Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PPDH

LABORATORIUM DIAGNOSTIK

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI PADA SAMPEL SWAB


VAGINA KUCING YANG MENGALAMI DISTOKIA

Oleh:

Albert Umbu, SKH B94174402


Siti Vanessa Fransiska, SKH B94174444

Dosen Pembimbing:
Drh. Usamah Afif, M.Sc.

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018
PENDAHULUAN
Latar Belakang

Distokia berasal dari bahasa Yunani dys yang berarti sulit, menyakitkan, kelainan,
atau abnormal dan tokos yang berarti kelahiran. Distokia terjadi saat proses melahirkan tidak
berjalan normal (Pretzer 2008). Distokia dapat disebabkan oleh faktor maternal atau fetal,
dan pada beberapa kasus keduanya dapat menjadi penyebab distokia. Maternal faktor yang
dapat menyebabkan distokia diantaranya ukuran pelvis yang kecil, abnormalitas saluran
reproduksi kaudal, uterinal inersia primer dan sekunder, malnutrisi, parasite, abnormalitas
pada uterus dan kausa non uterus (Johnston et al. 2001). Sementara faktor fetal penyebab
distokia meliputi ukuran fetus yang besar, malposisi, malpostur, dan kematian fetus (Pretzer
2008).
Kematian fetus dapat terjadi saat flora normal vagina seperti E. coli., Staphylococcus
sp., dan Streptococcus sp. berkembang tak terkontrol. Gejala klinis yang muncul data berupa
anoreksia, nyeri abdomen, dan keluarnya vaginal discharge (Givens dan Marley 2008).
Infeksi pada plasenta atau toksin dari agen infeksius dapat memberikan efek pada
perkembangan fetus.
Diagnosa penyakit reproduksi dapat dilakukan dengan uji laboratorium yaitu dengan
kultur bakteri, polymerase chain reaction (PCR), dan uji serologis. Keberadaan mikroflora
normal harus diperhatikan ketika menginterpretasikan hasil kultur bakteri. Kemudia umur,
terapi antibiotic yang sedang dijalani, dan fase estrus juga berpengaruh pada kualitas dan
kuantitas isolate bakteri yang diambil (Graham dan Taylor 2012)

Tujuan

Pemeriksaan sampel ini bertujuan untuk mengisolasi dan mengidentifikasi jenis


bakteri yang menjadi penyebab infeksi pada saluran reproduksi hewan, membantu
meneguhkan diagnosa cystitis pada kucing, sehingga meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan mahasiswa dalam mendiagnosa agen penyakit hewan terutama penyakit
bakterial melalui pemeriksaan laboratorium mikrobiologi.

TINJAUAN KASUS

Signalement
Asal sampel : Klinik Hewan Cimanggu
Tanggal pengambilan : 11 Desember 2018
Jenis sampel : Swab vagina
Nama : Maru
Jenis Hewan : Kucing
Ras Hewan : DSH
Jenis Kelamin : Betina
Umur : 2 tahun
Warna : Putih
Berat Badan : ± 1 kg
Anamnesa : Kucing datang pada 8 Desember 2018 dengan umur kebuntingan 8
minggu 4 hari. Kemudian dilakukan USG dan ditemukan terdapat 2 fetus ynag masih hidup.
Tanggal 10 Desember terjadi kontraksi dan terdapat salah satu fetus yang sudah berada di
serviks kucing namun tidak kunjung keluar dalam keadaan mati. Tanggal 11 Desember 2018
terjadi kontraksi lagi dan anak kucing keluar dalam keadaan mati namun disertai dengan
cairan berwarna coklat keruh dan bau.
Diagnosa sementara : Distokia disertai infeksi saluran reproduksi.

METODE

Alat
Alat yang digunakan antara lain adalah jas lab, gloves, masker, plastik steril, cawan
petri, scalpel dan KP steril, object glass, tabung effendorf, pembakar bunsen, inkubator,
refrigerator, cool box, dan freezer.

