Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

Kebenaran Ilmiah dari Berbagai Teori dan


Sudut Pandang serta Pengaplikasiannya

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Dasar-Dasar Sains


Dosen Pengampu : Prof. Dr. H. Abdul Gofur, M.Si.

Disusun Oleh Kelompok 3


1. Dian Wahyu Nurjannah (200341617217)
2. Herlina Prastika Widowati (200341617253)
3. Gitara Audia Risqullah (200341617314)
4. Listiana Agustin (200341617205)
5. Paulina Retno Ningtyas (200341617212)
6. Rahma Afiqah Putri Prawira (200341417310)
7. Tia Dwiandra Arianti (200341617202)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
2020
i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Kebenaran Ilmiah
dari Berbagai Teori dan Sudut Pandang serta Pengaplikasiannya” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada mata
kuliah Dasar-Dasar Sains. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasn
tentang kebenaran ilmiah bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. H. Abdul Ghofur, M. Si.,,
selaku Dosen Mata Kuliah Dasar-Dasar Sains yang telah memberikan tugas ini, sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan mata kuliah yang penulis tekuni.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahannya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Penulis
menyadari, makalah yang dibuat ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan penulis nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Malang, 10 Desember 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................................i
KATA PENGANTAR ................................................................................................ii
DAFTAR ISI ...............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................................1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan ....................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................2
2.1 Kebenaran Ilmiah dari Berbagai Teori dan Sudut Pandang
serta Pengaplikasiannya ..........................................................................................2
2.1.1 Pengertian Kebenaran ..................................................................................2
2.1.2 Teori-Teori Kebenaran ................................................................................3
2.1.3 Sifat-Sifat Kebenaran Ilmiah .......................................................................5
2.1.4 Presisi dan Akurasi ......................................................................................7
2.1.5 Hal Kekeliruan .............................................................................................8
2.1.6 Hal Kepastian ...............................................................................................10
BAB III PENUTUP ....................................................................................................13
3.1 Kesimpulan .............................................................................................................13
3.2 Saran .......................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kebenaran ilmiah atau kebenaran illmu pengetahuan adalah kebenaran yang
ditemukan melalui proses pemahaman atau logika penelitian ilmiah. Kunci kebenaran
ilmiah ada pada metode penemuannya. Kebenaran ilmiah harus diuji kebenarannya dan
terbuka untuk diperdebatkan. Seorang ilmuah harusnya berkata sesuai dengan data
penelitian maka itulah kebenaran pada penelitian tersebut. Jika ragu orang dapat
mempercayai atau tidak pada kebenaran dan bebas untuk menelitinya kembali. Maka
karena hal ini sains atau ilmu pengetahuan alam selalu berkembang, Karena setiap
zaman teori-teori akan terus dikembangkan dan diuji kebenarannya.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana Kebenaran Ilmiah dari berbagai teori dan sudut pandang serta pengaplikasiannya

1.3 Tujuan Penulisan


Untuk memahami materi mengenai Kebenaran Ilmiah dari berbagai teori dan sudut pandang
serta pengaplikasiannya

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kebenaran Ilmiah dari Berbagai Teori dan Sudut Pandang


