Dosen Pembimbing :
Semester V C
Jumlah pemutaran telur dalam penetasan telur secara komersial, cukup 3 sampai 4
kali per hari dari mulai telur dimasukan kedalam mesin tetas sampai hari ke 18.
Pemutaran ini bertujuan agar permukaan yolk (kuning telur) tidak melekat pada
membran kulit telur yang akan menurunkan daya tetas. Apabila pemutaran ini
terlalu sering, maka hal ini kurang praktis walaupun mungkin akan menambah
daya tetas. Daya tetas diatas 85% sudah dianggap cukup baik. Daya tetas dihitung
dengan cara menghitung persentase jumlah telur yang menetas dari jum lah telur
yang dimasukan ke dalam mesin tetas atau dari jumlah telur yang dibuahi (fertil).
Bila mesin tetas yang digunakan mesin tetas tradisional, maka pemutaran telur ini
biasanya hanya dibalik dengan tangan dan pemutaran ini dengan sendirinya
kurang sempurna. Oleh karena itu daya tetasnya juga kurang baik. Sebaliknya bila
digunakan mesin tetas yang modern pemutaran telur ini dapat dilakukan secara
otomatis tinggal menyetel alatnya, sesuai dengan yang dikehendaki.
g) Nutrisi induk
Defisiensi pada induk dapat menyebabkan gangguan pada pertumbuhan dan
menyebabkan kematian embrio.
h) Kesehatan Induk
Apabila induk tidak sehat maka dapat mengganggu transfer nutrien ke dalam telur,
sehingga embrio kekurangan nutrien. Akibat selanjutnya dapat menurunkan daya
tetas.
i) Infeksi bakteri/ virus
Infeksi bakteri/virus pada telur dapat menyebabkan kematian embrio
6. DOC (Day Old Chick)
DOC(day old chick), anak yam umur 1 hari sangat menentukan keberhasilan
usaha ternak ayam. Kondisi DOC yang baik merupakan modal awal yang sangat
penting. DOC yang baik ditandai dengan kriteria sebagai berikut :
Berat badn memenuhi berat ideal, yaitu 35 g atau sesuai berat badan standar, yaitu
tidak kurang dari 32 g. Berat badan DOC berkorelasi positif terhadap laju
pertumbuhan ayam.
Berperilaku gesit, lincah, dan aktif mencari makan. Jika dipegang akan bereaksi,
kotoran tidak lengket di dubur.
Posisi dalam kelompok selalu tersebar.
Rongga perut elastis, pusar kering tertutup bulu kapas yang halus, lembut dan
mengkilap.
Mata bulat dan cerah (Setiawan, 2010).
Pada 24 jam pertama setelah menetas maka anak ayam masih dibiarkan di
dalam alat penetasan dan tidak diberi makan. Hal ini disebabkan di dalam tubuh DOC
masih ada persediaan makanan pada yolk. Biarkan cangkang pada tempatnya, karena
berguna untuk melatih anak ayam mematuk dan menimbulkan rangsangan makan,
karena terdapat sisa-sisa makanan dalam cangkang tersebut (Chan dan Zamrowi,
1993).
Setelah semua telur menetas dan berada 24 jam dalam mesin tetas maka anak
ayam diambil dan dilakukan seleksi anak ayam. Selain itu dilakukan aktivitas lain
seperti penmotongan paruh, vaksinasi marek untuk ayam layer, packing (pengemasan
DOC) ke dalam box, dan penyimpanan sementara sampai anak ayam dikirim ke
peternakan (Sudaryani dan Santosa, 2000).
D. PRINSIP
Penetasan ada 2 cara yaitu penetasan menggunakan indukan ayam (penetasan
alami) dan penetasan dengan bantuan mesin tetas (penetasan buatan) (Suprijatna et al.,
2005). Prinsip dari penetasan buatan sama dengan penetasan alami yaitu menciptakan
kondisi temperatur, kelembaban dan sirkulasi udara agar embrio berkembang dengan baik
dalam telur, sehingga telur dapat menetas (Rahayuningtyas et al., 2014). Selain itu, mesin
tetas dilengkapi dengan sistem rak berputar yang berfungsi untuk meratakan proses
pemanasan telur agar bisa menetas secara maksimal. Pada Mesin tetas semi otomatis juga
mempunyai prinsip yang sama akan tetapi alat ini dilengkapi dengan tuas pemutar diluar
mesin penetas. Rak telur biasanya didesain sedemikian rupa sehingga pada saat
pemutaran sesuai dengan apa yang diinginkan.
