Anda di halaman 1dari 15

KEBENARAN

Disusun untuk memenuhi mata kuliah Filasafat Umum

Dosen Pengampu:

Ahmad Yani Fathur Rohman, S. Fil., M.Phil

MAKALAH

Oleh:

Dewi Anggraini Puspita Sari 21107006

Desi Kurnia Sari 21107008

Wella Ayu Apriliani 21107010

KELOMPOK 3

KELAS A/2

PROGRAM STUDI TASAWUF DAN PSIKOTERAPI

FAKULTAS USHULUDIN DAN DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KEDIRI

2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulilah puji syukur kami haturkan kepada Allah SWT. Shalawat dan salam
selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat limbah dan rahmat Nya kami sebagai
penyusun mampu meneyelesaikan tugas makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah
Filsafat Umum.

Makalah ini menjelaskan tentang Kebenaran. Dalam pembuatan makalah ini semua
anggota kelompok telah mengupayakan semaksimal mungkin mulai dari pencarian materi
hingga penyusunannya sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Kami
mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan.

Pada akhirnya kami menyadari, bilamana dalam menyusunan ini masih terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, kami membutuhkan masukan, kritik dan saran yang
membangun dari pembaca untuk perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
memberikan wawasan yang lebih bagi pembaca khususnya para mahasiswa.

Kediri, 26 February 2022

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1

LATAR BELAKANG.........................................................................................................1

RUMUSAN MASALAH....................................................................................................1

TUJUAN PENULISAN......................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................2

TAHAP-TAHAP KEBENARAN........................................................................................2

HAKIKAT KEBENARAN.................................................................................................3

KRITERIA KEBENARAN.................................................................................................6

BAB III PENUTUP.............................................................................................................10

KESIMPULAN...................................................................................................................10

SARAN................................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................11

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Berbicara tentang kebenaran pada filsafat, pada dasarnya ketika membahas
filsafat umum tidak terlepas dari pikiran pokok atau gagasan suatu wacana. Berbicara
filsafat umum berarti membahas banyak tema tentang filsafat secara mendasar hal
tersebut dianggap ideal supaya studi filsafat mudah diterima dan dicerna secara
bertahap. Dalam filsafat, seseorang harus memiliki sifat obyektif, rasional, toleransi
da berpikir multiperspektif sehingga terhindar dari truth claim.
Dengan demikian, berfilsafat atau berpikir filsafat ialah bukan sembarang
berpikir tetapi berpikir dengan mengacu pada kaidah-kaidah tertentu secara disiplin
dan mendalam. Sebab berpikir filsafat memerluka latihan dan pembiasaan yang terus
menerus dalam kegiatan berpikir hingga setiap masalah atau substansi mendapat
pencermatan yang mendalam untuk mencapai kebenaran jawaban dengan cara yang
benar sebagai manifestasi kecintaan pada kebenaran.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja tahapan-tahapan menuju kebenaran?
2. Apa itu hakikat kebenaran?
3. Apa saja kriteria dalam kebenaran?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Mendeskripsikan tahapan-tahapan menuju kebenaran.
2. Mendeskripsikan hakikat kebenaran.
3. Mendeskripsikan kriteria dalam kebenaran.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Tahap-tahap menuju Kebenaran.