serta Pengaplikasiannya

2.1.1 Pengertian Kebenaran


Menurut kamus umum atau ensiklopedia umum, kata "benar" adalah kata sifat,
artinya segala sesuatu yang benar dan tepat serta sesuai dengan fakta yang dirujuk.
Dalam pembahasan ilmu pengetahuan, kata "kebenaran" tidak hanya dapat digunakan
sebagai fakta tetapi juga sebagai istilah yang konkret dan abstrak. Proposisi yang benar
biasanya digunakan untuk menyampaikan kebenaran. Kebenaran tidak lepas dari (1)
kualitas, karakteristik atau karakteristik; (2) hubungan; (3) nilai. Kita harus membahas
ketiga masalah ini dengan meninjau pengetahuan yang dibahas di bab sebelumnya.
Pertama, akanmembahas kualitas. Dalam hal kualitas, mengenal pengetahuan biasa
yang juga dikenal dengan common sense knowledge. Pengetahuan ini memiliki kualitas
kebenaran subjektif karena sangat melekat pada mata pelajaran yang sudah dikenal.
Biasanya pengetahuan ini benar, selama masih normal dan tidak ada penyimpangan.
Pengaplikasiannya, semua orang tahu bahwa pelangi memiliki warna, dan tidak
ada yang dapat mengatakan bahwa pelangi harus berwarna hitam dan putih. Semua
orang tahu bahwa pelangi itu berwarna, kecuali pada lukisan hitam putih, pelangi tidak
menunjukkan warnanya. Pelangi hitam putih ini tidak normal, tetapi dalam lukisan di
mana dapat melihat pelangi hitam putih. Dari segi kualitas, ilmu kedua adalah
pengetahuan ilmiah. Keaslian ilmu ini lebih fleksibel karena diperkuat melalui data
empiris dan logika. Namun kebenaran ini juga relatif, karena ilmu pengetahuan harus
dikembangkan, dan kebenaran ilmu pengetahuan empiris akan selalu ditingkatkan
dengan penemuan-penemuan baru bahkan ide-ide teoritis baru. Namun ada hal yang
positif, yaitu “koreksi” kebenaran tersebut dilakukan atas persetujuan ilmuwan yang
sama di bidang yang sama, dan satu orang tidak dapat mengklaimnya tanpa persetujuan
ilmuwan lain. Kedua, akan membahas hubungan. Menggabungkan sifat dan metode
pengetahuan yang diperoleh dapat membedakan pengetahuan sensorik, pengetahuan
intelektual, pengetahuan intuitif dan pengetahuan keyakinan.

2
Kebenaran pengetahuan indrawi cukup kuat, meskipun tidak sedalam pengetahuan
intelektual yang diketahui oleh pikiran, tetapi harus secara langsung atau tidak langsung
sesuai dengan pengetahuan indrawi. Ketiga, membahas nilai-nilai. Nilai kebenaran
bergantung pada hubungan antara subjek dan objek. Jika subjek berperan, maka nilai
kebenaran lebih subjektif. Sebaliknya jika objek berperan maka nilai kebenarannya
akan lebih objektif. Ilmu pengetahuan alam merupakan ilmu objektif, karena subjek
adalah pengamat, terpisah dari objek yang diamati, dan sejauh mungkin tidak ada
hubungan yang mempengaruhi penilaian kebenaran. Kita telah membahas
kemungkinan bias observasi karena subjek telah mengantisipasi kebenaran tertentu dari
subjek yang dipelajari, jadi yang dicari adalah untuk mendukung harapan tersebut.
Pengetahuan objektif yang benar dapat lebih terjamin, karena objek yang dilihat tidak
ada hubungannya dengan subjek pengamat. Kedudukan kebenaran harus
dipertimbangkan di sini, karena subjek akan berbeda dari dua perspektif yang berbeda.

