Anda di halaman 1dari 19

Case Method

CEMARAN BAKTERI Staphylococcus aureus PADA DAGING AYAM


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Mikrobiologi Terapan

Dosen Pengampu
Ahmad Shafwan Pulungan, S.Pd., M.Si
Nurbaity Situmorang, M. Sc

Disusun Oleh :

Kelompok 7

Afifah Wasalna 4203220036

Melani Oktrinidya Tambunan 4203220030

Wulan Arindari 4203520013

Kelas : PSB 20

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa rahmat-Nya sehingga penulisan case
method ini dapat kami selesaikan. Kami mengucapkan terimakasih juga kepada Bapak/Ibu
dosen pengampu, serta seluruh dukungan serta kesempatan yang diberikan sehingga laporan
ini dapat terselesaikan.

Semoga penyelesaian case method ini dapat memenuhi tugas yang diberikan dalam
mata kuliah Mikrobiologi Terapan dan memperoleh hasil sesuai harapan. Dan semoga
penulisan case method ini dapat bermanfaat bagi pembaca umum dalam menambah wawasan
dan pengetahuan.

Sebagai penyusun kami menyadari sepenuhnya bahwa mungkin terdapat kesalahan


dalam penulisannya. Oleh karena itu kami siap menerima segala saran dan kritik membangun
dari pembaca agar kami dapat memperbaiki tulisan ini sebagaimana mestinya. Akhir kata
kami ucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dan memberikan
respon positif pada makalah yang kami susun ini.

Medan, 13 September 2023

Penulis,
Kelompok 7

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................. i


DAFTAR ISI................................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ................................................................................................................. 2
1.3 Rumusan Masalah .................................................................................................................... 2
1.4 Tujuan ...................................................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN TEORITIS ................................................................................................. 3
2.1 Pengertian Kontaminasi Mikroba ............................................................................................ 3
2.2 Staphylococcus aureus ............................................................................................................. 3
2.3 Ciri – ciri Staphylococcus aureus ............................................................................................ 4
2.4 Pertumbuhan Staphylococcus aureus ...................................................................................... 4
2.5 Daging Ayam ........................................................................................................................... 5
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................................................. 6
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................................... 7
BAB V PENUTUP...................................................................................................................... 10
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................. 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Staphylococcus aureus merupakan bakteri yang berbentuk bulat (coccus), tidak
mempunyai spora, tidak bergerak, hidup berpasangan, mempunyai rantai pendek serta
bergerombol seperti buah anggur. Daging ayam merupakan hasil peternakan unggas yang
mempunyai peranan besar dalam penyediaan pangan (Putra, 2012). Tingginya permintaan
pasar terhadap ayam berbanding lurus dengan peningkatan produksi ayam (Anjani Marisa
Kartikasari, Iwan Sahrial Hamid, 2019). Peningkatan produksi daging ayam harus diimbangi
dengan kualitas daging ayam yang tinggi (Putra, 2012). Daging ayam harus ditempatkan dan
didistribusikan sesuai standar untuk mencegah terjadinya kontaminasi mikroba pada daging
ayam (Ramadhani et al., 2020). Biasanya daging ayam terkontaminasi bakteri seperti
Campylobacter, Salmonella dan S. aureus (Putra, 2012). Bakteri Staphylococcus aureus
merupakan fakultatif anaerob dan bersifat gram positif serta menghasilkan bakteri katalase
positif. S. aureus dapat ditemukan di air, debu, limbah, udara, permukaan lingkungan,
manusia dan hewan (Hennekinne et al., 2012).
Faktor virulensi terpenting yang dihasilkan oleh Staphylococcus aureus adalah
enterotoksin, yaitu protein ekstraseluler terlibat dalam penyakit bawaan makanan, seperti
sindrom syok toksik, septikemia, serta keracunan makanan (Zhao et al., 2017). Kemampuan
pertumbuhan dan reproduksi S.aureus. Enterotoksin telah terbukti berhubungan dengan
keracunan makanan S. aureus dari berbagai makanan (Morandi dkk., 2007). Makanan yang
sering terkontaminasi oleh bakteri S. aureus yaitu daging, salad, unggas telur, susu, serta
makanan dari berbagai produk kue, roti dan isian sandwich (Argudín dkk., 2010).
Staphylococcus aureus dapat menghasilkan racun berupa staphylococcal enterotoxin (SEs),
menyebabkan keracunan makanan staphylococcal, pada suhu (10–46°C), dengan pH (5–9,6),
konsentrasi natrium klorida (<12%) dan aktivitas air (0,86–0,99) (Le Loir et al.,2003). S.
aureus mempunyai kemampuan menghasilkan enterotoksin yang stabil pada suhu tinggi dan
bersifat resisten terhadap enzim proteolitik manusia dan mempertahankan aktivitasnya di
saluran pencernaan sesudah dikonsumsi (Grispoldi et al., 2019). Keracunan makanan
Staphylococcal dapat disebabkan oleh 20 hingga 100 ng enterotoxin yang disebabkan oleh S.
aureus (Asao dkk., 2003). S. aureus dapat mengakibatkan keracunan makanan yang
menimbulkan gastroenteritis, termasuk muntah berlebihan, diare, dan masalah perut nyeri

