadi 3, yakni metode deduksi,
metode induksi, metode dialektika. Lalu apa yag dimaksud metode dialegtika dari
sudut pandang Juhaya? Metode dialektika merupakan suatu cara yang digunakan
untuk mempelajari filsafat yang diawali dengan melibatkan daya pikir spekulatif
serta radikal, karena cara ini tidak hanya memhami suatu pemikiran namun juga
mengkritisinya. Metode ini mengambil kesimpulan dari tiga tingkat yaitu tesis,
antitesis, sintetis. Kenyataan yang bersifat rasional tak dihalangi oleh batasan pola
pikir tertentu sangat berkaitan dengan filsafat, sehingga menghasilkan pemahaman
dialektis terhadap berbagai macam temuan dari hasil pemikiran manusia. Filsafat
selalu mencari sebuah jawaban, maka sikap falsafi yang benar yakni perilaku yang
kritis terhadap suatu permasalahan atau mencari jawaban dari problematika yang ada
disekitarnya.8
Para filosof telah banyak melakukan upaya menyusun sebuah cara untuk
mempertahankan kelayakan filsafat dan memperoleh pengakuan secara global sebagai
suatu disiplin ilmu. Dalam bagian filsafat terdapat komposisi kerja yang menyeluruh,
mendasar, hipotesis yang logis dan rasional. Maka filsafat yang menggunakan metode
dialektika memperoleh jawaban atas suatu pemikiran dengan cara adanya proses tanya
jawab antara dua orang atau lebih. Mereka yang terlibat dalam proses itu saling
memberi pertanyaan dan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh lawan
berdialognya. Metode ini tidak hanya digunakan untuk menyelesaikan perkara antara
beberapa orang yang sedang bersengketa, bahkan perang juga bisa diselesaikan
melalui dialog. Sehingga metode dialektika jika dianggap sebagai metode yang dapat
menyelesaikan semua permasalahan kefilsafatan adalah sesuatu yang lugu.9
Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa metode dialektika adalah suatu cara
yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan menggunakan cara berdialog,
8
Hakim, Atang Abdul. Saebani, Beni Ahmad, Filsafat Umum dari Metologi sampaiTeofilosofi,
(Bandung:Pustaka Setia, 2018), hlm. 15-28.
9
Ibid, hlm. 29-30.

9
sehingga dapat mencari kebenaran yang hakiki tentang suatu hal. Setiap orang
memiliki hak untuk mengutarakan pendapatnya, baik tentang hal yang ada dan tidak
ada.

b. Metode analisis/analitik (metode kritik)


Secara etimologis, istilah “analisis‟ yang pada bahasa Inggris “analysis” berasal dari
leksem bahasa Yunani analyein (gabungan morfem ana- dan lyein) berarti„melonggarkan‟
atau „memisahkan‟ (memisahkan keseluruhan sebagai bagian-bagian).Dalam kamus Meriam-
Webster (2009: CD-ROM version), istilah “analisis‟ memiliki beberapa dimensi makna. Dua
di antaranya yang berkaitan menggunakan filsafat dimaknaidengan “a method in philosophy
of resolving complex expressions into simpler or morebasic ones” (metode pada filsafat yang
menguraikan ungkapan yang rumit ke dalambentuk yang lebih sederhana atau yang lebih
mudah) dan “clarification of an expressionby an elucidation of its use in discourse”
(penjelasan ungkapan menggunakan cara menjelaskanpenggunaannya pada wacana). Selain
itu, pada konteks kebahasaan, „analisis‟dimaknai menjadi penyederhanaan bentuk istilah
menggunakan memisahkan akar istilah dariimbuhannya menjadi salah satu metode bedah
bahasa.

