Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN TUTORIAL

BAKTERIOLOGI II

DISUSUN OLEH:

1. Ade Yunita (51119001)


2. Alya Melanisyaadihilah (51119002)
3. Ana Silviani (51119003)
4. Andri Kurniawan (51119004)
5. Anggi Fernando (51119005)
6. Anisa Wulandari (51119006)
7. Asiska Jaya (51119007)
8. Devi Komala Sari (51119008)
9. Eci Novela (51119009)
10. Eliza Handa Resta (51119010)
11. Fitri Desmayana (51119011)
12. Hani Risky Ananda (51119012)
13. M. Nur Ramadhan (51119014)
14. M. Rian Segara (51119015)

DOSEN PEMBIMBING :
Bastian, S.Si. T., M. Biomed

PROGRAM S.Tr TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
IKesT MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
KASUS
Seorang ATLM sedang melakukan identifikasi bakteri dari sampel pasien laki-laki umur 48
tahun yang diduga infeksi saluran kemih, hasil mikroskopis di dapatkan gram negatif basil,
selanjutnya pada koloni tersangka ditanam pada media SIM (Sulfur Indol Motility) selama 24
jam di inkubator suhu 370C yang bertujuan untuk mengetahui spesies bakteri penyebab hasil
menunjukkan H2S negatif Indol Positif dan Gerak Positif.
7 Step Penyelesaian Kasus :
Step 1 (Klarifikasi Istilah)
1. ATLM
ATLM (Ahli Teknologi Laboratorium Medik) yang sebelumnya dikenal dengan
analis kesehatan adalah tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi melakukan
pengumpulan sampel dan melakukan pengujian terhadap cairan tubuh, jaringan dan
substansi lain. Selain itu juga memiliki kemampuan mengoperasikan peralatan
laboratorium canggih yang telah terkomputerisasi (Arifin dan Sjaaf, 2018).
2. Bakteri
Bekteri merupakan mikroorganisme bersel satu prokariotik, yaitu sel yang tidak
memiliki membran Nukleus (Inti sel). Bakteri dapat hidup bebas dan dapat ditemukan
di beberapa lingkungan seperti di udara, tanah, debu, air, serta hidup di dalam tubuh
tumbuhan, hewan, atau manusia (Ari dan Rian, 2016).
3. Identifikasi bakteri
Identiikasi bakteri adalah suatu kegiatan yang di lakukan dengan cara mengamati
morfologi koloni meliputi bentu koloni bakteri,warna koloni,tepi koloni,dan evalasi
koloni bakteri (Holderman dkk, 2017).
4. Infeksi Saluran Kemih (ISK)
Ineksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi akibat berkembang biaknya
mikroorganisme di dalam saluran kemih manusia. Saluran kemih manusia merupakan
organ-organ yang bekerja untuk mengumpul dan menyimpan urin serta organ yang
mengeluarkan urin dari tubuh, yaitu ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra
(Muhammad dan Aprini, 2019).
5. Mikroskopis
Mikroskopis biasanya digunakan untuk mengetahui morfologi dari bakteri yang
diamati. Morfologi mikroskopik adalah karakteristik bakteri yang dilihat melalui
pengamatan dibawah mikroskop. Bentuk bakteri sangat bervariasi, tetapi secara
umum ada 3 tipe, yaitu bentuk bulat/kokus, bentuk batang/basil dan bentuk
spiral/spirilium (Putri, 2017).
6. Bakteri gram negatif
Bakteri gram negatif adalah bakteri yang tidak dapat mempertahankan zat pewarna
kristal violet pada pewarnaan gram sehingga berwarna merah, dikarenakan bakteri
gram negatif memiliki lapisan peptidoglikan yang lebih tipis dibandingkan bakteri
gram positif (Hamidah dkk, 2019).
7. Koloni
Koloni adalah bakteri yang tumbuh terpisah dan bentuk koloninya seragam
(Yulitaasary dkk, 2017).
8. Inkubator
Inkubator ini untuk Flask, Bunsen, pipet serologi, mikropipet, nitrogen liquid tank,
dan pipet aid/gun (Robin dan Philip, 2011). Tentunya peralatan yang umum
digunakan ini mempunyai fungsi masing-masing dalam melakukan kultur sel
khususnya untuk pengobatan kanker. Penjelasan mengenaimenyimpan medium sel
kultur, dan suhu inkubator yaitu sekitar 37°C (Marita dan Yuni, 2011).
9. Media SIM (Sulfur Indol Motility)
Media SIM (Sulfur Indol Motility) adalah media yang berbentuk semi solid. Media
SIM adalah media diferensial untuk uji biokimia. Media ini bukan media
pertumbuhan melainkan media uji biokimia yang merupakan fermentasi yang
dilakukan oleh bakteri (Ubaidillah. 2020).
10. Uji indol
Uji indol dilakukan dengan menginokulasikan isolat pada media air pepton kemudian
diinkubasikan selama 1x24 jam pada suhu 37°C. Pada waktunya, Reagen Kovac
diteteskan perlahan pada dinding tabung hingga terlihat garis pemisah antara media
dan reagen. Semua isolat yang diuji menunjukkan hasil positif. Hasil positif
ditunjukkan dengan terbentuknya cincin warna merah pada garis pemisah, sedangkan
tidak terbentuknya cincin merah antara media dan reagen menunjukkan hasil negatif.
Hasil positif pada uji indol menunjukkan bahwa bakteri mengandung enzim
triptofanase yang merupakan katalis pengurai gugus indol yang terkandung dalam
asam amino triptofan (Atiqa dan Muhdhar , 2016).
Step 2 (Analisis Masalah)
1. Infeksi apa yang dialami oleh pasien?
2. Bagaimanakah hasil pemeriksaan mikroskopis berdasarkan identifikasi yang
dilakukan oleh ATLM tersebut?
3. Media apa saja yang digunakan oleh ATLM untuk melakukan isolasi dan identifikasi
pada pasien?
4. Bagaimana hasil identifikasi dan isolasi bakteri pada media SIM, TSIA, dan Indol?

