Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM VIROLOGI

“Teropong Telur Ayam Bertelur”

Dosen Pembimbing :

I Nyoman Jirna,SKM., M.Si

Disusun Oleh Kelompok 2 :

Febyanti Mellinia (P07134019106)

Ni Putu Resmini (P07134019108)

Yosefa Sastriani (P07134019111)

I Gusti Ayu Mira Mahayani (P07134019130)

Anak Agung Ngurah Dwi Tisna Adi Putra (P07134019146)

Semester V C

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

TAHUN AJARAN 2021


A. TUJUAN
1) Untuk mengetahui bagaimana syarat telur tetas yang baik untuk ditetaskan yang
dibedakan berdasarkan tanda-tanda exterior dan cara penyimpanannya
2) Untuk mengetahui bagaimana Candling (Peneropongan) pada telur ayam bertelur
3) Untuk memproduksi telur tetas dengan daya tetas dan fertilitas yang tinggi.
4) Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan operasional penetasan dengan baik
sehingga dapat diperoleh daya tetas yang baik
5) Untuk mengetahui waktu pemutaran telur
B. MANFAAT
a. Mahasiswa memahami tentang bagaimana Candling (Peneropongan) telur tetas
bertelur
b. Mahasiswa mampu untuk menetaskan telur menggunakan mesin tetas semi otomatis
c. Mahasiswa bisa mengetahui permasalahan yang ada pada penetasan telur
d. Mahasiswa bisa menjadi terampil untuk menetaskan telaur
C. DASAR TEORI
1. Persiapan Penetasan
Mesin tetas merupakan mesin penetasan yang mempunyai prinsip kerja seperti
pada induk ayam pada saat mengerami telur. Mesin tetas diusahakan memenuhi
berbagai syarat yang sesuai untuk perkembangan struktural dan fisiologi dari embrio
anak ayam. Dalam pembuatan alat tetas perlu dipertimbangkan beberapa solusi dalam
pengaturan parameter biologi yang meliputi temperatur, kelembaban udara dan
sirkulasi udara. Pada alat penetasan semua faktor-faktor tersebut dapat diatur dengan
baik sesuai dengan kondisi yang diinginkan dan sesuai dengan kondisi proses biologi
penetasan (Nesheim et al., 1979).
Sebelum digunakan peralatan penetasan disucihamakan dahulu. Semua alat
dicuci bersih dan disemprot dengan obat pembasmi hama. Juga bisa digunakan
alkohol 70% untuk bahan penyemprot. Selanjutnya alat dikeringkan dan dimasukkan
dalam ruang penetasan (Chan dan Zamrowi, 19943).
Alat pemanas dihidupkan dan diatur jarak penyetekan antara temperatur 99-
102oF dengan cara mengatur jarak dengan memutar gagang pelatuk pada switch
diantara regulator dengan switch. Setelah temperatur yang diinginkan tercapai
(temperatur konstan), dibiarkan sampai satu jam sambil dikontrol (Soedjarwo, 1999).
Begitu juga untuk kelembaban udara. Bak air diisi dengan air jangan sampai penuh
dan dimasukkan ke dalam alat penetas. Diatur kelembabannya antara 55-60%.
Pengaturan dilakukan dengan menambah atau mengurangi air dalam bak. Untuk lebih
mudahnya biasanya bak diisi air 2/3 bagian dan dibiarkan sampai kelembaban konstan
(Nuryati et al., 1998).
Telur biasanya tidak bisa langsung dapat dimasukkan ke dalam alat penetasan,
mengingat ada periode tertentu untuk persiapan penetasan telur. Untuk itu diperlukan
waktu penyimpanan sebelum penetasan. Masa penyimpanan sebaiknya tidak lebih
dari 7 hari, karena penyimpanan yang melebihi waktu tersebut akan menurunkan
prosentase penetasan telur tetas (Nesheim et al., 1979)
Kelembaban udara sangat penting mengingat untuk mempertahankan laju
penguapan air di dalam telur. Akibat penguapan udara ini akan membesar kantung
udara. Kelembaban udara dapat dilihat pada higrometer dan mengaturnya dengan cara
menambah atau mengurangi air di dalam bak air. Pada kerabang telur terdapat ribuan
pori-pori mikro untuk pertukaran gas. Oleh karena itu untuk menjaga agar tidak
terjadi penguapan yang berlebihan perlu diatur kelembaban pada 65-70%. Mulai hari
ke-20, kelembaban dinaikkan menjadi lebih dari 70% (Shanawany, 1994).
2. Telur
Telur merupakan salah satu produk pangan hewani yang lengkap kandungan
gizinya. Selain itu telur merupakan bahan makanan yang mudah dicerna. Sebutir telur
terdiri dari 11 % kulit telur, 58% putih telur dan 31% kuning telur (Sudaryani, 2003).
Telur mempunyai kandungan air, protein, lemak, karbohidrat dan abu berturut-turut
sebesar 66,5; 12,01; 10,5; 0,9; dan 10,9% (Hardini, 2000).
Telur tetas merupakan telur yang didapatkan dari induknya yang dipelihara
