Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN KEGIATAN

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI PADA SAMPEL


MONCONG ULAR SUSPECT STOMATITIS

Disusun oleh:
Syahrul Fadillahir R, SKH B94192088

Dibawah Bimbingan:
Drh Rahmat Hidayat MSi

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI KEDOKTERAN HEWAN


BAGIAN DIAGNOSTIK LABORATORIUM
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT HEWAN DAN
KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2020
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Menentukan penyebab suatu penyakit serta menentukan suatu diagnosa penyakit


memerlukan adanya pemeriksaan penunjang sebagai peneguhan diagnosa. Salah satu
peneguhan diagnosa adalah dengan pemeriksaan agen penyebab penyakit. Pemeriksaan
agen penyebab penyakit sangat membutuhkan keterampilan bekerja di laboratorium.
Keterampilan tersebut meliputi cara koleksi spesimen, penanganan pada saat
transportasi, penyimpanan, proses pengujian di laboratorium, identifikasi, dan
interpretasi hasil pengujian. Menentukan suatu agen penyakit sangat dibutuhkan
sehingga diagnosa penyakit menjadi lebih jelas dan pemberian obat menjadi lebih
tepat.
Hewan eksotik merupakan jenis hewan yang mulai disukai dan dipelihara di
Indonesia. Salah satu hewan eksotik yang dipelihara diantaranya yaitu ular phyton
(Phyton Reticulated). Hewan ini memiliki ciri betubuh besar, tidak berbisa dan
membunuh mangsanya dengan cara melilit terlebih dahulu. Ular ini merupakan hewan
endemik Indonesia yang harus dijaga kelestariannya. Salah satu upaya pelestarian
hewan ini yaitu dengan cara memperhatikan kesehatannya dari penyakit.
Stomatitis merupakan suatu penyakit yang sering terjadi pada hewan predator
diantaranya ular. Penyakit ini terjadi karena kebanyakan predator memakan mangsanya
tanpa memilah bagiannya terlebih dahulu, sehingga menyebabkan luka pada mulut atau
gigi. Infeksi sekunder oleh bakteri menyebabkan penyakit ini menjadi tidak kunjung
sembuh bahkan memperparahnya. Oleh karena itu dibutuhkan serangkaian pengujian
untuk pengidentifikasian bakteri. Pengidentifikasian bakteri dilakukan untuk
menentukan pengobatan penyakit yang akan diberika agar lebih efektif dan efisien.

Tujuan

Pemeriksaan spesimen bertujuan mengidentifikasi bakteri pada ular suspect


stomatitis dan untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa PPDH FKH IPB dalam
mendiagnosa agen penyakit hewan terutama penyakit bakterial melalui pemeriksaan
laboratorium mikrobiologi.
TINJAUAN KASUS

Asal Sampel : Ular berpemilik yang berasal dari Cifor, Dramaga Bogor
Jenis Sampel : Luka pada mulut
Jenis/Ras : Ular/Sanca (Reticulated python)
Diagnosa sementara : Stomatitis

Gambar 1 Ular Suspect Stomatitis

MATERI DAN METODE

Materi

Spesimen
Sampel diambil dari moncong ular yang mengalami luka terbuka yang berasal
dari Cifor, Dramaga, Bogor.

Alat dan Bahan


Bahan yang digunakan adalah Buffered Phospate Water (BPW), larutan kristal
violet, lugol, aceton alcohol, safranin, aquades, media Blood Agar (BA), media Mac
Conkey Agar (MAC), media TSA (Trypticase Soy Agar) miring, NaCl fisilogis 0.85%,
alkohol 70%, H2O2 3%, dan KOH 3%, media TSIA (Triple Sugar Iron Agar), media
larutan Sukrosa, Laktosa, Glukosa, Manitol, Maltosa, media uji lanjutan (Indol, Urea,
Sitrat, Motilitas), media uji MR-VP (Methyl Red-Voger Proskuer), reagen Erlich,
reagen uji MR (methyl red), reagen uji VP (a-Naphtol dan KOH 40%). Alat yang
digunakan dalam pemeriksaan ini ialalah ose ujung bulat, ose ujung lurus, plastik,
bunsen, gelas objek, tabung reaksi, rak tabung, inkubator, dan mikroskop.

Metode

Bagan Alur
Sampel organ

Buffered Peptone Water

Gambar 2 Bagan alur identifikasi bakteri


Pengambilan Sampel
Pengambilan spesimen dilakukan dengan mengambil swab pada luka mulut yang
diduga stomatitis kemudian dimasukan ke dalam media transport Buffered Peptone
Water (BPW).

