Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

PEMLAB

PEMERIKSAAN FESES KUALITATIF


SECARA NATIF DAN
PENGAPUNGAN

Kelompok 3

1. Erizka Wiandra Lestari


2. M. Hamadu Dibas
3. Nahda Faizah Fathinah

SMKN PP PELAIHARI

TAHUN AJARAN
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa (YME). Di
mana Tuhan YME telah memberikan rahmat dan karunia-Nya. Sehingga kami
dari kelompok sehingga kami dapat melaksanakan sebuah praktikum dan
menyelesaikannya dengan baik.
Sehingga akhirnya terusunlah sebuah laporan resmi praktikum Pemlab ini.
Laporan ini telah kami susun dengan sistematis dan sebaik mungkin. Hal ini
bertujuan untuk memenuhi tugas Praktikum Pemeriksaan Feses Kualitatif Secara
Natif dan Pengapungan
Dengan selesainya laporan resmi praktikum ini, maka kami tidak lupa
mengucapkan banyak terima kasih. Kami juga menyampaikan terima kasih
kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan laporan praktikum Pemlab
ini. Khususnya kepada :
1. Kepada drh. Warih Nugroho, selaku guru mata pelajaran Pemeriksaan
Laboratorium (Pemlab)
2. Seluruh teman-teman yang berkenan saling membantu menyelesikan laporan
praktikum Pemlab ini.
Demikian ini laporan Praktikum Pemeriksaan Feses Kualitatif Secara Natif
dan Pengapungan yang telah kami buat. Kami mohon kritik dan sarannya apabila
terdapat kekurangan dalam penyusunan laporan ini. Semoga laporan Praktikum
Pemlab ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Juga bermanfaat bagi kami selaku
penulis.

Pelaihari, 4 September 2022

Penyusun,

Kelompok 3
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Feses merupakan produk buangan saluran pencernaan hewan yang
dikeluarkan melalui anus. Feses sapi adalah produk akhir pembuangan sisa
hasil pencernaan sapi berupa kotoran sekaligus sebagai limbah hasil
pencernaan sapi dengan warna kehijauan. Kotoran sapi dapat dijadikan
bahan penelitian untuk mengetahui keadaan ternak sapi tersebut dengan
cara melakukan pemeriksaan sampel feses di laboratorium. Sampel feses
yang akan diperiksa dapat berupa feses segar. Pengambilan feses
dilakukan secara rektal yaitu dengan cara mengambil feses secara
langsung ke dalam anus dengan tujuan agar feses terhindar dari kombinasi
urin atau bakteri lainnya yang dapat mempengaruhi telur cacing yang
terdapat di dalam feses.
Kami menggunakan metodi natif (langsung) untuk pemeriksaan
feses. Metode ini digunakan untuk pemeriksaan secara cepat dan baik
untuk infeksi berat, tetapi untuk infeksi yang ringan telur cacing sulit
ditemukan. Kelebihan dari metode ini adalah mudah dan cepat dalam
pemeriksaan telur cacing semua spesies, biaya yang diperlukan sedikit dan
peralatan yang digunakan sedikit. Kekurangan dari metode ini hanya
dapat dilakukan untuk infeksi berat karena untuk infeksi ringan sulit
terdeteksi.
Kami juga menggunakan metode apung. Metode ini menggunakan
larutan NaCl jenuh atau larutan gula jenuh yang didasarkan atas berat
jenuh (BJ) telur sehingga telur akan mengapung dan mudah diamati.
Metode ini digunakan untuk pemeriksaan feses yang mengandung sedikit
telur. Metode ini hanya dapat mengindentifikasi telur cacing nemathoda,
schistotoma, dibothriosephalus, telur yang berpori=pori, dari famili
taenidae telur-telur achantocephala ataupun telur ascaris. Adapun
kelebihan dari metode ini dapat digunakan untuk infeksi ringan dan berat
karena telur cacing dapat terlihat dengan jelas. Kekurangan darimetode ini
adalah penggunaan feses banyak dan memerlukan waktu yang lama, perlu
ketelitian tinggi agar telur di permukaan tidak turun lagi.