2.1.2 Teori-Teori Kebenaran


Sejak manusia telah berpikir secara terstruktur, hal-hal mengenai pengetahuan
terus berkembang. Pertimbangan di dalamnya mengenai kebenaran dan kenyataan
yang ada. Suatu teori dapat memecahkan teori yang telah terlebih dahulu
dikemukakan apabila terbukti cukup kuat kebenaran dan pembuktiannya.
Berikut beberapateori kebenaran yang masih sering dibicarakan :
A) Teori Kebenaran Sesuai Kesesuaian/Korespondensi
Karena telah dibicarakan sejak zaman Aristoteles, teori ini juga disebut teori
Aristotelian. Suatu hal yang dikemukakan dapat dianggap benar apabila
berhubungan dan berkaitan antara pernyataan dan kenyataan yang ada. Oleh
karnanya fakta berperan penting pada teori ini, salah satunya dilakukan dengan
pengamatan indrawi. Kelemahan teori ini ialah segala hal yang tidak dapat diamati
secara indrawi dan tidak memiliki fakta tidak dapat dianggap benar.
Pengaplikasian
 Jika dikemukakan pada keadaan standar air akan membeku pada suhu 0°C,
pernyataan ini akan dianggap benar apabila pada kenyataan di suhu 0°C air tersebut
membeku.Yang mana artinya pernyataan sesuai dengan kenyataan.
 Hal ini agaknya berbeda jika membicarakan tentang kecantikan, rasa enak suatu
makanan, dan ataukesukaan terhadap suatu hal yang sifatnya subjektif. Karna teori
ini diperuntukkan hal-hal yang objektif.
3
B) Teori Kebenaran Keteguhan/Koperasi
 Dikemukakan oleh para rasionalis Jerman teori ini lahir karna teori kebenaran
tidak lagi mementingkan bukti empiris sebagai inti melainkan lebih kepada
hubungan atau keterkaitan antara proposisi baru dengan yang sebelumnya.
 Pada pembahasan kebenaran ini mengharuskan teori, hipotesis, proposisi yang
diajukan sebagai penguat yang telah ada sebelumnya. Hal ini dikarenakan
kemajuan pengetahuan alam bergantung pada teori sebelumnya.
Pengaplikasian
 Sebatang coklat akan meleleh jika dimasukkan ke dalam air mendidih. Dengan
proposisi coklat meleleh pada suhu 40°C dan air mendidih pada suhu 100°C,
tanpa perlu merujuk kepada kenyataannya lagi, telah dengan sendirinya dapat
kita ketahui bahwa pada suhu 100°C sebuah coklat batang dapat meleleh.
C) Teori Kebenaran Pragmatis
 Ahli teori kebenaran ini ialah John Dewey, William James, dan Charles Pierce.
Yang mana disini suatu hal dianggap benar apabila merupakan konsep dan atau
ide yang berguna. Teori kebenaran pragmatis ini sering digunakan ilmu alam
demi kemajuan dan perkembangannya.
D) Teori Kebenaran Non-Deskripsi
 Diwarnai oleh teori kebenaran pragmatis, teori ini membahas peran khusus dan
kedudukan fungsinya dalam kehidupan sehari-hari.
E) Teori Kebenaran Performatif
 Ramsey, John Austin, danPeter Strawson menyatakan bahwa suatu hal dapat
dianggap benar jika mampu menciptakan realitas. Atau dapat dikatakan pula hal-
hal dianggap benar jika mampu merealisasikan melalui suatu peresmian. Misal
dalam pelantikan anggota atau lain sebagainya ada peresmian sebagai bentuk
pengakuan kejadian tersebut. Teori ini dapat menimbulkan nilai negatif salah
satunya apabila ada penyalahgunaan wewenang atau lain hal dalam penciptaan
realitas tersebut.
 Dapat dikatakan pula teori ini berkaitan erat dengan teori Aristoteles karna
dianggap benar jika sesuai kenyataan.

4
2.1.3 Sifat-Sifat Kebenaran Ilmiah
Latar belakang ilmiah, pernyataan ilmiah yang benar tidak akan muncul. Karena
kebenaran pernyataan tersebut berawal dari prosedur penelitian yang telah dilalui.
Dalam hal ini, prosedur penelitian merupakan teori-teori yang melatarbelakangi
eksperimen yang disertai dengan metodologi yang benar. Demikian pula dengan
objeknya, harus diamati secara objektif dan diberi perlakuan secara objektif. Dengan
demikian, kebenaran ilmiah ini mencangkup semua proses ilmiah secara keseluruhan.
Kebenaran juga harus disetujui oleh konvensi ilmuwan yang sebidang, yang memahami
objek dan metodologinya. Kesepakatan dalam hal ini juga harus bersifat objektif.
Dengan begitu kebenaran yang diklaim oleh ilmuwan dapat dimengerti oleh masyarakat
di sekitar ilmuwan tersebut. Fakta yang dilihat seorang ilmuwan juga harus bisa dilihat
oleh ilmuwan lain dalam keadaan yang sama. Kebenaran utama yang dicari masyarakat
ilmiah tertentu disebut dengan kebenaran korespondensi. Kebenaran ini dapat
digunakan dalam proses selanjutnya dalam kaitannya dengan latar belakang teori serta
fakta lain yang berhubungan dan saling mendukung teori yang digunakan sehingga
proposisi yang diajukan menjadi tangguh sebelum uji coba selanjutnya.
Beberapa sifat-sifat dasar yang digunakan dalam kebenaran saat ini, yaitu: (1)
Pertama strukturnya rasional dan logis, (2) Kedua, mengandung isi empiris, dan
(3)Ketiga, dapat diterapkan, hasilnya berguna (pragmatis). Sebenarnya saat ini sulit
untuk menemukan semua sifat tersebut dalam suasana penelitian sekarang. Berkaitan
dengan kehidupan sehari-hari biasanya termasuk dalam empiris, yang nyata ada di
depan mata atau tidak, tetapi belum tentu memiliki struktur rasional yang logis yang
berkaitan dengan bagaimana mencapai kenyataan tersebut. Sedangkan, yang
mempunyai struktur rasional dan sangat logis sering tidak disukai dalam kehidupan
bermasyarakat sehari-hari sehingga lebih banyak tersingkir lalu tidak tampak dan
hilang. Struktur kebenaran ilmiah terutama harus didasarkan pada kesimpulan logis dan
rasional dari proposisi atau premis tertentu, hal ini dapat menggunakan metode deduksi
maupun induksi. Lalu jika sudah rasional dan logis, maka selayaknya kebenaran
tersebut berlaku universal. Namun, kebenaran semacam ini belum cukup apabila tidak
disertai dengan faktor-faktor empiris. Artinya kebenaran boleh berasal dari beberapa
tokoh saja, tetapi dapat disosialisasikan kepada masyarakat ilmiah dan umum.

