Anda di halaman 1dari 27

TUGAS KELOMPOK 5

MAKALAH JURNAL IDENTIFIKASI STAPHYLOCOCCUS AUREUS PADA ABON SAPI DI


PASAR PAHING KOTA KEDIRI

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok Mata Kuliah Bakteriologi

Kelompok 5
Hasna Nafisah – 5220001
Siti Rodiyah – 5220005
Hedi Kosam Erawan- 5220007
Noval Pahrul Nurhidayat – 5220014
Sabrina Ramadhani – 5220042

PROGRAM ALIH JENJANG D4


INSTITUT ILMU KESEHATAN RAJAWALI
JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK
BANDUNG
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dewasa ini, banyak penyakit yang disebabkan oleh bakteri dengan melibatkan berbagai
agen perantara, seperti udara, air, tanah, makanan, minuman, ataupun barang-barang lainnya.
Genus Staphylococcus, khususnya Staphylococcus aureus ditemukan dapat menyebabkan
kontaminasi pada daging se’i sapi, sosis babi (Rahayu dkk, 2014), ayam broiler (Lowder et al.,
2009) serta olahan ikan asap (Karimela dkk, 2017) yang tidak bermerk. Proses pengolahan
makanan tidak bermerk umumnya dilakukan secara tradisional sehingga dapat meningkatkan
risiko kontaminasi Staphylococcus aureus (Salasia dkk, 2009).
Staphylococcus aureus adalah bawaan makanan oportunistik yang terkenal patogen, dan
terlibat dalam berbagai nosokomial dan wabah terkait komunitas (CA) di seluruh dunia (Paterson
dkk., 2014). Penggunaan antibiotik secara luas, dan khususnya penggunaan yang tidak tepat atau
berlebihan, telah memfasilitasi munculnya patogen yang resisten terhadap antibiotik, seperti
resisten metisilin S. aureus (MRSA). Enterotoksin stafilokokus (gen SE) telah terdeteksidi
banyak bahan makanan menyebabkan keracunan makanan stafilokokus, beracun syok, dan reaksi
alergi dan autoimun (Gonano et al.,2009). Enterotoksin stafilokokus diklasifikasikan menjadi 23
jenis Racun SE dan SE (SEL) termasuk ke dalam lima serologis utama jenis SEA, SEB, SEC,
SED, dan SEE (Hennekinne et al., 2012;Carfora dkk., 2015; Ono et al., 2015).
Kontaminasi Staphylococcus aureus mengakibatkan berbagai macam infeksi klinis,
seperti bakterimia, infeksi kulit, infeksi saluran pencernaan (Thomer et al., 2016), endokarditis,
osteoartikular, dan pleuropulmonari (Tong et al., 2015). Pemeriksaan adanya kontaminasi dapat
dilakukan dengan identifikasi secara bakteriologi, yaitu melalui uji morfologi(pewarnaan Gram),
fermentasi manitol (Manitol Salt Agar), koagulase, katalase, dan uji produksi asetoin (Voges-
Proskauer) (Windria et al., 2016). Abon menjadi salah satu produk olahan daging sapi yang
mudah terkontaminasi. Sejauh ini, belum ada penelitian yang mengungkapkan adanya
Staphylococcus aureus pada abon sapi, khususnya yang dijual di Pasar Pahing, Kota Kediri.
Kondisi penyimpanan dan pasar yang kurang baik dapat mendukung terjadinya kontaminasi.
Selain itu, kandungan nutrisi tinggi yang dimiliki abon, dapat dijadikan sebagai sumber nutrisi
dan agen pertumbuhan bagi mikroba. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya
Staphylococcus aureus pada abon sapi tidak bermerk yang dijual di Pasar Pahing, Kota Kediri.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka didapatkan rumusan masalah penelitian
yaitu “Bagaimana cara identifikasi staphylococcus aureus pada abon sapi di pasar pahing kota
kediri”.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya Staphylococcus aureus pada abon sapi tidak
bermerk yang dijual di Pasar Pahing, Kota Kediri

D. Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan data dalam pengembangan ilmu
pengetahuan tentang cara identifikasi staphylococcus aureus pada abon sapi.
2. Sebagai media informasi kepada masyarakat di wilayah seputar Pasar Pahing, Kota Kediri
bahwa abon menjadi salah satu produk olahan daging sapi yang mudah terkontaminasi oleh
bakteri Staphylococcus aureus yang dapat mengakibatkan berbagai macam infeksi klinis,
seperti bakterimia, infeksi kulit, infeksi saluran pencernaan, endokarditis, osteoartikular, dan
pleuropulmonari.
3. Menjadi data acuan untuk penelitian yang lebih lanjut.
BAB II
REVIEW TEORI

A. Pengertian Staphylococcus aureus

Genus Staphylococcus, khususnya Staphylococcus aureus ditemukan dapat


menyebabkan kontaminasi pada daging se’i sapi, sosis babi (Rahayu dkk, 2014), ayam broiler
(Lowder et al., 2009) serta olahan ikan asap (Karimela dkk, 2017) yang tidak bermerk. Proses
pengolahan makanan tidak bermerk umumnya dilakukan secara tradisional sehingga dapat
meningkatkan risiko kontaminasi Staphylococcus aureus (Salasia dkk, 2009).
Kontaminasi Staphylococcus aureus mengakibatkan berbagai macam infeksi klinis,
seperti bakterimia, infeksi kulit, infeksi saluran pencernaan (Thomer et al., 2016), endokarditis,
osteoartikular, dan pleuropulmonari (Tong et al., 2015).

B. Pewarnaan Gram
Pewarnaan Gram menjadi salah satu cara mengetahui morfologi koloni bakteri.
Staphylococcus aureus diketahui sebagai bakteri Gram positif yang berbentuk coccus berwarna
ungu Selain itu, bakteri Gram positif memiliki ciri umum berupa dinding sel (peptidoglikan)
yang lebih tebal (20-80 nm) dibandingkan bakteri Gram negatif. Hal tersebut yang
mengakibatkan Staphylococcus aureus memiliki tingkat pertumbuhan, tingkat infeksi, dan pola
resistensi yang tinggi dibandingkan dengan bakteri Gram negatif seperti Escherichia coli
(Lykov et al., 2017).

C. Uji Katalase Koagulase dan Uji VP

1. Fermentasi Manitol

Manitol Salt Agar menjadi media uji fermentasi manitol. Adanya fermentasi manitol
ditandai dengan perubahan warna media yang semula merah menjadi kuning (Adejuwon et
al., 2011) akibat adanya penurunan pH menjadi asam (Karimela dkk, 2017). Hasil
penelitian menunjukkan Staphylococcus aureus yang didapat memiliki kemampuan
fermentasi manitol sempurna (media menjadi kuning keseluruhan) dengan koloni berwarna
putih

2. Uji Katalase

Uji katalase digunakan untuk membedakan genus Staphylococcus dan Streptococcus


(Todar, 2005; Karimela dkk, 2017). Gelembung udara yang terbentuk pada uji katalase
menunjukkan hasil katalase positif untuk Staphylococcus (Sindhu et al., 2010) merupakan
hasil hidrolisis H2O2 menjadi molekul air dan oksigen (Hemraj et al., 2013). Hidrolisis
H2O2 distimulasi oleh enzim katalase yang terletak pada permukaan membran sel bakteri
Staphylococcus (Hemraj et al., 2013; Yurdakul et al., 2013). Reaksi tersebut berlangsung
sebagai mekanisme pertahanan diri bakteri terhadap H2O2 yang bersifat toksik (Locke et
al., 2012).