Pewarnaan Gram dari Pengambilan Sampel


Pewarnaan gram dilakukan dengan cara pembuatan preparat ulas dengan
menggunakan ose ujung bulat yang terlebih dahulu dipijarkan di atas api, bakteri dari
BPW kemudian diambil dan diolekan ke gelas objek kemudian diratakan dan difiksasi
diatas api. Pewarnaan dimulai dengan cara meneteskan kristal violet pada peparat ulas,
kemudian dibiarkan selama 1 menit dan dibilas menggunakan aquades. Setelah itu
diteteskan lugol selama 1 menit dan dibilas menggunakan larutan pemucat (aceton
alcohol) selama 5 detik lalu dibilas menggunakan aquades. Selanjutnya diteteskan
larutan safranin selama 15 detik dan dibilas. Kemudian dikeringkan pada kertas saring
dan diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 100x dengan menggunakan
minyak emersi.

Pembiakan Bakteri pada Blood Agar


Spesimen yang telah diambil dibiakkan di media Blood Agar (BA), Media BA
dibagi menjadi tiga bagian dengan bentuk T. Ose ujung bulat dipijarkan lalu diambil
spesimen lalu buat goresan pada daerah goresan I. Ose dipijarkan kembali lalu digores
pada daerah goresan II dengan goresan yang lebih renggang yang diambil goresan I.
Ose dipijarkan kembali lalu gores didaerah goresan III dengan goresan yang lebih
renggang lagi yang diambil dari goresan II. Setelah itu, cawan petri BA diinkubasi
dalam inkubator pada suhu 37°C selama 24 jam.

Pembiakan Bakteri pada Mac Conkey Agar


Spesimen yang telah diambil dibiakkan di media Mac Conkey Agar (MCA),
Media MCA dibagi menjadi tiga bagian dengan bentuk T. Ose ujung bulat dipijarkan
lalu diambil spesimen lalu buat goresan pada daerah goresan I. Ose dipijarkan kembali
lalu digores pada daerah goresan II dengan goresan yang lebih renggang yang diambil
goresan I. Ose dipijarkan kembali lalu gores didaerah goresan III dengan goresan yang
lebih renggang lagi yang diambil dari goresan II. Setelah itu, cawan petri MCA
diinkubasi dalam inkubator pada suhu 37°C selama 24 jam.

Pembuatan Subkultur pada Media TSA


Koloni yang tumbuh pada MCA dibiakkan pada media TSA. Pembiakan pada
media TSA dilakukan dengan menggoreskan ose ujung bulat yang telah dipijarkan di
atas api. Bakteri yang diambil untuk ditanam pada media adalah bakteri yang terpisah
koloninya. Koloni bakteri tersebut diambil kemudian digoreskan pada media TSA.
Selanjutnya, media TSA dimasukkan kedalam inkubator dan diinkubasi selama 18 jam.

Pewarnaan Gram pada Hasil Biakan Bakteri pada Media TSA


Hasil pengamatan bakteri secara mikroskopis dengan cara melakukan pewarnaan
gram yang diambil dari media TSA. Pewarnaan gram dilakukan dengan cara
pembuatan preparat ulas dengan mengambil bakteri pada biakan media TSA dengan
menggunakan ose ujung bulat yang terlebih dahulu dipijarkan di atas api, kemudian
diletakkan di atas gelas objek dan diberi Aquades kemudian diratakan dan difiksasi
diatas api. Pewarnaan dimulai dengan cara meneteskan kristal violet pada peparat ulas,
kemudian dibiarkan selama 1 menit dan dibilas menggunakan aquades. Setelah itu
diteteskan larutan lugol selama 1 menit dan dibilas menggunakan larutan pemucat
(aceton alcohol), dan dibilas dengan aquades. Selanjutnya diteteskan larutan safranin
selama 15 detik, dan dibilas dengan aquades. Terakhir dikeringkan pada kertas saring
dan diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 100x dengan mengunakan minyak
emersi.

Uji KOH 3%
Uji KOH 3% dilakukan secara aseptis dengan mengambil beberapa koloni
bakteri dari media TSA dengan menggunakan ose ujung bulat yang telah dipijarkan di
atas api dan diletakkan pada gelas objek. Kemudian diteteskan KOH 3% dan diaduk
secara rata dan dilihat dengan cara mengangkat ujung ose. Reaksi positif ditandai
dengan menunjukan hasil berupa terbentuknya benang yang menempel pada ujung ose
saat diangkat.