Istilah “analisis” berdasarkan Kallsaff (2004) adalah “perincian”. Selanjutnya


ditegaskan oleh Kallsaff, bahwa di dalam filsafat analisis berarti perincian kata-kata atau
pernyataan-pernyataan ke pada bagian-bagiannya sedemikian rupa sebagai akibatnya kita
bisa melakukan pemeriksaan atas makna yang dikandungnya. Dalam perspektif lain
“analisis” adalah kemampuan mengidentifikasi, memisahkan, dan membedakan komponen-
komponen atau elemen suatu fakta, konsep, pendapat, asumsi, hipotesis, atau kesimpulan,
dan mempelajari setiap komponen tersebut untuk melihat terdapat atau tidaknya kontradiksi.
Dalam taraf ini seorang diperlukan memperlihatkan interaksi di antara aneka macam
gagasan menggunakan cara membandingkan gagasan tadi menggunakan standar, prinsip,
atau mekanisme yang sudah ditentukan.. Kata kerja operasional yang biasa dipakai adalah:
membedakan dan mendiskriminasikan, mendiagramkan, memilih, memisahkan, membagi-
bagikan, mengilustrasikan, mengklasifikasikan. Analisis adalah bentuk aktivitas akal yang
menyarikan kebenaran nyata suatu proposisi, dan memusatkan perhatian mula-mula dan
terutama dalam formalu gasnya (yang dalam dasarnya matematis), yaitu nilai kebenarannya
(Palmquist, 2000).apabila analisis mengkategorikan menjadi metode berpikir pada
menyampaikan pengetahuan dan kebijaksanaan, maka tentu pada dalamnya masih ada
serangkaian fakta, konsep, prinsip, dan mekanisme yang dipakai buat menguraikan ataupun

10
menyederhanakan ungkapan atau hasil pemikiran. Hal ini dimaksudkan menjadi upaya
menyebutkan setiap entitas yang dikandung pada ungkapan pemikiran dan perasaan manusia.
Analisis pada akhirnya dimaknai sebagaikegiatan berpikir yang melakukan perincian
terhadap istilah-istilah atau pernyataan-pernyataan ke pada bagian-bagiannya supaya bisa
menangkap makna yang dikandungnyaatau tahu komponen terlebih dahulu kemudian
menguraikan komponen. Berkaitandengan itu, penalaran adalah suatu aktivitas berpikir yang
menyandarkan diri kepadasuatu analisis dan kerangka berpikir yang digunakan buat analisis
tadi adalahlogika penalaran yang bersangkutan. Jadi tidak keliru jika terdapat yang
menyatakan bahwaanalisis merupakan gerbang logika.

c. Metode sintesis/sintetik (spekulatif)


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003) sintesis diartikan sebagai “paduan
berbagai pengertian atau hal sebagai akibatnya adalah kesatuan yang selaras atau penentuan
hukum yang generik dari aturan yang khusus.” Pengertian ini sejalan dengan pendapat
Kattsoff (1986) yang menyatakan bahwa logika sintesis merupakan kegiatan berpikir logis
yang melakukan penggabungan seluruh pengetahuan yang diperoleh buat menyusun suatu
pandangan atau konsep. Lebih lanjut dikatakan sang Kallsaff, maksud buatan yang utama
merupakan mengumpulkan seluruh pengetahuan yang bisa diperoleh untuk menyusun suatu
pandangan dunia. Dalam perspektif lain “sintesis” adalah kemampuan seorang pada
mengaitkan dan menyatukan aneka macam elemen dan unsurpengetahuan yang terdapat
sebagai akibatnya terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh. Kata kerjaoperasional yang
bisa dipakai merupakan mengategorikan, mengombinasikan, menyusun, mengarang,
menciptakan, mendesain, menjelaskan, mengubah, mengorganisasi, merencanakan,
menyusun kembali, menghubungkan, merevisi, menyimpulkan, menceritakan, menuliskan,
mengatur.
Sintesis adalah bentuk lain dari kegiatan atau metode berpikir. Secara sederhana,
Russel menyatakan bahwa sintesis logis berarti memilih makna pernyataan atas dasar
empirik. Meskipun demikian, kebenaran proposisi Russel perlu dianalisis menggunakan
membedah pengertian yang dikemukakan.
Metode spekulatif yaitu berfikir secara mendalam dalam situasi tenang sunyi untuk
mendapatkan jawaban atau kebenaran tentang hakikat sesuatu yang difikirkan, untuk mencari
hakikat yang sebenarnya.

