Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM III

IDENTIFIKASI TELUR CACING MENGGUNAKAN METODE SEDIMENTASI

DISUSUN OLEH :

NAMA : Nilasari
NIM : B1D219070
KELAS : 19B TLM
SEMESTER : III
KELOMPOK : IV (EMPAT)

PROGRAM STUDI D III TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


FAKULTAS TEKNOLOGI KESEHATAN
UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR
TA.2020/202

1. METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Waktu Dan Tempat
a. Waktu : 21 Desember 2020 08 : 00 – 09 : 00 WITA
b. Tempat : Laboratorium Mikrobiologi Universitas Megarezky Makassar
B. Alat Dan Bahan
a. Alat
 Batang Pengaduk
 Pipet Tetes
 Tabung reaksi
 Mikroskop
 Sendok tanduk
 Rak tabung
 Gelas kimia
b. Bahan
 Aquades
 Kaca Preparat
 Cover Glass
 Feses Babi
 NaCl
C. Cara Kerja
1. Pembuatan NaCl Jenuh
a. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
b. Dimasukkan aquadest kedalam gelas kimia secukupnya
c. Ditambahkan NaCl hingga tidak dapat larut
d. Diaduk hingga NaCl tidak dapat larut
2. Pengamatan Telur Cacing
a. Disiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
b. Dimasukkan sampel dalam gelas kimia
c. Di encerkan dengan menambahkan aquades secukupnya
d. Lalu dihomogenkan menggunakan batang pengaduk
e. Kemudian dimasukkan kedalam tabung reaksi
f. Ditambahkkan NaCl jenuh hingga tabung reaksi full
g. Ditutup dengan cover glass
h. Di diamkan selama lima menit
i. Diletakkan diatas objek glass
j. Lalu diamati dibawah mikroskop
D. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengidentifikasi telur cacing
pada feses hewan (Babi)

2) HASIL dan PEMBAHASAN

A. Hasil

Jenis pengamatan gambar keterangan


Makroskopis Pada hasil pengamatan
makroskopis pada sampel
didapatkan hasil : warna
sampel hijau tua, yeksturnya
lunak dan terdapat beberapa
potngan sisa makanan, dab
baunya sangat menyengat.

Mikroskopis Pada hasil pengamatan


makroskopis pada sampel
terdeteksi telur cacing
Ascaris, Taenia sp. Dan
Entrobius vermicularis
B. Pembahasan

Ternak babi merupakan salah satu bagian penting dalam menunjang perekonomian banyak
negara. Populasi babi terus meningkat dari tahun ke tahun terkait meningkatnya konsumsi masyarakat
akan daging babi. Babi mempunyai peranan penting bagi masyarakat baik sebagai penyedia sumber
protein hewani, pendapatan, lapangan pekerjaan, tabungan serta penghasil pupuk.

Pada umumnya proses pemeliharaan babi masih secara tradisional yaitu dibiarkan bebas
berkeliaran pada pagi hingga sore hari dan dikandangkan pada malam hari, makanan diberikan dari
sisa konsumsi keluarga dengan sanitasi kandang yang minim (Rahayu et al., 2012).

Kondisi pemeliharaan ini memudahkan babi terserang penyakit salah satunya mudahnya
penularan parasite dari ternak satu ke ternak yang lain. Beberapa spesies cacing dapat menular pada
manusia atau zoonosis seperti Trichinella spp., Taenia solium, dan Aascaris lumbricoides/suum yang
dapat membahayakan kesehatan manusia (Setyani et al., 2018).

Pada hasil praktikum diketahui terdapat jenis cacing nematoda usus yaitu ascaris dan
Enterobius, cestoda usus yaitu Taenia. Pada telur cacing ascaris ditemukan telur cacing fertil dimana
telur cacing berbentuk bulat, mmiliki dinding yang tebal dan di dalamnya bersi semacam embrio yang
belum membelah. Bentuk infektif telur ini bila tertelan manusia akan menetas menjasi larva di usus
halus, larva tersebut menembus dinding usus menuju pembulu darah atau saluran limfa dan dalirkan
ke jantung, lalu mengikuti aliran darah ke paru – paru menembus dinding pembulu darah lalu melalui
dinding alveolus, masuk rongga alveolus, kemudian naik ke trakea melalui bronkeolus dan bronkus.
Dari trakea larva menuju ke faring, sehingga menimbulkan rangsangan batuk, kemudian tertelan
masuk ke esophagus lalu menuju ke usus halus menjadi cacing dewasa. Proses ini memerlukan waktu
kurang lebih dua bulan sejak tertelan sampai menjadi cacing dewasa. (Iman,2013)

Pada telur cacing Taenia ditemukan telur dengan bentuk bulat hampir menyerupai telur
ascaris, namun telur taenia memiliki lapisan embriofore yang bergaris – garis rider walaupun tidak
nampak begitu jelas di mikroskop. Apabila telur ini menetas dan menjadi Embrio heksakan di
saluran pencernaan ternak, embrio ini akan menembus dinding usus, masuk ke saluran getah bening
atau darah dan ikut dengan aliran darah ke jaringan ikat di sela-sela otot untuk tumbuh menjadi cacing
gelembung, disebut sistiserkus bofi, yaitu larva Taenia. Peristiwa ini terjadi setelah 12-15 minggu.