Uji Oksidase
Bakteri diambil dengan menggunakan ose ujung bulat secara aseptis dan
dioleskan pada kertas yang telah mengandung reagen oxidase, hasil uji dikatakan
positif jika kertas berubah menjadi warna violet-kehitaman, dan negatif jika kertas
menjadi warna biru pudar atau tidak berubah warna.

Uji Biokimiawi
a. Uji Fermentasi Karbohidrat
Media berbentuk cairan berwarna merah dan terdapat tabung durham masing
masing berisi glukosa, laktosa, sukrosa, manitol, dan maltosa. Prosedur dalam uji
fermentasi karbohidrat yaitu terlebih dahulu memanaskan ujung ose ujung bulat.
Setelah itu, inokulasikan bakteri pada masing-masing media glukosa, laktosa sukrosa,
manitol, dan maltosa. Kemudian media diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam.
Perubahan warna menjadi warna kuning dan adanya gas pada durham pada masing-
masing tabung menunjukkan hasil positif.

b. Uji Hidrogen Sulfida


Media yang digunakan yaitu media Triple Sugar Iron Agar (TSIA) yang terdiri
dari bagian butt (bagian dasar) dan slant (bagian miring). Pengujian ini dilakukan
dengan cara memanaskan ose ujung lurus terlebih dahulu. Setelah itu, bakteri
diinokulasikan dengan cara menusukkan ose hingga 3/4 bagian butt dan digoreskan
pada bagian slant. Media diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam kemudian diamati.

c. Uji Motilitas
Media yang digunakan yaitu media semi padat. Pengujian ini dilakukan dengan
cara memanaskan ose ujung lurus. Setelah itu, bakteri diinokulasikan dengan cara
menusukkan ose hingga 3/4 bagian. Jika bakteri tersebut bersifat motil, maka akan
terlihat adanya pertumbuhan sekitar tusukan dan permukaan media. Kemudian media
diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam kemudian diamati. Selain itu dilakukan uji
preparat natif, pengujian dilakukan dengan cara memanaskan ose ujung bulat kemudian
bakteri diambil dari biakan kemudian disimpan pada gelas objek, setelah itu
ditambahkan aquades sebanyak 2 mata ose dan dihomogenkan, lalu ditutup
menggunakan cover glass dan diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 100x.

d. Uji Indol
Media yang digunakan yaitu media semi padat. Pengujian ini dilakukan dengan
cara memanaskan ose ujung lurus. Setelah itu, bakteri diinokulasikan dengan cara
menusukkan ose hingga 4 bagian. Jika bakteri tersebut bersifat motil, maka akan
terlihat adanya pertumbuhan sekitar tusukan dan permukaan media. Kemudian media
diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam kemudian diamati. Setelah diinokulasi,
media ditetesi beberapa tetes reagen Erlich. Terdapat adanya cincin berwarna merah
muda pada permukaan media setelah penambahan reagen Erlich, menunjukkan hasil
positif.

e. Uji Sitrat
Media yang digunakan yaitu Simmon Citrate Agar. Pengujian ini dilakukan
dengan cara memanaskan ose ujung bulat. Setelah itu, bakteri diinokulasikan dan
digoreskan pada permukaan media. Kemudian media diinkubasi pada suhu 37°C
selama 24 jam. Perubahan warna media menjadi warna biru menunjukkan hasil positif.

f. Uji Hidrolisis Urea


Media yang digunakan yaitu agar yang mengandung urea dan merah fenol.
Pengujian ini dilakukan dengan cara memanaskan ose ujung bulat. Setelah itu, bakteri
diinokulasikan dan digoreskan pada permukaan media. Kemudian media diinkubasi
pada suhu 37°C selama 24 jam. Perubahan warna media menjadi warna merah muda
menunjukkan hasil positif.

g. Uji Methyl Red-Voges Proskauer (MR-VP)