bersama pejantan dengan perbandingan tertentu. Telur tetas mempunyai struktur
tertentu dan dan masing-masing berperan penting untuk perkembangan embrio
sehingga menetas. Agar dapat menetas telur sangat tergantung pada keadaan telur
tetas dan penanganannya (Nuryati, et al., 1998).
Telur unggas secara umum mempunyai struktur yang sama. Terdiri dari enam
bagian yang penting untuk diketahui, yaitu kerabang telur (egg shell), selaput
kerabang telur (membrane shell), putih telur (albumen), kuning telur (yolk), tali
kuning telur (chalaza) dan sel benih (germinal disk) (Nesheim et al., 1979).
Telur tetas yang normal berbentuk bulat telur atau oval. Telur dengan bentuk
bulat atau tgerlalu lonjong merupakan telur abnormal sehingga mempengaruhi posisi
embrio menjadi abnormal yang mengakibatkan telur banyak yang tidak menetas
(Nuryati, et al., 1998). Letak rongga udara harus normal yaitu pada bagian yang
tumpul dan simetris berada di tengah-tengah (Chan dan Zamrowi, 1993).
3. Candling (Peneropongan)
Candling dilakukan untuk memisahkan telur yang fertil, infertil,
dan explode. Telur explode disebabkan telur terkontaminasi bakteri, kotor, pencucian
telur kurang baik dan mesin tetas kotor (Nuryati dkk, 2003). Tiga jam sebelum telur
dimasukkan, mesin tetas sudah harus dipanaskan. Bila suhu sudah mencapai 38°C,
telur-telur yang sudah disusun dalam rak penetasan dismasukkan. Penyusunan telur
juga ada aturannya, yaitu direbahkan atau disusun miring dengan bagian tumpul di
sebelah atas (Suharno, 1998). Penempatan telur tetas di dalam mesin tetas jangan
sampai terbalik. Telur yang diletakkan terbalik atau tidak benar akan menyebabkan
kematian embrio setelah kerabang telur retak. Selain itu, posisi embrionya menjadi
tidak normal. Penempatan telur yang benar pada rak mesin tetas adalah posisi bagian
tumpul harus berada bagian atas dengan kemiringan 45° (Kholis dan Sarwono, 2013).
Peneropongan telur atau candling merupakan kegiatan pemeriksaan bagian
dalam telur dengan bantuan cahaya. Alat yang digunakan untuk meneropong telur
adalah egg candler (teropong telur). Tujuan dari peneropongan telur tetas adalah
untuk mengetahui keberadaan atau perkembangan embrio yang ada di dalam telur.
Biasanya peneropongan dilakukan pada hari ke-7 dan ke-14 (Kholis dan Sarwono,
2013).
Peneropongan telur dilakukan dengan menggunakan kertas di tempat terang
atau telur diletakkan di atas kaca yang di bawahnya diberi sinar lampu (tetapi harus
dijaga agar lampu dibawah kaca tidak menimbulkan panas pada kaca secara
berlebihan). Dapat pula telur didekatkan ke sinar lampu kemudian diteropong dengan
menggunakan gulungan kertas. Peneropongan dilakukan 2 kali selama masa
penetasan, yaitu hari ke-14 dan ke-18 (Sujionohadi dan Setiawan, 2007). Pada hari
ke-5 sampai ke-7, telur mulai diperiksa dengan cara meletakkannya di atas lampu
pijar. Jika di dalam telur terlihat urat atau tunas, berarti telur tersebut fertil atau bisa
menetas. Sementara itu, telur yang tampak kosong atau bening kemungkinan besar
tidak bisa menetas dan harus diafkir (Mulyono dan Raharjo, 2005). Pada saat
diteropong, telur yang embrionya hidup akan mempunyai ciri-ciri yaitu titik di tengah
kuning telur berwarna merah dan dikelilingi gambaran rambut-rambut berwarna
merah, tampak denyutan jantung dari luar. Sedangkan telur yang embrionya mati
mempunyai ciri-ciri yaitu titik di tengah kuning telur berwarna hitam dan dalam telur
tampak bening, titik di tengah telur dikelilingi warna hitam (Sujionohadi dan
Setiawan, 2007).
4. Proses Penetasan
Penetasan merupakan proses perkembangan embrio di dalam telur sampai
telur pecah menghasilkan anak ayam. Penetasan dapat dilakukan secara alami oleh
induk ayam atau secara buatan (artifisial) menggunakan mesin tetas. Telur yang
digunakan adalah telur tetas, yang merupakan telur fertil atau telur yang telah dibuahi
oleh sperma, dihasilkan dari peternakan ayam pembibit, bukan dari peternakan ayam
petelur komersil (Suprijatna et al., 2005).
Pada prinsipnya penetasan telur dengan mesin tetas adalah mengkondisikan
telur sama seperti telur yang dierami oleh induknya. Baik itu suhu, kelembaban dan
juga posisi telur. Dalam proses penetasan dengan menggunakan mesin tetas memiliki
kelebihan di banding dengan penetasan secara alami, yaitu : dapat dilakukan sewaktu-