1. Tahap ketidaktahuan (Ignorance) atau kekurangtahuan.
Tahapan ini semata-mata bisa disebut murni negative, ketidaktahuan
sederhana atau bersifat privat. Kurangnya, pengetahuan atau informasi tentang
sesuatu. Seperti, keinginan beberapa bagian dari pengetahuan yang orang anggap
semua hal harus dimiliki.
Seorang ahli bedah syaraf tidak perlu tahu apa itu “eccentric” dari mesin uap, tapi
dia harus tahu apa itu “tourniquiet”1. Tahap Ignorance tidak seburuk itu untuk di
cap sebagai sebuah kesalahan.
2. Tahap kesangsian atau keragu-raguan.
Disamping ketidaktahuan, muncul keraguan, yang dalam artian luas akan
mencangkup semua keadaan diantara ketidaktahuan dan kepastian. Tapi untuk
tujuan teknis, lebih mudah untuk mempersempit arti kata itu dengan apa yang
dengan sendirinya merupakan batasan yang berubah-ubah.
Mill memberikan satu definisi keraguan yang sebenarnya merupakan bagian dari
ketidaktahuan, ketika dia menggamnbarkan keraguan: “bukan sebagai keadaan
yang sadar, tetapi negasi dari keadaan yang sadar. Tidak ada yang positif, tapi
hanya tidak adanya sebuah kepercayaan”
Memang benar para skolastik berbicara tentang dubium negativum, tetapi
mereka membuatnya lebih dari sekedar ketidaktahuan; mereka menerapkan istilah
itu pada keadaan pikiran kita. Ketika sebuah pertanyaan diajukan dan dipikirkan,
hanya karena kekurangan alasan yang sah dikedua sisi, cukup netral.
Jadi, jika ditanya apakah beberapa rakitan yang besar akan membentuk bilangan
yang ganjil atau genap, kita tidak condong ke salah satu sisi, karena kurangnya
sarana untuk memutuskan , bahkan dengan probabilitas, satu cara dengan yang
lain.

1
Tourniquiet atau torniket adalah pita ketat yang digunakan untuk mengontrol pendarahan dengan
menghentikan sepenuhnya aliran darah ke luka. Benda ini hanya bisa digunakan untuk tangan dan
kaki.

2
Sekarang, jika hanya untuk kemudahan, sebuah nama dapat diberikan untuk
keadaan yang seimbang, itu bisa disebut sebuah keraguan, dan sangat dekat
dengan ketidaktahuan; tetapi bukan merupakan ketidaktahuan karena setidaknya
pertanyaan itu telah dijawab dengan cerdas, dan ketidaklarutannya diputuskan
dengan cerdas.
Ini dapat didefinisikan sebagai keseimbangan pikiran, karena tidak ada alasan
yang sah di kedua sisi. Definisi parallel dari keraguan yang positif adalah
“keseimbangan pikiran, karena fakta bahwa alasan di kedua sisi sama dan
berlawanan”. Dalam satu kasus, keseimbangan disebabkan oleh tidak adanya
alasan yang dapat diproduksi, dalam kasus lain karena adanya alasan
penyeimbang yang tepat. Tentu saja tidak masuk akal untuk bersikeras pada
penggunaan kata-kata yang konstan dibawah definisi ini. Terlebih lagi karena
biasanya tidak ada skala yang tepat untuk menimbang alasan. Definisi tersebut
masih berguna untuk saat ini, sementara derajat antara ketidaktahuan dan
kepastian sedang diukur.
Secara etimologi, menurut Max Muler, dubium secara harfiah menyatakan
posisi antara dua tititk, dan berasal dari duo, sebagai zweifel2 menunjuk kembali
ke zwei. Pembedaan yang baru saja dibuat sangat cocok dengan etimologinya.
Ketika keraguan dapat dipahami dengan cara diatas, dapat disebut kecurigaan,
yang digambarkan sebagai kehendak yang sangat lemah untuk hasil pada satu
arah, sehingga kemungkinan kesepakatan pun tidak diperoleh, tetapi ada kehendak
menuju suatu sisi.
3. Tahap pendapat (opinion)
Dapat didefinisikan sebagai ruangan yang luas untuk variasi antara batas-batas
kecil dan kemungkinan yang besar. Ini adalah masalah pilihan apakah kita
mengatakan bahwa persetujuan diberikan pada kemungkinan sebagai proposisi 3
atau proposisi sebagai kemungkinan.
4. Tahap kepastian (certitude)
Ialah properti epistemic keyakinan yang tidak memiliki alasan rasional untuk
meragukannya. Salah satu cara standar untuk mendefinisikan kepastian adalah
bahwa suatu keyakinan jika hanya orang yang memegang kepastian itu tidak salah

2
Zweifel: keraguan. Diterjemahkan dari bahasa Jerman.
3
Proposisi: pernyataan mengenai hal-hal yang dapat dinilai benar atau salah.