1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui prosedur pengambilan feses seacara rektal pada
sapi
2. Untuk mengetahui prosedur pemeriksaan feses kualitatif dengan
metode natif dan metode apung
3. Untuk mendeteksi adanya telur cacing pada feses sapi

1.3 Waktu dan Tempat


31 Agustus 2022, Praktikum dilaksanakan di Laboratorium kesehatan
hewan.
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Teknik Pengambilan Sampel

2.1.1 Alat
 Tali tambang

2.1.2 Bahan
 Glove IB

2.1.3 Cara Kerja

 Pindahkan sapi ke kandang jepit


 Gunakan sarung tangan IB (glove IB)
 Masukkan tangan ke dalam anus sapi
 Kemudian ambil feses sapi yang ada di dalam anus sapi

2.1.4 Anamnesa
Ras sapi : Bali
Jenis kelamin : Jantan
Asal sapi : Kandang
Umur sapi : 6 tahun
Keluhan pemilik : Sapi tidak nafsu makan dan rambut sapi
Kusam
2.2 Pemeriksaan Feses Kualitatif Secara Natif

2.2.1 Alat
 Mikroskop Binokuler
 Spatula
 Pipet tetes

2.2.2 Bahan
 Objek glass
 Cover glass
 Larutan NaCl
 Feses

2.2.3 Cara Kerja


 Letakkan setitik feses dengan spatula (kira-kira 1-2 mm)
 Teteskan 1-2 tetes larutan NaCl dengan pipet tetes
 Letakkan di bawah objek glass, setelah itu tutup dengan cover
glass
 Amati di bawah mikroskop dengan perbesaran objektif 4x

2.3 Pemeriksaan Feses Kualitatif Secara Apung

2.3.1 Alat
 Tabung reaksi (25 cm)
 Rak tabung
 Gelas plastic
 Penyaring the
 Pipet tetes
 Larutan pengapung (larutan garam jenuh)
 Mikroskop Binokuler

2.3.2 Bahan
 Objek glass
 Cover glass
 Sampel feses sapi
2.3.3 Cara Kerja
 Ambil feses sampel sekitar 2,5 gram, dan aduk bersama 25 ml
larutan pengapung di dalam gelas palstik

 Saring dan tamping pada gelas yang lain


 Tuangkan suspense yang sudah disaring ke dalam tabung
reaksi pad rak tabung
 Tambahkan larutan pengapung hingga meniscus, isi tabung
menjadi cembung
 Tutup dengan cover glass
 Diamkan selama 3-5 menit untuk memberi waktu telur parasite
mengapung ke bagian atas tabung
 Angkat cover glass dengan arah ke atas bukan di geser dan
ditempelkan pada objek glass
 Amati di bawah mikroskop dengan perbesaran 4x

2.3.4 Tabel Pemeriksaan Feses Kualitatif Secara Natif


Nomor Jenis Telur
Sampel Ascaris Trichuris Trichostrongylus
1 I I I
2 - I I
3 I - -

2.3.5 Pembahasan
2.3.5.1 Ascaris
Host : Manusia, sapi, dan kerbau (usus halus)
Siklus Hidup Ascaris

Habitat cacing dewasa (1) habitatnya di dalam lumen usus


halus. Cacing betina menghasilkan telur sampai 240.000
butir per hari yang dikeluarkan ke lingkungan luar
bersama tinja (2). Telur dibuahi (fertile) yang dilapisi
albumin berwarna coklat keemasan dan mengandung
embrio, akan menjadi infektif dalam waktu 18 hari sampai
beberapa minggu (3), hal ini tergantung pada kondisi
lingkungan (tempat yang lembab, hangat, dan teduh).
Perkembangan telur optimum pada suhu 25 °C dan tidak
berkembang pada suhu di bawah 15,5 °C dan diatas 38°C.
Setelah telur berkembang menjadi infektif, bila tertelan
hospes (4), larva akan menetas (5), menginvasi mukosa
usus, selanjutnya terbawa aliran darah portal ke paru-paru
(6). Larva mature menuju ke paru-paru (10-14 hari),
pemetrasi pada dinding alveoli, ke cabang bronkhi,
kerongkongan dan selanjutnya tertelan. Setelah mencapai
usus, berkembang menjadi cacing dewasa (1). Satu siklus
mulai tertelannya telur infektif sampai menjadi dewasa
yang menghasilkan telur memerlukan waktu 3 bulan

