Anda di halaman 1dari 11

Laporan Pratikum SPC

MK. MIKROBIOLOGI

Disusun Oleh

Nama NIM
Dita Permata Sari P17331120424
Fina Afina Septiani P17331120428
Weny Anggraini P17331120463

Dosen Pengampu : Ir. Agus Sulaeman, M.Kes

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG
JURUSAN GIZI PROGRAM STUDI GIZI DAN DIETETIKA
PROGRAM SARJANA TERAPAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena, atas berkat dan
kehendak-Nyalah, sehingga penulis masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan tugas
makalah ini. Tidak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada Ir. Agus
Sulaeman, M.Kes yang selaku dosen pengampu yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk membuat sebuah makalah yang berkaitan dengan topik yang telah ditentukan.
Makalah yang penulis bahas dan kembangkan adalah “SPC”. Penulis menyadari bahwa
dalam pembuatan tugas makalah ini banyak memiliki kekurangan dan masih sangat jauh dari
kesempurnaan, maka dari pada itu penulis memohon maaf dan sangat meminta kritik dan saran
yang membangun dari dosen pengampu sehingga nantinya makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua. Aamin.

Bandung, 5 Maret 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Organisme mikroskopis adalah organisme yang hanya bisa dilihat dengan menggunakan
mikroskop. Salah satunya adalah bakteri yang merupakan organisme mikroskopis. Keadaan
bakteri di alam ini ada yang bersifat menguntungkan dan ada yang bersifat merugikan bagi
kepentingan manusia. Bakteri yang menguntungkan dan merugikan bagi kepentingan organisme
akuatik perlu dipelajari  supaya bakteri yang menguntungkan, keberadaannya (kapasitas
jumlahnya) dapat diperbanyak sedangkan untuk bakteri yang merugikan (patogen) jumlah
populasinya dapat ditekan dan dapat dilakukan tindakan pencegahan atau antisipasi  infeksi
bakteri tersebut (Umam, 2008).
Setelah kita mempelajari bagaimana menumbuhkan suatu koloni bakteri, tentu harus
mengatahui kuantitas dan kualitas dari bakteri tersebut. Dalam hal ini yang akan dibahas adalah
bagaimana mengetahui kuantitas dari suatu bakteri. Ada berbagai cara untuk menghitung jumlah
sel bakteri, antara lain hitungan langsung dengan menggunakan mikroskop, dan hitungan tidak
langsung dengan metode hitung cawan baik dengan metode cawan tuang maupun metode cawan
sebar.
Pengukuran kuntitatif populasi mikroba dari suatu sampel dilakukan untuk mengetahui
kualitas bahan atau tujuan lain berdasarkan jumlah mikroba yang ada dalam sampel tersebut.
Sehingga dengan kita dapat mengetahui apakah mikroba tersebut berbahaya atau bahkan baik
bagi lingkungan dalam jumlah tertentu.
Untuk mengetahui perkembangan suatu bakteri membutuhkan pembuatan media dengan
metode perhitungan bakteri yang ada dalam media. Ada banyaknya metode yang digunakan
dalam menghitung jumlah bakteri secara kuantitatif dari suatu populasi bakteri. Proses
penghitungan sel bakteri dapat dilakukan dengan beberapa metode baik secara langsung maupun
tidak langsung, diantaranya adalah metode hitung pada cawan petri (standard plate count),
metode pengamatan langsung dengan kaca objek atau metode hitung dengan
menggunakan haemocytometer, metode ukur kekeruhan (turbidimetri)
menggunakan spektrophotometer dan metode jumlah perkitaan terdekat.
Dalam praktikum kali ini menggunakan metode hitung koloni dicawan
petri(standar/viable plate count methond ) dan spektrofotometer ( turbidimeter ), kedua metode
ini sering sekali digunakan karena kedua metode ini terhadang menghasilkan hasil perhitungan
yang mirip namun keduanya mempunyai prinsip yang berbeda.

1.3 Tujuan
Adapun tujuan praktikum perhitungan jumlah bakteri kali ini ialah mengetahui berbagai
cara menghitung jumlah sel dari biakan suatu bakteri.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perhitungan angka kuman


Menghitung atau menentukan banyaknya mikroba dalam suatu bahan (makanan, minuman, dan
lain-lain) dilakukan untuk mengetahui sampai seberapa jauh bahan itu tercemar oleh mikroba.
Dengan mengetahui jumlah mikroba, maka dapat diketahui kualitas mikrobiologi dari bahan
tersebut. Bahan yang dapat dikatakan baik jika jumlah mikroba yang terkandung dalam bahan
tersebut masih di bawah jumlah standar yang ditentukan oleh suatu lambaga. Kandungan
mikroba pada suatu bahan juga sangat menentukan tingkat kerusakannya, serta dapat ditentukan
oleh tingkat kelayakan untuk dikonsumsi.
Jumlah mikroba dalam suatu  bahan dapat dihitung menggunakan beberapa cara. Namun secara
garis besar dibedakan menjadi :
1.      Cara perhitungan langsung
Cara perhitungan langsung berarti kita dapat mengetahui beberapa jumlah mikroba pada saat
dilakukan perhitungan. Hasil perhitungan secara langsung menunjukkan seluruh jumlah mikroba
yang masih hidup maupun yang sudah mati. Adapun caranya:
a. Pembuatan preparat sederhana yang diwarnai
b. Menggunakan ruang hitung