3
dalam memegang sebuah keyakinan. Kata “kepastian” kadang-kadang merujuk
pada kepastian subjektif seseorang tentang kebenaran yang diyakininya.
B. Hakikat Kebenaran
1. Kebenaran Ilmiah
Melalui proses pengamatan dan penalaran logika ilmiah lah kebenaran
diperoleh secara mendalam. Berikut adalah macam-macam pendekatan yang
digunakan untuk menemukan dan menguji suatu kebenaran ilmiah.
a. Kebenaran Pragmatis
Adalah suatu (pernyataan) dianggap benar jika memilki kegunaan atau
manfaat praktis dan fungsional dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya: Yadi
ingin bekerja pada sebuah perusahaan minyak karena sebuah gaji yang tinggi.
Yadi bersifat pragmatis, artinya mau bekerja di perusahaan tersebut karena
ada manfaat untuk dirinya, yaitu mendapatkan sebuah gaji yang tinggi.
b. Kebenaran Koresponden
Adalah suatu (pernyataan) dianggap benar jika materi pengetahuan
yang terkandung di dalamnya berkaitan atau sesuai dengan subjek pernyataan
tersebut. Teori ini menggunakan loika induktif, yang berarti metode yang
digunakan dalam berpikir dengan meninggalkan hal yang khusus untuk hal
yang umum. Dalam kata lain, kesimpulan akhir telah ditarik karena ada
fakta-fakta yang telah dipelajari dan dianalisis sebelumnya. Contohnya:
Jurusan teknik elektro, teknik mesin dan teknik sipil Undip ada di Tembalang.
Jadi Fakultas Teknik Undip ada di Tembalang.
c. Kebenaran Koheren
Adalah suatu (pernyataan) dianggap benar jika konsisten dan
mempunyai koherensi dengan pernyataan sebelumnya yang dianggap benar.
Logika yang digunakan dalam teori koheren yaitu logika deduktif. Logika
deduktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari
hal umum ke hal yang khusus. Contohnya: Seluruh mahasiswa Undip harus
mengikuti kegiatan Ospek. Luri adalah mahasiswa Undip, jadi harus
mengikuti kegitan Ospek.
2. Kebenaran Non-Ilmiah
Kebenaran non-ilmiah berbeda dengan kebenaran ilmiah yang didapatkan
berdasar pada penalaran logika ilmiah. Kebenaran non-ilmiah ini adalah
kebenaran karena faktor-faktor non-ilmiah yaitu seperti:
4
a. Kebenaran Karena Kebetulan
Kebenaran yang diperoleh dari kebetulan dan belum ditemukan secara
ilmiah. Hal ini tidak dapat diandalkan karena terkadang kita sering tertipu
oleh kebetulan yang tidak dapat dibuktikan. Namun, satu atau dua kebetulan
juga dapat menjadi perantara kebenaran ilmiah, seperti Dr. J. S. Summers
yang menemukan kristal Urease.
b. Kebenaran Karena Akal Sehat (Common Sense)
Akal sehat merupakan serangkaian konsep yang dipercayai bisa
memecahkan masalah secara praktis. Kepercayaan mengenai hukuman fisik
adalah suatu alat utama untuk pendidikan adalah termasuk kebenaran akal
sehat ini. Penelitian psikologi kemudian membuktikan hal itu tidak benar.
c. Kebenaran Agama dan Wahyu
Kebenaran ini mutlak dan asasi dari Allah dan Rasulnya. Ada beberapa
hal yang dapat dinalar oleh panca indra manusia tapi beberapa hal lain tidak.
d. Kebenaran Intuitif
Kebenaran yang didapat dari proses luar sadar tanpa menggunakan
penalaran dan proses berpikir. Kebenaran intuitif sulit dipercaya dan tidak
bisa dibuktikan, hanya sering dimiliki oleh seseorang yang berpengalaman
lama dan mendarah daging di suatu bidang. Contohnya seperti kasus patung
Kouros dan museum Getty.
e. Kebenaran Karena Trial dan Error
Kebenaran diperoleh dengan mengulang-ulang pekerjaan, baik metode,
teknik, materi dan juga paramater-parameter sampai akhirnya ditemukan
sesuatu. Memerlukan banyak waktu dan biaya tinggi.
f. Kebenaran Spekulasi
Kebenaran karena pertimbangan bahkan jika itu kurang dipikirkan
secara matang. Implementasi dengan penuh risiko, relatif lebih cepat dan
biaya lebih rendah daripada trial-error.
g. Kebenaran Karena Kewibawaan
Kebenaran yang diterima sebab pengaruh kewibawaannya seseorang. Orang
tersebut dapat berupa ilmuwan, ahli atau ahli yang memiliki kompetensi dan
kewenangan di bidang ilmu pengetahuan. Terkadang kebenaran yang muncul
dapat langsung diterima tanpa sebuah pengujian. Kebenaran ini mungkin
benar, tetapi mungkin juga salah karena tidak ada proses ilmiah.
5
3. Kebenaran Filsafat
Kebenaran yang diperoleh menggunakan cara merenungkan atau memikirkan
sesuatu sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya,baik sesuatu itu ada atau mungkin
ada. Kebenaran filsafat ini mempunyai proses penemuan dan pengetesan
kebenaran yang unik dan dibagi ada beberapa kelompok (madzhab). Bagi yang
tidak terbiasa, mungkin terminologi yang dipakai relatif membingungkan. Juga
banyak yang opurtunis alias menganut madzhab dualisme kelompok. Contoh:
Mengakui kebenaran realisme dan naturalisme.
a. Realisme
Percaya pada sesuatu yang ada dalam dirinya sendiri dan sesuatu yang
pada dasarnya tidak terpengaruh oleh seseorang.
b. Naturalisme
Sesuatu yang alami memiliki makna yang dibuktikan dengan
penerapan hukum alam dan terjadi menurut sifatnya sendiri.
c. Positivisme
Segala sesuatu yang di luar fakta akan ditolak dan menerima segala