5
Kebenaran juga harus berasal dari kegiatan empiris, yang ikut menunjang
terbentuknya kesimpulan logis yang benar, dan kemudian harus dinyatakan ke dalam
tindakan dan dikeluarkan dalam bentuk aksi. Disinilah sifat pragmatis bergabung dengan
kedua sifat kebenaran lainnya yang rasional, mengandung isi empiris, dan dinyatakan ke
dalam bentuk aksi yang dapat membantu memecahkan masalah yang ada. Dengan kata
lain, kebenaran mempunyai konsekuensi positif, yaitu dapat memecahkan masalah,
menghemat energi, meningkatkan taraf hidup, dan meringankan beban hidup manusia.
Kadang-kadang untuk masalah yang rumit perlu dilakukan penyelesaian yang
kompromistis dengan mempertimbangkan beberapa pihak yang terkait, dan harus tetap
masuk akal. Ini akan terjadi bila kebenaran logis tidak terlalu pragmatis dan tidak dapat
diterapkan begitu saja. Hal ini disebabkan karena ada benturan antara kenyataan dan
kebenaran yang lain.
Pengaplikasian dalam dunia sains juga banyak sekali hal yang sangat tidak pragmatis,
dikarenakan logika atau rasio berkembang jauh lebih cepat daripada empirisme.
Matematika yang berkembang pesat sebenarnya sangat membantu perkembangan sains
juga, karena dalam banyak hal penyelesaian teoretis lebih mudah dilakukan, dan jika kita
membuktikan secara empiris kita masih memerlukan waktu beserta sarana dan prasarana
yang sering tidak murah dan tidak mudah diadakan. Dengan demikian, dapat
disimpulkan ada jurang pemisah antara sains teoritis dan sains praktis. Namun di lain
pihak, sains terapan atau biasa kita sebut dengan teknologi banyak berguna di kehidupan
masyarakat terutama karena nilai pragmatisnya. Kebenaran sains bagi masyarakat hanya
menyangkut kebenaran pragmatisnya, karena sains murni yang meneliti sampai detail
(ex: gerakan electron), dan hal itu tidak mempunyai makna praktis bagi masyarakat.
Masyarakat cenderung tidak mementingkan dan tidak memperhatikan konsep yang tidak
berhubungan langsung dengan hidupnya. Pengaplikasian lainnya ditunjukkan, jika ibu
rumah tangga menggunakan mesin cuci, dia tidak harus tau bagaimana proses mesin cuci
itu dibuat, serumit apa alat-alat kecil yang ada didalamnya, prinsip fisika apa saja yang
digunakan dalam system kerja mesin cuci. Itu semua hanya dipelajari oleh pabriknya. Di
tangan konsumen, yang perlu diketahui adalah bagaimana cara mengoperasikan mesin
dari awal sampai akhir dan mengetahui kegunaan dari masing-masing tombol.