11
Objek metode ini biasanya berkaitan dengan masalah-masalah yang abstrak, seperti
mempertanyakan apakah hakikat pendidikan, kurikulum, kedewasaan, dan sebagainya.
a. Metode Analisis dan Sintetis dLm Pendekatan Ilmiah
Pada bagian awal penerangan subtopik ini, terdapat baiknya dijelaskan dulu apa yg
dimaksud menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah adalah gabungan antara
penalaran induktif dan deduktif. Kerlinger (1969) memberi definisi pendekatan ilmiah
menjadi “penyelidikan yg sistematik, terkontrol dan bersifat realitas atas suatu relasi
fenomena alam.” Sedangkan dari Susilo (2009) pendekatan ilmiah merupakan proses berpikir
pada mana kita beranjak secara induktif berdasarkan pengamatan menuju pembentukan
hiptesis dan lalu berbalik secara deduktif menciptakan pembuktian atas hipotesis kita
tadikepada penerapan logisnya.
Berdasarkan uraian pada atas, bisa dikemukakan bahwa proses kerja pada pendekatan
ilmiah menyebabkan 3 sifat yg membedakannya menggunakan asal pengetahuan berdasarkan
pengalaman. Pertama, pendekatan ilmiah bersifat sistematis dan terkontrol lantaran memakai
2 penalaran, yaitu induksi dan deduksi. Kedua, bersifat realitas yang menghendaki validasi
atas seluruh keyakinan subjektif seorang. Sedangkan yg ketiga, bersifat self-correcting yg
berarti bahwa mekanisme yang sistematis dan terkontrol tadi memungkinkan seorang
terhindar berdasarkan kesalahan yg signifikan tatkala memakai proses pendekatan ilmiah ini
buat memecahkan perkara pada kehidupan. Mengacu dalam penerangan pada atas, ada
pertanyaan “Apakah temuan yang diperoleh melalui pendekatan ilmiah benar -benar sahih?”
Jawaban pertanyaan ini tentutidak mudah. Satu hal berdasarkan sekian hal yabg terdapat yang
bisa sebagai petunjuk bagi kita merupakan pernyataan Bronowsky (1987) yang menyatakan
bahwa dalam kala Kepler,Copernicus, Galileo, & Newton mengadakan aneka macam temuan
pada kaitan menggunakan pelukisan kedudukan mentari dan planet kita pada alam semesta,
maka pada mempertanggung jawabkan aneka macam temuannya, yang mereka pikirkan
terutama adalah kebenaran ilmunya. Untuk menciptakan kebenaran secara ilmiah, dilakukan
kegiatan penelitian.
Penelitian merupakan suatu aktivitas yang memakai pendekatan ilmiah menjadi
prinsip kerjanya. Penelitian adalah suatu proses pencarian kebenaran melalui mekanisme
ilmiah dan biasa dikatakan menjadi kebenaran ilmiah yg objektif lantaran konklusi itu ditarik
menurut data empirik menggunakan mekanisme yang sistematis dan memakai pendekatan
ilmiah. Dalam mencapai kebenaran ilmiah tadi, kita harus melalui proses aktivitas penelitian
yang secara generik sanggup mencakup langkah berikut: (1) perumusan perkara, (2)
pengumpulan data, (3) analisis data, dan (4) penarikan konklusi. Seorang peneliti pada
12
melakukan penelitian umumnya memakai kerangka berpikir, yaitu pendekatan positivisme
realitas dan pendekatan konstruktivis/fenomenologis yang sering dikonotasikan masing-
masing menggunakan orientasi kuantitatif dan kualitatif (Semiawan, 2007). Kedua kerangka
berpikir tadi sinkron menggunakan pengertiannya memilih dalam suatu pola pikir yang
adalah suatu kerangka pikir konseptual (conceptualframework) berkenaan menggunakan teori
eksklusif pada bidang riset yg dikonstruksikannya (Colman, 2001).
Penjelasan berikut akan merogoh uraian yg disampaikan sang Semiawan pada
bukunya Catatan Kecil mengenai Penelitian dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan
(Semiawan,2007). Pada bahasan ini, penerangan pada buku tadi dibutuhkan buat
implementasi metodologisnya supaya kita bisa mencampuradukkan aneka macam landasan
filsafat ilmu yg berbeda. Dalam buku dikatakan bahwa positivisme bersumber berdasarkan
orientasi ilmu alam yang kajiannya diarahkan dalam pengembangan teori. Riset misalnya ini
mendasarkan pengetahuan dalam liputan yg bisa diamati secara pribadi dan percaya bahwa
secara ontologis hanya terdapat satu realitas tunggal. Para positivis percaya bahwa setiap riset
bebas nilai pada mempersoalkan aksiologi penelitian. Dalam kajian epistemologi interaksi
antara yang hendak mengetahui (the knower) dan materi pengetahuan (the known) bersifat
independen. Adanya interaksi sebab-dampak yang mendahului atau ada bersamaan
menggunakan efeknya merupakan karakteristik lain berdasarkan kerangka berpikir
positivistis. Pada biasanya para positivis lebih menekankan nalar induktif atau mendasarkan
kajiannya dalam hipotesis a priori atauteori eksklusif. Paradigma positivis yang paling
populer merupakan metode eksperimental. Dalam metode ini hipotesis dijabarkan secara
logis berdasarkan teori meliputi suatu test dalam kondisi terawasi. Paradigma ini dianggap
scientific inquiry yg bersifat konvergen,tunggal, fragmentaris, indepeden, & terfokus dalam
persamaan buat bisa digeneralisasikan.
Kondisi yang terawasi ini melihat dunia menjadi kesatuan yang konkret yang
merupakan proses yang berkelanjutan dan terbagi pada seri subsistem yang berdiri sendiri
dan fragmentaris dan dianggap variabel. Penelitian ini menuntut homogenitasrespons pada
kategori terbatas, dan sejumlah sampel besar. Lantaran pendekatan ini mencari aturan-aturan
eksklusif melalui perhitungan statistik berkenaan menggunakan kebermaknaan penelitian
bagi responden, posisi pelaku riset pada kaitan interaksi subjek-objek tidak diperkarakan.