sesuatu yang dapat ditangkap panca indra. Tolak ukurnya yaitu nyata,
bermanfaat, pasti, tepat dan memiliki keseimbangan logika.
d. Materialisme Dialektik
Orientasi berpikir merupakan materi, karena materi adalah satu-
satunya hal yang nyata, yang terdalam dan berada diatas kekuatannya sendiri.
Filosofi resmi dari ajaran komunisme.
e. Idealisme
Idealisme menggambarkan semua objek alam dan pengalaman sebagai
pernyataan pikiran.
f. Pragmatisme
Hidup manusia merupakan perjuangan hidup terus menerus, yang sarat
dengan konsekuensi praktis. Orientasi berpikir adalah suatu sifat praktis,
karena praktis berhubungan erat dengan makna dan juga kebenaran.
C. Kriteria kebenaran
Pengetahuan dan kebenaran
Sumber pengetahuan pada dunia ini berawal berdasarkan perilaku manusia yang
mencurigai setiap tanda-tanda yang terdapat pada alam semesta ini. Manusia tidak
mau menerima saja hal-hal yang terdapat termasuk nasib dirinya sendiri.
6
Rene Descarte pernah berkata “DE OMNIBUS DUBITANDUM” yang memiliki
arti bahwa segala sesuatu wajib diragukan. Keraguan terhadap sesuatu mendorong
manusia untuk memakai fungsi panca indranya, untuk memperoleh pengetahuan.
Dorongan menerima pengetahuan didasari oleh beberapa tujuan yaitu:
a. Memenuhi kebutuhan untuk kelangsungan hidup
b. Mengembangkan arti hidup
c. Mempertahankan kehidupan dan kemanusiaan itu sendiri
d. Mencapai tujuan hidup
Dari keempat tujuan diatas jelaslah bahwa pengetahuan merupakan bagian
kehidupan manusia itu sendiri. pengetahuan yang memuaskan manusia merupakan
pengetahuan yang benar. Pengetahuan yang tidak benar merupakan kekeliruan. Keliru
seringkali lebih buruk daripada tidak tahu. Pengetahuan yang keliru dijadikan
tindakan atau perbuatan yang akan menghasilkan kekeliruan, kesalahan dan
malapetaka. Untuk mendapat pengetahuan tadi maka manusia wajib melakukan
proses berfikir.
Berfikir merupakan suatu aktifitas manusia untuk menemukan kebenaran. Apa
yang dianggap benar oleh orang belum tentu benar bagi orang lain. Oleh sebab itu
diharapkan suatu kriteria atau ukuran kebenaran. Dalam KBBI kebenaran berarti
keadaan yang cocok menggunakan keadaan atau hal yang sesungguhnya atau sesuatu
yang benar-benar ada. Sementar kriteria berarti ukuran untuk dasar penilaian atau
ketetapan sesuatu. Teori-teori kebenaran yaitu:
a. Teori Koherensi (Coherence Theory)
Teori ini dikembangkan oleh kaum idealis dan sering disebut sebagai
teori yang saling berhubungan atau teori konsistensi, karena menyatakan
bahwa kebenaran bergantung pada adanya hubungan yang pasti antar ide-ide
yang sebelumnya telah diakui kebenarannya. Teori kebeneran koherensi
mengatakan bahwa kebenaran didasarkan pada hubungan antara keputusan
baru dan keputusan lain yang sudah kita ketahui dan akui kebenarannya untuk
pertama kalinya.
Bochenski berpendapat bahwa kebenaraan terletak pada kesesuaian
sesuatu atau hal-hal dengan pikiran atau gagasan. Titus dkk berpendapat
bahwa “kebenaran adalah sistem pernyataan yang saling konsisten dan setiap
pernyataan memperoleh kebenaran dari keseluruhan sistem.” Oleh karena itu
suatu pernyataan cenderung benar jika konsisten dengan pernyataan lain yang
7
benar atau jika makna pernyataan itu sesuai dengan pengalaman kita.
Misalnya: Pernyataan bahwa ”di luar hujan turun”, adalah benar apabila
pengetahuan tentang hujan (air yang turun dari langit) bersesuaian dengan
keadaan cuaca yang mendung,gelap dan temperatur dingin dan fakta –fakta
yang menunjang.
Pernyataan bahwa ”Semua manusia pasti mati adalah sebuah
pernyataan yang benar, maka pernyataan bahwa si fulan adalah manusia dan
si fulan pasti mati adalah benar pula, sebab pernyataan kedua konsisten
dengan pernyataan pertama.
Kesimpulan Teori:
1) Kebenaran adalah kesesuaian pernyataan dengan pernyataan lain
yang kita ketahui
2) Teori ini juga dijuluki teori justifikasi atau kesaksian kebenaran,
karena menurut teori ini suatu penilaian dianggap benar ketika
menerima kesaksian atau justifikasi oleh putusan-putusan lainnya
yang terdahulu yang sudah diketahui, diterima, diakui
kebenarannya.
3) Ukuran dari teori ini adalah konsistensi dan persisi
b. Teori Korespondensi (Corespondence Theory)
Teori ini diterima oleh kaum realis dan kebanyakan orang. Teori ini
mengatakan bahwa jika suatu pernyataan sesuai dengan fakta maka
pernyataan itu benar jika tidak pernyataan itu salah menjelaskan bahwa
kebenaran atau sesuatu itu benar jika ada kesesuaian antara arti yang
dimaksud suatu pernyataan/pendapat dengan objek yang dituju atau dimaksud
oleh pernyataan atau pendapat tersebut.
Kebenaran adalah kesesuaian pernyataan dengan fakta selaras dengan
kenyataan sesuai dengan situasi aktual. Titus dkk berpendapat bahwa
"kebenaranadalah persesuian antara pernyataan tentang peristiwa itu sendiri.”
Misalnya :Bila ada orang yang menyatakan bahwa sungai Nil adalah sungai
terpanjang di dunia, maka pernyataan itu adalah benar sebab pernyataan itu
sesuai dengan fakta.Karena secara faktual sungai Nil adalah sungai terpanjang
di dunia.