1
atau mual akibat mengkonsumsi makanan yang mengandung enterotoksin (Jumriani Ibrahim,
2017).

1.2 Identifikasi Masalah


Dari uraian yang dikemukakan pada latar belakang, maka dapat diidentifikasi masalah –
masalah sebagai berikut :
1. Penempatan atau pendistribusian daging ayam yang tidak sesuai standar akan mudah
terkontaminasi oleh mikroba.
2. Daging ayam mudah terkontaminasi oleh bakteri misalnya seperti Campylobacter,
Salmonella dan S. aureus.
3. Keracunan makanan Staphylococcal dapat disebabkan oleh 20 hingga 100 ng enterotoxin
yang disebabkan oleh S. aureus.
4. Keracunan makanan yang diakibatkan oleh S. aureus dapat menimbulkan gastroenteritis,
termasuk muntah berlebihan, diare, dan masalah perut nyeri atau mual

1.3 Rumusan Masalah


1. Media apa yang digunakan untuk melakukan uji cemaran bakteri S. aureus pada daging
ayam?
2. Bagiamana ciri koloni bakteri S. aureus?
3. Apa penyebab daging ayam dapat terkontaminasi bakteri S. aureus?
4. Bagaimana agar kemungkinan tingkat kontaminasi S. aureus pada daging ayam rendah?

1.4 Tujuan
1. Untuk mengetahui jenis media yang digunakan pada uji cemaran bakteri S. aureus pada
daging ayam
2. Untuk mengetahui ciri koloni bakteri S. aureus yang tumbuh pada media.
3. Untuk mengetahui penyebab daging ayam dapat terkontaminasi bakteri
4. Untuk mengetahui cara mengurangi tingkat kontaminasi S. aureus pada daging ayam.

2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1. Pengertian Kontaminasi Mikroba


Kontaminasi mikroba merupakan kontaminasi bahan asal hewan yang berupa
mikroorganisme menimbulkan bahaya bagi kesehatan manusia. Kontaminasi mikroba ini
dapat membahayakan bagi kesehatan manusia adalah jenis kontaminasi mikroba. Menurut
SNI 01-6366-2000 pada daging, telur, susu dan produk olahannya adalah Coliform,
Escherichia coli, enterococci, Staphylococcus aureus, Chlostridium sp, Salmonella sp.
Konsumsi daging ayam seringkali didorong oleh kandungan nutrisinya yang kaya dan
kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh.
Mikroorganisme dapat mengkontaminasi daging melalui air, debu, udara , tanah,
peralatan pengolahan serta kotoran manusia atau hewan. Tingginya tingkat kontaminasi
mikroba pada daging dapat menurunkan kualitas daging dan menimbulkan gangguan
kesehatan bagi konsumen. Sehubungan dengan itu perlu dilakukan upaya penyediaan pangan
hewani yang aman, sehat, murni dan halal (ASUH). Salah satu solusinya yaitu dengan
memantau, melalui program pengendalian dan pemantauan, kontaminasi residu dan
mikroba (Dartini et al., 2003; Handayani dkk., 2004).
2.2. Staphylococcus aureus
Klasifikasi S.aureus
Kerajaan : Eubacteria
Filum : Firmicutes
Kelas : Bacilli
Ordo : Bacillales
Famili : Staphylococcaceae
Genus : Staphylococcus
Species : S. Aureus
Staphylococcus aureus merupakan suatu bakeri yang dapat memproduksi toksin, gram
positif, dan termasuk bakteri aerob. Bakteri ini dapat mengkontaminasi makanan dan
meracuni makanan, S.aureus merupakan bakteri yang pada umumnya tumbuh di atas lapisan
mukosa kulit dan selaput lendir pada manusia. S. aureus biasanya tidak merugikan tapi ada
kalanya menyebabkan infeksi dan sakit parah (T. C. Parker, 2000).

