DOSEN PEMBIMBING
DISUSUN OLEH
22743004
SEMESTER 4A
BANDAR LAMPUNG
2023/2024
BAB I
PENDAHULUAN
Faktor yang mempengaruhi suatu keberhasilan usaha peternakan adalah bibit, pakan dan
manajemen kesehatan berupa pengendalian penyakit. Penyakit menjadi suatu masalah
tahunan di Indonesia dengan iklim tropis. Penyakit yang sering muncul yaitu penyakit
kecacingan pada sapi. Sapi yang terinfeksi cacing akan terserap nutrisi pakannya, sehingga
mengalami penurunan nafsu makan yang berakibat sapi mengalami penurunan bobot badan
bahkan kematian yang dapat merugikan peternak. Kehadiran cacing dalam saluran
pencernaan dapat menyebabkan kerusakan mukosa usus yang dapat menurunkan efisiensi
penyerapan makanan
Kecacingan merupakan penyakit yang disebabkan parasit berupa cacing yang bertahan
hidup dengan cara mengifeksi bagian dalam tubuh ternak sebagai sumber makanan dan
tempat hidup cacing. Penyakit kecacingan merupakan penyakit yang dapat menginfeksi
tubuh ternak secara perlahan-lahan atau menahun dan tidak membunuh secara langsung.
Penyakit tersebut dapat menyerang ternak dalam waktu cukup lama yang berdampak pada
penurunan produktivitas ternak sapi yang terinfeksi. Kehadiran cacing dapat menurunkan
produktivitas dan kesehatan ternak diakibatkan kerusakan mukosa usus yang dapat
menurunkan efisiensi penyerapan nutrisi pakan. Penurunan secara terus menerus dari tahun
ketahun ini dapat mengakibatkan ternak lebih rentan terserang berbagai peyakit (Hutauruk et
a.l, 2009).
Hal ini akan membuat seluruh mahasiswa memahami bagaimana cara mengindentifikasi
dan menganalisis morfologi parasite yang dapat menyebabkan kematian bagi ternak sapi.
BAB II
METODE PRAKTIKUM
Pemeriksaan parasit dan helminthiasis pada sapi di laksanakan di lab polinela pada hari
rabu tanggal 20 maret 2024
Alat
Mikroskop
Skalpet
Cover glass
Objek glass
Pipet tetes
Mortar + pengaduk
Tabung reaksi
Bahan
KOH 10%
Preparat cacing, protozoa dan insekta
Kapas
Alkohol 70%
Metelien blue 3%
Garam jenuh Bj 1,2 (I L)
Gula jenuh Bj 1,3 (I L)
2.3 Prosedur kerja
Morfologi parasit
Mengambil sampel kerokan kulit dari hewan yang mengalami gejala klinis
kerusakan kulit dan bulu
Letakan kerokan kulit diatas objeck glass dan tambahkan KOH 10% dan tutup
dengan cover glas, lalu amati dibawah mikroskop dengan pembesaran 10x dan
40x
Amati sediaan lain secara bergiliran lalu setiap spesies diberi data
Helminthiasis
BAB III
3.1 Hasil
3.2 Pembahasan
Ukuran cacing betina dewasa yaitu 20-35 cm dengan diameter 3-6 mm sedangkan
ukuran cacing jantan 15-31 cm dengan diameter 2-4 mm (Supali et al., 2009). Cacing
jantan Ascaris lumbricoides pada bagian ujung posteriornya tajam dan melengkung,
sedangkan pada cacing betina memiliki ujung posterior yang lurus. Mulut Ascaris
lumbricoides memiliki tiga tonjolan bibir berbentuk segitiga, antara lain satu tonjolan
dibagian dorsal dan dua tonjolan di ventrolateral. (Ideham & Pusarawati, 2007; Bethony
et al., 2006) Cacing dewasa hidup dan berkembang di dalam lumen usus halus. Cacing
dapat bermigrasi keluar usus seperti saluran empedu, apendiks, sinus perinalis, dan tuba
eustachius. Seekor cacing betina dapat menghasilkan telur sebanyak 240.000 perhari
yang dikeluarkan ke tanah bersama feses yang dapat mengkontaminasi makanan dan air
(Supali et al., 2009).
Telur yang dihasilkan dapat berupa telur yang dibuahi (fertilized) dan telur yang
tidak di buahi (unfertilized). Telur yang dibuahi berbentuk bulat lonjong dengan panjang
45-75 m dan lebar 35-45 m. Dinding telur terdiri dari tiga lapisan, yaitu lapisan dalam
(lipoid), lapisan tengah (glikogen) dan lapisan luar (albumin). Telur yang tidak dibuahi
lebih panjang daripada telur yang dibuahi, yaitu 80-90 m. Bagian dalam telur yang tidak
dibuahi ini tidak bersegmen dan berisi kumpulan granula lesitin yang kasar, sedangkan
lapisan luar telur tidak rata, bergerigi dan berwarna coklat keemasan. Telur ini
menunjukan disorganisasi dan tidak ada struktur yang terlihat (Ideham & Pusawati, 2007;
Ridley, 2012).
KESIMPULAN
Kesimpulan bahwa pengujian tersebut sangat penting dilakukan untuk mengetahui kesehatan
pada ternak yang terkena penyakit agar dapat memberikan perlakuan yang tepat dalam menjaga
kesehataan hewan hewan yang dipelihara.
DAFTAR PUSTAKA
Rahmadhini, Nurul Sahana. "Uji diagnostik kecacingan antara pemeriksaan feses dan
pemeriksaan kotoran kuku pada Siswa SDN 1 Krawangsari Kecamatan Natar Lampung Selatan."
(2016).
Rahmadhini, Nurul Sahana. "Uji diagnostik kecacingan antara pemeriksaan feses dan
pemeriksaan kotoran kuku pada Siswa SDN 1 Krawangsari Kecamatan Natar Lampung Selatan."
(2016).
Rahmadhini, Nurul Sahana. "Uji diagnostik kecacingan antara pemeriksaan feses dan
pemeriksaan kotoran kuku pada Siswa SDN 1 Krawangsari Kecamatan Natar Lampung Selatan."
(2016).