2.      Cara perhitungan tidak langsung


Cara perhitungan tidak langsung, hasil perhitungan jumlah mikroba baru dapat diperoleh
kemudian setelah dilakukan perlakuan terlebih dahulu. Hasil perhitungan tidak langsung akan
menunjukan jumlah mikroba yang masih hidup saja. Adapun caranya :
a. Menghitung jumlah total mikroba (Total plate count = angka lempeng total)
b. Cara pengenceran
c. Memperkirakan jumlah terkecil mikroba yang ada (MPN = Most Probable
Number)
d. Cara kekeruhan (turbiditas)
Cara perhitungan tidak langsung dapat digunakan baik untuk bahan padat maupun cair. Khusus
untuk bahan padat maka sebelum dilakukan perhitungan bahan itu perlu dilakukan pelarutan atau
dibuat suspense, dengan memperhitungkan factor pengencerannya.
Tujuan pengenceran:
Menghitung jumlah kuman aerob yang terdapat dalam produk obat, obat tradisional,
makanan, kosmetik dan alat kesehatan.
Prinsip pengenceran:
Sediaan yang telah dihomogenkan dan diencerkan dengan pengenceran yang sesuai
ditanam pada media agar (PCA= plate count agar), setelah inkubasi pada suhu 370c
selama 24-48 jam dihitung jumlah koloni yang tumbuh. Satuan perhitungan jumlah
mikroba dikenal dengan istilah Colony Forming Units(CFUs) untuk perhitungan bakteri
dan kapang/khamir.
Factor pengenceran = pengenceran x jumlah yang ditumbuhkan
Jumlah koloni = jumlah x 1/ factor pengenceran
Syarat koloni yang ditentukan untuk dihitung adalah sebagai berikut:
a) Satu koloni dihitung 1 koloni
b) Dua koloni yang bertumpuk dihitung 1 koloni
c) Beberapa koloni yang berhubungan dihitung 1 koloni
d) Dua koloni yang berhimpitan dan masih dapat dibedakan dihitung 2 koloni
e) Koloni yang terlalu besar (lebih besar dari setengah luas cawan) tidak dihitung
f) Koloni yang besarnya kurang dari setengah luas cawan dihitung 1 koloni.

Standar perhitungan
            Cawan yang dipilih adalah yang mengandung jumlah koloni 30-300 koloni, beberapa
koloni yang bergabung menjadi satu dihitung sebagai satu koloni, maupun koloni yang seperti
sederetan garis tebal. Hasil yang dilaporkan terdiri dari 2 angka, yaitu angka pertama didepan
koma dan angka dibelakang koma. Jika angka ketiga lebih besar dari 5 maka harus dibulatkan
satu angka lebih tinggi pada angka kedua.

10-2 10-3 10-4 SPC (standar plate count)


234                          28                       1                       2,3x104
700               125                   10                      2,3x105
                ji
jika semua pengenceran menghasilkan angka kurang dari 30 koloni pada cawan petri
maka hanya koloni pada pengenceran terendah yang dihitung. Hasilnya dilaporkan sebagai
kurang dari 30 koloni dikalikan dengan factor pengenceran tetapi jumlah sebenarnya harus
dicantumkan dalam tanda kurung.
10-2 10-3 10-4 SPC (standar plate count)
16                                               1                       <3,0 x 103 (1,6 x 103)
            Jika semua pengenceran menghasilkan angka lebih dari 300 koloni pada cawan petri
maka hanya koloni pada pengenceran tertinggi yang dihitung. Hasilnya dilaporkan sebagai lebih
dari 300 koloni dikalikan dengan factor pengenceran tetapi jumlah sebenarnya harus
dicantumkan didalam kurung. Cara perhitungan hanya ¼ bagian saja kemudian hasilnya
dikalikan.
10-2 10-3 10-4 SPC (standar plate count)
TBUD                                          355                    <3,0 x 106  (3,6 x 106)
            Jika semua pengenceran menghasilkan angka antara 30-300 koloni pada cawan petri.
Perbandingan dari pengenceran tertinggi dan terendah dari kedua pengenceran lebih kecil atau
sama dengan 2, tentukan rata-rata dari kedua pengenceran tersebut dengan memperhitungkan
pengencerannya. Jika perbandingan antara hasil pengenceran tertinggi dan terendah hasilnya
lebih dari 2 maka yang dilaporkan hanya hasil yang terkecil.