waktu, dapat dilakukan dengan jumlah telur yang banyak, menghasilkan anak dalam
jumlah banyak dalam waktu bersamaan, dapat dilakukan pengawasan dan seleksi
pada telur (Yuwanta, 1983).
Penetas ( pemanas dari listrik ) yang menggunakan tenaga listrik dilengkapi
dengan lampu pijar dan seperangkat alat yang disebut termostat (termoregulator). Alat
ini dapat mengatur suhu di dalam ruangan penetasan secara otomatis. Jika panasnya
melebihi batas yang kita tentukan, maka termoregulator akan bekerja memutus arus
listrik, akibatnya lampu pijar menjadi mati. Demikian suhu udara di dalam mesin tetas
tetap stabil. Apabila dengan waktu tertentu ruangan atau kotak itu suhunya rendah,
maka termostat bekerja kembali untuk menyambung arus dan lampu pijar menyala
pula ( Marhiyanto, 2000 ).
Menurut Shanawany (1994), untuk menjaga agar tidak terjadi penguapan yang
berlebihan perlu diatur kelembaban pada 65 – 70 %. Mulai hari ke-20, kelembaban
dinaikkan menjadi lebih dari 70 %. Cara lain dengan melihat pada kaca ventilasi
masin tetas. Bila pada kaca terdapat butir-butir air berarti kelembaban terlalu tinggi.
Dalam kondisi tersebut, kaca segera dilap sampai kering, ventilasi dibuka dan bak air
dikeluarkan.
5. Tahap Akhir Penetasan
Tahap akhir dari penetasan adalah evaluasi penetasan. Hal-hal yang dievaluasi
meliputi fertilitas, mortalitas dan daya tetas. Menurut Tri-Yuwanta (1983), fertilitas
adalah perbandingan antara telur fertil dengan telur yang ditetaskan dan dinyatakan
dalam persen. Mortalitas adalah jumlah embrio yang mati selama proses penetasan
dan dinyatakan dalam persen. Daya tetas adalah jumlah telur yang menetas dari
sekelompok telur fertil yang dinyatakan dalam persen.
Daya tetas menurut Shanaway (1994), dipengaruhi beberapa faktor antara lain :
a) Berat telur
Berat telur yang terlalu besar atau terlalu kecil menyebabkan menurunya daya
tetas. Berat telur yang ditetaskan harus seragam dengan bangsa dan tipenya.
b) Penyimpanan telur
Penyimpan paling lama 1 minggu. Penyimpanan diatas 4 hari menyebabkan Daya
tetas menurun sebesar 25 % setiap hari. Untuk telur baru, penyimpanan pada
temperatur 21-230C menyebabkan physiological zero, artinya embrio dalam
kondisi tidak mengalami pertumbuhan. Temperatur optimum, untuk penyimpanan
telur adalah sebesar 16-18 0C dengan RH 75-80%.
c) Tempeteratur
Temperatur penetasan merupakan salah satu faktor yang sangat penting,
temperatur yang tidak tepat akan menyebabkan rendahnya daya tetas. Dalam
mesin tetas yang udaranya digerakan oleh kipas untuk ventilasi maka temperatur
penetasan antara hari ke satu sampai dengan hari ke 18 yaitu sekitar 990 F – 1010
F. Setelah hari ke 18, temperatur penetasan sebaiknya diturunkan 2 – 30 F (970 F
– 990 F). Perlu dicatat bahwa temperatur mesin tetas ini selama dipergunakan
harus konstan. Bila terjadi fluktuasi yang tinggi akan menurunkan daya tetas.
d) Kelembaban
Kelembaban yang baik dalam mesin tetas dari hari ke 1 sampai hari ke 18 yaitu
antar 50 – 60%, tetapi setelah hari ke 18 kelembaban tersebut sebaiknya dinaikan
menjadi 75%. Pada mesin tetas tradisional pengaturan kelembaban ini dapat diatur
dengan menempatkan luas permukaan yang berbeda dari baki tempat
penyimpanan air. Pada mesin tetas yang modern, pengaturan kelembaban ini
sudah diatur secara otomatis.
e) Ventilasi
Embryo memerlukan O2 dan mengeluarkan CO2 selama dalam
perkembangannya. Apabila gas CO2 ini terlalu banyak maka mortalitas embryo
akan tinggi dan menyebabkan daya tetas telur yang rendah. Volume CO2 yang
diperlukan berkisar antara 0,5 – 0,8% ; kebutuhan O2 sekitar 21% dan kecepatan
udara didalamnya 12 cm / menit. Pada mesin tetas tradisional pengaturan ventilasi
ini sangat tergantung pada alam, sedangkan pada mesin tetas modern umumnya
telah diatur secara otomatis dengan alat khusus.
f) Posisi Telur Selama Penetasan dan Pembalikan
Posisi dan pembalikan telur selama dalam penetasan sangat penting diperhatikan
agar diperoleh daya tetas yang tinggi. Posisi telur selama dalam penetasan, bagian
tumpul hendaknya diletakan sebelah atas. Pembalikan telur biasanya dilakukan
dengan memutar 450 kekiri atau kekanan dengan total pemutaran 900 dan
hasilnya cukup memuaskan. Untuk jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah
ini.

