Disusun oleh:
Syahrul Fadillahir R, SKH B94192088
Dibawah Bimbingan:
Drh Rahmat Hidayat MSi
Latar Belakang
Tujuan
Asal Sampel : Ular berpemilik yang berasal dari Cifor, Dramaga Bogor
Jenis Sampel : Luka pada mulut
Jenis/Ras : Ular/Sanca (Reticulated python)
Diagnosa sementara : Stomatitis
Materi
Spesimen
Sampel diambil dari moncong ular yang mengalami luka terbuka yang berasal
dari Cifor, Dramaga, Bogor.
Metode
Bagan Alur
Sampel organ
Uji KOH 3%
Uji KOH 3% dilakukan secara aseptis dengan mengambil beberapa koloni
bakteri dari media TSA dengan menggunakan ose ujung bulat yang telah dipijarkan di
atas api dan diletakkan pada gelas objek. Kemudian diteteskan KOH 3% dan diaduk
secara rata dan dilihat dengan cara mengangkat ujung ose. Reaksi positif ditandai
dengan menunjukan hasil berupa terbentuknya benang yang menempel pada ujung ose
saat diangkat.
Uji Oksidase
Bakteri diambil dengan menggunakan ose ujung bulat secara aseptis dan
dioleskan pada kertas yang telah mengandung reagen oxidase, hasil uji dikatakan
positif jika kertas berubah menjadi warna violet-kehitaman, dan negatif jika kertas
menjadi warna biru pudar atau tidak berubah warna.
Uji Biokimiawi
a. Uji Fermentasi Karbohidrat
Media berbentuk cairan berwarna merah dan terdapat tabung durham masing
masing berisi glukosa, laktosa, sukrosa, manitol, dan maltosa. Prosedur dalam uji
fermentasi karbohidrat yaitu terlebih dahulu memanaskan ujung ose ujung bulat.
Setelah itu, inokulasikan bakteri pada masing-masing media glukosa, laktosa sukrosa,
manitol, dan maltosa. Kemudian media diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam.
Perubahan warna menjadi warna kuning dan adanya gas pada durham pada masing-
masing tabung menunjukkan hasil positif.
c. Uji Motilitas
Media yang digunakan yaitu media semi padat. Pengujian ini dilakukan dengan
cara memanaskan ose ujung lurus. Setelah itu, bakteri diinokulasikan dengan cara
menusukkan ose hingga 3/4 bagian. Jika bakteri tersebut bersifat motil, maka akan
terlihat adanya pertumbuhan sekitar tusukan dan permukaan media. Kemudian media
diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam kemudian diamati. Selain itu dilakukan uji
preparat natif, pengujian dilakukan dengan cara memanaskan ose ujung bulat kemudian
bakteri diambil dari biakan kemudian disimpan pada gelas objek, setelah itu
ditambahkan aquades sebanyak 2 mata ose dan dihomogenkan, lalu ditutup
menggunakan cover glass dan diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 100x.
d. Uji Indol
Media yang digunakan yaitu media semi padat. Pengujian ini dilakukan dengan
cara memanaskan ose ujung lurus. Setelah itu, bakteri diinokulasikan dengan cara
menusukkan ose hingga 4 bagian. Jika bakteri tersebut bersifat motil, maka akan
terlihat adanya pertumbuhan sekitar tusukan dan permukaan media. Kemudian media
diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam kemudian diamati. Setelah diinokulasi,
media ditetesi beberapa tetes reagen Erlich. Terdapat adanya cincin berwarna merah
muda pada permukaan media setelah penambahan reagen Erlich, menunjukkan hasil
positif.
e. Uji Sitrat
Media yang digunakan yaitu Simmon Citrate Agar. Pengujian ini dilakukan
dengan cara memanaskan ose ujung bulat. Setelah itu, bakteri diinokulasikan dan
digoreskan pada permukaan media. Kemudian media diinkubasi pada suhu 37°C
selama 24 jam. Perubahan warna media menjadi warna biru menunjukkan hasil positif.
Hasil
Sampel diambil dari moncong ular yang dimasukan dalam media BPW dan
dilakukan pewarnaan Gram untuk melihat morfologi bakteri, sifat Gram, dan susunan
bakteri. Berdasarkan pewarnaan Gram, dapat diamati bahwa pada sampel hati ayam
terdapat bakteri Gram positif berbentuk cocoid atau cocobasil pada pengamatan 100x.