Pencegahan Ascaris

Pencegahan ascaris, yaitu rutin melakukan sanitasi


ruangan atau kandang, mencuci tangan, dan mencuci
rumput sebelum dimakan oleh sapi.

2.3.5.2 Trichuris
Host : Manusia, sapi (pada usus)

Siklus Hidup Trichuris

Siklus hidup trichirus trichiura berawal dari telurnya yang


keluar bersama tinja yang selanjutnya mengalami
pematangan di dalam tanah. Dalam prosesnya,
pematangan telur ini membutuhkan waktu 3 minggu
hingga 5 minggu. Telur yang sudah matang akan bersifat
infektif. Telur yang infektif inilah yang kemudian dapat
meninfeksi manusia. Prosesnya, dapat melalui vektor
mekanik atau benda–benda lain yang telah terkontaminasi.
Misalnya tanah yang terkontaminasi dengan tinja manusia,

(yang mengandung telur cacing cambuk) atau sayuran


yang disemprot menggunakan feses.

Infeksi dapat langsung terjadi apabila secara kebetulan


telur cacing yang telah matang atau siap menetas tidak
sengaja tertelan. Telur yang tertelan oleh manusia akan
masuk dalam usus dan menetas didalamnya.

Dalam proses penetasannya, larva akan keluar melalui


dinding telur dan masuk ke bagian-bagian usus halus
Selanjutnya akan menjadi dewasa. Setelah dewasa, cacing
yang berada pada bagian distal usus selanjutnya menuju
ke daerah colon. Masa pertumbuhan yang dilalui sejak
dari telur sampai pada bentuk cacing dewasa kurang lebih
selama 30hari sampai 90 hari. Cacing dewasa jantan dan
betina melakukan tindakan kopulasi, sehingga cacing
betina mengalami gravid. Pada saatnya nanti, cacing
betina akan bertelur dan bercampur bersama dengan feses
di dalam usus besar. Telur cacing akan keluar bersama
feses pada saat manusia buang air besar.

Selanjutnya telur tersebut akan mengalami pematangan


dalam waktukurang-lebih 6 minggu. Proses pematangan
akan berjalan dalam lingkungan yang sesuai yaitu pada
tanah yang lembab dan tempat yang teduh. Yang
dimaksud dengan Hospes atau inang dari trichuriasis
adalah manusia. Siklus hidup trichuris trichuaris sangat
berkaitan dengan apa yang dikonsumsi manusia dan apa
yang ada dalam feses manusia.

Pencegahan Trichuris

Melakukan sanitasi pada ruangan, selalu mencuci tangan


sebelum dan setelah melakukan kegiatan.

2.3.5.3 Trichostronglyus
Host : Manusia dan ternak ruminansia

Siklus Hidup Trichostrongylus

Infeksi pada manusia dengan menelan larva infektif yang


mengkontaminasi tanaman. Setelah sampai di usus kecil,
akan matur dalam waktu 3 -4 minggu tanpa mengalami
siklus paru. Telur mirip dengan cacing tambang berbentuk
lonjong tetapi sedikit lebih panjang dengan bagian
ujungnya lebih runcing daripada cacing tambang. Pada
kondisi yang cocok (tanah yang hangat dan lembab) telur
akan menetas dalam waktu 24 jam dan berkembang
menjadi larva infektif setelah kurang lebih 60 jam

Pencegahan Trichostrongylus

Menggunakan alas kaki di luar dan di dalam ruangan dan


melakukan sanitasi pada ruangan
2.3.6 Tabel Pemeriksaan Feses Kualitatif Secara Apung
Nomor Jenis Sampel
Sampel Ascaris Trichuris Trichostrongylus
1 - - -
2 - - -
3 II - -

