Masalah Kebenaran
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang
Masalah Kebenaran dengan baik meskipun banyak kekurangan di dalamnya. Kami juga
berterima kasih kepada dosen pengajar filsafat selaku pembimbing yang telah memberikan
tugas makalah ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai Masalah Kebenaran. Kami juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,
kami berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan yang telah kami buat di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah yang sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari anda demi perbaikan
makalah ini di waktu yang akan mendatang.
Surabaya, 7 Oktober 2019
(Penyusun)
LEMBAR PENGESAHAN
Makalah ini ada untuk menuntaskan tugas makalah Filsafat yang berjudul
“Masalah Kebenaran”
Hari :
Tanggal :
Diketahui oleh:
Dosen Filsafat
DAFTAR ISI
Kata Pengantar……………………………………………………………………………….....
Lembar Pengesahan……………………………………………………………………….
Daftar isi…………………………………………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………….......................
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………………..
BAB 3 PENUTUP……………………………………………………………………………..
III.1 Simpulan……………………………………………………………………………….…..
Daftar Pustaka…………………………………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Kebenaran adalah kesesuian antara ide dan realitas. Dalam sebuah diskusi ringan, saya
pernah ditanya, mengapa memakai kata kesesuaian? Bukan kata kesamaan? Atau kata
kecocokan. Di akhir pembahasan kita akan mengetahuinya. Sekarang, apa pengertian ide dan
realitas?
Ide adalah suatu konsep yang hadir di dalam akal. Sementara realitas adalah sesuatu yang
nyata adanya. Dahulu, bahkan hingga sekarang terjadi perdebatan mengenai apa sebenaranya
kebenaran itu, yang pertama adalah shopisme, empirisme, dan rasionalisme islam.
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Pengertian Kebenaran
Kebenaran dapat dibagi menjadi beberapa pengertian. Secara umum kebenaran adalah
sebagai kesesuaian antara apa yang dipikirkan atau dinyatakan dengan kenyataan yang
sesungguhnya. Kebenaran ini sebagai “ketaktersembunyian adanya,” kebenaran di sini
dimengerti sebagai terletak pada objek yang diketahui, atau pada apa yang dikejar untuk
diketahui. Menurut Plato, kebenaran sebagai ketaktersembunyian adanya tidak dapat dicapai
oleh manusia selama hidupnya sama halnya menurut Thomas Aquinas sebagai kebenaran
ontologis.
1. Kebenaran absolut
Yaitu kebenaran mutlak. Ciri kebenaran mutlak adalah kebenaran yang benar dengan
sendirinya, tidak berubah-ubah, dan tidak membutuhkan pengakuan dari siapa pun supaya
menjadi benar. Manakala ada yang menyatakan dirinya benar hal itu bukan berarti dirinya
menjadi benar, karena tanpa ada atau tidaknya pernyataan tersebut, kebenaran mutlak telah
ada, kebenaran mutlak berlaku bagi Pencipta Kebenaran, yakni Allah SWT
2. Kebenaran relative
Merupakan kebenaran yang berubah-ubah. Semua hasil pengetahuan dinyatakan
benar, apa lagi kebenaran tersebut memiliki alasan logis. Kebenaran relatif tidak pernah
satu, melainkan banyak yang tidak akan terbatas, bahkan pernyataan tidak benar atas yang
dipandang benar adalah dua kebenaran yang kemudian terjebak dalam relativitas kebenaran.
3. Kebenaran spekulatif
Yaitu kebenaran yang menjadi ciri khas filsafat. Kebenaran ini bersifat kebetulan
dengan landasan rasional dan logis.
4. Kebenaran korespondensi
Yaitu kebenaran yang bertumpu pada realitas objektif. Kriteria kebenaran
korespondensi dicirikan oleh adanya relevansi antara pernyataan dan kenyataan anatara
teori dan praktik.
5. Kebenaran pragmatis
Yaitu kebenaran yang diukur oleh adanya manfaat suatu pengetahuan bagi kehidupan
manusia, baik sebagai individu atapun sebagai kelompok. Jika kebenaran itu tidak
memberikan manfaat, hal itu merupakan kesalahan. Kebenaran pengetahuan berdasarkan
pada konsep untung-rugi suatu perbuatan digolongkan pada kebenaran pragmatis.