Sering output penelitian positivistis ini pada praktiknya kurang berguna bagi subjek
penelitian.Sebaliknya, phenomenology merupakan suatu metode penelitian ilmiah filosofis
yang diperkenalkan oleh filsuf Jerman Edmund Husserl yang berkonsentrasi terhadap
pelukisan pengalaman sadar dan secara generik meliputi metodologi penelitian kualitatif
13
yanglebih menganalisis pengalaman mental berdasarkan dalam konduite konkret (Colman,
2001).Konstruktivisme merupakan mazhab psikologi yang diperkenalkan oleh Jean Piaget
kuranglebih 60 tahun yang kemudian.
Teorinya berkenaan menggunakan kegiatan mental buat memperoleh citra yang eksak
mengenai fenomena global dan adalah modifikasi berdasarkan strukturatau proses psikologi
pada menghadapi tuntutan lingkungan. Prinsip konstruktivisme menuntut transformasi
kualitatif pada aneka macam aspek yang diamatinya, yang adalah konstruksi pengetahuan yg
comes from within. Metode penelitiannya dilatarbelakangi oleh tradisi hermeneutis.Orientasi
hermeneutis ini dilandasi oleh pengertian Verstehen, yaitu pemahaman kebermaknaan yang
adalah keterkaitan pengertian kenyataan atau bagian tertentudari keseluruhan yang bermakna.
Vestehen merupakan syarat ontologis berdasarkan intersubjektivitas, bukan semata ikut
merasakan terhadap pengalaman orang lain, melainkan jugapengertian, yang termasuk
kemampuan bahasa menjadi media organisasi kehidupan sosial insan.Penelitian naturalistik
serius dalam sesuatu menggunakan cara tidak sinkron, divergen dan jamak, dan mendeteksi
interelasinya. Jadi, penekanan inquiry naturalistik biasanya bersandar dalam empiris jamak,
sebagaimana lapis kulit sebuah bawang putih, saling melengkapi,meskipun ditinjau
berdasarkan perspektif yang tidak sinkron pada fenomena (Guba dan Lincoln,1985).
Penelitian ini menampilkan diri pada aneka macam bentuk kebenaran. Lapisan-
lapisan tadi secara intrinsik berinteraksi sebagai akibatnya membangun pola kebenaran. Pola-
pola ini wajib dijelajahi lebih jauh, bukan saja buat dikendalikan, namun lebih-lebih
lagiuntuk dipahami, apalagi pada situasi kelas pada mana anak manusia sedang
belajar.Paradigma inquiry naturalistik bertolak berdasarkan perkiraan bahwa terjadi
interaktivitas antara peneliti dan data, lantaran kolektor data merupakan anak manusia yang
terkena dampak persepsi berita yang dikembangkannya.Peneliti yang merupakan naturalistic
inquirer bertolak berdasarkan pendapat bahwa kebenaran empiris yang bersifat jamak dan
multidimensional sanggup berubah berdasarkan konteksyang satu ke konteks yang lain. Ia
pula memperhatikan aneka macam hubungan yang kompleksantar individu yang berbeda-
beda. Dalam kaitan pengertian belajar perubahan tersebutbersifat relatif tetap dikarenakan
pengalaman yang diperolehnya berdasarkan lingkungannya yang selanjutnya diolah secara
intrenal.
Meskipun demikian, insan mempunyai empiris yang berbeda-beda & merupakan
konstruktor berdasarkan pengetahuannya sendiri, sebagai akibatnya output perubahan itu
“comes from within.”Dari penerangan pada atas, sesuai menggunakan filsafat ilmunya,
postitivisme tundukkepada bukti kebenaran empirik. Positivisme berpikir analitik: mengurai
14
segala sesuatusampai unit sekecil mungkin. Dengan demikian, berpikir analitik sebagai sifat
lebih banyak didominasi pada berpikir positivistik, dipilahkan atau dipisahkan secara kentara
menggunakan sintesisnya.Pemilahan tersebut perlu ditata dalam laporan hasil penelitian.
Menurut Muhadjir (2007)umumnya bab IV karya skripsi, tesis, atau disertasi berisi laporan
hasil analisis pengumpulan data dan hasil analisis data buat menandakan hipotesis atau
pertanyaan penelitiannya. Barulah dalam bab V dibentuk buatan atau kesimpulan dan saran
hasil penelitian.Pada dasarnya memilahkan analisis dan buatan dalam yang kualitatif lebih
sulitdari dalam yang kuantitatif. Menurut Semiawan (2007), secara ontologis mazhab
konstruktivisme pada psikologi menyebut bahwa dunia sosial berubah terus-menerus,sebagai
akibatnya memerlukan aktor-aktor sosial buat menangkap makna berdasarkan aneka macam
insiden pada global sosial. Ilmuwan yang mengadakan riset karena itu perlu terlibat secara
aktifdalam konstruksi sosial. Untuk itu, diharapkan pendekatan riset yang tidak selaras,
demikian pula pengumpulan datanya jua tidak selaras.
Dalam penelitian kualitatif, data yang ada berwujud istilah-istilah dan bukanrangkaian
angka. Data itu mungkin sudah dikumpulkan pada berbagai cara(observasi, wawancara,
intisari dokumen, pita rekaman), dan yang umumnya “diproses”kira-kira sebelum siap
digunakan (melalui pencatatan, pengetikan, penyuntingan, ataualih tulis), namun analisis
kualitatif permanen memakai istilah-istilah, yang umumnya disusun pada teks yang diperluas.
Proses analisis tadi terdiri berdasarkan tiga jalur aktivitas yangterjadi secara bersamaan,
yaitu: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Ini berarti pada
penelitian kualitatif analisis dan sintetis berjalan serentak.Sebaliknya, pada penelitian
kuantitatif peneliti bisa memilahkan analisis dans intesis sebagai ciri penting penelitian
positivistik. Tuntutan analisis yangrasional, objektif berdasar empiri penting pada
positivisme. Hasil analisis kemudian diolah sebagai buatan dan akhirnya sebagai kesimpulan
hasil penelitian.