Step 3 (Penjelasan Masalah)


1. Infeksi yang dialami oleh pasien tersebut adalah infeksi saluran kemih (ISK).
2. Hasil yang di dapatkan berdasarkan identifikasi pada pemeriksaan mikroskopis yaitu
gram negatif basil.
3. Media yang digunakan oleh ATLM untuk melakukan isolasi yaitu SIM, H2S, dan
indol.
4. Hasil yang di dapatkan pada media SIM, TSIA, dan indol adalah gram negatif basil
positif, H2S negatif indol positif gerak positif.

Step 4 (Pra Analitik, Analitik, dan Pasca Analitik)


A. Pra Analitik
Tahap pra analitik serangkaian kegiatan laboratorium sebelum pemeriksaan
specimen, yang meliputi:
1. Persiapan pasien
2. Pemberian identitas specimen
3. Pengambilan dan penampungan specimen
a. Bersihkan alat kelamin luar dengan air sabun
b. Tamping urine porsi tengah sebanyak 10 cc
c. Tutup rapat botol sampel
d. Label nama/kode penderita dan tanggal waktu pengambilan sampel
4. Penanganan specimen
a. Wadah urine dihomogenkan
b. Masukkan sekitar 15 ml urine kedalam tabung sentrifus
c. Sentrifus urine selama 5 menit pada 1.500-2.000 rpm
d. Buang supernatanya sisakan 1 ml dan homogenkan tabung untuk
mensuspensikan sedimen
5. Pengiriman specimen
a. Masukkan sampel dalam kotak pendingin yang berisi ice pack, dan segera
kirim ke labortorium
b. Bila akan dikirim dalam waktu lebih dari 48 jam sampel harus dibekukan
6. Pengolahan sampel
a. Simpan sampel dalam freezer bila lebih dari 48 jam
b. Masukkan sampel ke dalam ice park bila akan dikirim ke laboratorium
7. Persiapkan alat dan bahan
Hari pertama:
a. Ose
b. Objecglass
c. Bunsen
d. Urine
e. Oil immerse
f. Mikroskop
g. Sentrifus
h. Media NAP, BAP, EAP, MCA
i. Reagen pewarnaan gram
Hari kedua:
a. Ose
b. Objecglass
c. Bunsen
d. Tissue
e. Rak warna
f. Reagen pewarnaan gram
g. NaCL 0,9%
h. Media SIM, media gula-gula (glukosa, laktosa, manitol, sukrosa), media urea,
media mr vp, media indol, media TSIA.
i. Oil immerse
j. Mikroskop
k. Koloni bakteri
Hari ketiga:
a. Menyiapkan pipet tetes, reagen metyl red, reagen koh, reagen alpa naftol,
reagen kofa, reagen socl3.
B. Analitik
Tahap analitik adalah tahap pengujian spesimen. Spesimen dibawa ke laboratorium
dan akan diperiksa (Thimesch, 2018).
Hari Pertama
1. Sterilisasi Alat dan Medium
a. Alat-alat gelas berupa tabung reaksi, cawan petri, gelas objek dan pipet tetes
disterilkan dengan sterilisasi panas kering (udara panas) pada oven. Sterilisasi
dilakukan pada temperatur 170°- 180º C selama 1-2 jam
b. Jarum ose disterilkan dengan sterilisasi panas kering dalam nyala api bunsen
sampai merah membara
c. Medium dan alat non-gelas yang digunakan terlebih dahulu disterilkan dengan
sterilisasi panas basah yaitu dengan menggunakan autoklaf. Sterilisasi ini
dilakukan selama 15 menit dalam temperatur 121ºC dan tekanan 2 atm
