Anda di halaman 1dari 15

Laporan Praktikum I Kesehatan Ternak

PEMERIKSAAN INVESTASI CACING PADA FESES TERNAK METODE


NATIF, SEDIMEN DAN APUNG

Oleh:

NAMA : AHMAD SAHIDIN


NIM : L1A119031
KELAS :A
ASISTEN : KASMAWATI

LAB. ILMU DAN TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK


JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Feses adalah sisa hasil dari pakan dan minum yang dikeluarkan sebagai

padatan atau cairan yang sudah berkurang nutrisinya. Pemeriksaan feses di

maksudkan untuk mengetahui ada tidaknya telur cacing ataupun larva infektif.

Pemeriksaan ini juga dimaksudkan untuk mendiagnosa tingkat infeksi cacing

parasit usus pada orang yang di periksa fesesnya. Pemeriksaan feses dapat

dilakukan dengan metode kualitatif dan kuantitatif. Secara kualitatif dilakukan

dengan metode natif, metode apung, dan metode sedimen. Metode ini digunakan

untuk mengetahui jenis parasit usus, sedangkan secara kuantitatif dilakukan

dengan metode kato untuk menentukan jumlah cacing yang ada di dalam usus.

Prinsip dasar untuk diagnosis infeksi parasit adalah riwayat yang cermat

dari pasien (Paramitha, 2017).

Penyakit ternak (hewan) adalah gangguan kesehatan pada hewan ternak

yang disebabkan oleh cacat genetik, proses degeneratif, gangguan metabolisme,

trauma, keracunan, infestasi parasit, prion, dan infeksi mikroorganisme patogen.

Penyakit infeksi yang disebabkan oleh cacing masih tinggi prevelansinya terutama

pada penduduk di daerah tropik seperti di Indonesia, dan merupakan masalahyang

cukup besar bagi bidang kesehatan masyarakat. Hal ini dikarenakan Indonesia

berada dalam kondisi geografis dengan temperatur dan kelembaban yang

sesuai,sehingga kehidupan cacing ditunjang oleh proses daur hidup dan cara

penularannya (Winarsih, 2018).


Metode natif (direct slide) merupakan gold standard pemeriksaan kualitatif

tinja karena sensitif, murah, mudah dan pengerjaan cepat, namun kurang sensitif

pada infeksi ringan. Metode sedimen adalah metode yang menggunakan larutan

dengan berat jenis yang lebih rendah dari organisme parasit, sehingga parasit

dapat mengendap di bawah. Metode ini terdiri dari metode sedimentasi biasa yang

hanya memanfaatkan gaya gravitasi, dan metode sedimentasi Formol-Ether

(Ritchie) yang menngunakan gaya sentrifugal dan larutan formalin-eter pada cara

kerjanya. Sedangkan metode apung menggunakan larutan NaCl jenuh atau larutan

gula jenuh yang didasarkan atas BD (Berat Jenis) telur sehingga telur akan

mengapung dan mudah diamati. Metode ini digunakan untuk pemeriksaan feses

yang mengandung sedikit telur. Cara kerjanya didasarkan atas berat jenis

larutanyang digunakan, sehingga telur-telur terapung dipermukaan. Hal ini juga

berfungsi untuk memisahkan partikel-partikel yang besar yang terdapat dalam

tinja (Bakar, 2012).

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka perlu diadakan

praktikum mengenai pemeriksaa telur cacing pada feses ternak karena telur cacing

pada feses ternak sangat berbahaya bagi kesehatan ternak.

1.2.  Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum pemeriksaan telur cacing pada feses ternak

adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui cara pemeriksaan telur cacing pada feses ternak dengan

metode natif.
2. Untuk mengetahui cara pemeriksaan telur cacing pada feses ternak dengan

metode sedimen

3. Untuk mengetahui cara pemeriksaan telur cacing pada feses ternak dengan

metode apung

1.3.  Manfaat

Adapun manfaat dari praktikum pemeriksaan telur cacing pada feses

ternak adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui cara pemeriksaan telur cacing pada feses ternak dengan

metode natif.

2. Untuk mengetahui cara pemeriksaan telur cacing pada feses ternak dengan

metode sedimen

3. Untuk mengetahui cara pemeriksaan telur cacing pada feses ternak dengan

metode apung
II. METODEOLOGI

2.1.Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu 8 Desember 2021, pukul 16:00

WITA – Selesai. Yang bertempat di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Produksi

Ternak Fakultas Peternakan Jurusan Peternakan Universitas Halu Oleo.