E. ALAT DAN BAHAN
1) Alat
Mesin tetas tipe semi otomatis
Egg candler (lampu teropong) untuk melihat telur yang sedang dieramkan tersebut
fertil atau tidak
Semprotan (sprayer)
Desinfektan/antiseptik
Box anak ayam untuk menampung sementara pada saat anak ayam dikeluarkan
dari mesin tetas
2) Bahan
Telur Tetas
350 ml formalin dan forcent fumigant sebagai bahan fumigasi dalam mesin tetas
F. PROSEDUR KERJA
a. Seleksi Telur
Memilih telur yang bersih, tidak jumbo, tidak terlalu kecil, tidak retak, dan
kerabang telur tidak tipis.
Memberi nomor dan kode pada telur di dua sisi.
Menimbang telur dan mencatat sesuai dengan nomor.
Mengukur panjang dan lebar telur untuk menghitung indeks telur.
Menempatkan telur dengan posisi bagian tumpul di atas dan yang lancip di bawah.
b. Fumigasi
Telur yang sudah diseleksi kemudian dimasukkan ke dalam ruang fumigasi
selama 10 menit. Bahan yang digunakan untuk fumigasi adalah formalin dan
forcent fumigant. Dosis yang digunakan yaitu 350 ml formalin dan 175 gr untuk
ruangan dengan luas 6,5 m³.
c. Penyimpanan
Telur yang telah difumigasi kemudian dibawa ke ruang cooling room untuk
dilakukan penyimpanan sementara selama 3-4 hari dan apabila disimpan lebih dari
7 hari dapat menurunkan daya tetas. Pastikan suhu di dalam ruang penyimpanan
yaitu 18ºC dan kelembabannya 75 %. Tujuan dilakukan penyimpanan adalah
menunda embrio untuk berkembang dan penyeragaman embrio agar embrio
menetas secara serentak.
d. Preheat
Preheat dilakukan di dekat mesin setter atau di ruang terbuka agar tetap mendapat
oksigen dari udara luar sehingga telur yang dari ruang penyimpanan dalam kondisi
basah akan menjadi kering. Telur di preheat selama 12 jam yaitu dari jam 5 sore
sampai jam 4 pagi.
e. Setting Egg
Masukkan telur ke mesin setter setelah telur di preheat. Setting egg dilakukan 4 kali
dalam 1 minggu yaitu hari Senin, Selasa, Kamis dan Jumat. Jumlah mesin setter ada
6, setiap 1 mesin setter berkapasitas 115.200 butir telur. Masa pengeraman telur
berada di dalam mesin setter selama 18 hari. Suhu dan kelembaban di mesin setter
yaitu 99-106 ºF dan 50 %.
f. Transfer dan Candling (Peneropongan)
Ketika telur tetas berusia 18 hari saat di mesin setter. Maka, pindahkan telur tetas
dari mesin setter ke mesin hatcher.
Untuk mengetahui apakah telur yang dieramkan tersebut fertil, infertil, dan
explode sudah bisa dilihat dengan candling (peneropongan). Transfer dan candling
dilakukan 3 kali dalam 1 minggu yaitu hari Selasa, Rabu, dan Sabtu.
g. Hatcher
Pada hari ke 19 telur-telur tersebut dipindahkan kebagian hatcher dengan Suhu
hatcher 98 ºF dengan kelembaban 50 %
Pada hari ke 21, keluarkan anak ayam dari mesin tetas setelah 95% bulunya
kering.
Tempatkan anak ayam pada tempat atau ruangan pemanas (240 C) dan tidak
diberi makan atau minum.
G. INTERPRETASI HASIL
Berdasarkan Tabel 1 diatas, hasil candling di PT. X Jombang rata-rata selama
3 periode dapat diketahui bahwa telur yang fertil yaitu 92 %, telur infertil 6,1 % dan telur
explode 0,2 %. Hasil pengeraman telur tetas sudah termasuk baik. Mahfudz (2006)
menyatakan bahwa fertilitas telur yang baik mencapai 81,85 %.