2.3.7 Pembahasan

2.3.7.1 Ascaris

Host : Manusia, sapi, dan kerbau (usus halus)


Siklus Hidup Ascaris

Habitat cacing dewasa (1) habitatnya di dalam lumen usus


halus. Cacing betina menghasilkan telur sampai 240.000
butir per hari yang dikeluarkan ke lingkungan luar
bersama tinja (2). Telur dibuahi (fertile) yang dilapisi
albumin berwarna coklat keemasan dan mengandung
embrio, akan menjadi infektif dalam waktu 18 hari sampai
beberapa minggu (3), hal ini tergantung pada kondisi
lingkungan (tempat yang lembab, hangat, dan teduh).
Perkembangan telur optimum pada suhu 25 °C dan tidak
berkembang pada suhu di bawah 15,5 °C dan diatas 38°C.
Setelah telur berkembang menjadi infektif, bila tertelan
hospes (4), larva akan menetas (5), menginvasi mukosa
usus, selanjutnya terbawa aliran darah portal ke paru-paru
(6). Larva mature menuju ke paru-paru (10-14 hari),
pemetrasi pada dinding alveoli, ke cabang bronkhi,
kerongkongan dan selanjutnya tertelan. Setelah mencapai
usus, berkembang menjadi cacing dewasa (1). Satu siklus
mulai tertelannya telur infektif sampai menjadi dewasa
yang menghasilkan telur memerlukan waktu 3 bulan
Pencegahan Ascaris

Pencegahan ascaris, yaitu rutin melakukan sanitasi


ruangan atau kandang, mencuci tangan, dan mencuci
rumput sebelum dimakan oleh sapi.
BAB 3
PENUTU
P

3.1 Kesimpulan

Kami dapat mengetahui cara pemeriksaan feses kualitatif secara natif


(langsung) dan apung. Pada feses sapi yang kami periksa ditemukan telur cacing.
Kami dapat mengetahui cara pengambilan feses secara rektal, dan cara
pembuatan sampel.

3.2 Saran
Karena terdapat telur cacing pada feses sapi yang kami periksa. Maka, kami
memberikan obat cacing ternak, yaitu Wormzol-B. Dosis Wormzol- B untuk sapi,
yaitu 1 bolus tiap 200 kg berat badan sapi.
BAB 4
LAMPIRAN

Gambar 1 Pengambilan
Gambar Sampel Feses Sampel
3 Pengambilan
Feses

Gambar 2 dan 3 Pemeriksaan Feses secara Natif

4-2
Gambar 4 dan 5 Pemeriksaan Feses Metode Apung

Gambar 6 Hasil Pemeriksaan Natif Sampel 1


Gambar 7 Hasil Sampel 2 (Natif)

Gambar 4 Hasil Sampel 3 (Natif)


Gambar 5 Hasil Sampel 3 (Apung)
BAB 5
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2022. Tinjauan Pustaka diakses pada tanggal 4 September 2022 10.36 WITA,
BAB_2.pdf (um-surabaya.ac.id)
dr. Meva, 2022. Strongloidiasis diakses pada tanggal 4 September 2022 10.40 WITA,
Strongyloidiasis - Gejala, penyebab dan mengobati - Alodokter
Linda, Hidayatussolihah, 2019. Menerapkan Pengambilan Feses. Pemeriksaan Laboratorium:
81-83
Nurhalina, 2022. Trichostrongylus spp Strongyloides stercorsalis diakses pada tanggal 4
September 2022 10.44 WITA, Trichostrongylus spp Strongyloides stercoralis Oleh
Nurhalina M Epid (slidetodoc.com)
Umi, 2017. Siklus Hidup Trichuris Trichiura Terlengkap diakses pada tanggal 4 September
2022 10.46 WITA, Siklus Hidup Trichuris Trichiura Terlengkap – Dosen Biologi.com

5-1

Anda mungkin juga menyukai