3
Gambar 1. Koloni Staphylococcus aureus

2.3 Ciri- Ciri S.aureus


Staphylococcus pertama kali dijelaskan oleh ahli bedah Skotlandia Sir Alexander Ogston
sebagai penyebab sejumlah nanah (infeksi) pada manusia pada tahun 1882. S.aureus adalah
coccus gram positif yang berbentuk spherical sel ovoid berdiameter sekitar sekitar 1 mm.
Pembelahan sel terjadi di lebih dari satu pesawat sehingga sel membentuk gumpalan tidak
beraturan menyerupai tandan buah anggur (Adam et.al., 2008).
Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif, tidak membentuk spora dan
tidak bergerak, biasanya tumbuh berpasangan atau berkelompok, dengan diameter sekitar
0.8 mikron sampai 1.0 mikron. Bakteri ini tumbuh pada suhu 37°C (Jumriani, 2017).
Penelitian Ririn ( 2014 ) menunjukkan bahwa pembentukan enterotoksin yang dihasilkan
Staphylococcus aureus pada daging ayam dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain yaitu
sifat dan komposisi substrat, suhu dan waktu, pH. Bakteri ini biasanya terdapat pada saluran
pernafasan atas dan kulit. Keberadaan S. aureus pada saluran pernafasan atas dan kulit pada
individu jarang menyebabkan penyakit, individu sehat biasanya hanya berperan sebagai
karier. Infeksi serius akan terjadi ketika resistensi inang melemah karena adanya perubahan
hormon, adanya penyakit, luka, atau perlakuan menggunakan steroid obat lain yang
mempengaruhi imunitas sehinga terrjadi pelemahan inang.
2.4 Pertumbuhan Staphylococcus aureus
Bakteri Staphylococcus aureus tumbuh pada suhu optimal 37 ° C. Bakteri
Staphylococcus aureus merupakan bakteri normal yang tumbuh pada kulit, saluran
pernapasan, dan saluran cerna pada manusia. Bakteri jenis ini juga terdapat di udara dan
lingkungan sekitar. Patogen Staphylococcus aureus menghasilkan racun invasif yang

4
menyebabkan hemolisis, membentuk koagulase dan mampu memfermentasi manitol.
Bakteri mati selama proses pemanasan tetapi racun yang dikeluarkan masih ada. Setelah
diperhatikan bahwa tanda - tanda klinis peradangan lokal hilang setelah pup dikeluarkan.
Dinding fibrin di sekitar abses dapat mencegah penyebaran kuman. Jika dinding ini rusak,
kuman bisa menyebar sehingga menyebabkan sepsis. Lokalisasi sekunder dalam suatu
organ dapat menyebabkan tanda-tanda disfungsi organ yang terkena dan tanda - tanda
peradangan. Kasus keracunan makanan akibat enterotoksin tidak menimbulkan gejala
demam ( Agus, 2010 ).
2.5 Daging Ayam
Daging ayam adalah daging yang paling populer di seluruh dunia. Daging ini didapatkan
dari ayam ternak yaitu unggas yang paling banyak diternak di dunia. Karena relatif mudah
dipelihara dan biaya pemeliharaan yang rendah dibandingkan dengan hewan seperti sapi atau
babi, ayam telah menjadi bahan yang sangat lazim pada berbagai hidangan.
Selain mudah dalam pembuatannya, daging ayam juga dikenal memiliki ketebalan dan
tekstur yang disukai banyak orang. Misalnya, 100 gram daging ayam broiler mengandung
sekitar 18,2 gram protein, sedangkan berat daging totalnya mencapai 25, 0 gram. Hal ini
menunjukkan bahwa daging ayam mempunyai nilai gizi yang signifikan (Alamsyah, 2019).
Ketertarikan konsumen terhadap daging ayam terletak pada kemudahan dalam
pembuatannya, kemudian daging ayam dapat diterima oleh berbagai kelompok umur mulai
dari anak-anak hingga orang dewasa, serta ketersediaannya dengan harga yang terjangkau.
Namun perlu diperhatikan bahwa daging broiler dapat terkontaminasi bakteri jika tidak
diolah dengan hati - hati, yang pada akhirnya dapat berdampak buruk bagi kesehatan manusia
( Apriyanti, 2020 ).
Daging merupakan salah satu pangan yang mempunyai potensi bahaya, khususnya
pencemaran biologis, pencemaran fisik, dan pencemaran kimia. Oleh sebab itu, daging harus
aman dan bebas dari bahan berbahaya tersebut (Nugroho, 2005). Bahaya tersebut dapat
timbul pada saat proses produksi ternak , proses penyediaan mulai dari penyembelihan
hingga pemotongan , dan proses oalahn menjadi produk olahan (Usmiati, 2010 ).
Penanganan ayam yang tidak higienis akan berdampak pada kesehatan. Kebersihan
para pelaku usaha sangat mempengaruhi keamanan pangan karena bahan pangan tidak
terkontaminasi. Pembersihan tempat penjualan sekaligus dilakukan untuk mengendalikan
kondisi lingkungan ( Hariyadi dan Ratih , 2009 ) . Oleh karena itu , perlu dilakukan penelitian
untuk mengetahui sejauh mana infeksi Staphylococcus aureus.