Bagian tubuh ternak yang sering di hinggapi larva tersebut adalah otot maseter, paha
belakang dan punggung, otot dibagian lain juga dapat di hinggapi. Setelah 1 tahun cacing gelembung
ini biasanya mengalami degenerasi walaupun ada yang dapat hidup selama 3 tahun. Bila cacing
gelembung yang terdapat di daging ternak yang dihinggapi dimasak kurang matang termakan oleh
manusia, skoleksnya keluar dari cacing gelembung dengan cara evaginasi dan melekat pada mukosa
usus halus, biasnya yeyunum. Cacing gelembung tersebut dalam waktu 8-10 minggu menjadi dewasa.
Biasanya di rongga usus hospes terdapat seekor cacing.

Dan pada telur cacing Enterobius bentuknya lonjong tetapi asimetris, dimana satu sisinya
berbentuk datar, satu sisi lainnya berbentuk cembung, ujung telurnya membulat tidak lancip, telur
cacing Enterobius jga memiliki dinding yang tebal namun transparan(Paniker,2018) pada awalnya
cacing E. vermicularis masuk secara oral (mulut) atau saluran pernapasan (hidung) kemudian masuk
ke saluran pencernaan. Setelah sampai di usus halus, telur menetaskan larva. Larva berkembang
menjadi cacing dewasa jantan dan betina di lumen caecum. Cacing jantan dan betina akan melakukan
perkawinan dan terjadi fertilisasi (pembuahan). Setelah pembuahan, cacing betina bermigrasi dari
kolon ke rektum. Pada malam hari, cacing betina bergerak ke daerah perianal di mana kontak udara
merangsang cacing betina untuk bertelur. Aktivitas menggaruk akan memudahkan transfer telur
cacing ke kuku jari dan memungkinkan proses transmisi telur ke mulut. Pada akhirnya kembali
perjalanan infeksi kembali terulang, yang disebut sebagai autoinfeksi. Di sisi lain, dalam waktu 4-6
jam kondisi optimal, telur akan menjadi infektif dan menetaskan larva. Larva cacing yang menetas di
perianal dapat kembali masuk ke anus dan berkembang menjadi cacing dewasa di kolon. Dengan
berkembangnya menjadi cacing dewasa, perjalanan infeksi kembali terulang lagi. Model penularan ini
disebut retroinfeksi. Dengan demikian penularan cacing dapat terjadi melalui 4 hal, yaitu masuk
secara oral (mulut), inhalasi, autoinfeksi dan retroinfeksi. (Paniker,2018)

3) PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa persentase infeksi
parasit pada babi sangat tinggi. jenis telur cacing yang ditemukan yaitu : Ascaris, Taenia dan
Enterobius. Sebagian besar babi mengalami infeksi campuran karena ditemukan lebih dari satu jenis
telur cacing pada feses.

B. Saran

Adapun saran dari praktikan saat melakukan praktikum harus menggunakan APD yang
lengkap karena sampel – sampel yang dikerjakan merupakan sampel – sampel infeksius
DAFTAR PUSTAKA

Iman Handojo, Sri S. Margono. 2013. Parasitologi Kedokteran Edisi Keempat. Jakarta: Fakultas
Kedokteran UI.
Paniker CKJ. 2018. Paniker’s Textbook of Medical Parasitology.
Jaypee Brothers Medical Publishers.

Rahayu BWI, Dwi N, dan Iriani S. 2012. Limbah Buah Merah (Pandanus
Conaideus Lam) Dalam Meningkatkan Pertumbuhan Dan Status Kesehatan Babi di
Kampung Umpakalo (Pemekaran Kampung Waga-Waga) Kabupaten Jayawijaya.
Fakultas Peternakan dan Ilmu Kelautan Universitas Negeri Papua. Manokwari. Laporan
Kemajuan Penelitian Hibah Bersaing Dikti.

Setyani E, Fadjar S, Etih S. 2018. Seroprevalensi Trichinellosis pada Ternak Babi di Wilayah Kabupaten
Tangerang. Provinsi Banten. Veteriner. 19 (2) : 269- 275.
LAMPIRAN
No Gambar Keterangan
1. Alat dan bahan yang digunakan
yang digunakan Antara lain :
batang pengaduk, rak tebung,
tabung reaksi Sendok tanduk,
gelas kimia dan wadah sampel.

2. Gambar makroskopis :
Teksturnya sedikit lunak,
berwarna Sedikir kehijauan, dan
memiliki bau yang menyengat

3. pengamatan makroskopis pada


sampel terdeteksi telur cacing
Ascaris, Taenia sp. Dan
Entrobius vermicularis

Anda mungkin juga menyukai