6
2.1.4 Presisi dan Akurasi
Ilmu pengetahuan alam atau sains sangat mementingkan kuantitas, presisi dan
akurasi (ketelitian dan ketepatan), keduanya merupakan dua terminologi yang
mempunyai peran sangat penting. Suatu kebenaran kadang sangat erat hubungannya
dengan presisi dan akurasi. Sains bukan ilmu yang mendeskripsikan tentang alam
dengan menggunakan kata yang mengadung istilah kurang ataupun lebih. Tetapi
melukiskan ketepatan, kejituan sebuah prediksi serta jumlah yang tepat untuk sampai
pada kategori yang benar. Pada perhitungan yang kurang akurat akan menimbulkan
propagasi di langkah selanjutnya dan bisa menjadi sbeuah kesalahan yang kecil yang
akan berakibat fatal di langkah berikutnya. Presisi dalam sains adalah perulangan dari
hasil yang telah didapat. Presisi ini biasanya dilaporkan dalam bentuk angka yang
diikuti dengan besaran statistika seperti simpangan standart. Pengamatan yang
dilakukan secara teliti akan menghasilkan data perulangan yang tinggi juga.
Akurasi dalam sains dapat ditentukan oleh kedekatan hasil observasi (pengamatan)
atau berasal dari analisi ke hasil sebenarnya. Akurasi dilukiskan kadarnya ke dalam
kesalahan yang sifatnya mutlak (absolutely error). Kekeliruan atau kesalahan
pengamatan juga dilukiskan ke dalam terminologi. Presisi dan akurasi sangat
diperlukan untuk melukiskan data dalam ilmu empiris. Terminologi juga sangat
dibutuhkan di dalam metode induksi. Sedangkan, metode deduksi dalam ilmu yang
sifatnya teoritis biasanya tidak terlalu memperhatikan presisi dan akurasi karena hasil
eksperimenya sudah sangat teliti dan juga sudah tepat sejak awalnya. Presisi dan
akurasi merupakan ukuran kebenaran dalam sains yang eksak. Penyimpangan dari
keduanya memerlukan pembahasan yang lebih lanjut dan dicari apa penyebabnya.
Biasanya penyimpangan pengamatan merupakan akibat dari ketidaksempurnaan dari
intrumentasi serta kesalahan pengamatan yang tidak dapat dihindari. Sehingga, dalam
ilmu rasionalis tidak begitu mementingkan deskripsi dengan menggunakan angka.

7
2.1.5 Hal Kekeliruan
Persoalan kekeliruan perlu juga dibahas untuk mendampingi pembahasan mengenai
masalah kebenaran ilmiah dan untuk menghindari propagasi kekeliruan salam
perkembangan sains serta menghindari kegagalan. Secara umum, kekeliruan dapat
diartikan sebagai menerima apa yang senyatanya salah atau menyangkal kenyataannya
benar. Sedangkan kesalahan sering dihubungkan dengan presisi dan akurasi. Aspek
kognitif dari subjek yang mengetahui disebut dengan kekeliruan lebih dan kesalahan
merupakan akibatnya yang berupa tindakan atau hasil dari kekeliruan subjek tersebut.
Sikap buru-buru ilmuwan dalam tahapan penelitian sering menyebabkan kekeliruan
yang dapat mengakibatkan semua fakta dapat terdeteksi dengan baik sehingga
kesimpulan yang ditarik bisa salah. Begitu juga dengan bias pendapat yang telah ada di
benak peneliti sehingga hasil hang didapat dianggap sesuai dengan hasil yang sudah
diharapkan di benak peneliti jauh sebelum hasil tersebut benar-benar tampak.
Kegagalan menjalankan sarana pengembangan pengetahuan merupakan sumber
kekeliruan yang tidak kalah pentingnya dan setiap sumber kesalahan memiliki karakter
masing-masing menyangkut akibat dari kesalahan yang dibuatnya. Ada cukup banyak
tipe kekeliruan yang telah ditemukan para ahli sains, mulai dari kekeliruan yang
bersifat umum sampai kekeliruan kecil yang selalu terjadi dari waktu ke waktu. Pada
persoalan ini, kekeliruan terjadi dikarena kesalahan penggunaan bahasa, kesalahan
menggunakan logika yang menimbulkan kesesatan (fallacy) karena pelanggaran
terhadap kaidah logika, atau kekeliruan dalam memilih metodologi yang tepat untuk
memperlakukan objek. Yang pertama dan sering terjadi adalah kesesatan karena
penggunaan bahasa, dimana beberapa kata dapat memiliki dua atau lebih arti dan harus
diucapkan dengan aksen yang tepat. Kekeliruan dan kesesatan dapat terjadi karena
kesalahan penempatan kata ke dalam pernyataan ilmiah. Sebagai contoh: “tolong
ambilkan botol zat kimia yang diletakkan di dalam rak yang paling depan”, yang bisa
mengandung dua arti: (1) zat kimia di rak terdepan atau, (2) zat kimia yang letaknya
terdepan di rak. Ilmuwan harus lebih hati-hati mengatur katanya dalam menata urutan
logika atau urutan perlakuan empiris, urutan hasil pengamatan, dan urutan laporan.
Akan tetapi, apabila pernyataan dengan bahasa diganti menggunakan simbol-simbol
seperti dalam bahasa sains dan matematika, maka bahaya kesesatan akan terhindarkan.

