Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH SUHU TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI

Laporan Praktikum

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Mikrobiologi


yang diampu oleh Ibu Sitoresmi Prabaningtyas, S.Si., M.Si

Oleh:
Kelompok 5 / Offering B 2020:
Alfiatus Sa’diyah (200341617306)
Ismawati (200341617216)
Luluk Afida Tullaili (200341617221)
Paulina Retno Ningtyas (200341617212)
Risma Amalya Anwar (200341617288)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN BIOLOGI
Oktober 2021
PRAKTIKUM PENGARUH SUHU TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI

A. Topik
Pengamatan pengaruh suhu terhadap pertumbuhan bakteri

B. Tujuan
1. Untuk mempelajari pengaruh suhu terhadap pertumbuhan bakteri
2. Untuk menentukan titik kematian termal bakteri

C. Dasar Teori
Pertumbuhan mikroba pada umumnya sangat tergantung dan dipengaruhi oleh
faktor lingkungan, perubahan faktor lingkungan dapat mengakibatkan perubahan sifat
morfologi dan fisiologi. Hal ini dikarenakan, mikroba selain menyediakan nutrient yang
sesuai untuk kultivasinya, juga diperlukan faktor lingkungan yang memungkinkan
pertumbuhan mikroba secara optimum. Mikroba tidak hanya bervariasi dalam
persyaratan nutrisinya, tetapi menunjukkan respon yang menunjukkan respon yang
berbeda-beda. Untuk berhasilnya kultivasi berbagai tipe mikroba diperlukan suatu
kombinasi nutrient serta faktor lingkungan yang sesuai (Pelczar & Chan, 1986).
Kemampuan mikroorganisme untuk tumbuh dan tetap hidup merupakan hal yang
penting dalam ekosistem pangan. Suatu pengetahuan dan pengertian tentang faktor-
faktor yang mempengaruhi kemampuan tersebut sangat penting untuk mengendalikan
hubungan antara mikroorganisme-makanan-manusia. Beberapa faktor utama yang
mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme meliputi suplai zat gizi, waktu, suhu, air,
pH dan tersedianya oksigen (Buckle et al, 1985). Salah satu faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan bakteri adalah suhu. Untuk pertumbuhan tiap-tiap jasad mempunyai suhu
pertumbuhan yang berbeda-beda, yaitu ada maksimum dan optimum (Dwijoseputro,
1994).
Daya tahan terhadap temperature tidak sama bagi tiap-tiap spesies. Ada spesies
yang mati setelah mengalami pemanasan beberapa menit di dalam cairan medium pada
temperature 60℃, sebaliknya bakteri yang membentuk spora genus Bacillus dan genus
Clostridium itu tetap hidup setelah dipanasi dengan uap 100℃ atau lebih selama kira-
kira setengah jam (Dwijoseputro, 1994). Temperatur maut (Termal Death Point) adalah
temperature yang serendah-rendahnya yang dapat membunuh bakteri yang berada
dalam standar medium selama 10 menit. Tidak semua individu dari suatu spesies mati
bersama-sama pada suatu temperatur tertentu. Biasanya individu yang satu lebih tahan
daripada individu yang lain terhadap suatu pemanasan sehingga tepat bila kita katakana
adanya angka kematian pada suatu temperatur (Thermal Death Rate) (Dwijoseputro,
1994). Mengenai pengaruh temperatur terhadap kegiatan fisiologi, maka
mikroorganisme dapat bertahan di dalam suatu batas temperatur tertentu. Menurut
Madigan et al., (2012), berdasarkan atas batas temperatur itu, bakteri dapat dibagi
menjadi 3 golongan, yaitu:
1. Bakteri psikofilik, yaitu bakteri yang memiliki temperatur optimum tumbuh
pada temperature 15℃ atau lebih rendah.
2. Bakteri mesofilik, yaitu bakteri yang memiliki temperatur optimum tumbuh
pada temperature lebih dari 45℃ (sedang).
3. Bakteri termofilik, yaitu bakteri yang memiliki temperatur optimum tumbuh
pada temperature antara 45℃-80℃ (tinggi).