6. Kebenaran normative
Yaitu kebenaran yang didasarkan pada sistem sosial yang sudah baku. Misalnya
kebenaran karena tuntutan adat kebiasaan atau kesepakatan sosial yang telah lama berlaku
dengan kehidupan kultural masyarakat bersangkutan.
7. Kebenaran religius
Yaitu kebenaran yang didasarkan pada ajaran dan nilai-nilai dalam agama. Kebenaran
diperoleh bukan hanya berdasarkan penafsiran ajaran secara rasio, melainkan didasarkan
pada keimanan kepada ajaran yang dimaksudkan.
8. Kebenaran filosofis
Yaitu kebenaran hasil perenungan dan pemikiran refleksi ahli filsafat yang dimaksud
hakikat atau the nature, meskipun subjektif tampak mendalam karena melalui penghayatan
eksistensial bukan hanya pengalaman dan pemikiran intelektual semata.
9. Kebenaran estetis
Yaitu kebenaran yang didasarkan pada pandangan tentang keindahan dan keburukan.
10. Keberanan ilmiah
Yaitu keberanan yang ditandai dengan terpenuhinya syarat-syarat ilmiah, menyangkut
relevansi antara teori dan hasil kenyataan penelitian di lapangan.
11. Kebenaran teologis
Yaitu kebenaran yang didasarkan pada firman-firman Tuhan, sebagai pesan-pesan
moral yang filosofis.
12. Kebenaran ideologis
Yaitu kebenaran karena tidak menyimpang dengan cita-cita kehidupan suatu bangsa.
Kebenaran yang seiring dengan ideologi yang dianut.
1. Kebenaran berkaitan dengan kualitas pengetahuan, dimana setiap pengetahuan yang dimiliki
ditilik dari jenis pengetahuan yang dibangun.
b) Pengetahuan ilmiah, yaitu pengetahuan yang telah menetapkan objek yang khas atau
spesifik dengan menerapkan metodologi yang telah mendapatkan kesepakatan para ahli
sejenis. Kebenaran dalam pengetahuan ilmiah selalu mengalami pembaharuan sesuai
dengan hasil penelitian yang penemuan mutakhir.
2. Kebenaran dikaitkan dengan sifat atau karakteristik dari bagaimana cara atau dengan alat
apakah seseorang membangun pengetahuannya.
Penelitian ilmiah dilakukan dengan berlandaskan pada metode ilmiah. Metode ilmiah
merupakan suatu kerangka landasan bagi terciptanya pengetahuan ilmiah.
Metode ilmiah berlandaskan pada pemikiran bahwa pengetahuan itu terwujud karena
apa yang dialami oleh panca indera, khususnya melalui pengamatan atau pengelihatan. Setiap
hukum atau rumus atau teori ilmiah haruslah dibuat bersasarkan atas adanya bukti - bukti
empirik.
BAB III
PENUTUP
III.1 KESIMPULAN
Kebenaran adalah suatu keadaan ketika adanya kesesuaian antara apa yang dipikirkan
atau yang dinyatakan dengan perasaan dengan kenyataan yang sesungguhnya. Jenis jenis
kebenaran meliputi kebenaran absolut, kebenaran relative, kebenaran spekulatif, kebenaran
korespondensi, kebenaran pragmatis, kebenaran normative, kebenaran religius, kebenaran
filosofis, kebenaran estetis, kebenaran ilmiah, kebenaran teologis, kebenaran ideologis,
kebenaran yang konstitusional, dan kebenaran logis.
Sifat kebenaran dibedakan menjadi tiga hal yaitu berkaitan dengan kualitas
pengetahuan, cara membangun suatu pengetahuan, dan ketergantungan terjadinya suatu
pengetahuan.
Suatu kebenaran ilmiah yang diperoleh dari penelitian ilmiah meliputi kebenaran yang
dapat dilihat dan diamati. Sementara itu, penelitian non ilmiah bersifat intutif dan ambigu.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.google.co.id/amp/s/hestiwahyuningratna.wordpress.com/2014/03/18/per
bedaan-pengetahuan-ilmiah-dan-non-ilmiah/amp/