8
Hal yang sering terjadi adalah kesesatan karena penggunaan logika misalnya apabila
kesimpulan ternyata tidak relevan dengan proporsi hipotesisnya, maka konklusi
tersebut bukanlah implikasi dari premisnya. Misalnya dalam ujian terbuka dewan
penguji mengambil kesimpulan bahwa mahasiswa yang diuji dapat mempertahankan
tesisnya dengan baik walaupun kenyataannya tidak, karena dewan penguji merasa iba
terhadap mahasiswa tersebut mengingat waktu studi telah habis. Hal yang demikian
akan menimbulkan kesalahan yang tidak kecil di kemudian hari. Adapun kekeliruan
lain yang sering terjadi dalam sains adalah apabila terdapat dua peristiwa dalam waktu
bersamaan, maka pengamatan subjek dapat keliru. Suatu misal terjadi ledakan dalam
percobaan di laboratorium kimia. Pada saat itu ada beberapa mahasiswa yang sedang
melakukan ekstraksi dengan pelarut eter dan keseluruhan sistem terpanaskan. Labu
meledak pada saat pereaksi tertentu ditambahkan. Mahasiswa yang bersangkutan
dihadapkan dengan beberapa kemungkinan penyebab ledakan tersebut diantaranya (1)
reaksi kimia setelah pereaksi ditambahkan, (2) pemanasan yang terlalu tinggi sehingga
mengakibatkan tekanan uap eter sangat besar dan kemudian dapat mendorong
pendingin di atasnya, atau (3) ada uap eter yang bocor dan pada saat itu rekan
mahasiswa lain hendak menghidupkan pemanas juga.
Ada juga kesalahan karena mengabaikan relevansi, artinya penelitian yang dilakukan
sudah tidak lagi relevan menurut segi metode (karena sudah ditemukan metode lain hang
lebih bagus) dan menurut segi objek (perubahan objek yang tidak diperhitungkan). Dua
hal ini menyebabkan hasil pengamatan yang tidak memadai lagi karena tidak memenuhi
tuntutan zaman. Dalam berbagai hal, kemampuan komputer sangat membantu kerja
periset alam karena komputer juga berfungsi sebagai pengendali instrumensi modern.
Umumnya instrumen modern lebih menyediakan banyak parameter uji untuk memberi
tempat pada uji-uji yang spesifik, tetapi sekali lagi hal ini dapat menimbulkan masalah
baru yaitu masalah dalam pemilihan parameter. Sumber kesalahan lain yang sangat besar
adalah faktor subjektif ilmuwan. Misal apabila ilmuwan telah memiliki bias ilmiah, maka
fakta empiris yang didapat aman digunakan untuk membenarkan dugaan yang
mengakibatkan pengamatan menjadi tidak lagi objektif.