D. Alat dan Bahan


1. Timbangan 9. Kompor gas
2. Sendok 10. Rak tabung reaksi
3. Jarum inokulasi berkolong 11. Gunting
4. Kaca pengaduk 12. Tabung reaksi
5. Labu Erlenmeyer 13. Beef extract
6. Inkubator 14. Aquades
7. Gelas ukur 10 ml 15. Lisol
8. Otoklaf 16. Biakan bakteri

Cara Kerja
a. Membuat Medium Cair

Disiapkann alat dan bahan

Bahan pembuatan medium NA cair dihitung untuk ukuran pembuatan 1000 ml

Bahan-bahan ditimbang, seperti beef extract 300 gr dan aquades 1000 ml

Bahan-bahan yang sudah ditimbang dimasukkan ke dalam gelas piala, kemudian dipanaskan
pada kompor gas dan di aduk hingga homogen
Medium yang sudah mendidih diangkat dan ditunggu hingga medium agak dingin (hangat)

Medium NA cair dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditutup dengan kertas sampul atau
kapas

Tabung reaksi kemudian disterilisasi. Sterilisasi dilakukan dengan menggunakan autoklaf

Medium ditunggu hingga 1x24 jam atau 2x24 jam. Jika medium tetap jernih maka medium
steril dan dapat digunakan
b. Inokulasi Bakteri

Disiapkann media cair dalam tabung kultur yang steril

Diambil biakan murni bakteri dari praktikum sebelumnya (bakteri dari media padat)

Masing-masing biakan bakteri diinokulasikan ke dalam media cair sebanyak satu ose

Tabung kultur yang berisi media cair dan bakteri yang telah diinokulasikan diputar di antara
kedua belah tangan untuk memperoleh suspensi yang merata

Kemudian diinkubasikan selama 1 x 24 jam pada suhu yang berbeda, yaitu pada suhu ruang,
suhu kulkas, dan suhu air mendidih

Setelah 1 x 24 jam, diamati kekeruhan pada media cair

Hasil dicatat pada data


E. Data Pengamatan

Nama Suhu Tingkat Gambar


Spesies Kekeruhan
Koloni 1 Suhu ruang Sangat Keruh
(di kamar)

Sumber: (Dokumentasi Pribadi, 2021)


Koloni 2 Suhu dingin Tidak keruh
(di kulkas) (bening)

Sumber: (Dokumentasi Pribadi, 2021)


Koloni 3 Suhu panas Tidak keruh
(direbus (bening)
selama 5-10
menit)

Sumber: (Dokumentasi Pribadi, 2021)

F. Analisis Data
Dari data pengamatan pengaruh suhu terhadap pertumbuhan bakteri pada koloni
di atas yang telah diinokulasikan pada medium nutrien cair yang telah didiamkan
selama 24 jam diperoleh hasil bahwa pada suhu dingin (di dalam kulkas, yaiu sekitar
5-6°C) bakteri tidak tumbuh dengan baik, ditandai dengan media cair yang terlihat
bening, menandakan sedikitnya koloni bakteri yang hidup pada suhu tersebut. Pada
suhu kamar (sekitar 20-27°C) bakteri tumbuh dengan sangat baik, ditandai dengan
media cair yang cukup keruh, menandakan banyaknya koloni bakteri yang tumbuh di
dalamnya. Hal ini dikarenakan suhu. Sedangkan pada suhu panas (direbus pada suhu
100°C) pertumbuhan bakteri sangat sedikit, ditandai dengan media cair yang tampak
bening. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan pemberian perlakuan suhu
yang berbeda akan berpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri, dengan melihat tingkat
kekeruhan pada media cair yang telah didiamkan selama 24 jam.
G. Hasil dan Pembahasan
Pada bakteri pertumbuhan dapat diartikan sebagai pertambahan jumlah sel bakteri itu
sendiri. Pertumbuhan adalah proses irreversible atau proses yang tidak dapat kembali
(Hastuti, 2008). Pertumbuhan bakteri dipengaruhi oleh dua factor, yaitu biotik dan abiotik.
Faktor biotik terdiri atas makhluk hidup, sedangkan untuk faktor abiotik terdiri atas factor-
faktor alam dan factor-faktor kimia. Temperatur (suhu) termasuk dalam faktor alam yang
dapat mempengaruhi pertumbuhan bakteri. Antara spesies satu dengan yang lain daya tahan
terhadap temperatur tidak sama. Tujuan dari diadakannya praktikum pengaruh suhu
terhadap pertumbuhan bakteri ini adalah untuk mengetahui atau mempelajari pengaruh
abiotik, dalam hal ini adalah suhu terhadap pertumbuhan bakteri (Dwidjoseputro, 1984).