2.2. Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum pemeriksaan telur cacing

pada feses sapi dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Alat dan Kegunaannya


No Nama Alat Kegunaannya
.
1. Mikroskop Untuk mengamati telur cacing
2. Gelas ukur Untuk menyimpan feses pada saat dicentrifuge
3. Pipet tetes Sebagai alat untuk mengambil feses dan mengaduk
feses
4. Rak tabung Untuk tempat menyimpan gelas ukur
5. Objeck glass Untuk menyimpan feses
6. Cover glass Untuk menutup feses pada saat diamati
7. Beaker glass Untuk menyimpan air
8. Alat Tulis Untuk mencatat data pengamatan
9. Camera/Hp Untuk mendokumentasi
10. Tabung sentrifuse Sebagai tempat tabung

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum pemeriksaan telur cacing

pada feses sapi dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Bahan dan Kegunaannya


No Nama Bahan Kegunaannya
.
1. Feses ternak (Kambing, Sapi Sebagai objek pengamatan
dan Ayam)
2. Larutan NaCl Sebagai pelarut feses
3. Air Sebagai pelarut feses
2.3. Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada praktikum pemeriksaan telur cacing pada ekskreta

ayam adalah sebagai berikut:

2.3.1. Metode Natif

1. Meletakkan sedikit Ekskreta ayam pada objeck glass yang bersih dengan

menggunakan pipet tetes lalu di teteskan 1-2 tetes air.

2. Dengan pipet tetes tadi, kita ratakan atau larutkan, kemudian ditutup dengan

cover glass.

3. Diperiksa dibawah mikroskop dengan perbesaran 40x.

2.3.2. Metode Sedimentasi

1. Mengambil 3 gram sampel feses kemudian tambahkan 20 ml air dan aduk

sampai homogen

2. Menyaring feses kemudian masukan filtrate ke tabung sentrifus

3. Menutup tabung sentrifus kemudian lakukan sentrifus dengan kecepatan

1500 rpm selama 5 menit

4. Membuang supernatant dan sisakan sedimen dalam tabung

5. Aduk sedimen sampai homogen

6. Ambil sedimen dengan pipet pasteur kemudian letakkan di object glass

7. Tutup dengan cover glass segera amati di bawah mikroskop dengan

pembesaran 100X.
2.3.3. Metode Apung

1. Endapan Feses pada sentrifuse ditambahkan larutan garam jenuh sampai

kelihatan cembung. Lalu ditutup dengan cover glass dan dibiarkan selama 5

menit

2. Setelah 5 menit cover glass diambil dan menyimpannya pada objek glass

3. Mengamatinya dibawah mikroskop dengan perbesaran 40 x.


III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan pemeriksaan investasi telur cacing pada ekskreta ayam dan

feses kambing dapat dilihat pada tabel 3 Berikut:

Tabel 3. Hasil Pengamatan Pemeriksaan Investasi Telur Cacing pada ekskreta


ayam dan feses kambing.

No Percobaan Hasil Gambar Keterangan


1 Metode Natif Ditemukan Telur Raillietina
Cacing erhinobolhrida.

2 Metode Ditemukan Telur Fascioleides


Sedimen Cacing magna

3 Metode Apung Ditemukan Telur Astellina


Cacing canderipanelat
a

4.2. Pembahasan

Berdasarkan pratikum yang telah kami lakukan pada hari rabu 8 Desember

2021, di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Produksi Ternak Fakultas Peternakan

tentang “Pemeriksaan Investasi Telur Cacing pada Feses Kambing, Sapi dan

Ayam”, dimana pratikum ini dilakukan dengan 3 metode kerja diantaraya metode

natif, metode sedimen dan metode apung. Ketiga metode ini dilakukan oleh setiap

kelompok dan feses yang digunakan pun juga berbeda disetiap kelompok. Dalam
pratikum ini kelompok kami menggunakan sample pada ekskreta ayam yang

masih segar untuk melakukan pemeriksaan telur cacing dengan metode tersebut.

4.2.1. Metode Natif

Gambar 1. Raillietina erhinobolhrida.


Sumber : Dokumentasi Pribadi

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilaukan menggunakan metode natif

dalam pemeriksaan investasi cacing pada feses Ayam (Positif) ditemukan telur

cacing dengan jenis cacing Raillietina erhinobolhrida. Metode natif dilakukan

dengan cara yang cepat dan baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Silaban

(2018), menyatakan bahwa endoparasit merupakan parasit yang hidup di dalam

tubuh host. Pada umumnya parasit terdiri dari beberepa jenis diantaranya cacing,

artropoda, bakteri, protozoa, dan virus. Invasi parasit dapat menurunkan jumlah

produk dan kualitas produk yang dihasilkan. Parasit yang berada pada tubuh suatu

ternak dapat menyebabkan kerusakan organ ternak tersebut.