Sesuai Tabel 2 dapat diketahui bahwa rata-rata selama 3 periode daya tetas di
PT. X Jombang mencapai 80,2 %. Nilai tersebut sudah dikatakan baik. Muslim (1993)
menyatakan bahwa daya tetas yang baik 75 %. Bobot DOC ayam ras petelur rata-rata
adalah 41,3 gr. Hasil ini menunjukkan berat DOC yang memenuhi standart. Bobot DOC
ayam ras petelur minimum 33 gr (BSN, 2013).
H. PEMBAHASAN
1. Penerimaan Telur Tetas
Telur dari kandang dikirim ke unit penetasan dan diterima oleh petugas
grading. Telur tetas yang diterima oleh petugas grading diperiksa dan dicocokkan
dengan jumlah yang tertera pada surat jalan dengan rincian jumlah telur yang
diterima, nomor kandang, dan umur induk. Langkah selanjutnya telur dilakukan
seleksi untuk memilih telur yang layak untuk ditetaskan. Telur sebenarnya sudah
dilakukan seleksi di kandang tetapi di unit penetasan dilakukan seleksi ulang lagi.
Tujuan dilakukan seleksi ulang ini adalah untuk memisahkan apabila ada telur yang
retak atau pecah akibat dari goncangan di mobil. Telur yang memenuhi syarat untuk
ditetaskan adalah telur yang bersih, tidak jumbo, tidak terlalu kecil, tidak retak, dan
kerabang telur tidak tipis. Suprijatna et al., (2005) menyatakan bahwa telur tetas yang
memenuhi syarat atau layak untuk ditetaskan antara lain bentuk normal, ukuran tidak
terlalu kecil dan tidak terlalu besar, memiliki bobot 50-60 gr setiap butir, tidak retak,
serta tidak kotor. Telur yang dari tray kandang dipindah ke tray mesin setter. Posisi
telur harus dalam posisi bagian tumpul di atas dan yang lancip di bawah.
2. Fumigasi Telur
Tetas Telur yang sudah diseleksi kemudian dimasukkan ke dalam ruang
fumigasi selama 10 menit. Tujuan dari fumigasi adalah untuk meminimalisir dan
mencegah berkembangnya mikroorganisme yang ada pada telur terutama di kerabang
telur. Bahan yang digunakan untuk fumigasi adalah formalin dan forcent fumigant.
Dosis yang digunakan yaitu 350 ml formalin dan 175 gr untuk ruangan dengan luas
6,5 m³.
3. Penyimpanan Telur
Tetas Telur yang telah difumigasi kemudian dibawa ke ruang cooling room
untuk dilakukan penyimpanan sementara. Telur tetas disimpan selama 3-4 hari dan
apabila disimpan lebih dari 7 hari menurunkan daya tetas. Raharjo (2004) menyatakan
bahwa telur tetas yang disimpan lebih 7 hari menurunkan daya tetas. Suhu di dalam
ruang penyimpanan yaitu 18ºC dan kelembabannya 75 %. Tujuan dilakukan
penyimpanan adalah menunda embrio untuk berkembang dan penyeragaman embrio
agar embrio menetas secara serentak.
4. Preheat
Preheat adalah penyesuaian suhu telur terhadap suhu mesin setter. Perbedaan
suhu dan kelembaban di ruang penyimpanan dengan di mesin setter yang sangat jauh
jadi telur sebelum masuk ke mesin setter harus di preheat dahulu untuk menghindari
adanya cekaman pada telur. Pambudi (2012) menyatakan bahwa perbedaan suhu di
ruang penyimpanan dengan mesin setter harus dilakukan penyesuaian suhu agar
embrio dalam telur tidak shock. Preheat dilakukan di dekat mesin setter atau di ruang
terbuka agar tetap mendapat oksigen dari udara luar sehingga telur yang dari ruang
penyimpanan dalam kondisi basah akan menjadi kering. Telur di preheat selama 12
jam yaitu dari jam 5 sore sampai jam 4 pagi.
5. Setting Egg
Setting egg adalah memasukkan telur ke mesin setter setelah telur di preheat.
Setting egg dilakukan 4 kali dalam 1 minggu yaitu hari Senin, Selasa, Kamis dan
Jumat. Jumlah mesin setter ada 6, setiap 1 mesin setter berkapasitas 115.200 butir
telur. Masa pengeraman telur berada di dalam mesin setter selama 18 hari. Suhu dan
kelembaban di mesin setter yaitu 99-106 ºF dan 50 %.