9
Hal ini merupakan kesalahan utama dari para positivis yang menggunakan angka
dan metode seperti itu seperti ilmu objektif untuk penelitian sosial. Bias ilmiah tidak
dapat dihindari dalam beberapa kegiatan dan dapat digunakan sebagai alat provokasi.
Misalnya saat mengeluarkan hasil pooling setuju atau tidak setuju pembaca surat kabar
tertentu, untuk menentukan arah kebijakan pemerintah karena tidak memperhitungkan
populasi, sampel, dan siapa pembaca surat kabar tersebut maka angka yang dihasilkan
sama sekali tidak valid. Ada cukup banyak kemungkinan kekeliruan atas kesesatan
langkah yang dapat dibuat oleh ilmuwan dalam menjalankan kegiatan empirisnya.
Maka dari itu, hasil spektakuler biasanya mempunyai sifat yang tidak boleh diabaikan
yaitu kemampuan diulang (reproducibility). Reproducibility menempati prioritas dalam
pengujian hasil empiris pada saat penelitian sains. Dari berbagai uraian terkait
kemungkinan kesalahan ini kita dapat mencari kesimpulan mengenai akar dari
kesalahan tersebut. Pada zaman modern dimana sains berkembang secara mendalam di
daerah-daerah yang sangat spesifik, ilmuwan akan lebih berpikir secara spesifik juga
sehingga ia kehilangan seluruh daya pikirnya. Maka dari itu, perlakuan yang diberikan
tidak selalu berwawasan holistik karena ilmuwan hanya mencari penyelesaian masalah
di daerahnya sendiri. Suatu kesalahpahaman dapat dikurangi dengan cara menekankan
bahwa klaim ilmuwan atas hasil penelitiannya terutama berlaku di wilayah kajian
ilmunya dan sebaiknya tidak digeneralisasikan ke hal-hal yang bersifat lebih umum.

2.1.6 Hal Kepastian


Ilmu pengetahuan alam atau sains disebut ilmu pasti, oleh karena itu kebenaran
ilmiah harus memiliki ketetapan atau kepastian dalam tingkat tertentu yang dapat
diukur. Ada dua macam kebenaran yang berbeda-beda menurut sifat dan cara
mendapatkan nya,adalah kebenaran kaum empiris dan juga kebenaran kaum rasionalis.
Kaum empiris kebenarannya lebih akurat, dikarenakan kebeneran kaum empiris
merupakan kebenaran yang didapatkan berdasarkan penelitian atau suatu analisis.
Kaum empiris memiliki prinsip bahwa walaupun sains cukup dalam, sains tidak bisa
memberikan definisi tentang alam semesta dengan akurat, baik statis maupun dinamis.
Kaum rasionalis hanya berprinsip pada sebuah ide yang dapat menjaga kebenaran yang
lebih lama dikarenakan oleh sesuatu yang sudah jelas dan masuk akal dan tidak mudah
ditepis. Yang dapat memperbaiki nya hanyalah dengan metode pemikiran yang baru,
tetapi tidak dengan mudah.