Hasil pewarnaan Gram disajikan pada Tabel 1 dan Gambar 3.
Tabel 1 Morfologi dan karakteristik bakteri yang berasal dari sampel hati ayam
Indikator Hasil pegamatan
Sifat Gram Gram positif
Warna Violet
Morfologi Coccus dan Bacil
Susunan Soliter dan Berkelompok
Sampel kemudian dibiakkan pada media blood agar (BA) dan MacConkey agar
(MAC). Berdasarkan pengamatan pada koloni bakteri dapat diketahui bahwa terdapat
dua jenis koloni berbeda yang tumbuh pada BA dan hanya ada satu jenis koloni yang
tumbuh pada MAC. Hasil biakan sampel disajikan pada Gambar 4a, Gambar 4b, dan
Tabel 2.
Gambar 4a Hasil biakan bakteri pada blood agar (BA)
Koloni biakan bakteri yang berasal dari MAC dibiakkan pada media trypticase
soy agar (TSA). Media TSA merupakan media agar miring yang digunakan untuk
memurnikan biakan koloni bakteri yang telah didapatkan pada biakan BA dan MCA.
Hasil isolasi bakteri pada media TSA kemudian diwarnai dengan pewarnaan Gram
untuk diamati. Hasil pewarnaan Gram disajikan pada Gambar 5.
Tabel 3 Hasil pewarnaan Gram koloni bakteri BA dan MCA pada TSA
Indikator Karakteristik
Sifat Gram Gram negatif
Warna Merah
Morfologi Bacillus
Susunan Soliter dan Bergerombol
Warna Merah
Berdasarkan pewarnaan gram biakan pada TSA diketahui bahwa koloni bakteri
merupakan bakteri Gram negatif. Kemudian dilanjutkan dengan uji KOH untuk
memastikan koloni tersebut merupakan bakteri Gram negatif. Hasil uji KOH disajikan
pada Gambar 6
Hasil KOH positif yang menandakan bakteri merupakan gram negatif. Uji yang
dilakukan untuk identifikasi bakteri Gram negatif adalah uji biokimiawi yang meliputi
uji oksidase, uji fermentasi karbohidrat, uji hidrogen sulfida (triple sugar iron
agar/TSIA), uji motilitas, uji pembentukan indol, uji sitrat, uji hidrolisis urea, uji VP
dan MR. Hasil uji biokimia disajikan pada Tabel 4.
Oksidase Positif
K/NC/+/−
TSIA
Indol Negatif
Motilitas Motil
Sitrat Positif
Urea Negatif
a
A: acid (warna media kuning), K: alkali (warna media merah); −: tidak terbentuk endapan hitam. NC:
tidak terjadi perubahan
b
A: media berwarna kuning (terbentuk asam); G: terbentuk gas.
Pembahasan
Uji oksidase positif menandakan bahwa bakteri Gram negatif koloni dalam
golongan non-enterik. Hasil uji positif oksidase menampilkan warna ungu pada kertas
media, sedangkan hasil uji negatif menampilkan warna coklat. Hasil uji TSIA berwarna
merah pada bagian slant dan tidak terjadi perubahan warna pada bagian butt. Hal ini
menandakan bahwa bakteri tidak dapat memfermentasikan sukrosa dan laktosa dimana
pada bagian slant mengalami kondisi basa dan berwarna merah akibat reagen Phenol
red. Selain itu, terbentuk gas pada media agar namun tidak terbentuk endapan hitam
sehingga pada uji tersebut tidak terjadi pembentukan H2S. Uji indol pada bakteri ini
tidak membentuk cincin merah yang menunjukan bakteri tidak mengandung enzim
triptofanase untuk penguraian triptofan oleh bakteri. Uji motilitas bernilai positif yang
ditandai dengan pertumbuhan koloni bakteri sepanjang daerah tusukan dan menyebar
pada permukaan, selain itu bakteri memiliki flagella dan bergerak pada preparat ulas
natif. Uji sitrat pada koloni bernilai positif yang berarti terjadinya perubahan warna
media dari hijau menjadi biru, artinya koloni menggunakan sitrat sebagai salah
satu/satu-satunya sumber karbon. Kemudian uji urea menampilkan hasil negatif
menandakan bahwa koloni bakteri tidak menghasilkan urease. Uji fermentasi glukosa
dan manitol positif dan menghasilkan gas, sedangkan maltosa dubius karena berwarna
antara positif dan negatif serta tidak menghasilkan gas. Uji fermentasi sukrosa dan
laktosa bernilai negatif ditandai larutan tetap berwarna merah. Hal ini menunjukan
bakteri dapat memfermentasi glukosa dan manittol dan tidak dapat memfermentasi
sukrosa, laktosa dan maltosa. Uji MR menghasilkan nilai negatif, artinya bakteri tidak
mengahasilkan asam campuran (metilen glikon) dari proses fermentasi glukosa yang
terkandung dalam medium MR. Uji VP juga bernilai negatif, artinya hasil akhir
fermentasi glukosa oleh bakteri bukan asetilmetil karbinol (asetoin).