2. Pembuatan Medium
a. Medium TSIA (Triple Sugar Iron Agar)
Sebanyak 6,5 g medium TSIA dilarutkan ke dalam 100 mL air suling, dibuat
dengan pH 7,4. Kemudian dipanaskan sambil diaduk sampai homogen.
Selanjutnya larutan dibagi ke dalam 4 buah erlenmeyer masing-masing
sebanyak 25 mL. Kemudian mulut masing-masing erlenmeyer ditutup dengan
menggunakan aluminium foil lalu disterilkan dalam autoklaf dengan suhu
121ºC dan tekanan 2 atm selama 15 menit.
b. Medium SIM (Sulfid Indol Motility)
Sebanyak 3 g medium SIM dilarutkan ke dalam 100 mL air suling dibuat
dengan pH 7,3. Kemudian dipanaskan sambil diaduk sampai homogen.
Selanjutnya larutan dibagi ke dalam 4 buah erlenmeyer masing-masing
sebanyak 25 mL. Selanjutnya mulut masing-masing erlenmeyer ditutup
dengan menggunakan aluminium foil lalu disterilkan dalam autoklaf dengan
suhu 121ºC dan tekanan 2 atm selama 15 menit.
c. Medium MR-VP (Methyl Red-Voges Proskauer)
Sebanyak 1,7 g medium MR-VP dilarutkan ke dalam 100 mL air suling,
dibuat dengan pH 6,9. Kemudian dipanaskan sambil diaduk sampai
homogen.Selanjutnya larutan dibagi ke dalam 4 buah erlenmeyer masing-
masing sebanyak 25 mL. Selanjutnya mulut masing-masing erlenmeyer
ditutup dengan menggunakan aluminium foil lalu disterilkan dalam autoklaf
dengan suhu 121ºC dan tekanan 2 atm selama 15 menit.
d. Medium Urea
Sebanyak 2,1 g medium Urea Base dilarutkan ke dalam 100 ml air suling,
kemudian di sterilkan autoclave dengan suhu 40ºC, selama 15 menit kemudian
tambahkan Urea PA sebanyak 2 g, kemudian di sterilkan pada suhu 121ºC.
e. Medium Citrat
Sebanyak 22,5g medium Citrat dilarutkan ke dalam 100 mL air suling.
Kemudian dipanaskan sambil diaduk sampai homogen. Selanjutnya larutan
dibagi ke dalam 4 buah Erlenmeyer masing-masing sebanyak 25
mL.Selanjutnya mulut masing-masing Erlenmeyer ditutup dengan
menggunakan aluminium foil lalu disterilkan dengan autoklaf dengan suhu
121° C dan tekanan 2 atm selama 15 menit.
f. Medium NA (Nutrien Agar)
Sebanyak 2,3 g medium NA dilarutkan ke dalam 100 mL air suling dibuat
dengan pH 7,3. Kemudian dipanaskan sambil diaduk sampai
homogen.Selanjutnya larutan dibagi ke dalam 4 buah Erlenmeyer masing-
masing sebanyak 25 mL. Selanjutnya mulut masing-masing Erlenmeyer
ditutup dengan menggunakan aluminium foil lalu disterilkan dengan autoklaf
dengan suhu 121° C dan tekanan 2 atm selama 15 menit.
g. Medium MCA(Mac Conkey Agar)
Sebanyak 5,20 g medium Mac Conkey dilarutkan ke dalam 100 mL air suling.
Kemudian dipanaskan sambil diaduk sampai homogen. Selanjutnya larutan
dibagi ke dalam 4 buah Erlenmeyer masing-masing sebanyak 25 mL.
Selanjutnya mulut masing-masing Erlenmeyer ditutup dengan menggunakan
aluminium foil lalu disterilkan dengan autoklaf dengan suhu 121° C dan
tekanan 2 atm selama 15 menit.