Jumlah pemutaran telur dalam penetasan telur secara komersial, cukup 3 sampai 4
kali per hari dari mulai telur dimasukan kedalam mesin tetas sampai hari ke 18.
Pemutaran ini bertujuan agar permukaan yolk (kuning telur) tidak melekat pada
membran kulit telur yang akan menurunkan daya tetas. Apabila pemutaran ini
terlalu sering, maka hal ini kurang praktis walaupun mungkin akan menambah
daya tetas. Daya tetas diatas 85% sudah dianggap cukup baik. Daya tetas dihitung
dengan cara menghitung persentase jumlah telur yang menetas dari jum lah telur
yang dimasukan ke dalam mesin tetas atau dari jumlah telur yang dibuahi (fertil).
Bila mesin tetas yang digunakan mesin tetas tradisional, maka pemutaran telur ini
biasanya hanya dibalik dengan tangan dan pemutaran ini dengan sendirinya
kurang sempurna. Oleh karena itu daya tetasnya juga kurang baik. Sebaliknya bila
digunakan mesin tetas yang modern pemutaran telur ini dapat dilakukan secara
otomatis tinggal menyetel alatnya, sesuai dengan yang dikehendaki.
g) Nutrisi induk
Defisiensi pada induk dapat menyebabkan gangguan pada pertumbuhan dan
menyebabkan kematian embrio.
h) Kesehatan Induk
Apabila induk tidak sehat maka dapat mengganggu transfer nutrien ke dalam telur,
sehingga embrio kekurangan nutrien. Akibat selanjutnya dapat menurunkan daya
tetas.
i) Infeksi bakteri/ virus
Infeksi bakteri/virus pada telur dapat menyebabkan kematian embrio
6. DOC (Day Old Chick)
DOC(day old chick), anak yam umur 1 hari sangat menentukan keberhasilan
usaha ternak ayam. Kondisi DOC yang baik merupakan modal awal yang sangat
penting. DOC yang baik ditandai dengan kriteria sebagai berikut :
 Berat badn memenuhi berat ideal, yaitu 35 g atau sesuai berat badan standar, yaitu
tidak kurang dari 32 g. Berat badan DOC berkorelasi positif terhadap laju
pertumbuhan ayam.
 Berperilaku gesit, lincah, dan aktif mencari makan. Jika dipegang akan bereaksi,
kotoran tidak lengket di dubur.
 Posisi dalam kelompok selalu tersebar.
 Rongga perut elastis, pusar kering tertutup bulu kapas yang halus, lembut dan
mengkilap.
 Mata bulat dan cerah (Setiawan, 2010).
Pada 24 jam pertama setelah menetas maka anak ayam masih dibiarkan di
dalam alat penetasan dan tidak diberi makan. Hal ini disebabkan di dalam tubuh DOC
masih ada persediaan makanan pada yolk. Biarkan cangkang pada tempatnya, karena
berguna untuk melatih anak ayam mematuk dan menimbulkan rangsangan makan,
karena terdapat sisa-sisa makanan dalam cangkang tersebut (Chan dan Zamrowi,
1993).
Setelah semua telur menetas dan berada 24 jam dalam mesin tetas maka anak
ayam diambil dan dilakukan seleksi anak ayam. Selain itu dilakukan aktivitas lain
seperti penmotongan paruh, vaksinasi marek untuk ayam layer, packing (pengemasan
DOC) ke dalam box, dan penyimpanan sementara sampai anak ayam dikirim ke
peternakan (Sudaryani dan Santosa, 2000).
D. PRINSIP
Penetasan ada 2 cara yaitu penetasan menggunakan indukan ayam (penetasan
alami) dan penetasan dengan bantuan mesin tetas (penetasan buatan) (Suprijatna et al.,
2005). Prinsip dari penetasan buatan sama dengan penetasan alami yaitu menciptakan
kondisi temperatur, kelembaban dan sirkulasi udara agar embrio berkembang dengan baik
dalam telur, sehingga telur dapat menetas (Rahayuningtyas et al., 2014). Selain itu, mesin
tetas dilengkapi dengan sistem rak berputar yang berfungsi untuk meratakan proses