BAB III
PENUTUP

15
A. Kesimpulan
1. Secara umum, analisis didefinisikan menjadi suatu metode yang prosedurnyamemecah
suatu substansi sebagai bagian-bagian atau komponen-komponen. Sedangkansintesis
diartikan sebaliknya, yaitu menggabungkan elemen-elemen atau komponen-komponen yang
terpisah sebagai suatu kesatuan yang koheren.
2. Metode analisis dan metode buatan sangat bermanfaat pada membentuk
pengetahuankeilmuan. Pengetahuan keilmuan mencakup seluruh apa yang bisa diteliti
menggunakan kentara ataudengan eksperimen sebagai akibatnya sanggup terjangkau oleh
rasio atau otak dan panca indramanusia.

DAFTAR PUSTAKA

16
Hakim, Atang Abdul. Saebani, Beni Ahmad. Filsafat Umum dari Metologi
sampaiTeofilosofi. Bandung: Pustaka Setia, 2018.
Prof. Dr. Nur A. Fadhil Lubis, MA. juni 2015 .“PENGANTAR FILSAFAT
UMUM”. (perdana Pubishing: Medan.)

Tazkiyah basa’ad.april 2018. ”STUDI DASAR FILSAFAT”. (CV BUDI


UTAMA: yogyakart).

Prof. Darwis a. Soelaiman , ph.d. September 2019 “FILSAFAT ILMU


PENGETAHUAN PERSPEKTIF BARAT DAN ISLAM”.(Bandar publishing: Aceh.)

Rahmat Aceng. Filsafat Ilmu Lanjutan. Jakarta: KencanaPrenada Media


Group, November 2011.
Manfud dan Patsun. “MENGENAL FILSAFAT ANTARA
METODEPRAKTIK DAN PEMIKIRAN SOCRATES,PLATO DAN
ARISTOTELES”. CENDEKIA: Jurnal Studi Keislaman (online) Volume 5, Nomor 1,
Juni 2019. (https://media.neliti.com/media/publications/291597-mengenal-filsafat-
antara-metode-praktik-f1cba89e.pdf diakses 1 Maret 2022).

(Rahman Ghifari, 08 April 2015


https://www.slideshare.net/RahmanRivent/metode-filsafat Metode dan Sistem Filsafat)

17

Anda mungkin juga menyukai