Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

MANAJEMEN KESEHATAN DAN KESEJAHTERAAN TERNAK


DIAGNOSA DAN SPESIMEN
Oleh

Kelas

: FAPET A

Kelompok

:1

HANINA SILMI L

200110120004

RADEN GANI W

200110120031

AZRIN YUSRINA C

200110120038

MUHAMMAD IQBAL

200110120043

REZA FEBRIAN

200110120044

EVA WULANDINI U

200110120083

RINDI ASIH W.S

200110120107

LABORATORIUM PRODUKSI TERNAK UNGGAS


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2014

I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Upaya untuk mencegah kemungkinan timbulnya penyakit harus ditopang
dengan pengetahuan cukup tentang cara pemeliharaan ternak yang baik.
Pengenalan secara dini tentang hewan yang diduga terkena penyakit merupakan
hal penting yang harus diketahui oleh peternak. Dalam menangani kesehatan
ternak yang diduga terkena suatu penyakit selain dapat dilakukan dengan diagnosa
fisik dari hewan tersebut dapat juga dilakukan dengan cara diagnosa laboratorium
agar keberhasilan dalam mendiagnosa suatu penyakit yang diderita oleh ternak
tersebut lebih besar.
Diagnosa laboratorium dilakukan dengan mendiagnosa penyakit dengan
pengamatan spesimen di laboratorium agar penyebab penyakit dapat diketahui
secara tepat. Salah satu spesimen yang dapat diamati dengan diagnosa
laboratorium ini adalah feses atau tinja dari ternak yang diduga menderita suatu
penyakit. Untuk mengoptimalkan hasil pengujian spesimen dalam pemeriksaan
laboratorium perlu diperhatikan kesesuaian antara jenis spesimen yang dikirim
dengan dugaan penyakitnya sehingga harus didasarkan atas gejala klinis hewan
yang sakit, perubahan patologi anatomi dan sifat epidemiologinya. Oleh karena itu
dalam laporan praktikum kali ini akan dibahas lebih detail mengenai diagnosa dan
spesimen pada bab bab selanjutnya.

1.2. Maksud dan Tujuan


Maksud dan tujuan diadakannya praktikum manajemen kesehatan dan
kesejahteraan ternak mengenai diagnosa dan spesimen ini adalah :
1.

Mahasiswa mengetahui pengertian dari spesimen dan cara pengiriman


spesimen.

2.

Mahasiswa mengetahui ciri ciri hewan sehat dan sakit dengan cara
pemeriksaan antemortem.

3.

Mahasiswa mengetahui ciri ciri ternak yang sehat dan sakit dengan cara
pemeriksaan postmortem.

1.3. Waktu dan Tempat


Hari/tanggal

: Rabu/19 Maret 2014

Waktu

: Pukul 13.00 15.00 WIB

Tempat

: Laboratorium Produksi Ternak Unggas


Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Diagnosa
Istilah diagnosa sering kita dengar dalam istilah medis. Menurut Thorndike
dan Hagen dalam Suherman (2011), diagnosis dapat diartikan sebagai :
1. Upaya atau proses menemukan kelemahan atau penyakit (weakness,
disease) apa yang dialami seseorang dengan melalui pengujian dan studi
yang seksama mengenai gejala-gejalanya (symptons).
2. Studi yang seksama terhadap fakta tentang suatu hal untuk menemukan
karakteristik atau kesalahan-kesalahan dan sebagainya yang essensial.
3. Keputusan yang dicapai setelah dilakukan suatu studi yang seksama atas
gejala-gejala atau fakta tentang suatu hal.
Dari ketiga pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa di dalam konsep
diagnosis, secara implisit telah tercakup pula konsep prognosisnya. Dengan
demikian dalam proses diagnosis bukan hanya sekedar mengidentifikasi jenis dan
karakteristiknya, serta latar belakang dari suatu kelemahan atau penyakit tertentu,
melainkan juga mengimplikasikan suatu upaya untuk meramalkan kemungkinan
dan menyarankan tindakan pemecahannya.
Diagnosa adalah suatu proses untuk menentukan dan mengamati perubahan
yang terjadi pada ternak atau hewan melalui tanda-tanda atau gejala klinis yang

terlihat sehingga suatu penyakit dapat diketahui penyebabnya. Ketepatan diagnosa


sangat tergantung pada banyak hal antara lain:

Sejauh mana anamnese dapat dilakukan secara tepat,

Gejala klinis yang nampak dari penyakit tersebut,

Pemeriksaan pasca mati serta ketepatan,

Kecepatan hasil pemeriksaan di laboratorium, dan

Kualitas spesimen yang dikirim ke laboratorium.