pemanasan telur agar bisa menetas secara maksimal. Pada Mesin tetas semi otomatis juga
mempunyai prinsip yang sama akan tetapi alat ini dilengkapi dengan tuas pemutar diluar
mesin penetas. Rak telur biasanya didesain sedemikian rupa sehingga pada saat
pemutaran sesuai dengan apa yang diinginkan.
E. ALAT DAN BAHAN
1) Alat
 Mesin tetas tipe semi otomatis
 Egg candler (lampu teropong) untuk melihat telur yang sedang dieramkan tersebut
fertil atau tidak
 Semprotan (sprayer)
 Desinfektan/antiseptik
 Box anak ayam untuk menampung sementara pada saat anak ayam dikeluarkan
dari mesin tetas
2) Bahan
 Telur Tetas
 350 ml formalin dan forcent fumigant sebagai bahan fumigasi dalam mesin tetas
F. PROSEDUR KERJA
a. Seleksi Telur
 Memilih telur yang bersih, tidak jumbo, tidak terlalu kecil, tidak retak, dan
kerabang telur tidak tipis.
 Memberi nomor dan kode pada telur di dua sisi.
 Menimbang telur dan mencatat sesuai dengan nomor.
 Mengukur panjang dan lebar telur untuk menghitung indeks telur.
 Menempatkan telur dengan posisi bagian tumpul di atas dan yang lancip di bawah.
b. Fumigasi
 Telur yang sudah diseleksi kemudian dimasukkan ke dalam ruang fumigasi
selama 10 menit. Bahan yang digunakan untuk fumigasi adalah formalin dan
forcent fumigant. Dosis yang digunakan yaitu 350 ml formalin dan 175 gr untuk
ruangan dengan luas 6,5 m³.
c. Penyimpanan
 Telur yang telah difumigasi kemudian dibawa ke ruang cooling room untuk
dilakukan penyimpanan sementara selama 3-4 hari dan apabila disimpan lebih dari
7 hari dapat menurunkan daya tetas. Pastikan suhu di dalam ruang penyimpanan
yaitu 18ºC dan kelembabannya 75 %. Tujuan dilakukan penyimpanan adalah
menunda embrio untuk berkembang dan penyeragaman embrio agar embrio
menetas secara serentak.
d. Preheat
Preheat dilakukan di dekat mesin setter atau di ruang terbuka agar tetap mendapat
oksigen dari udara luar sehingga telur yang dari ruang penyimpanan dalam kondisi
basah akan menjadi kering. Telur di preheat selama 12 jam yaitu dari jam 5 sore
sampai jam 4 pagi.
e. Setting Egg
Masukkan telur ke mesin setter setelah telur di preheat. Setting egg dilakukan 4 kali
dalam 1 minggu yaitu hari Senin, Selasa, Kamis dan Jumat. Jumlah mesin setter ada
6, setiap 1 mesin setter berkapasitas 115.200 butir telur. Masa pengeraman telur
berada di dalam mesin setter selama 18 hari. Suhu dan kelembaban di mesin setter
yaitu 99-106 ºF dan 50 %.
f. Transfer dan Candling (Peneropongan)
 Ketika telur tetas berusia 18 hari saat di mesin setter. Maka, pindahkan telur tetas
dari mesin setter ke mesin hatcher.
 Untuk mengetahui apakah telur yang dieramkan tersebut fertil, infertil, dan
explode sudah bisa dilihat dengan candling (peneropongan). Transfer dan candling
dilakukan 3 kali dalam 1 minggu yaitu hari Selasa, Rabu, dan Sabtu.
g. Hatcher
 Pada hari ke 19 telur-telur tersebut dipindahkan kebagian hatcher dengan Suhu
hatcher 98 ºF dengan kelembaban 50 %
 Pada hari ke 21, keluarkan anak ayam dari mesin tetas setelah 95% bulunya
kering.
 Tempatkan anak ayam pada tempat atau ruangan pemanas (240 C) dan tidak
diberi makan atau minum.
G. INTERPRETASI HASIL
Berdasarkan Tabel 1 diatas, hasil candling di PT. X Jombang rata-rata selama
3 periode dapat diketahui bahwa telur yang fertil yaitu 92 %, telur infertil 6,1 % dan telur
explode 0,2 %. Hasil pengeraman telur tetas sudah termasuk baik. Mahfudz (2006)
menyatakan bahwa fertilitas telur yang baik mencapai 81,85 %.