3. Inokulasi pada Media Selektif Mac Conkey Agar (MCA) Sebelum dilakukan
inokulasi, sebanyak 5-10 mL sampel urine disentrifugasi selama 10 menit dengan
kecepatan 2.500-3.000 rpm. Sentrifugasi bertujuan mengendapkan materi lain
yang ada di dalam urine selain bakteri. Isolasi E. Coli dilakukan dengan
melakukan inokulasi sampel urine ke media diferensial Mac Conkey Agar
(MCA). Biakan diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37°C, kemudian dilakukan
pewarnaan Gram pada isolat-isolat terpilih (representatif) (Widianingsih dan
Jesus, 2018).
Hari Kedua
1. Pengamatan Morfologi Koloni secara makroskopis

Tabel 1. dentifikasi Morfologi Koloni Bakteri secara Mikroskopis

2. Pembuatan Suspensi
a. Mengambil koloni yang terpisah pada media menggunakan ose bulat secara
aseptis
b. Larutkan kedalam NaCl 0,95% steril
c. Buat kekeruhan berdasarkan standard Mac Farland 0,5
3. Pewarnaan Gram
a. Buat sediaan suspensi diatas kaca objek, sebar menggunakan ose/lidi dengan
cara spiral dan di fiksasi (dilewatkan diatas api bunsen) atau didiamkan.
b. Setelah kering lakukan pewarnaan gram
c. Tambahkan gentian violet sampai menutup semua permukaan sedian dan
tunggu selama 1 menit
d. Bilas menggunakan aquadest
e. Tambahkan lugol sampai menutup semua permukaan sediaan dan tunggu
selama 30 detik
f. Bilas menggunakan aquadest
g. Tambahkan alkohol 96% sampai warna luntur
h. Tambahkan safranin sampai menutup semua permukaan sediaan dan tunggu
selama 2 menit
i. Bilas menggunakan aquadest dan keringkan
j. Sediaan diperiksa menggunakan mikroskop dengan perbesaran 100x dan
tambahkan oil imersi. Ditemukan bakteri berbentuk batang, dan tersusun
menyebar.
Pewarnaan Gram dilakukan untuk mengetahui kelompok bakteri yang ada dalam
sampel urine (Widianingsih, 2018). Hasil mikroskopis pewarnaan gram
didapatkan (Gram (-), basil (+)). Identifikasi secara mikroskopis, bakteri terlihat
berbentuk basil, ada yang individu, saling berpasangan dan berkoloni membentuk
rantai pendek, tidak membentuk spora maupun kapsula, motil, tidak motil, dan
peritrikus. Bersifat aerobik dan anaerobik fakultatif (Elfidasari, dkk 2011).
4. Uji Biokimia
a. Tes Media SIM (Sulfide Indole Motility)
- Sebanyak 3 g medium SIM dilarutkan ke dalam 100 mL air suling dibuat
dengan pH 7,3.
- Kemudian dipanaskan sambil diaduk sampai homogen.
- Selanjutnya larutan dibagi ke dalam 4 buah erlenmeyer masing- masing
sebanyak 25 mL.
- Selanjutnya mulut masing-masing erlenmeyer ditutup dengan