Berdasarkan hasil yang telah dilakukan menunjukkan mikroorganisme yang
menginfeksi ular tersebut adalah Pseudomonas aeruginosa. Menurut Saraswati (2016),
Pseudomonas aeruginosa berbentuk batang tunggal, berpasangan kadang-kadang
membentuk rantai pendek. Pseudomonas aeruginosa termasuk bakteri gram negatif.
Bakteri ini bersifat aerob, katalase positif, oksidase positif, tidak mampu
memfermentasi tetapi dapat mengoksidasi glukosa/karbohidrat lain, tidak berspora,
tidak mempunyai selubung (sheat) dan mempunyai flagel monotrika sehingga selalu
bergerak. Pada agar darah, biasanya membentuk hemolysis b, tumbuh pada 42oC dan
biasa mengeluarkan bau seperti anggur atau jagung (Hirsh 2004). Luka terbuka yang
kemudian terinfeksi bakteri ini akan menyebabkan penyakit tidak kunjung sembuh dan
menyebabkan inflamasi yang abnormal. Pseudomonas aeruginosa memicu respons
inflamasi yang kuat selama proses infeksi (Alhazmy 2015) dan menyebabkan
gangguan imun non-spesifik dari inang (Jho 2011).
Pseudomonas aeruginosa tumbuh banyak di lingkungan (tanah, air dan
tumbuhan), tahan pada lingkungan buatan (bak mandi air panas, pusaran air dan cairan
kontak lensa) dan pada peralatan rumah sakit (wastafel, shower, perlengkapan
pernafasan), kadang kadang juga sebagai flora normal pada manusia (Tille 2014).
Menurut Jho (2011) Ular yang dalam kondisi sehat, flora normal yang terkandung
dalam mulutnya yaitu bakteri gram positif seperti Staphylococcus dan
Corynebacterium. Namun ketika ular dalam kondisi stomatitis, bakteri gram negatif
umumnya penyebab dari penyakit tersebut dan menjadi lebih dominan, seperti
Pseudomonas aeruginosa (Andriani et al. 2018), Providencia rettgeri, Pseudomonas
maltophillia; dan Pseudomonas flouresence (Leon et al. 2017). Pemilihan antibiotik
sangat penting untuk mengobati penyakit akibat bakteri ini. Berdasarkan penilitian
yang dilakukan oleh Rukmono dan Zuraida (2013), Pseudomonas aeruginosa telah
mengalami resistensi terhadap 14 jenis antibiotik, diantaranya yaitu ampisilin,
eritromisin, amoksisilin, sefuroksim, seftriakson, gentamisin, tetrasiklin, sefadroksil,
piperasilin, trimetroprim, tobramisin, kotrimoksazol, nalidiksid dan sulfonamid
kompleks.
SIMPULAN
Suspect Stomatitis yang terjadi pada ular Python reticulated di daerah Cifor disebabkan
oleh bakteri Pseudomonas aeruginosa. Pengobatan sebaiknya menggunakan antibiotik
selain ampisilin, eritromisin, amoksisilin, sefuroksim, seftriakson, gentamisin,
tetrasiklin, sefadroksil, piperasilin, trimetroprim, tobramisin, kotrimoksazol, nalidiksid
dan sulfonamid kompleks karena sudah mengalami resistensi.
DAFTAR PUSTAKA