Bahan
Bahan yang digunakan dalam identifikasi mikrobiologi ini adalah sampel hati ayam
untuk isolasi bakteri. Sebagai media identifikasi digunakan medium agar blood agar (BA),
media tripticase soy agar (TSA), Mac Conkey agar (MCA), mannitol salt agar (MSA), agar
Sitrat, agar Urea, agar Indol, larutan H2O2 3%, larutam oksidase, larutan gula-gula (glukosa,
laktosa, sukrosa, maltosa, manitol). Pewarnaan Gram digunakan lartan crystal violet, larutan
safranin, larutan lugol, aseton alkohol, akuades steril, NaCl fisiologis, plasma darah kelinci,
dan air. Serta digunakan alkohol 70% sebagai antiseptik.

Waktu dan Tempat


Praktikum dilaksanakan pada 11-19 Desember 2018. Pemeriksaan dilakukan di
Laboratorium Diagnostik, Rumah Sakit Hewan Pendidikan, Fakultas Kedokteran Hewan,
Institut Pertanian Bogor.

Spesimen
Spesimen berasal dari swab vagina kucing yang mengalami peradangan disekitar
saluran reproduksi. Sampel diperoleh dari Klinik Hewan Cimanggu, Bogor. Kolektor sampel
harus menggunakan sarung tangan untuk meminimalisir kontaminasi. Pengambilan sampel
diawali dnegan menghapushamakan daerah sekitar vulva dengan kapas alcohol kemudian
bagian vagina sedikit dibuka dengan merentangkan kedua kaki kucing. Lalu swab dilakukan
pada vagina kucing menggunakan cotton swab steril dan di masukkan kedalam tabung
effendorf yang telah berisi media pembawa BHI. Sampel yang didapatkan dibawa
menggunakan cool box. Sampel kemudian dibawa ke laboratorium dengan alur pemeriksaan
seperti pada bagan berikut;
Sampel

Agar BA Agar MCA

TSA Miring

Pewarnaan Gram

Gram Positif Gram Negatif

Uji Katalase Uji Oxidase


Uji Glukosa Mikroaerofilik Uji TSIA
Uji MSA Uji Motilitas dan Indol
Uji Fermentasi gula-gula
Uji Methyl Red-Voges
Proskauer (MR-VP)

Bagan 1 Alur identifikasi bakteri Gram Positif dan Gram Negatif

HASIL DAN PEMBAHASAN


Patogenesis
Staphilococcus spp. merupakan mikroflora yang hidup di kulit dan membrane mukosa
kucing dan anjing. Infeksi opurtunistik pada saluran reproduksi dapat terjadi akibat
keberadaan faktor predisposisi. Salah satu faktor predisposisi dari infeksi opurtunistik oleh
Staphylococcus spp. adalah distokia dan hygiene yang buruk (Graham dan Taylor 2012).
Kasus kucing Maru distokia, fetus pertama yang akan keluar tersangkut selama beberapa jam
di daerah serviks, kondisi ini diduga menjadi sumber terjadinya infeksi dan membiarkan
Staphylococcus patogen masuk ke dalam uterus dan menginfeksi fetus melalui plasenta.
Staphylococcus aureus dapat mengkoagulasikan plasma darah. Plasenta yang terinfeksi
dapat mengganggu asupan nutrisi dari induk ke fetus. Kondisi ini diperburuk dengan kondisi
imun induk yang sudah menuruh akibat kondisi distokia. Kedua isolate bakteri mengarah
pada spesies Staphylococcus aureus namun memiliki warna koloni yan berbeda. Hal ini bisa
saja terjadi jik abakteri Staphylococcus aureus yang menginfeksi saluran reproduksi betina
memiliki dua strain yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Givens MD, Marley MSD. 2008. Infectious causes of embryonic and fetal mortaliy.
Therionology. 70: 270-285

Graham EM, Taylor DJ. 2012. Bacterial reproductive pathogens of cats and dogs. Vet Clin
Small Anim. 42:561-582

Johnston SD, Kustritz MVR, Olson PNS. 2001. Disorders of the canine uterus and uterine
tube (oviducts). Philadelphia(USA): Saunders

Pretzer SD. 2008. Medical management of canine and feline dystocia. Therionology 70:332-
336

Anda mungkin juga menyukai