Diagnosa penyakit memerlukan pengamatan spesimen di laboratorium agar

penyebab penyakit dapat diketahui secara tepat. Spesimen itu sendiri adalah
segala sesuatu (benda, organ, feses, atau darah dan lain-lainnya) yang diduga
mengandung kuman bibit penyebab penyakit. Adapun prinsip dasar pengumpulan
specimen itu sendiri adalah :
1. Jenis spesimen yang dikirim tergantung pada perubahan klinis ternak sakit.
2. Spesimen harus dikirimkan adalam keadaan aseptik.
3. Spesimen harus segera dikirimkan ke laboratorium.
4. Botol tempat menampung spesimen diberi identitas yang jelas.
5. Spesimen harus tersimpan dengan baik.
6. Selama proses pengambilan specimen harus hati-hati terhadap kemungkinan
terjadinya pencemaran.
2.2. Spesimen
Dalam bidang biologi, spesimen ialah sebagian hewan, sebagian tumbuhan,
atau mikroorganisme yang digunakan sebagai contoh untuk mengkaji sifat seluruh

populasi bagi spesies atau subspesies yang berkenaan. Apabila sesuatu takson
diberikan, ia biasanya berdasarkan satu spesimen tunggal yang digelar holotip.
Menurut Herawati (1968), Spesimen merupakan obyek sebenarnya yang
digunakan sebagai alat bantu pembelajaran. Cakupan spesimen dalam
pembelajaran sangat luas, mulai dari bagian kecil dari suatu obyek sampai ke
obyek utuh lengkap dengan habitatnya. Berdasarkan ukurannya mulai dari obyek
yang besar sampai dengan obyek mikroskopis yang hanya dapat dilihat dengan
bantuan mikroskop. Spesimen sering juga disebut sebagai realia karena media
tersebut adalah obyek nyata (real), dalam kaitannya dengan materi adalah
makhluk hidup utuh atau bagian-bagiannya.
Spesimen dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu media dengan
menampilkan satu atau sekelompok individu utuh dan media dengan hanya
menampilkan bagian dari tubuh individu tersebut. Sedangkan apabila didasarkan
pada kondisinya, spesimen dapat dikelompokkan menjadi media segar dan media
awetan (Herawati, 1968).

III
ALAT, BAHAN, DAN PROSEDUR KERJA
3.1. Alat
1.

Gunting

2.

Pisau

3.

Pinset

4.

Papan

3.2. Bahan
1.

Ayam sehat

2.

Ayam sakit

3.

Ayam mati

4.

Formulir Pengiriman spesimen

3.3. Prosedur Kerja


Adapun prosedur-prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum kali ini
adalah sebagai berikut :
A. Pengisian Formulir Pengiriman Spesimen
1. Terlebih dahulu asisten laboratorium menjelaskan pengertian spesimen
dan langkah langkah pengiriman spesimen.
2. Asisten laboratorium membagikan formulir pengiriman spesimen kepada
mahasiswa.

3. Mahasiswa mengisi formulir pengiriman yang telah dibagi oleh asisten


laboratorium.

B. Diagnosa Antemortem
1. Antemortem disebut juga melakukan diagnosa penyakit sebelum
kematian.
2. Ayam hidup di biarkan di atas papan.
3. Ada dua cara mendiagnosis dengan metode antemortem ini, yaitu
memperhatikan tingkah laku, anatomi dan fisiologis.
4. Untuk memperhatikan tingkah laku ayam bisa dilihat dari nafsu makan
nya, cara berjalan, keaktivan dan cara bernapas.
5. Untuk memperhatikan anatomi dan fisiologinya bisa dilihat dari tubuh
nya proporsional atau tidak, lalu dari lubang hidung, bulu, kulit, shank
dan juga kloaka nya.
C. Diagnose Postmortem
1. Melakukan diagnosis penyakit pada ayam setelah kematian atau disebut
juga postmortem.
2. Setelah mematikan ayam lalu di kuliti dan di buka perutnya, perhatikan
bagian-bagian tubuhnya. Dimulai dari bagian anterior, perhatikan 4
lubang alami ( mata, hidung, telinga, mulut ).
3. Lalu memeriksa rongga mulut dan persendian.
4. Lanjutkan ke paha atau bagian-bagian yang berotot, bila ada bercak
darah, ayam tersebut tidak sehat.

5. Periksa ke bagian dada, jika ada pendarahan, berarti ayam tersebut


terkena virus.
6. Periksa dua saluran penting, yaitu saluran pernapasan dan saluran
pencernaan.

IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengamatan
4.1.1 Formulir Spesimen
FORMULIR PENGIRIMAN SPESIMEN UNTUK TERNAK MAMALIA
Tgl. Dikirim

: 19-03-2014

Hanya diisi oleh Petugas

Pengirim

: Kelompok 1

No. Epi :

Alamat peng

: UNPAD Jatinangor

Tgl. Diterima :
Kegiatan : Service

Lampiran

:
Desa

Alamat : Unpad Jtr

Kecamatan : Jatinangor

: Hegarmanah

Dinas

Kab/Kota : Sumedang
Provinsi : Jawa Barat

KETERANGAN INDIVIDU :

Nomer/nama hewan

Spesies : FH

Bangsa : Bos Taurus

Kelamin : Betina

Umur : 1 Tahun 5 bulan Tgl.mati : -

Sejarah penyakit/gejala klinis (lengkap) :


Ambing bengkak

Suveilans

Peternakan

Pemilik : Kelompok 1

1.

Tgl.sakit : 18-03-2014

Vaksin
1. IBR

Tanggal

2.

Produksi air susu menurun

2. BVD

3.

Diam

3. PI3

4.

Nafsu makan berkurang

4. Vibrio

KETERANGAN KELOMPOK :

TERNAK LAIN :

Jumlah populasi : 750

Spesies

Sistem pemeliharaan ternak : Kandang

Pakan

: rumput gajah dan konsentrat

Jumlah sakit

:5

Tgl. Terlihat sakit

: 14-03-2014

Keterangan tambahan

:-

4.1.2.

Jumlah

Diagnosa Antemortem

Pengamatan

Anatomi

Fisiologi

Tingkah Laku

Ayam A (Sakit)

Ayam B (Sehat)

Bagian muka bengkak

Bagian muka normal

Paruh tidak berlendir

Paruh tidak berlendir

Jengger pucat

Jengger mengkilat

Bulu kusam

Bulu mengkilat

Mata kusam

Mata normal/cerah

Shank pucat/putih

Shank normal (cerah)

Tingkah laku aktif (normal)

Tingkah laku aktif (normal)

Kualitas telur rendah

Kualitas telur tinggi

Produksi daging menurun

Produksi daging meningkat

Berak (feses) normal

Berak kapur

Suara tidak aktif

Suara aktif

4.1.3.

Nafsu makan berkurang

Nafsu makan normal

Rangsangan atau gerakan

Rangsangan atau gerakan

lambat

aktif

Diagnosa Postmortem

No

Pengamatan

1.

Trachea berlendir/basah

2.

Usus terdapat bakteri/cacing pita

3.

Paru-paru biru

4.

Cloaca berlendir

4.2. Pembahasan
4.2.1. Spesimen dan pengiriman spesimen
Sepesimen merupakan segala macam benda apa saja yang dianggap
tercemar oleh suatu penyakit hewan atau jasad renik penyebab penyakit hewan
termasuk bagian-bagian tubuh hewan atau berupa hewannya sendiri yang mati,
sakit atau tersangka sakit perlu dikirim secara cepat dengan memperhatikan
ketentuan yang diperlukan.
Bahan spesimen ternak :
1. Dalam bentuk serum.
2. Dalam bentuk darah.

3. Dalam bentuk feses atau kotoran ternak.


Prinsip dasar pengumpulan spesimen adalah : (a) jenis spesimen yang
dikirim tergantung pada jenis penyakit sehingga organ yang dikirim juga spesifik
khususnya organ atau jaringan yang secara klinis mengalami perubahan, (b)
spesimen dikirim dalam keadaan aseptik menggunakan bahan yang ditetapkan
sesuai prosedur atau peralatan yang telah dicuci, dikeringkan dan disterilisasi, (c)
botol diberi diberi identitas yang jelas dan teknis pemeriksaan apa yang
diinginkan, (d) botol spesimen disimpan dalam termos es dan (e) selama proses
pengambilan spesimen lakukan secara hati-hati khususnya terhadap pencemaran.
Untuk pengiriman spesimen diperlukan teknik pengawetn spesimen agar sel-sel
jaringan tetap utuh atau tidak rusak. Misalnya dengan cara pendinginan (yang
sering digunakan adalah es kering), dan pengawetan dengan bahan kimia.
Misalnya dengan menggunakan larutan pengawet dan penyangga seperti formalin
salin 10%, gliserin buffer 50%, alkohol 70%, PBS, NaCL fisiologis dan
sebagainya. Jika memungkinkan gunakan media transpor dan preparat apus. Jika
hendak mengirimkan plasma darah atau serum perhatikan cara pemakaiannya.
4.2.2. Diagnosa Antemortem
Pemerikasaan antemortem adalah pemeriksaan kesehatan setiap ekor
sapi, ternak atau unggas sebelum disembelih. Pemeriksaan antemortem dilakukan
dengan mengamati dan mencatat ternak sapi sebelum disembelih yang meliputi
jumlah ternak, jenis kelamin, keadaan umum, serta kelainan yang tampak.
Hasil akhir pemeriksaan ini dapat dibagi tiga kelompok :
1.