Sesuai Tabel 2 dapat diketahui bahwa rata-rata selama 3 periode daya tetas di
PT. X Jombang mencapai 80,2 %. Nilai tersebut sudah dikatakan baik. Muslim (1993)
menyatakan bahwa daya tetas yang baik 75 %. Bobot DOC ayam ras petelur rata-rata
adalah 41,3 gr. Hasil ini menunjukkan berat DOC yang memenuhi standart. Bobot DOC
ayam ras petelur minimum 33 gr (BSN, 2013).
H. PEMBAHASAN
1. Penerimaan Telur Tetas
Telur dari kandang dikirim ke unit penetasan dan diterima oleh petugas
grading. Telur tetas yang diterima oleh petugas grading diperiksa dan dicocokkan
dengan jumlah yang tertera pada surat jalan dengan rincian jumlah telur yang
diterima, nomor kandang, dan umur induk. Langkah selanjutnya telur dilakukan
seleksi untuk memilih telur yang layak untuk ditetaskan. Telur sebenarnya sudah
dilakukan seleksi di kandang tetapi di unit penetasan dilakukan seleksi ulang lagi.
Tujuan dilakukan seleksi ulang ini adalah untuk memisahkan apabila ada telur yang
retak atau pecah akibat dari goncangan di mobil. Telur yang memenuhi syarat untuk
ditetaskan adalah telur yang bersih, tidak jumbo, tidak terlalu kecil, tidak retak, dan
kerabang telur tidak tipis. Suprijatna et al., (2005) menyatakan bahwa telur tetas yang
memenuhi syarat atau layak untuk ditetaskan antara lain bentuk normal, ukuran tidak
terlalu kecil dan tidak terlalu besar, memiliki bobot 50-60 gr setiap butir, tidak retak,
serta tidak kotor. Telur yang dari tray kandang dipindah ke tray mesin setter. Posisi
telur harus dalam posisi bagian tumpul di atas dan yang lancip di bawah.
2. Fumigasi Telur
Tetas Telur yang sudah diseleksi kemudian dimasukkan ke dalam ruang
fumigasi selama 10 menit. Tujuan dari fumigasi adalah untuk meminimalisir dan
mencegah berkembangnya mikroorganisme yang ada pada telur terutama di kerabang
telur. Bahan yang digunakan untuk fumigasi adalah formalin dan forcent fumigant.
Dosis yang digunakan yaitu 350 ml formalin dan 175 gr untuk ruangan dengan luas
6,5 m³.
3. Penyimpanan Telur
Tetas Telur yang telah difumigasi kemudian dibawa ke ruang cooling room
untuk dilakukan penyimpanan sementara. Telur tetas disimpan selama 3-4 hari dan
apabila disimpan lebih dari 7 hari menurunkan daya tetas. Raharjo (2004) menyatakan
bahwa telur tetas yang disimpan lebih 7 hari menurunkan daya tetas. Suhu di dalam
ruang penyimpanan yaitu 18ºC dan kelembabannya 75 %. Tujuan dilakukan
penyimpanan adalah menunda embrio untuk berkembang dan penyeragaman embrio
agar embrio menetas secara serentak.
4. Preheat
Preheat adalah penyesuaian suhu telur terhadap suhu mesin setter. Perbedaan
suhu dan kelembaban di ruang penyimpanan dengan di mesin setter yang sangat jauh
jadi telur sebelum masuk ke mesin setter harus di preheat dahulu untuk menghindari
adanya cekaman pada telur. Pambudi (2012) menyatakan bahwa perbedaan suhu di
ruang penyimpanan dengan mesin setter harus dilakukan penyesuaian suhu agar
embrio dalam telur tidak shock. Preheat dilakukan di dekat mesin setter atau di ruang
terbuka agar tetap mendapat oksigen dari udara luar sehingga telur yang dari ruang
penyimpanan dalam kondisi basah akan menjadi kering. Telur di preheat selama 12
jam yaitu dari jam 5 sore sampai jam 4 pagi.
5. Setting Egg
Setting egg adalah memasukkan telur ke mesin setter setelah telur di preheat.
Setting egg dilakukan 4 kali dalam 1 minggu yaitu hari Senin, Selasa, Kamis dan
