KELOMPOK A2
1. SHARONIVA JAGUASTIN KOANAK 1509010012
2. FEBRY C. DE VIRGOLIA TAE 1509010016
3. ANGELA NOVITA DAKI 1509010018
4. YUMIATI AYAL 1409010045
Hasil rerata jumlah bakteri adalah : (0,01 + 4,34 (105) ) / 2 = 5,35 x 105 / 2 = 2,68 x 105
CFU/g
4.2. Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil perhitungan bakteri
menggunkan metode TPC pada telur yang dibeli dari hypermart adalah 2,68 x 105 CFU/g.
Menurut Standar Nasional Indonesia SNI 3926-2008, persyaratan mutu maksimum mikroba
untuk jumlah total kuman pada kerabang dan isi telur adalah 1 X 105 CFU/g. Acuan tersebut
menunjukkan bahwa jumlah bakteri yang terhitung pada sampel telur dari hypermart melebihi
tetapan SNI (1x105 CFU/g) sementara hasil perhitungan adalah 2,68 x 105 CFU/g. hal tersebut
menunjukkan bahwa telur tersebut tidak layak untuk dikonsumsi karena jumlah cemaran
mikrobanya melebihi ambang batas yang ditetapkan oleh SNI.
Hypermart merupakan jaringan hypermarket yang didalamnya memiliki pasar swalayan
yang menjual produk sandang, pangan dan kebutuhan sehari-hari. Salah satu produk yang dijual
di hypermart adalah telur. Hypermart banyak digemari oleh golongan ekonomi atas karena
dianggap memiliki produk yang higenis serta memiliki tersertifikasi mutunya. Hypermart juga
memliki prosedur tersendiri untuk menjaga higienitas serta kelayakan produk yang dijual dengan
selalu melakukan pemeriksaan produk yang dilakukan oleh pihak berwenang seperti karantina.
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakuakn menunjukkan adanya hal yang berbeda dari
pandangan masyarakat mengenai kualitas produk yang dijual. Hal ini karena jumlah cemaran
mikroba yang ditemukan melebihi tetapan dari SNI.
Pencemaran pada telur dapat disebabkan oleh unggas yang sakit, alas kandang, feses,
penyimpanan, sanitasi dan higiene. Mikroba dapat masuk ke dalam telur melalui pori – pori pada
kulit telur, (Nurjanna, 2015). Kualitas telur dapat juga dipengaruhi oleh lama penyimpanan,
suhu, kelembaban relatif, dan kualitas kerabang telur (Jazil dkk., 2013). Beberapa bakteri yang
dapat mencemari telur antara lain golongan Salmonella, Staphylococcus, Streptococcus, Bacillus,
Proteus, Pseudomonas, Aeromonas, dan Coliaerogenes, (Lubis dkk., 2012). Adanya cemaran
mikroba telur pangan yang dikonsumsi oleh manusia dapat membahayakan kesehatan manusia.
Oleh karena itu, adanya ketertiban petugas dalam pemeriksaan sampel telur serta ketertiban dari
produsen dan distributor itu sendiri diperlukan sehingga tidak lagi tersebar telur dengan cemaran
mikroba yang melebihi ambang batas SNI.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil perhitungan bakteri
menggunkan metode TPC pada telur yang dibeli dari hypermart adalah 2,68 x 105 CFU/g dimana
melebihi standar SNI yaitu 1 X 105 CFU/g, sehingga dinyatakan tidak layak konsumsi. Kondisi
seperti ini dapat terjadi karena unggas yang sakit, alas kandang, feses, penyimpanan, sanitasi dan
higiene yang menyebabkan mikroba masuk ke telur secara langsung maupun melalui pori-pori
kerabang, serta oleh lama penyimpanan, suhu, kelembaban relatif, dan kualitas kerabang telur.
DAFTAR PUSTAKA
Afifah, N. 2013. Uji salmonella-shigella pada telur ayam yang disimpan pada suhu dan waktu
yang berbeda. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Jurnal Ilmiah Edu Research.
Universitas pasir pengaraian. 2(1):36.
Badan Standardisasi Nasional. 2008. Metode pengujian cemaran mikroba dalam daging, telur
dan susu, serta hasil olahannya. Standar Nasional Indonesia. Jakarta. SNI 2897:2008.
Birowo J., I.M. Sukada, dan I.G.K. Suarjana. 2013. Perbandingan jumlah bakteri coliform pada
telur ayam buras yang dijual di pasar bersanitasi baik dan buruk. Indonesia Medicus
Veterinus. 2(3):26 –280.
Hardianto, G. K. Suarjana dan M. D. Rudyanto. 2012. Pengaruh Suhu dan Lama Penyimpanan
Terhadap Kualitas Telur Ayam Kampung Ditinjau dari Angka Lempeng Total Bakteri.
Indonesia Medicus Veterinus. Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Udayana.
1(1):72.
Jazil A,dkk. 2013. Penurunan kualitas telur ayam ras dengan intensitas warna coklat kerabang
berbeda selama penyimpanan. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan. 2(1).
Lubis, H.A., G. K. Suarjana, dan M. D. Rudyanto. 2012. Pengaruh suhu dan lama penyimpanan
telur ayam kampung terhadap jumlah eschericia cilo. Indonesia Medicus Veterinus.
Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Udayana. 1(1):145.
Mulza, D. P., Ratnawulan dan Gusnedi. 2013. Uji Kualitas Telur Ayam Ras Terhadap Lamanya
Penyimpanan Berdasarkan Sifat Listrik. Pillar of Physics. Universitas Negeri Padang.
1(2):111.
Nurjanna, S. 2015. Kontaminasi Bakteri Telur Ayam Ras Yang Dipelihara Dengan Sistem
Pemeliharaan Intensif Dan Free Range Dengan Waktu Pemberian Naungan Alami
Berdeda. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin Makasar.
Sarwono, Bambang. 1995. Pengawetan dan Pemanfaatan Telur. Swadaya: Jakarta.
LAMPIRAN