4.2.2. Metode Sedimen

Gambar 2. Fascioleides magna

Sumber : Dokumentasi Pribadi


Berdasarkan hasil pengamatan pada feses kambing menggunakan Metode

Sedimen dalam pemeriksaan investasi cacing pada feses kambing (Positif)

ditemukan telur cacing dengan jenis cacing fascioleides magna . Metode sedimen

dilakukan dengan memusingkan sampel atau larutan uji menggunakan centrifuge

dengan waktu tertentu. Menurut Gandahusada (2011), metode sedimen dari segi

proses pemeriksaannya waktu yang digunakan lebih cepat dan juga metode

sedimen lebih mudah mendapatkan telur cacing dibandingkan metode lain. Dalam

pemeriksaan telur cacing pada feses kambing yang dilakukan ada ditemukan telur

cacing. Tolistiawaty (2016) menambahkan bahwa cara pemeliharaan hewan

ternak sangat berpengaruh terhadap kejadian infeksi parasit. Jika peternak

menggunakan sistem semi intensif dengan membiarkan ternak mencari makan

sendiri (system gembala) atau sama sekali tidak dikandangkan (sistem tradisional)

maka peluang besar terinfeksi cacing sangat besar. Pada hewan ternak yang

dipelihara secara intensif (sistem kandang), resiko infeksi dapat dikurangi karena

pakan ternak diberikan di dalam kandang.

4.2.3. Metode Apung

Gambar 3. Astellina canderipanelata


Sumber : Dokumentasi Pribadi

Berdasarkan hasil pengamatan menggunakan Metode Apung yang kami

gunakan untuk pemeriksaan telur cacing pada feses kambing (Positif) ditemukan

telur cacing dengan jenis cacing Astellina canderipanelata. Hal ini menujukkan
bahwa feses kambing yang kami periksa terinfeksi cacing. Metode Apung ini

menggunakan garam jenuh yang didasarkan atas berat jenis telur sehingga telur

akan mengapung dan mudah diamati. Metode ini dugunakan untuk pemeriksaan

feses yang mengandung sedikit telur. Cara kerjanya didasarkan atas berat jenis

larutan yang digunakan telur-telur terapung dipermukaan dan juga untuk

memisahkan partikel-partikel yang besar yang terdapat dalam feses.


IV. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan maka dapat disimpulkan

bahwa, metode pemeriksaan yang dugunakan pada praktikum pemeriksaan

investasi telur cacing pada ekskreta dan fases kambing yaitu metode natif, metode

sedimen, metode apung. Hasil praktikum yang kami lakukan dengan mengunakan

tiga metode tersebut ditemukan telur cacing ( positif ) pada ekskreta ayam dan

feses kambing tersebut.

4.2. Saran

1. Saran Untuk Lab untuk meningkatkan kebersihan lab baik dalam

mau pun luar.

2. Saran asisten untuk menjelaskan materi praktikum lebih baik lagi

agar praktikum mudah memahami materi praktikum.


DAFTAR PUSTAKA

Abrianto, P. 2011. Laporan Inventarisasi Parasit Cacing pada Ternak di RPH


Ujung Padang dan Kabupaten Goa, Sulawesi Selatan. LPPH Bogor.
Bakar, A. 2012. Penuntun Praktikum kesehatan Ternak. Fakultas Peternakan
Universitas Padang Kedokteran Hewan. Universitas Udayana.
Gandahusada, SW. 2011. Parasitologi Kedokteran. Fakultas Kedokteran Jakarta
Kadarsan, S. 2016. Bintang Parasit, lembaga Biologi Nasional-LIPI, Bogor.

Paramitha, R.P., Ernawati, R., Koesdarto, S. 2017. Prevalensi Helminthiasis


Saluran Pencernaan melalui Pemeriksaan Feses pada Sapi di Lokasi
Pembuangan Akhir (LPA) Kecamatan Benowo Surabaya. Journal of
Parasite Science. Vol 1 (1).
Silaban, R., Febriansyah, R., Pulungan, S. 2018. Identifikasi Endoparasit
Nematoda Pada Feses Ayam Broiler di Peternakan Submitra
Indojaya Agrinusa Desa Pudun Jae. Jurnal Grahatani. Vol. 04 (1).
Susilo, H., Abdilah, N.A., Amelia, K.R. 2020. Identifikasi Telur Cacing Parasit
Pada Feses Hewan Ternak di Propinsi Banten. Jurnal Biologi dan
Pembelajarannya. Vol 15 (2).
Tolistyawaty I, J. Widjaja, L. T. Lobo, R. Isnawati. 2016. Parasit Gastrointestinal
Pada Hewan Ternak di Tempat Pemotongan Hewan, Kabupaten Sigi,
Sulawesi Tengah. BALABA. Vol 12 (2).
Winarsih, W.H. 2018. 2018. Penyakit Ternak yang Perlu Diwaspadai Terkait
Keamanan Pangan. Jurnal Litbang Kebijakan. Vol 12 (2).
LAMPIRAN

1. Gambar Telur Cacing Pada unggas


2. Dokumentasi Praktikum

Anda mungkin juga menyukai