5
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan metode studi kepustakaan atau
literatur review. Literatur review merupakan ikhtisar komprehensif tentang penelitian yang
sudah dilakukan mengenai topik yang spesifik untuk menunjukkan kepada pembaca apa yang
sudah diketahui tentang topik tersebut dan apa yang belum diketahui, untuk mencari rasional
dari penelitian yang sudah dilakukan atau untuk ide penelitian selanjutnya (Denney &
Tewksbury, 2013). Studi literatur bisa didapat dari berbagai sumber baik jurnal, buku,
dokumentasi, internet dan pustaka. Metode studi literatur adalah serangkaian kegiatan yang
berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat, serta
mengelolah bahan penulisan (Zed, 2008 dalam Nursalam, 2016). Jenis penulisan yang
digunakan adalah studi literatur review yang berfokus pada hasil penulisan yang berkaitan
dengan topik atau variabel penulisan.
3.2 Metode Analisis Data
Untuk lebih memperjelas analisis abstrak dan full text jurnal dibaca dan dicermati.
Kemudian jurnal tersebut dilakukan analisis terhadap isi yang terdapat dalam tujuan
penelitian dan hasil/temuan penelitian. Metode analisis yang digunakan menggunakan
metode analisis isi jurnal.

6
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Untuk mendapatkan hasil dari sampel maka perlu dilakukan proses inkubasi kurang
lebih 45-48 jam dengan menggunakan media Baird Parket Agar Base (BPA). Pada umumnya
bakteri S. aureus yang terdapat pada daging ayam mempunyai ciri khas bundar, licin dan
halus, cembung, diameter 2-3 mm dan berwarna abu-abu sampai hitam pekat. Hal ini sesuai
dengan pendapat SNI 2897 (2008), yang menyatakan bahwa koloni S. aureus mempunyai ciri
khas bundar, licin dan halus, cembung, diameter 2 mm sampai dengan 3 mm, berwarna abu –
abu sampai hitam pekat, dikelilingi zona opak, dengan atau tanpa zona luar yang terang (clear
zone), tepi koloni putih dan dikelilingi daerah yang terang. Media Baird Parket Agar Base
(BPA) merupakan media agar yang cocok untuk pertumbuhan jenis bakteri Staphylococcus
aureus. Hal ini sesuai dengan pendapat Acumedia (2012), yang menyatakan bahwa media
BPA adalah media yang cukup selektif untuk mengisolasi dan menghitung koloni
Staphylococcus aureus.

Gambar 2 : (a) Kontrol positif pertumbuhan koloni S. aureus di media BPA, memiliki
karakteristik licin, lembut, bundar, cembung, ber diameter 2-3 mm, dilingkari zona
opak, dengan maupun disertai (clear zone), berwarna abu-abu hingga hitam pekat,
daerah terang mengelilingi, tepi koloni putih; (b) Sampel daging ayam broiler tidak
terdapat karakteristik pertumbuhan koloni S. aureus di media BPA pada sampel
daging ayam (Sumber: Fundament Lab Sains Baitussalam Aceh Besar, 2021).