Jumat. Jumlah mesin setter ada 6, setiap 1 mesin setter berkapasitas 115.200 butir
telur. Masa pengeraman telur berada di dalam mesin setter selama 18 hari. Suhu dan
kelembaban di mesin setter yaitu 99-106 ºF dan 50 %.
6. Transfer dan Candling
Transfer adalah kegiatan pemindahan telur tetas dari mesin setter ke mesin
hatcher. Kegiatan transfer dilakukan bersamaan dengan candling. Transfer dan
candling dilakukan 3 kali dalam 1 minggu yaitu hari Selasa, Rabu, dan Sabtu.
Transfer dan candling dilakukan ketika telur tetas berumur 18 hari saat di mesin
setter. Candling dilakukan untuk melihat telur yang fertil, infertil, dan explode. Alat
yang digunakan untuk candling berupa alat candler semi otomatis. Alat tersebut
terdapat lampu/cahaya yang gunanya untuk membedakan telur yang fertil dan infertil.
Sesuai hasil candling di PT. X Jombang rata-rata selama 3 periode dapat
diketahui bahwa telur yang fertil yaitu 92 %, telur infertil 6,1 % dan telur explode 0,2
%. Hasil pengeraman telur tetas sudah termasuk baik. Mahfudz (2006) menyatakan
bahwa fertilitas telur yang baik mencapai 81,85 %.
7. Hatcher
Hatcher adalah mesin tetas yang berfungsi untuk menetaskan telur selama 3
hari yaitu mulai umur 19-21 hari. Telur tetas hasil dari candling terdapat telur yang
fertil, infertil, dan explode. Telur yang fertil saja yang dimasukkan ke dalam
keranjang hatcher, setelah itu telur dimasukkan dalam hatcher. Suhu hatcher 98 ºF
dengan kelembaban 50 %. Rahayu et al., (2011) menyatakan bahwa suhu di hatcher
98,8 ºF dan kelembaban sekitar 55-60 %.
8. Evaluasi Hasil Penetasan
Evaluasi hasil penetasan penting dilakukan agar dapat digunakan sebagai
bahan pertimbangan suatu penetasan untuk meningkatkan kualitas hasil tetas.
Evaluasi hasil penetasan meliputi daya tetas, fertilitas dan bobot DOC yang
dihasilkan.
Daya tetas adalah persentase yang menunjukkan tinggi rendahnya telur untuk
menetas. Daya tetas dapat dihitung dengan membandingkan jumlah telur menetas
dengan jumlah telur yang ditetaskan. Sesuai Tabel 2 diatas dapat diketahui bahwa
rata-rata selama 3 periode daya tetas di PT. X Jombang mencapai 80,2 %. Nilai
tersebut sudah dikatakan baik. Muslim (1993) menyatakan bahwa daya tetas yang
baik 75 %. Bobot DOC ayam ras petelur rata-rata adalah 41,3 gr. Hasil ini
menunjukkan berat DOC yang memenuhi standart. Bobot DOC ayam ras petelur
minimum 33 gr (BSN, 2013).
I. KESIMPULAN
Penetasan adalah suatu proses perkembangan embrio di dalam telur hingga
menetas menghasilkan anak ayam. Penetasan ada 2 cara yaitu penetasan secara alami dan
penetasan buatan. Penetasan dengan menggunakan mesin tetas yang harus diperhatikan
yaitu manajemen penetasannya, apabila manajemen penetasan berjalan dengan baik,
maka telur akan menetas dan menghasilkan anak ayam yang berkualitas. Data yang
dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Metode yang digunakan adalah
observasi, praktik, wawancara dan diskusi, dokumentasi serta studi literatur. Tahapan
proses penetasan telur ayam di PT. X antara lain penerimaan telur tetas, fumigasi,
penyimpanan telur tetas, preheat, setting egg, transfer dan candling, hatcher, serta
penanganan DOC (day old chick) pasca menetas. Manajemen penetasan di PT. X
Jombang sudah berjalan dengan baik karena proses penetasan sudah dilakukan sesuai
prosedur. Fertilitas, daya tetas, dan bobot DOC yang didapat selama periode magang
mencapai 92 %, 80,2 % dan 41,3 gr.