3. Uji Koagulase
Staphylococcus aureus umumnya memiliki hasil uji koagulase positif, namun ada pula yang
menunjukkan hasil negatif. Berdasarkan hasil penelitian Yurdakul et al. (2013) menyatakan
bahwa hasil negatif menunjukkan bahwa Staphylococcus oportunistik. Pada penelitian ini,
dihasilkan koagulase positif yang ditunjukkan dengan adanya presipitasi (gumpalan)). Uji
koagulase slide (Slide Coagulase Test/ SCT) dilakukan dengan mendeteksi adanya faktor
penggumpalan yang bereaksi secara langsung dengan fibrinogen yang terikat pada plasma
(McAdow et al., 2011) sehingga didapatkan hasil yang lebih cepat dibandingkan uji
koagulase tabung (Tube Coagulase Test/ TCT) (Kateete et al., 2010).

4. Uji VP

Deteksi asetoin melalui uji VP dilakukan dengan penambahan reagent KOH 40% dan α-
napthol 5%. Hasil penelitian menunjukkan 9 sampel positif dengan terbentuknya cincin
berwarna merah pada bagian atas media (Gambar 5). Uji tersebut ditentukan oleh
kemampuan bakteri membentuk asetoin (asetiletilkarbinol) melalui pemecahan glukosa.
Asetoin selanjutnya bereaksi dengan α-napthol 5% dan KOH 4% sehingga menghasilkan
warna merah pada media (Hemraj et al., 2013).
BAB III
REVIEW JURNAL

A. Judul Jurnal
Identifikasi Staphylococcus aureus Pada Abon Sapi di Pasar Pahing Kota Kediri
B. Nama Jurnal
http://journals.ums.ac.id/index.php/bioeksperimen/article/view/9236
C. Penerbit
Jurnal Penelitian Biologi (Bioeksperimen)
D. Volume dan Halaman
Vol. 5 No.2 Pp. 99-105
E. Tahun
Bulan September 2019
F. Penulis
Mastuti Widianingsih, Dian Catur Setyorini
G. Tanggal Riview
2 Maret 2021
H. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya Staphylococcus aureus pada abon sapi tidak
bermerk yang dijual di Pasar Pahing, Kota Kediri.

I. Metode penelitian
Metode penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif analitik dengan melibatkan 2
variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas yang digunakan yaitu
Staphylococcus aureus, sedangkan abon sapi sebagai variabel terikat.

J. Sampel Penelitian
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 10 abon sapi tidak bermerk dan penentuan
jumlah sampel dilakukan dengan teknik total sampling.

K. Populasi penelitian

Populasi dari penelitian ini adalah Abon sapi yang dijual di Pasar Pahing Kota Kediri Keseluruhan
penelitian dilakukan pada bulan Februari-Maret 2017.

L. Pencuplikan sampel

Pencupikan sampel menggunakan metode analitik secara laboratoris dimana pengambilan sampel
yang di gunakan adalah total sampling.
M. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara analitik secara laboratoris. dengan melibatkan 2
variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas yang digunakan yaitu
Staphylococcus aureus, sedangkan abon sapi sebagai variabel terikat.

N. Instrument penelitian

Alat yang digunakan meliputi neraca analitik Merck, spatel, beaker glass Pyrex, erlenmeyer
Pyrex, gelas ukur Iwaki, ose bulat, autoclave Memmert (sterilisasi), incubator Memmert,
mikroskop binokuler Olympus, centrifuge Hettich, centrifuge tube Iwaki, tabung reaksi, tabung
Durham, dan tabung Khan Pyrex, serta plate Pyrex. Bahan yang dibutuhkan yaitu aluminium foil,
object glass, beef extract, pepton, NaCl, aquadest, Manitol Salt Agar (MSA) Merck, KOH 40%,
Voges- Proskauer (VP), α-napthol 5%, H2O2 3%, sampel darah, natrium citrate, NaCl fisiologis,
carbol gential violet, lugol, alkohol 95%, dan fuschine.