4.2 Pembahasan
Daging ayam tidak terkontaminasi bakteri S. aureus setelah dilakukan pengujian. Hal ini
dapat terjadi apabila penanganan ayam di Rumah Potong Hewan Ayam (RPA) dilakukan
dengan baik dan benar sesuai standar, memperhatikan kebersihan dan keamanan pangan pada

7
saat memotong ayam serta dilengkapi dengan SOP layanan RPA. Sampel untuk penelitian ini
diambil dari ayam broiler yang sehat. Ayam broiler yang baru dipotong akan segera diolah
untuk diambil dagingnya, tidak dihidangkan diatas meja dengan waktu yang lama, kemudian
ayam langsung dimasukkan dalam plastik steril, bekukan di lemari es dan masukkan ke
dalam pendingin/cool box berisi es untuk diangkut. Kemungkinan tingkat kontaminasi
bakterinya relatif lebih rendah. Seperti yang dikatakan oleh (Armayani, 2017) tentang
identifikasi bakteri S.aeureus pada usus ayam dengan metode plate count (Gambar), hasil
penelitian menunjukkan tidak ditemukan koloni S. aureus di usus ayam. Sebab, teknik
pengolahannya dilakukan dengan benar dan tetap higienis. Menurut (Sospedra et al., 2012),
mereka percaya bahwa praktik penanganan yang baik penting untuk mencegah keracunan
pangan pada konsumen. Menurut (Mernelius et al., 2013), juga telah menunjukkan bahwa
kepatuhan terhadap instruksi kebersihan sekitar 55% sudah cukup untuk menghindarinya
banyak wabah Staphylococcus.
Beberapa sampel daging ayam jika dilihat dari segi lokasi pengambilan sampel, seperti
pasar tradisional. Dimana beberapa pedagang ada yang menjual daging ayam masih bagus
dan ada juga pedagang yang menjual daging ayam yang sudah tidak bagus atau sudah tidak
layak dikonsumsi, akan tetapi ada juga pedagang menjual dagangannya nanti ada pembeli
baru di potongkan. Hal ini bisa menimbulkan pencemaran. Pencemaran dapat terjadi karena
cara penanganan di tempat pemrosesan kurang memperhatikan sanitasi, misalnya pada saat
penerimaan dan pengangkutan ayam, penyembelihan, perendaman air panas dan pencabutan
bulu, jeroan, pendinginan dan pemotongan. Jika ditinjau dari kontaminasi bakteri
Staphylococcus aureus tidak dapat dilihat dari satu segi saja tapi dapat dilihat dari faktor dari
dalam (endogen) maupun dari lingkungan (eksogen). Adanya cemaran yang bersifat dari
dalam dapat terjadi apabila ayam yang dipotong sebelumnya telah terinfeksi oleh bakteri,
apakah itu mulai terinfeksi dari ternaknya sendiri atau kandangnya yang kurang baik
sanitasinya. Sedangkan, cemaran yang bersifat lingkungan dapat terjadi pada proses
penyembelihan, penanganan, udara, penyimpanan yang lama dan penyimpanan daging ayam
tidak dijaga higienitasnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Soeparno (2005), yang
menyatakan bahwa untuk mengurangi kontaminasi, diperlukan penanganan yang higienis
dengan sistem sanitasi yang baik. Besarnya kontaminasi mikroorganisme pada daging akan
menentukan kualitas dan masa simpan daging proses.
Makanan yang berasal dari hewan seperti daging, susu, telur dan produk yang terbuat
dari bahan tersebut seringkali mudah rusak dan mungkin mengandung bahaya biologis,
kimia atau fisik. Oleh karena itu penanganan produk - produk tersebut harus higenis dan
8
setiap negara perlu memiliki program keamanan pangan yang efektif untuk melindungi
kesehatan masyarakat. Hal ini sesuai dengan pandangan Anonymous (2004) yang
mengatakan bahwa mengenai pengaturan pangan , Indonesia telah memiliki Undang - undang
No.7 Tahun 1996 tentang Pangan. Undang-undang ini menjadi landasan hukum dalam
mengatur, membimbing , dan mengawasi kegiatan atau proses produksi, distribusi ,atau
perdagangan pangan . Undang-undang ini juga mencakup berbagai peraturan perundang -
undangan terkait pangan . Agar undang - undang pangan ini dapat ditegakkan secara tegas
, Pemerintah telah menambahkan Peraturan Pemerintah . Salah satu peraturan pemerintah
yang dikeluarkan adalah Peraturan Pemerintah No.28 Tahun 2004 tentang Keamanan,
Mutu serta Gizi Pangan. Daging ayam dapat terkontaminasi mikroorganisme di mana pun
dalam rantai pasokan, mulai dari peternakan hingga pasar, dan mikroorganisme ini dapat
menular ke manusia melalui kontak langsung, paparan lingkungan, dan konsumsi
makananan. Pencemaran mikroba dapt menimbulkan dampak serius bagi kesehatan
masyarakat. Penyakit yang berasal dari hewan dapat menular ke manusia melalui kontak
tidak langsung dengan lingkungan, kontak langsung atau konsumsi makanan. Penyakit
bawaan makanan di seluruh dunia disebabkan oleh bakteri patogen bawaan makanan, yang
membahayakan keamanan pangan karena resiko mengonsumsi makanan yang
terkontaminasi, terutama produk hewani. Sebagian besar bakteri ini penting bagi hewan
karena dapat memberikan dampak signifikan terhadap sektor ekonomi dan kesehatan
masyarakat .

9
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Untuk mendapatkan hasil dari sampel maka perlu dilakukan proses inkubasi kurang
lebih 45-48 jam dengan menggunakan media Baird Parket Agar Base (BPA). Media
Baird Parket Agar Base (BPA) merupakan media agar yang cocok untuk pertumbuhan
jenis bakteri Staphylococcus aureus.
2. Koloni S. aureus mempunyai ciri khas bundar, licin dan halus, cembung, diameter 2
mm sampai dengan 3 mm, berwarna abu – abu sampai hitam pekat, dikelilingi zona
opak, dengan atau tanpa zona luar yang terang (clear zone), tepi koloni putih dan
dikelilingi daerah yang terang.
3. Kontaminasi bakteri S. aureus bisa berlangsung saat daging ayam diproses seperti
ketika penerimaan, penggantungan daging, penyembelihan ayam, perendaman
memakai air panas, serta proses pencabutan bulu, pengambilan jeroan, sekaligus
pemotongan daging. Kontaminasi juga bisa menyerang daging ketika penanganannya
dilakukan di tempat yang kurang higienis.
4. Penanganan ayam di Rumah Potong Ayam (RPA) dijalankan secara tepat dan sesuai
standar, memperhatikan sanitasi hygiene pemotongan daging ayam, dan sudah
dilengkapi SOP Pelayanan RPA. Dimungkinkan tingkat cemaran bakterinya relatif
lebih rendah.

10
TANYA JAWAB PRESENTASI

1. Penanya : Juwanda Pranata Saragih


NIM : 4203220016
Kelompok :4
Pertanyaan
Bagaimana bakteri Staphylococcus dapat menghasilkan toksin yang menyebabkan
keracunan makanan pada manusia ketika daging ayam terkontaminasi?
Dijawab Oleh : Melani Oktrinidya Tambunan
NIM : 4203220030
Jawaban
Staphylococcus adalah bakteri yang dapat menghasilkan toksin, seperti toksin
staphylococcal enterotoxin, saat tumbuh pada makanan seperti daging ayam yang
terkontaminasi. Toksin ini dapat menyebabkan keracunan makanan jika makanan tersebut
dikonsumsi, menyebabkan gejala seperti mual, muntah, diare, dan sakit perut pada
manusia.

2. Penanya : Licia Simbolon


NIM : 4203220025
Kelompok :2
Pertanyaan
Pada ppt saudari menggunakan media baird paket agar base. Yang ingin saya tanyakan,
apakah bisa semisal kita melakukan penelitian yang sama menggunakan media lain? Dan
jika bisa mengapa dan media apa yang bisa digunakan?
Dijawab Oleh : Melani Oktrinidya Tambunan
NIM : 4203220030
Jawaban
Bisa, misalnya pada Media Mannitol Salt Agar (MSA), nah media ini merupakan media
selektif-diferensial yang digunakan untuk mengidentifikasi bakteri patogen
Staphylococcus aureus dan hanya bakteri tertentu yang dapat hidup, seperti bakteri Gram
positif Staphylococcus epidermidis.

3. Penanya : Yolanda Sihite


NIM : 4201220020

11
Kelompok :1
Pertanyaan
Di pembahasan kalian tadi memberikan informasi bahwa jika ditinjau dari kontaminasi
bakteri Staphylococus aureus tidak dapat dilihat dari satu segi saja tapi dapat dilihat dari
faktor dari dalam (endogen) maupun dari lingkungan (eksogen). Jelaskan bagaimana
faktor dari dalam (endogen) maupun dari lingkungan (eksogen) yang mengakibatkan
terjadinya kontaminasi bakteri staphylococus aureus ?
Dijawab Oleh : Afifah Wasalna
NIM : 4203220036
Jawaban
Kontaminasi bakteri Staphylococcus aureus dapat disebabkan oleh faktor endogen seperti
kekebalan tubuh yang lemah, luka terbuka, atau kondisi kulit yang rentan. Faktor eksogen
meliputi kontak dengan permukaan yang terkontaminasi, kurangnya kebersihan, atau
penularan dari individu lain yang terinfeksi staphylococcus aureus.