Prosedur dalam uji MR-VP yaitu terlebih dahulu memanaskan ujung ose ujung
bulat. Setelah itu, inokulasi bakteri dimasukkan kedalam dua tabung kaldu. Tabung
diinokulasi dalam 37°C selama 24 jam. Setelah 24 jam, Tabung kaldu pertama yang
telah berisi isolate digunakan untuk uji MR dan tabung kedua digunakan untuk uji VP.
Sebanyak 5 tetes reagen methyl red dimasukkan kedalam tabung pertama (MR). Jika
terjadi perubahan warna menjadi warna merah menunjukkan hasil positif. Tabung
kedua (VP) diteteskan sebanyak 10 tetes larutan KOH 40% dan sebanyak 15 tetes
larutan alpha-napthol. Tabung dihomogenkan, hasil diamati setelah 30 menit.
Perubahan warna meniadi warna merah menunjukkan hasil positif.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Sampel diambil dari moncong ular yang dimasukan dalam media BPW dan
dilakukan pewarnaan Gram untuk melihat morfologi bakteri, sifat Gram, dan susunan
bakteri. Berdasarkan pewarnaan Gram, dapat diamati bahwa pada sampel hati ayam
terdapat bakteri Gram positif berbentuk cocoid atau cocobasil pada pengamatan 100x.
Hasil pewarnaan Gram disajikan pada Tabel 1 dan Gambar 3.

Gambar 3 Hasil pewarnaan Gram sampel moncong ular dalam BPW

Tabel 1 Morfologi dan karakteristik bakteri yang berasal dari sampel hati ayam
Indikator Hasil pegamatan
Sifat Gram Gram positif
Warna Violet
Morfologi Coccus dan Bacil
Susunan Soliter dan Berkelompok

Sampel kemudian dibiakkan pada media blood agar (BA) dan MacConkey agar
(MAC). Berdasarkan pengamatan pada koloni bakteri dapat diketahui bahwa terdapat
dua jenis koloni berbeda yang tumbuh pada BA dan hanya ada satu jenis koloni yang
tumbuh pada MAC. Hasil biakan sampel disajikan pada Gambar 4a, Gambar 4b, dan
Tabel 2.
Gambar 4a Hasil biakan bakteri pada blood agar (BA)

Gambar 4b Hasil biakan bakteri pada MacConkey agar (MAC)

Tabel 2 Hasil pengamatan koloni pada BA dan MCA


Blood agar
Indikator MacConkey agar
Koloni 1 Koloni 2
Ukuran Sedang Kecil Kecil
Bentuk Bulat Bulat Bulat
Permukaan Cembung Cembung Cembung
Tepi koloni Halus Halus Halus
Warna Putih abu-abu Putih kekuningan Merah muda
Zona hemolisa Hemolisa 𝑏 Hemolisa 𝑎 Hemolisa 𝛾

Koloni biakan bakteri yang berasal dari MAC dibiakkan pada media trypticase
soy agar (TSA). Media TSA merupakan media agar miring yang digunakan untuk
memurnikan biakan koloni bakteri yang telah didapatkan pada biakan BA dan MCA.
Hasil isolasi bakteri pada media TSA kemudian diwarnai dengan pewarnaan Gram
untuk diamati. Hasil pewarnaan Gram disajikan pada Gambar 5.

Gambar 5 Hasil pewarnaan Gram biakan pada TSA miring

Tabel 3 Hasil pewarnaan Gram koloni bakteri BA dan MCA pada TSA
Indikator Karakteristik
Sifat Gram Gram negatif
Warna Merah
Morfologi Bacillus
Susunan Soliter dan Bergerombol
Warna Merah

Berdasarkan pewarnaan gram biakan pada TSA diketahui bahwa koloni bakteri
merupakan bakteri Gram negatif. Kemudian dilanjutkan dengan uji KOH untuk
memastikan koloni tersebut merupakan bakteri Gram negatif. Hasil uji KOH disajikan
pada Gambar 6

Gambar 6 Hasil uji KOH koloni TSA miring

Hasil KOH positif yang menandakan bakteri merupakan gram negatif. Uji yang
dilakukan untuk identifikasi bakteri Gram negatif adalah uji biokimiawi yang meliputi
uji oksidase, uji fermentasi karbohidrat, uji hidrogen sulfida (triple sugar iron
agar/TSIA), uji motilitas, uji pembentukan indol, uji sitrat, uji hidrolisis urea, uji VP
dan MR. Hasil uji biokimia disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4 Hasil uji biokimia koloni MCA


Uji Hasil Koloni 1

Oksidase Positif

K/NC/+/−
TSIA

Indol Negatif

Motilitas Motil
Sitrat Positif

Urea Negatif

Methyl red Negatif

Voges Proskauer Negatif


Uji fermentasi karbohidrat
- Glukosa A/G b
- Manitol A/G b
- Maltosa Dubius/-G b
- Laktosa K/-G b
- Sukrosa K/-G b

a
A: acid (warna media kuning), K: alkali (warna media merah); −: tidak terbentuk endapan hitam. NC:
tidak terjadi perubahan
b
A: media berwarna kuning (terbentuk asam); G: terbentuk gas.