6. Transfer dan Candling
Transfer adalah kegiatan pemindahan telur tetas dari mesin setter ke mesin
hatcher. Kegiatan transfer dilakukan bersamaan dengan candling. Transfer dan
candling dilakukan 3 kali dalam 1 minggu yaitu hari Selasa, Rabu, dan Sabtu.
Transfer dan candling dilakukan ketika telur tetas berumur 18 hari saat di mesin
setter. Candling dilakukan untuk melihat telur yang fertil, infertil, dan explode. Alat
yang digunakan untuk candling berupa alat candler semi otomatis. Alat tersebut
terdapat lampu/cahaya yang gunanya untuk membedakan telur yang fertil dan infertil.
Sesuai hasil candling di PT. X Jombang rata-rata selama 3 periode dapat
diketahui bahwa telur yang fertil yaitu 92 %, telur infertil 6,1 % dan telur explode 0,2
%. Hasil pengeraman telur tetas sudah termasuk baik. Mahfudz (2006) menyatakan
bahwa fertilitas telur yang baik mencapai 81,85 %.
7. Hatcher
Hatcher adalah mesin tetas yang berfungsi untuk menetaskan telur selama 3
hari yaitu mulai umur 19-21 hari. Telur tetas hasil dari candling terdapat telur yang
fertil, infertil, dan explode. Telur yang fertil saja yang dimasukkan ke dalam
keranjang hatcher, setelah itu telur dimasukkan dalam hatcher. Suhu hatcher 98 ºF
dengan kelembaban 50 %. Rahayu et al., (2011) menyatakan bahwa suhu di hatcher
98,8 ºF dan kelembaban sekitar 55-60 %.
8. Evaluasi Hasil Penetasan
Evaluasi hasil penetasan penting dilakukan agar dapat digunakan sebagai
bahan pertimbangan suatu penetasan untuk meningkatkan kualitas hasil tetas.
Evaluasi hasil penetasan meliputi daya tetas, fertilitas dan bobot DOC yang
dihasilkan.
Daya tetas adalah persentase yang menunjukkan tinggi rendahnya telur untuk
menetas. Daya tetas dapat dihitung dengan membandingkan jumlah telur menetas
dengan jumlah telur yang ditetaskan. Sesuai Tabel 2 diatas dapat diketahui bahwa
rata-rata selama 3 periode daya tetas di PT. X Jombang mencapai 80,2 %. Nilai
tersebut sudah dikatakan baik. Muslim (1993) menyatakan bahwa daya tetas yang
baik 75 %. Bobot DOC ayam ras petelur rata-rata adalah 41,3 gr. Hasil ini
menunjukkan berat DOC yang memenuhi standart. Bobot DOC ayam ras petelur
minimum 33 gr (BSN, 2013).
I. KESIMPULAN
Penetasan adalah suatu proses perkembangan embrio di dalam telur hingga
menetas menghasilkan anak ayam. Penetasan ada 2 cara yaitu penetasan secara alami dan
penetasan buatan. Penetasan dengan menggunakan mesin tetas yang harus diperhatikan
yaitu manajemen penetasannya, apabila manajemen penetasan berjalan dengan baik,
maka telur akan menetas dan menghasilkan anak ayam yang berkualitas. Data yang
dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Metode yang digunakan adalah
observasi, praktik, wawancara dan diskusi, dokumentasi serta studi literatur. Tahapan
proses penetasan telur ayam di PT. X antara lain penerimaan telur tetas, fumigasi,
penyimpanan telur tetas, preheat, setting egg, transfer dan candling, hatcher, serta
penanganan DOC (day old chick) pasca menetas. Manajemen penetasan di PT. X
Jombang sudah berjalan dengan baik karena proses penetasan sudah dilakukan sesuai
prosedur. Fertilitas, daya tetas, dan bobot DOC yang didapat selama periode magang
mencapai 92 %, 80,2 % dan 41,3 gr.
DAFTAR PUSTAKA
Link Video :
https://youtu.be/26jpNKcykII
Jurnal dan Laporan :
Aslimah Siti,dkk. 2017. MANAJEMEN PENETASAN TELUR AYAM DI PT. X di
JOMBANG. [online]. https://stp-mataram.e-journal.id/JIP/article/download/459/383/ Di
akses 5 Agustus 2021