Ternak yang dipotong secara reguler adalah ternak yang memenuhi syarat
normal.

2.

Ternak yang ditolak yaitu ternak yang menderita suatu penyakit menular,
masih produktif dan betina bunting.

3.

Ternak yang menderita kelainan lokal seperti fraktur, abses, neoplasma


dan ternak yang kondisinya meragukan.

Prinsip dari kegiatan Diagnosa Antemortem ini adalah:


1. Melakukan seleksi (tenak yg sehat yg akan dipotong).
2. Mengetahui catatan ternak (kondisi kesehatan selama pemeliharaan).
3. Mengurangi kontaminasi tempat pemotongan dan mengakhirkan hewan
yang sakit.
4. Memastikan ternak yang cacat mendapatkan perlakuan atau perawatan
(animal welfare).
5. Mencegah kontaminasi dari hewan yang sakit.
6. Mengetahui hewan yang sakit dan melakukan pencegahan.
Pada praktikum kali ini kelompok kami melakukan diagnosa antemortem
pada 2 ekor ayam yang berbeda, diantaranya ayam sehat dan ayam sakit. Pada
pemeriksaan antemortem ini dapat dilihat dari tiga segi diantaranya dilihat dari
anatominya, fisologi dan tingkah laku dari ternak tersebut.
4.2.3.

Diagnosa Postmortem
Diagnosa Postmortem merupakan diagnosa yang dilakukan setelah

kematian/ setelah disembelih. Diagnosa ini dilakukan pada semua bagian tubuh,
antara lain :
Lakukan pengamatan langsung atau secara visual :
1. Periksa otot
2. Periksa organ bagian dalam seperti saluran respirasi

3. Saluran pencernaan
Pemeriksaan setelah pemotongan (completion of dressing), teknik
diagnosa meliputi :
1. Teknik pengamatan, penciuman, perabaan, dan incisions.
2. Dapat mengklasifikasikan penyakit/perlukaan : acute atau chronic.
3. Dapat menentukan penyakit bersifat local atau general.
4. Mengetahui system patologi, relevansinya terhadap system dan organ
lainnya (liver, ginjal, jantung, limpa, dan lymphatic sistem).
5. Dapat memberikan keputusan akhir berdasarkan diagnosa antemortem dan
postmortem.
6. Tes laboratorium untuk mendukung diagnosa.
Diagnosa Postmortem meliputi pemeriksaan pada :
1. Kepala.
2. Viscera (jantung, paru-paru, hati, ginjal, limpa, gastrointestinal tract, dan
uterus pada ternak dewasa).

V
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan pada praktikum kali ini
dapat disimpulkan bahwa :
1.

Sepesimen merupakan segala macam benda apa saja yang dianggap


tercemar oleh suatu penyakit hewan atau jasad renik penyebab penyakit
hewan termasuk bagian-bagian tubuh hewan atau berupa hewannya sendiri
yang mati, sakit atau tersangka sakit perlu dikirim secara cepat dengan
memperhatikan ketentuan yang diperlukan.

2.

Pemerikasaan antemortem adalah pemeriksaan kesehatan setiap ekor sapi,


ternak atau unggas sebelum disembelih. Pemeriksaan antemortem ini bisa
dilakukan atau dilihat dari 3 segi/aspek diantaranya anatomi, fisiologi dan
tingkah laku.

3.

Diagnosa Postmortem merupakan diagnosa yang dilakukan setelah


kematian/ setelah disembelih. Diagnosa ini biasanya dilakukan pada bagian
organ saluran pernapasan dan pencernaan.

DAFTAR PUSTAKA
Herawati Susilo. 1997. Kapita Selekta Pembelajaran Biologi (modul 10).
Universitas Terbuka : Jakarta.
Notoatmodjo Soekidjo, 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta :
Jakarta
Suleiman. 1981. Media Audio Visual Untuk Pengajaran, Penerangan Dan
Penyuluhan. Gramedia : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai