OLEH :
Syahril Azzuman
L1A120218
BAB I
PENDAHULUAN
susu, daging dan telur yang berkualitas untuk dikonsumsi. Ternak harus selalu
dipastikan dalam kondisi sehat. Peternakan yang dipelihara secara modern atau
yang dipelihara secara tradisional tidak lepas dari berbagai hambatan dan kendala
termasuk infeksi cacing. Salah satu penyebab penurunan jumlah dan kualitas
yang tinggi serta sebagai sarang tumbuhnya mikroorganisme atau parasit salah
menimbulkan kematian tetapi bersifat menahun. Oleh sebab itu perlu dilakukan
lebih besar.
tingkat infeksi cacing parasit usus pada ternak yang diperiksa fesesnya.
1.2. Tujuan
ternak yaitu mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan investasi telur cacing pada
feses ternak menggunakan metode natif, metode sedimen dan metode apung.
1.3. Manfaat
cacing pada feses ternak dengan metode natif, metode sedimen dan metode apung.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
kualitatif tinja karena sensitif, murah, mudah dan pengerjaan cepat. Metode natif
baik digunakan pada infeksi berat karena pada infeksi ringan telur-telur cacing
sulit ditemukan. Prosedur metode natif yaitu feses dicampurkan dengan 1-2 tetes
adalah metode natif. Teknik ini menggunakan reagen eosin 2% dengan tujuan
antara lain untuk menilai berbagai unsur dalam sediaan/preparat. Eosin sendiri
memiliki sifat tidak mudah terurai, dan menimbulkan limbah yang berbahaya
Alat yang digunakan dalam metode natif adalah sarung tangan (gloves),
object glass, cover glass, tusuk gigi, dan spoit 3 ml dan mikroskop. Bahan yang
digunakan adalah sampel feses sapi dan larutan aquades. Metode natif dilakukan
tusuk gigi. Sampel feses diletakkan di atas object glass bersih. Aquades
dengan cover glass. Preparat uji natif dilihat di bawah mikroskop dengan
perbesaran lensa obyektif 4x dan 10x untuk mengetahui ada atau tidak adanya
Cairan jernih diatas endapan akan dibuang dan endapan diambil, kemudian
(Nurfaikatunnisa, 2021).
Metode sedimentasi NaCl 0,9% tidak memiliki sifat panas bila dilarutkan
dalam air dan tidak memiliki sifat korosif, hal ini dilihat pada sedian feses dimana
sisa makanan masih mempertahankan bentuk aslinya, Hasil reagen NaCl 0,9%
pada preparat akan terlihat lebih jernih dan bersih karena tidak ada warna pada
terdapat partikel yang rusak atau tidak mengalami pengendapan dengan sempurna
sampel seberat 3g pada wadah yang sudah diberi label sesuai nomor sampel,
diberi larutan gula jenuh sebanyak 10 ml, di aduk sampai homogen. Sampel
dituang kedalam gelas dan disaring sebanyak 3 kali, dituang kedalam tabung
reaksi, ditunggu hingga terbentuk endapan pada larutan feses. Air larutan feses
dibuang hingga tersisa endapan. Endapan larutan feses diberi air sebanyak 3x
Larutan feses dituang kedalam cawan petri ditetesi dengan 1-2 tetes metil biru,
cacing parasit yang dapat mengapung dengan mengunakan larutan gula garam
jenuh. Jumlah sampel feses yang digunakan akan mempengaruhi jumlah larutan
baik dan bersih dari pada sedimentasi yang terjadi karena terpisahnya protozoa
telur dan larva cacing tertentu. Selain itu kelebihan dari metode ini adalah cukup
seberat 3g pada wadah yang sudah diberi label sesuai nomor sampel, ditambahkan
larutan gula atau garam jenuh sebanyak 10 ml, di aduk sampai homogen. Sampel
dituang kedalam gelas dan disaring sebanyak 3 kali, kemudian dituang kedalam
tabung reaksi. Larutan apisan feses teratas diambil dengan pipet pada penutup
kaca, diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 100 kali (Abdillah, 2020).
BAB III
METODEOLOGI PRAKTIKUM
metode natif, metode sedimen, dan metode apung dilaksanakan pada Selasa 12
feses ternak menggunakan metode natif, metode sedimen, dan metode apung
pada feses ternak menggunakan metode natif, metode sedimen, dan metode apung
1. Ambil sejumlah kecil feses menggunakan cotton bud/lidi dan letakkan di object
glass
2. Beri satu tetes air pada feses kemudian aduk menggunakan cotton bud/lidi
1. Ambil ± 3 gram sampel feses kemudian tambahkan ±20 ml air dan aduk
sampai homogen.
3. Tutup tabung sentrifus kemudian lakukan sentrifus dengan kecepatan 1500 rpm
selama 5 menit
7. Tambahkan larutan garam jenuh sampai hampir penuh, lalu aduk dengan cara
membolak-balik tabung
10. Tutup permukaan tabung dengan cover glass, biarkan selama 5 menit
menggunakan metode natif, metode sedimen, dan metode apung dapat dilihat
Pelaksaan asistensi
Melakukan respon
Pelaksanaan praktikum
Melakukan pengamatan
Melakukan dokumentasi
Membuat laporan
\
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
ternak menggunakan metode natif, metode sedimen, dan metode apung dapat
- (negatif) feses
ternak ayam tidak
3 Metode natif Feses ayam 2 ditemukan adanya
larva atau telur
cacing.
4.2. Pembahasan
pada feses ternak menggunakan metode natif, metode sedimen dan metode apung
yang ada pada gambar 1 menggunakan sampel feses sapi dengan metode Apung,
ditemukan larva dan telur cacing. Hal ini sesusai dengan pendapat Putri, (2015)
bahwa hasil negatif artinya tidak ditemukan adanya telur cacing. Ini disebabkan
sapi tersebut telah diberi obat anti cacing secara rutin dan pemeliharannya
dilakukan secara baik oleh para peternak. Hal ini diperkuat oleh Anggraini et al.
sampel feses sapi dengan metode natif, pada hasil pengamatan dibawah
mikroskop didapatkan nilai +(positif) dimana ditemukan larva dan telur cacing
dengan jenis carmyerius spatiosus dan schistosoma spindalis. Hal ini sesuai
dengan pendapat Nezar dan Setiati, (2017) bahwa jenis telur cacing yang
ditemukan pada feses sapi dengan metode natif ditemukan lebih tinggi dan lebih
faktor makanan. Makanan yang dikonsumsi sapi adalah sisa makanan, dedaunan
dan sisa sayuran. Selain itu, sapi-sapi tersebut minum di kubangan dan saluran air
sampel feses ayam dengan metode natif, pada hasil pengamatan dibawah
mikroskop didapatkan nilai negatif (-) tidak ditemukan larva dan telur cacing. Hal
pemeriksaan feses sapi dengan metode natif menunjukkan hasil negatif. Artinya
tidak ditemukan adanya telur cacing. Hasil negatif disebabkan sapi perah tersebut
telah diberi obat anti cacing secara rutin dan pemeliharannya dilakukan secara
baik oleh para peternak. Obat anti cacing yang biasa diberikan pada ayam.
Berdasarkan hasil pengamatan menggunakan sampel feses kambing
dengan metode sedimen yang ada pada gambar 4, pada hasil pengamatan dibawah
mikroskop didapatkan nilai + (positif) dimana ditemukan larva dan telur cacing
dengan jenis mecistosirrus digitarus. Pada gambar 5. ditemukan jenis telur cacing
jenis cacing ovies aries. Hal ini sesuai dengan pendapat Susilo et al. (2020),
Bahwa jenis telur cacing pada saluran pencernaan yang terinfestasi pada kambing
tersebut adalah cacing Haemonchus sp., M. digitatus., dan Eimeria sp. Rata-rata
sedangkan infestasi Eimeria sp., termasuk dalam infestasi sedang dengan jumlah
telur masing-masing sebanyak 112 butir pergram, 125 butir pergram dan 2.084
butir per gram feses, sehingga diduga infestasi cacing saluran pencernaan dan
Eimeria sp., yang terjadi pada kambing Saburai belum menunjukkan dampak
yang terlalu merugikan. Hal ini didukung oleh pendapat Amni, (2017) bahwa
infestasi koksidia akan menyebabkan kerusakan pada lumen usus yang dapat
hemoragi, penyerapan nutrisi yang kurang optimal akibat kerusakan vili-vili usus
menggunakan metode natif, metode sedimen dan metode apung. Pada gambar 7
feses ayam dan gambar 8 menggunakan sampel feses sapi dengan menggunakan
mikroskop didapatkan nilai + (positif) dimana ditemukan larva dan telur cacing
jenis tri-charis globularis dan Gallus domesticus pada sapi dan jenis cacing
Capillaria longicolis pada ayam. Hal ini sesusai dengan pendapat Pradana, (2018)
tenuis serta protozoa Eimeria sp dan yang menyerang ayam pedaging adalah
serta penyerapan nutrisi pada ayam. Gejala yang ditunjukkan pada ayam yang
terinfeksi yaitu tidak ada nafsu makan, dan sayap menggantung diikuti diare
berdarah. Pada sapi jenis cacing yang sering menginfeksi adalah jenis cacing
Schistosoma nasalis.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
bawah mikroskop pada gambar 1 sampel feses sapi dengan metode apung tidak di
temukan larva atau telur cacing. pada gambar 2 sampel feses sapi dengan metode
sedimen di temukan telur cacing dan larva dengan jenis mecistosirrius digitarus.
Pada gambar 3 feses ayam dengan metode natif,tidak di temukan adanya telur
cacing dan larva, gambar 4 pada feses kambing dengan metode sedimen
ditemukan larva dan telur cacing dengan jenis tri charisglobularis ovina. Gambar
5 pada feses kambing dengan metode sedimen didapatkan hasil positif dengan di
temukan telur cacing dan larva pada feses dengan jenis tri-charis. Pada gambar 6
feses kambing dengan metode natif ditemukan nilai positif dimana di dalam feses
ayam terdapat telur cacing dan larva dengan jenis tri-charis globularis.pada
gambar 7 pada feses ayam dengan metode natif ditemukan hasil positif dimana
ada telur cacing dan larva dengan jenis telur cacing ovies aries. Sedangkan pada
gambar 8 pada feses sapi dengan metode natif ditemukan adanya telur cacing
Adapun saran yang dapat saya berikan pada praktikum ini yaitu :
2. Asisten, selalu sabar dan konsisten dalam mengoreksi laporan praktikan yang
melakukan konsultasi
laporan
DAFTAR PUSTAKA
Silva MRL, MRV Amarante, KDS Bresciani dan AFT Amarante. 2014. Host-
specificity and morphometrics of female Haemonchus contortus, H.
placei and H. similis (Nematoda: Trichostrongylidae) in cattle and sheep
from shared pastures in São Paulo State Brazil. Journal Helminthol.
(4):1-5.
Susilo H., Abdilah NA., Amelia KR. 2020. Identifikasi Telur Cacing Parasit pada
Feses Hewan Ternak Di Propinsi Banten. Jurnal Biologi dan
Pembelajarannya. 15(2): 21-30.