Berdasarkan hasil pengamatan pengaruh suhu pada pertumbuhan bakteri yang


dilakukan pada koloni yang telah disiapkan tersebut adalah sebagai berikut, pada suhu
dingin (di dalam kulkas), kira-kira 5-6°C, bakteri tidak tumbuh dengan baik, ditandai
dengan media cair yang terlihat bening, menandakan sedikitnya koloni bakteri yang hidup
pada suhu tersebut. Pada suhu kamar (sekitar 20-25°C) bakteri tumbuh dengan sangat baik,
ditandai dengan media cair yang cukup keruh, menandakan banyaknya koloni bakteri yang
tumbuh di dalamnya. Hal ini dikarenakan suhu. Sedangkan pada suhu panas (direbus pada
suhu 100°C) pertumbuhan bakteri sangat sedikit, ditandai dengan media cair yang tampak
bening, hal tersebut terjadi akibat bakteri tidak mampu bertahan pada suhu tersebut karena
bakteri memiliki suhu optimum dalam pertumbuhannya. Selanjutnya pada lempeng
medium kontrol bakteri tumbuh pesat karena suhu yang diperoleh sesuai dengan suhu
ruangan biasanya.

Dari hasil pengamatan pada praktikum ini dapat dianalisa sesuai dengan teori yang ada.
(Dwidjoseputro, 1984) dalam bukunya yang berjudul Dasar Dasar Mikrobiologi
mengungkapkan bahwa bakteri memiliki batasan suhu tertentu dia bisa tetap bertahan hidup
dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan berdasarkan tingkat toleransinya terhadap
suhu lingkungannya:

a. Mikroorganisme psikrofilik yaitu mikroorganisme yang suka hidup pada suhu yang
dingin dapat tumbuh paling baik pada suhu optimum dibawah 20°C. Kebanyakan
golongan ini tumbuh di tempat-tempat dingin, baik di daratan maupun di lauatan.
b. Mikroorganisme mesofilik, yaitu mikroorganisme yang dapat hidup secara maksimal
pada suhu yang sedang, mempunyai suhu optimum di antara 20°C sampai 50°C.
c. Mikroorganisme termofilik, yaitu mikroorganisme yang tumbuh optimal atau suka
pada suhu yang tinggi, mikroorganisme ini sering tumbuh pada suhu diatas 40°C,
bakteri jenis ini dapat hidup di tempat-tempat yang panas bahkan di sumber-sumber
mata air panas bakteri tipe ini dapat ditemukan.

H. Kesimpulan
Pengaruh suhu salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri.
Dimana proses pertumbuah tersebut tersebut bersifat tidak dapat kembali atau biasa
dikenal dengan irreversible. Dengan begitu berdasarkan hasil pengamatan didaptkan
bahwa pemberian perlakuan suhu yang berbeda akan berpengaruh terhadap
pertumbuhan bakteri, dengan melihat tingkat kekeruhan pada media cair yang telah
didiamkan selama 24 jam.
DAFTAR PUSTAKA

Hastuti, U. S. 2012. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi. Malang: UMM Press

Wheeler, dkk. 1993. Mikrobiologi Dasar. Jakarta: Erlangga.

Dwidjoseputro. 1984. Dasar Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan

Buckle, K. A., Edwards, R. A., Fleet, G. H., & Wotton, M. 1987. Ilmu Pangan. Jakarta: Universitas
Indonesia Press.

Dwidjoseputro, D. 1984. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan. Dwidjoseputro.


1994. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.

Madigan M.T., Martinko J.M., Stahl D.A., & Clark D.P. 2012. Biology of Microorganism.
13th ed. San Francisco: Pearson. P. 140-141

Pelczar, M.J. & E.C.S. Chan, 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi 1. Jakarta: Universitas
Indonesia Press.

Suharni, Endang Tri., Nastiti, Sri Juni., Soetarto A., & Endang, Sutarihningsih. 2007.
Mikrobiologi Umum. Jakarta: Universitas Atmajaya.

Anda mungkin juga menyukai