Berdasarkan hasil pengujian tersebut maka dilakukan identifikasi dengan


melakukan studi literatur. Berdasarkan Cowan dan Steel (2003), identifikasi bakteri
pada moncong ular yang didapatkan disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5 uji biokimiawi (IMViC) sampel moncong ular


Uji Koloni Literatur*
Oksidase + +
Motilitas + +
Indol − −
Sitrat + +
Urea − v
TSIA (slant/butt/gas/H2S) K/NC/−/− K/(NC)(A)/(+)(−)/−
Uji karbohidrat
(glukosa;sukrosa; mannitol; +;−;+;d; − +;−;+;−; −
maltose; laktosa)
Methyl red − −
Voges Proskauer − −
Identifikasi bakteri Pseudomonas aeruginosa Pseudomonas aeruginosa
Keterangan: v: bervariasi; K: alkali (warna media merah); NC: tidak terjadi perubahan;
*Cowan dan Steel (2003).

Pembahasan

Uji oksidase positif menandakan bahwa bakteri Gram negatif koloni dalam
golongan non-enterik. Hasil uji positif oksidase menampilkan warna ungu pada kertas
media, sedangkan hasil uji negatif menampilkan warna coklat. Hasil uji TSIA berwarna
merah pada bagian slant dan tidak terjadi perubahan warna pada bagian butt. Hal ini
menandakan bahwa bakteri tidak dapat memfermentasikan sukrosa dan laktosa dimana
pada bagian slant mengalami kondisi basa dan berwarna merah akibat reagen Phenol
red. Selain itu, terbentuk gas pada media agar namun tidak terbentuk endapan hitam
sehingga pada uji tersebut tidak terjadi pembentukan H2S. Uji indol pada bakteri ini
tidak membentuk cincin merah yang menunjukan bakteri tidak mengandung enzim
triptofanase untuk penguraian triptofan oleh bakteri. Uji motilitas bernilai positif yang
ditandai dengan pertumbuhan koloni bakteri sepanjang daerah tusukan dan menyebar
pada permukaan, selain itu bakteri memiliki flagella dan bergerak pada preparat ulas
natif. Uji sitrat pada koloni bernilai positif yang berarti terjadinya perubahan warna
media dari hijau menjadi biru, artinya koloni menggunakan sitrat sebagai salah
satu/satu-satunya sumber karbon. Kemudian uji urea menampilkan hasil negatif
menandakan bahwa koloni bakteri tidak menghasilkan urease. Uji fermentasi glukosa
dan manitol positif dan menghasilkan gas, sedangkan maltosa dubius karena berwarna
antara positif dan negatif serta tidak menghasilkan gas. Uji fermentasi sukrosa dan
laktosa bernilai negatif ditandai larutan tetap berwarna merah. Hal ini menunjukan
bakteri dapat memfermentasi glukosa dan manittol dan tidak dapat memfermentasi
sukrosa, laktosa dan maltosa. Uji MR menghasilkan nilai negatif, artinya bakteri tidak
mengahasilkan asam campuran (metilen glikon) dari proses fermentasi glukosa yang
terkandung dalam medium MR. Uji VP juga bernilai negatif, artinya hasil akhir
fermentasi glukosa oleh bakteri bukan asetilmetil karbinol (asetoin).
Berdasarkan hasil yang telah dilakukan menunjukkan mikroorganisme yang
menginfeksi ular tersebut adalah Pseudomonas aeruginosa. Menurut Saraswati (2016),
Pseudomonas aeruginosa berbentuk batang tunggal, berpasangan kadang-kadang
membentuk rantai pendek. Pseudomonas aeruginosa termasuk bakteri gram negatif.
Bakteri ini bersifat aerob, katalase positif, oksidase positif, tidak mampu
memfermentasi tetapi dapat mengoksidasi glukosa/karbohidrat lain, tidak berspora,
tidak mempunyai selubung (sheat) dan mempunyai flagel monotrika sehingga selalu
bergerak. Pada agar darah, biasanya membentuk hemolysis b, tumbuh pada 42oC dan
biasa mengeluarkan bau seperti anggur atau jagung (Hirsh 2004). Luka terbuka yang
kemudian terinfeksi bakteri ini akan menyebabkan penyakit tidak kunjung sembuh dan
menyebabkan inflamasi yang abnormal. Pseudomonas aeruginosa memicu respons
inflamasi yang kuat selama proses infeksi (Alhazmy 2015) dan menyebabkan
gangguan imun non-spesifik dari inang (Jho 2011).
Pseudomonas aeruginosa tumbuh banyak di lingkungan (tanah, air dan
tumbuhan), tahan pada lingkungan buatan (bak mandi air panas, pusaran air dan cairan
kontak lensa) dan pada peralatan rumah sakit (wastafel, shower, perlengkapan
pernafasan), kadang kadang juga sebagai flora normal pada manusia (Tille 2014).
Menurut Jho (2011) Ular yang dalam kondisi sehat, flora normal yang terkandung
dalam mulutnya yaitu bakteri gram positif seperti Staphylococcus dan
Corynebacterium. Namun ketika ular dalam kondisi stomatitis, bakteri gram negatif
umumnya penyebab dari penyakit tersebut dan menjadi lebih dominan, seperti
Pseudomonas aeruginosa (Andriani et al. 2018), Providencia rettgeri, Pseudomonas
maltophillia; dan Pseudomonas flouresence (Leon et al. 2017). Pemilihan antibiotik
sangat penting untuk mengobati penyakit akibat bakteri ini. Berdasarkan penilitian
yang dilakukan oleh Rukmono dan Zuraida (2013), Pseudomonas aeruginosa telah
mengalami resistensi terhadap 14 jenis antibiotik, diantaranya yaitu ampisilin,
eritromisin, amoksisilin, sefuroksim, seftriakson, gentamisin, tetrasiklin, sefadroksil,
piperasilin, trimetroprim, tobramisin, kotrimoksazol, nalidiksid dan sulfonamid
kompleks.
SIMPULAN