10-2 10-3 10-4 SPC (standar plate count)


293                  41                    4          3,5 x 104
                                                            (rata-rata 1,4 = <2)
140                  32                    2          1,4 x 104
                                                            (rata-rata 2,3= >2)

Perhitungan duplo
            Jika digunakan dua cawan petri (duplo) perpengenceran, data yang diambil harus dari
kedua cawan tersebut, tidak boleh diambil salah satu, meskipun salah satu dari cawan duplo tidak
memenuhi syarat 30-300 koloni. Berikut contoh duplo :
10-2 10-3 10-4 SPC (standar plate count)
175                  16                    4                      1,9 x 104
208                  17                    2                      rata-rata pengenceran 10-2

10-2 10-3 10-4 SPC (standar plate count)


138                  42                    4                      1,5 x 104
162                        43                           2             Rata-rata pengenceran 10-2
                                                                                
Karena perbandingan pengenceran
                                                            10-3  dan 10-2 = 2,4

10-2 10-3 10-4 SPC (standar plate count)


290                  36                    4                      3,1 x 104
280                  32                    2          rata-rata pengenceran 10-2
                                                                                
Karena perbandingan pengenceran
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

Praktikum Perhitungan Angka Kuman


Alat dan bahan :
1. Cawan petri
2. Tabung reaksi
3. Pipet volume
4. Vortex
5. Lampu Bunsen
6. Tanah
7. Aquadest steril
8. Medium petri PDA

Prosedur praktikum :
1. Timbang tanah seberat 1 gram
2. Tanah seberat 1g dimasukkan kedalam aquadest steril 9ml (tabung pengenceran 10 -1)
secara aseptis dan divortex, lalu ambil 1ml larutan masukkan dalam 9ml aquadest steril
(pengenceran 10-2) dan selanjutnya dilakukan pengenceran bertingkat sampai 10-7.
3. Dari masing-masing 3 pengenceran terakhir (pengenceran 10-5, 10-6, 10-7) diambil 0,1ml
untuk ditanam secara spread pleate pada medium petri PCA.
4. Inkubasi pada suhu 370c selama 24-48 jam.
5. Koloni akan tumbuh pada ketiga cawan tersebut
6. Hitung jumlah mikroba pada masing-masing petri tersebut.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Praktikum Angka Perhitungan Bakteri


Tanggal Praktikum    :    03 Maret 2021
Tujuan Praktikum     :    untuk mengetahui jumlah koloni
10-5 10-6 10-7 SPC (standar plate count)
1          -                    -                                ?
Perhitungan :
Semua pengenceran menghasilkan angka kurang dari 30 koloni.
Jumlah koloni = < 30 x 1/10-5 ( 1 x 1/10-5)
                        = <30 x 101 x 10 5 ( 1 x 101 x 105)
                        = <30 x 106  (1 x 106 CFUs)
Pembahasan :
Jumlah kuman yang terdapat pada pengenceran 10-5 adalah <30 x 106 (1 x 106 CFUs).
Pengenceran 10-5 yang dipilih karena hasil pengenceran yang kami dapat menghasilkan angka
kurang dari 30 koloni. Hal ini disebabkan karena pada saat melakukan isolasi tindakan yang
dilakukan kurang aseptis dan alat-alat yang digunakan kurang steril dan jumlah bakteri terdapat
pada sampel tanah yang kami ambil juga sedikit sehingga jumlah yang kami hitung dalam
perhitungan kuman juga kecil jumlahnya.
Prinsip dari pemeriksaan ini menghitung jumlah koloni yang tumbuh pada Plate Count Agar.
Hitung angka kuman dilakukan pengenceran bertingkat bertujuan agar koloni tiap plate dapat
dihitung. Tahap akhir, jumlah koloni dari tiap plate dikali dengan pengenceran dan dicari rata-
rata dari semua plate. Nilai yang didapat adalah Jumlah Angka Kuman dari Sampel yang di
Periksa.
Perhitungan
Angka Kuman : Σ (Jumlah koloni - Jumlah koloni control) X pengenceran /Banyak plate
BAB V
KESIMPULAN

1. Jumlah kuman perhitungan kuman yang didapat tergantung pada jumlah bakteri yang
terdapat saat pengenceran.
2.  Prinsip metode cawan hitung (Plate Count) adalah jika sel mikroba yang masih hidup
ditumbuhkan pada medium agar, maka sel mikroba tersebut akan berkembang biak dan
membentuk koloni yang dapat dilihat lansung dengan mata tanpa menggunakan
mikroskop. 
3. Pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara
menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar.
4. Pengencceran serial merupakan penambahan pelarut dalam suatu senyawa dan berakibat
menurunnya kadar kepekatan atau tingkat konsentrasi dari senyawa yang
dilarutkan/diencerkan.
5. Perhitungan angka kuman bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh bahan tercemar oleh
mikroba.
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, N. A. Dan Reece, J. B., 2005. Biologi Jilid 2. Erlangga. Jakarta.

Hadioetomo, R, S., 1990. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Gramedia. Jakarta.


Irawan, 2008. Teknik Pewarnaan Mikroba.
Pelczar, M. W., 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi 1. UI Press. Jakarta.

Suriawiria, U., 1985. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek. Gramedia. Jakarta.


Volk, W. A. dan Margareth F. W., 1998. Mikrobiologi Dasar Jilid I. Jakarta : Erlangga.

Lampiran

Anda mungkin juga menyukai