O. Hasil Penelitian

Hasil penelitian menunjukkan terdapat 9 sampel abon yang terkontaminasi


Staphylococcus aureus yang ditunjukkan dengan hasil pewarnaan Gram positif, fermentasi
manitol positif (sempurna), dan uji asetoin, katalase, dan koagulase positif.

P. Kesimpulan Penelitian

Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa abon sapi yang dijual di Pasar Pahing Kota
Kediri positif terkontaminasi Staphylococcus aureus dengan persentase 90%.
Q. Kekuatan Penelitian

- Memaparkan secara jelas dan lengkap mulai dari pendahuluan dari permasalahan juga uji
laboratorium dalam upaya mengetahui cara dan hasil identifikasi Staphylococcus aureus
pada abon sapi di Pasar Pahing Kota Kediri
- Berbagai parameter uji digunakan untuk mengindentifikasi Staphylococcus aureus pada abon
sapi di Pasar Pahing Kota Kediri

R. Kelemahan Penelitian

1. Jurnal penelitian di terbitkan Bulan September 2019 sedangkan penelitian nya terrsebut
dilakukan bulan Februari-Maret 2017 jadi tidak mewakili kondisi pada bulan diterbitkan
jurnal penelitiannya

2. Dalam penelitian disebutkan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 10 abon sapi
tidak bermerk akan tetapi tidak dijelaskan dari 1 merk abon sapi tersebut berapa sempel yang
ditelitinya
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kontaminasi dari olahan daging sapi makanan seperti seperti abon dapat disebabkan oleh
berbagai jenis dari mikroba, salah satu dari yang Staphylococcus aureus. Staphylococcus aureus
dapat menyebabkan berbagai infeksi, baik di dalam kulit, gastrointestinal saluran, atau
endokarditis. Tujuan dari ini penelitian adalah untuk menentukan yang Kehadiran dari
Staphylococcus aureus di daging sapi abon dijual di Pahing Market, Kediri.
Abon yang digunakan adalah non-branded daging sapi abon yang merupakan sebagai
banyak sebagai 10 sampel diperoleh oleh jumlah sampel teknik total sampling. Sampel yang diuji
oleh pengamatan dari koloni morfologi melalui Gram pewarnaan, manitol fermentasi tes, katalase
dan uji koagulase , dan uji asetoin . sampel yang diinokulasi pada Broth NaCl (tinta. 24 jam-37 °
C), kemudian diinokulasi pada MSA (tinta. 24 jam-37 ° C), dan VP (tinta. 2x24 jam-37 ° C).
Katalase dan koagulase tes yang dilakukan keluar dengan mengambil koloni di MSA Media.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada yang 9 abon sampel terkontaminasi dengan
Staphylococcus aureus sebagai ditunjukkan oleh Gram positif pewarnaan hasil, positif
(sempurna) manitol fermentasi, dan positif asetoin, katalase, dan koagulase tes. Penyebab
pencemaran adalah bahan abon yang tercemar, proses pembuatan menggunakan alat yang kurang
steril, penanganan dan pengolahan yang kurang baik, pengolahan makanan dengan tangan kotor ,
makanan disimpan tanpa penutup, pengolah makanan sakit , dan pasar kotor.
Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa abon sapi yang dijual di Pasar Pahing
Kota Kediri positif terkontaminasi Staphylococcus aureus dengan persentase 90%.
BAB V
DAFTAR PUSTAKA

http://journals.ums.ac.id/index.php/bioeksperimen/article/view/9236.
Mastuti Widianingsih, Dian Catur Setyorini. (2019). Identifikasi Staphulococcus Aureus pada Abon
sapi di Pasar Pahing Kota Kediri. Journal Bioeksperimen. Vol. 5 (2) Pp. 99-105. Doi:
10.23917/bioeksperimen.v5i2.2795.

Rodriguez et al. 2017. Detection and Characterization of Staphylococcus aureus and Methicillin-
Resistant S. aureus in Foods Confiscated in EU Borders. July 2017 | Volume 8 | Article 1344.

Anda mungkin juga menyukai