8
Pernyataan ” Ibukota Indonesia adalah Jakarta, maka pernyataan ini
adalah benar sebab pernyataan ini sesuai dengan fakta yakni Jakarta adalah
Ibukota Indonesia.
Kesimpulan Teori ini :
1) Menurut teori ini kita mengenal 2 (dua) hal, yaitu : Pernyataan dan
realitas.
2) Kebenaran adalah kesesuaian antara pernyataan tentang sesuatu
dengan realitas sesuatu itu sendiri.
c. Teori Pragmatis (Pragmatic Theory)
Teori dicetuskan oleh Charles S.Pierce (1839-1914). Teori ini
menganggap suatu pernyataan, teori atau argumen itu memiliki kebenaran dan
keunggulan bila memiliki kegunaan untuk kehidupan manusia. Kaum
pragmatis menggunakan kriteria kebenarannya dengan(utility), dapat
dikerjakan (workability) dan konsekuensi yang memuaskan (satisfactory
consequence). Oleh karena itu tidak ada keenaran absolut atau tetap
kebenaran tergantung pada kerja manfaat dan akibatnya.
Kriteria pragmatisme juga digunakan oleh para ilmuwan untuk
mengidentifikasikeenaran ilmiah dari perspektif waktu. Dalam sejarah
pernyataan ilmiah saat ini dianggap benar suatu waktu mungkin tidak lagi
demikian. Menghadapi dengan masalah seperti ini para ilmuwan bersifat
pragmatis selama pernyataan itu fungsional dan memiliki kegunaan maka
pernyataan itu tidak lagi bersifat demikian sebab perkembangan ilmu itu
sendiri yang menghasilkan pernyataan baru maka pernyataan itu ditinggalkan
(Jujun 1990: 59). Misalnya: Teori tentang partikel tak akan berumur lebih dari
4 (empat) tahun. Ilmu Embriologi diharapkan mengalami revisi setiap kurun
waktu 15 tahun. Kedua ilmu di atas disesuaikan dengan perkembangan
teknologi yang ada.
Kesimpulan teori ini:
1) Kebenaran pernyataan dapat diukur dengan kriteria jika
pernyataan itu pragmatis atau fungsional dalam
kehidupan nyata.