10
Metode pemikiran akan terus berkembang dari waktu ke waktu menggunakan ilmu
matematika. Keluarnya cabang ilmu matematika contohnya “kalkulus” adalah langkah
yang benar untuk menggambarkan gaya berpikir pada abad saat ini. Menggunakan cara,
banyak perhitungan yang akan lebih mudah dan banyak juga kebenaran baru yang
dapat diapresiasi dikarenakan dapat dipikirkan dan jauh lebih mudah dibahasakan
dalam bentuk angka maupun rumus. Terkadang para ilmuwan apabila menemukan hal
yang baru setelah kaum empiris, justru para ilmuwan ini akan merasa kecewa
disebabkan ilmuwan mengetahui bahwa apa yang sudah dicapai saat ini ternyata masih
belum cukup. Oleh karena itu ilmuwan tidak akan merasa puas dengan hasil
penelitiannya dan terus mencari riset yang baru. Selain sains, saat ini dapat meneliti
kemajuan teknologi juga bisa melalui prinsip falibilisme moderat, adalah setiap
kebeneran yang ada harus dapat disalahkan atau disanggah untuk mencapai ke sebuah
kesempurnaan. Hal ini dibahas dalam Karl Popper. Oleh metode ini akan selalu melihat
sebuah kesalahan yang harus dibongkar oleh suatu paradigma, dan akan terus
diperbaiki seiring berjalan nya waktu. Contohnya yaitu teknologi komputer bahkan
teknologi telepon genggam yang biasanya tidak tahan lama terus menerus. Dalam satu
tahun biasanya ada saja perubahan yang muncul dan membuat komputer dan telepon
genggam itu akan terus bertambah canggih, dan perubahan ukuran yang biasanya
menjadi lebih fleksibel.
Beberapa tahun ke depan model telepon genggam akan terus bertambah variasi nya
dan terus bertambah canggih. Perkembangan dalam teknologi yang semakin canggih
akan menjadikan alat untuk kebutuhan umum agar tidak ketinggalan zaman.
Perkembangan sains juga baik dalam teoritis maupun empiris, kebenaran tidak akan
berhenti untuk diteliti dan ditemukan karena ilmuwan akan terus mencari ilmu baru
untuk mencari jangka ilmu yang tentu akan lebih jauh. Manusia pun tidak akan berhenti
untuk mengeksplor alam hingga mencapai pengetahuan yang besar tentang alam. Akan
terus muncul kebenaran dengan berjalannya waktu. Oleh karena itu, jelas bahwa
kepastian dalam sains memiliki sifat yang akan terus diperbaiki. Tetapi hal ini bukan
mengartikan bahwa tidak aka nada kepastian dalam ilmu pasti, tetapi kebenaran dalam
ilmiah akan terus disanggah dengan berjalannya waktu. Ilmiah memiliki arti falibilisme
atau falsifikasi yang moderat.

11
Suatu kebenaran yang diperoleh dari metode deduksi, cenderung lebih akurat
dibandingkan yang diperoleh dari metode induksi. Ini dikarenakan oleh sifat metode itu
sendiri. Metode induksi dapat mengartikan sains untuk terus dinamis dan berkembang,
sedangkan metode deduksi “menetapkan” perkembangan sains terbatas oleh logika.
Hukum dan teori yang sudah muncul hingga saat ini biasanya adalah hokum yang
cukup kuat kepastiannya dan sulit dipertanyakan lagi. Tetapi, fakta akan terus diulik
melaului cara empiris dan induktif yang memiliki keakuratan yang biasanya moderat.
Oleh karena itu, hanya matematika yang memiliki ilmu kepastian yang tinggi
dibandingkan ilmu yang lainnya.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kebenaran adalah kesesuaian antara pengetahuan dan objek. Apabila pengetahuan
tidak sesuai objek akan dianggak keliru. Objek adalah segala hal yang dapat
disaksiakan suatu yang menjadi kajian. Biasanya objek yang di amati akan memiliki
aspek yang banyak dan sulit disebutkan dengan serentak. Nyatanya manusia hanya
mengetahui beberapa aspek dari objek. Kebenaran ilmiah menginginkan pengetahuan
dapat diterima, karena kebenaran ilmiah muncul melalu syarat-syarat, metode, dan
didukung teori yang menunjang serara didasari kepada data empiris dan dapat
dibuktikan.

3.2 Saran
Dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari kekurangan, oleh karena itu kritik
dan saran yang membangun sangat penulis harapkan agar makalah ini dapat lebih baik
kedepannya. Setelah mengetahui paparan materi mengenai “Kebenaran Ilmiah dan
Berbagai Teori dan Sudut Pandang serta Pengaplikasiannya”, pembaca akan
semakin bertambah wawasan dan pengetahuan. Oleh sebab itu, agar pengetahuannnya
bermanfaat maka diharapkan bagi para pembaca dapat mengamalkannya kepada orang
lain dan khususnya kepada dirinya sendiri.

13
DAFTAR PUSTAKA

Wonorahardjo, Surjani.2020. Dasar Sains-Sadar Sains Membangun Masyarakat Sadar


Sains. Yogyakarta : ANDI (Anggota IKAPI)

14

Anda mungkin juga menyukai