4. Penanya : Alfa Sahaya


NIM : 4202520001
Kelompok :6
Pertanyaan
Bagaimana cara proses pembentukan enterotoksin pada daging ayam yang bisa
menyebabkan kerusakan pada daging ayam?
Dijawab Oleh : Afifah Wasalna
NIM : 4203220036
Jawaban
Enterotoksin adalah toksin yang dihasilkan oleh beberapa jenis bakteri, seperti
Staphylococcus aureus. Proses pembentukan enterotoksin pada daging ayam biasanya
terjadi ketika bakteri ini tumbuh dan berkembang biak pada daging yang terkontaminasi.
Faktor-faktor seperti suhu, kelembaban, dan waktu penyimpanan yang tidak tepat dapat
mendukung pertumbuhan bakteri ini dan produksi enterotoksin.

Penting untuk memastikan bahwa daging ayam disimpan pada suhu yang aman dan
dihindari dari kontaminasi silang dengan makanan lain yang mungkin terinfeksi bakteri
Staphylococcus aureus. Selain itu, memasak daging ayam dengan suhu yang memadai
dapat membunuh bakteri dan menghindari risiko terkontaminasinya daging dengan
12
enterotoksin. Disarankan untuk memasak daging ayam hingga mencapai suhu minimal 74
derajat Celsius (165 derajat Fahrenheit) untuk memastikan keamanan pangan.

5. Penanya : Yulia Indriani


NIM : 4202520001
Kelompok :9
Pertanyaan
1. Di slide latar belakang ada di katakan bahwasanya faktor virulensi merupakan faktor
terpenting bagi Staphylococcus aureus , coba jelaskan apa itu faktor virulensi dan
mengapa faktor itu sangat penting?
2. Di slide itu juga ada di jelaskan eterotoksin telah terbukti berhubungan dengan
keracunan makanan pada Staphylococcus aureus, coba jelaskan bagaimana hubungan itu
terjadi?
Dijawab Oleh : Wulan Arindari
NIM : 4203520013
Jawaban
1. Faktor virulensi adalah karakteristik atau elemen dari organisme penyebab penyakit
yang memengaruhi kemampuan mikroorganisme untuk menyebabkan infeksi yang
parah atau merugikan pada inangnya. Faktor-faktor ini dapat termasuk struktur sel,
kemampuan untuk menghasilkan toksin, resistensi terhadap sistem kekebalan tubuh
inang, dan kemampuan untuk menyebar dengan efektif dalam tubuh inang.

Faktor virulensi sangat penting karena mereka mempengaruhi seberapa efektif


mikroorganisme tersebut dapat menyebabkan penyakit pada inangnya. Semakin tinggi
tingkat virulensi, semakin berbahaya dan potensial merugikan mikroorganisme
tersebut bagi inangnya. Pemahaman tentang faktor-faktor virulensi memungkinkan
pengembangan strategi pencegahan dan pengobatan yang lebih efektif untuk penyakit
yang disebabkan oleh mikroorganisme tersebut.
2. Eterotoksin adalah toksin yang diproduksi oleh bakteri Staphylococcus aureus, yang
merupakan bakteri umum yang dapat menyebabkan keracunan makanan pada manusia.
Toksin-toksin ini dihasilkan saat Staphylococcus aureus tumbuh dan berkembang biak
pada makanan yang terkontaminasi.

13
Keracunan makanan akibat Staphylococcus aureus terjadi ketika makanan
terkontaminasi dengan bakteri ini atau dengan toksin yang dihasilkannya. Eterotoksin
adalah salah satu jenis toksin yang dihasilkan oleh bakteri ini dan dapat menyebabkan
gejala-gejala keracunan makanan seperti muntah, diare, sakit perut, dan gejala lainnya
dalam waktu yang relatif singkat setelah mengonsumsi makanan terkontaminasi.

Penting untuk menjaga kebersihan makanan dan praktek keamanan pangan yang baik
untuk mencegah infeksi dan keracunan makanan yang disebabkan oleh Staphylococcus
aureus. Proses pemanasan dan pendinginan makanan dengan benar juga dapat
membantu mengurangi risiko keracunan makanan yang disebabkan oleh bakteri ini.