9
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Tahapan menuju kebenaran dapat melalui beberapa tahap, yaitu tahap
ketidaktahuan (ignorance), tahap keraguan, tahap pendapat (opinion), serta tahap
kepastian (certitude).
Kesimpulan Tiga teori dan kriteria Kebenaran. Tiga teori di atas memiliki
beberapa persamaan termasuk:
1. Semua teori terkait dengan logika formal ataupun material (deduksi dan
induktif).
2. Melibatkan bahasa untuk menguji suatu kebenaran.
3. Gunakan pengalaman untuk menemukan kebenaran.
Kriteria kebenaran cenderung fokus pada satu atau lebih dari tiga pendekatan
yaitu:
1. Hal yang benar adalah hal yang memuaskan keinginan kita.
2. Kebenaran adalah apa yang dapat diuktikan dengan eksperimen
3. Kebenaran adalah apa yang berkontriusi terhadap perjuangan kehidupan
biologis. Karena teori kebenaran (koresponden, koherensi dan
pragmatisme) lebih saling melengkapi daripada kontradiktif mereka dapat
digabungkan dalam satu definisi kebenaran.
Kebenaran adalah adaptasi yang jujur dari penilaian dan ide kita terhadap
fakta pengalaman atau sifat yang melekat. Namun karena kita berada dalam situasi
nyata tinjauan dapat diperiksa secara konsisten terhadap pertimbangan lain yang kita
anggap sah dan benar atau kita memeriksa manfaat dan konsekuensi praktisnya (Titus
1987:245).
B. Saran.
Filasafat merupakan induk dari segala ilmu yang diharapkan dapat menjadi
pedoman bagi manusia untuk mencari sebuah kebenaran yang hakiki, dengan
demikian diharapkan manusia dapat lebih bisa berpikir kritis yang positif serta dapat
menjadi manusia yang bijaksana dalam menghadapi segala permasalahan kehidupan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Ladislaub.Lob.Key Concepts in Philosophy.Terj. Rafael Ferber. Sank Augustin:Academia


Verlag,2015

John.Rickaby.The First Principles of Knowledge. Jurnal Online. Part 1. 2016


(https://maritain.nd.edu/jmc/etext/first03.htm , diakses pada 26 Februari 2022)

11

Anda mungkin juga menyukai