Suspect Stomatitis yang terjadi pada ular Python reticulated di daerah Cifor disebabkan
oleh bakteri Pseudomonas aeruginosa. Pengobatan sebaiknya menggunakan antibiotik
selain ampisilin, eritromisin, amoksisilin, sefuroksim, seftriakson, gentamisin,
tetrasiklin, sefadroksil, piperasilin, trimetroprim, tobramisin, kotrimoksazol, nalidiksid
dan sulfonamid kompleks karena sudah mengalami resistensi.

DAFTAR PUSTAKA

Alhazmy A. 2015. Pseudomonas aeruginosa – Pathogenesis and Pathogenic


Mechanisms. International Journal of Biology 7(2): 44-67.
Andriani DA, Mihardi AP, Pakpahan SN, Sovinar M. 2018. Stomatitis Kompleks pada
Seekor Anak Kucing. Proc. of the 20th FAVA CONGRESS & the 15th KIVNAS
PDHI. 314-315.
Barrow GI dan Feltham RKA. 2003. Cowan and Steel’s Manual for the Identification
of Medical Bacteria3rd edition.Cambride (GB): Cambride University Press
Hirsh DC. 2004. Veterinary Microbiology 2nd. USA (US): Blackwell publishing.
Jho YS, Park DH, Lee JH, Lyouu YS. 2011. Aerobic bacteria from oral cavities and
cloaca of snakes in a petting zoo. Korean J Vet Res. 51(3): 243-247.
Leon AA, Guerrero AR, Blanco CS, Rojas N, Castro RU. 2017. Diversity of Aerobic
Bacteria Isolated from Oral and Cloacal Cavities from Free-Living Snakes
Species in Costa Rica Rainforest. International Scholarly Research Notices
(Hindawi).
Rukmono dan Zuraida. 2013. Uji Kepekaan Antibiotik Terhadap Pseudomonas
aeroginosa Penyebab Sepsis Neonatorum. Sari Pediatri (14)5: 332-336
Saraswati SA. Darmasetiyawana IMS. 2016. Identifikasi Bakteri pada Rumput Laut
Euchema spinosum yang terserang penyakit Ice-ice di Perairan Pantai Kutuh.
Journal of Marine and Aquatic Sciences 2: 11-15
Tille PM. 2014. Bailey & Scott’s Diagnostic Microbiolgy. Missouri (US): Elsevier.

Anda mungkin juga menyukai