6. Penanya : Dera Yustika


NIM : 4202520008
Kelompok :3
Pertanyaan
Dikesimpulan dipaparkan bahwa RPA sudah menggunakan SOP yang baik sehingga
kemungkinan kontaminasinya rendah. Nah jadi dari kasus ini berapa persenkah
ditemukannya cemaran S. aureus pada sampel yang diambil? Karena saya dengar tadi
ada beberapa kategori penjual yakni penjual yang ayamnya sudah dipotong atau
penjual yang ketika ada pembeli baru memotong ayam, dll.
Dijawab Oleh : Wulan Arindari
NIM : 4203520013
Jawaban
Nah jadi kan kami ini tidak berpatok pada 1 jurnal, tetapi pada beberapa jurnal. Jadi
menurut salah satu jurnal yg kami baca itu tingkat bakteri cemaran yang paling
banyak ditemukan di pasar D yaitu sebanyak 21,6%. Sehingga dapat dinyatakan
sebagian besar tingkat cemaran sudah melampaui ambang batas Standar Nasional
7388: 2009 (1×102).

14
DAFTAR PUSTAKA

Ibrahim, J., dkk. (2017). Tingkat Cemaran Bakteri Staphylococcus aureus pada Daging Ayam
yang Dijual Di Pasar Tradisional Makassar. Jurnal Ilmu dan Industri Perternakan, 3
(3), 169-181

Rahmawati, dkk. (2018). Identifikasi Staphylococcus aureus Pada Daging Ayam Yang Dijual
Di Pasar Besar Kota Palangka Raya. Bornoe Journal of Medical Laboratory
Technology, 1(1), 13-16

Jefanni, Verli., dkk. (2017). Deteksi Cemaran Staphylococcus aureus Pada Daging Ayam
Yang Dijual Dipasar Tradisional Ulee Kareng. Journal JIMVET, 1(4), 715-719

Amirah., dkk. (2022). Deteksi Tingkat Cemaran Bakteri Staphylococcus aureus Pada Daging
Ayam Broiler Yang Dijual Di Pasar Tradisional Kota Lhokseumawe. Jurnal
Penelitian Dan Pengabdian Masyarakat, 1(12), 1074-1084

Rahayu, Yayuk Putri., dkk. (2023). Deteksi Cemaran Staphylococcus aureus Pada Ayam
Krispy Lokal Disekitar Salah Satu Universitas Kota Medan. Journal of
Pharmaceutical And Sciences, 6(3),1356-1362

Juandini, A, J., dkk. (2021). Evaluasi Jumlah Total Bakteri Dan Staphylococcus aureus Pada
Produk Ayam Olahan Dengan Pembelian Online. Jurnal Teknologi Hasil Peternakan,
2(2),64-74

Lee, Amy C., et al. (1987). Investigation by Syringe Method of Effect of Tampons on
Production In Vitro of Toxic Shock Syndrome Toxin 1 by Staphylococcus aureus.
Journal Of Clinical Microbiology, 25(1), 87-90

Oliveira, W, F., et al. (2017). Staphylococcus aureus And Staphylococcus epidermidis


Infections On Implants. Journal of Hospital Infection, 1-7

Palupi, K.T., dkk. (2010). Pengujian Staphylococcus aureus Pada Daging Ayam Beku yang
Dilalulintaskan Melalui Pelabuhan Penyebrangan Merak. Indonesian Journal Of
Veterinary Science and Medicine, 11(1). 9-14

15
Rahmawati. (2018). Identifikasi Staphylococcus aureus pada Daging Ayam yang Dijual di
Pasar Besar Kota Palangka Raya. Jurnal Teknologi Laboraturium Medis Borneo, 1(1)

Ondusko, Devlynne S. et al. (2018). Staphylococcus aureus. 39(6),287-298

Rollando. (2019). SENYAWA ANTI BAKTERI dari Fungi endofit. Malang : CV. Seribu
Bintang

Chylen Setiyo Rini,. Dan Jamilatur Rochmah. (2020). BAKTERIOLOGI DASAR. Jawa Tmur
: UMSIDA Press

Zulfarina, dan Imam Mahadi. (2019). BUKU AJAR BIOTEKNOLOGI. Pekan Baru : Badan
Penerbit Universitas Riau

Schwan, William R,. (2019). Staphylococcus aureus Toxins. USA : University of Wisconsin-
La Crosse

16

Anda mungkin juga menyukai