DAFTAR PUSTAKA

Link Video :
https://youtu.be/26jpNKcykII
Jurnal dan Laporan :
Aslimah Siti,dkk. 2017. MANAJEMEN PENETASAN TELUR AYAM DI PT. X di
JOMBANG. [online]. https://stp-mataram.e-journal.id/JIP/article/download/459/383/ Di
akses 5 Agustus 2021

ROGANDA PUTRA PURBA. 2019. TUGAS AKHIR ANALISIS KESTABILAN


KELEMBABAN PADA MESIN PENETAS TELUR TERHADAP VARIASI DAYA.
[online]. http://repository.umsu.ac.id/bitstream/123456789/1429/1/TUGAS%20AKHIR-
dikonversi.pdf Di akses 5 Agustus 2021

Dr. Ruhyat Kartasudjana, Ir., MS. 2001. MODUL PROGRAM KEAHLIAN


BUDIDAYA TERNAK KODE MODUL SMKP3P03BTE. PENETASAN TELUR.
[online]. https://mirror.unpad.ac.id/orari/pendidikan/materi-kejuruan/pertanian/budi-daya-
ternak-unggas/penetasan_telur.pdf Di akses 5 Agustus 2021

Thomas Saputro. 2014. LAPORAN PRAKTIKUM PENETASAN TELUR. [online].


https://id.scribd.com/document/334666979/Laporan-Praktikum-Penetasan-Telur Di akses
5 Agustus 2021

DINAR UTAMI. 2016. MANAJEMEN


PROSES TRANSFER DAN CANDLING DI HATCHERY
PT. PANCA PATRIOT PRIMA, JABUNG, MALANG, JAWA TIMUR. [online].
http://dinarutamik.blogspot.com/2016/05/manajemen-proses-transfer-dan-candling.html?
m=1 Di akses 5 Agustus 2021

Anda mungkin juga menyukai