menggunakan aluminium foil lalu disterilkan dalam autoklaf dengan suhu
121ºC dan tekanan 2 atm selama 15 menit (Isnaeni dan Rahmawati, 2016).
b. Uji TSIA, H2s
Sebanyak 1 ose (ose lurus) isolat bakteri diambil dari stok kultur dan
diinokulasikan pada medium TSIA kemudian ditusuk bagian tengah TSIA
tegak. inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37ºc.
c. Uji Motility
Uji motilitas digunakan untuk melihat pergerakan bakteri. Dilakukan dengan
cara satu ose jarum bakteri ditanam secara tegak lurus di tengah Medium SIM
(Sulfit Indol Motility) dengan cara ditusukkan, diinkubasi pada suhu 37°C
selama 24 jam. Bila pertumbuhan koloni menyebar dan timbul kekeruhan
seperti kabut menandakan bakteri bergerak (Damayanti dkk, 2018).
d. Uji Indol
Satu ose biakan bakteri dari NA miring diinokulasikan ke dalam media, lalu
diinkubasikan selama 24 jam pada suhu 37ºC, ditambahkan 0,2-0,3 ml
pereaksi indol ke dalam masing-masing tabung, kocok dan diamkan selama
beberapa menit. Warna merah cherry pada permukaan membentuk cincin
menandakan reaksi indol positif, warna jingga menunjukkan reaksi indol
negatif (Sari dkk, 2019).
e. Uji MR (Methyl Red)
Sebanyak 1 ose (ose bulat) isolat bakteri diambil dari stok kultur dan
diinokulasikan pada medium MR-VP cair dalam tabung reaksi. Selanjutnya
diinkubasi selama 5x24 jam pada suhu 37ºC.Sebanyak 5 tetes methyl-red
ditambahkan di atas preparat isolat bakteri. Hasil positif apabila terbentuk
kompleks berwarna merah muda sampai merah yang menandakan bahwa
mikroba tersebut menghasilkan asam.
f. Uji VP (Voges Proskauer)
Sebanyak 1 ose (ose bulat) isolat bakteri diambil dari stok kultur dan
diinokulasikan pada medium MR-VP cair dalam tabung reaksi. Selanjutnya
diinkubasi selama 3x24 jam pada suhu 37ºC. Medium kemudian ditambahkan
0,2 mL KOH 40% dan 0,6 mL alfanaftol lalu dikocok selama 30 detik. Hasil
positif jika medium berubah warna lembayung.
g. Uji Citrat
Sebanyak 1 ose (ose lurus) isolat dari stok kultur lalu diinokulasikan dengan
cara sirsak kemudian di inkubasi selama 24 jam suhu 37ºC.
h. Uji Urea
Sebanyak 1 ose (ose lurus) isolat dari stok kultur lalu diinokulasikan dengan
cara sirsak kemudian di inkubasi selama 24 jam suhu 37ºc.
Hari Ketiga
1. Pembacaan hasil
Tes Hasil Gambar Keterangan

Terbentuknya
Indol Positif cincin
merahpadam
edia
Terdapatramb
atan-
rambatandisek
Motility Positif itar
bekastusukan
jarumosepada
medium
Tidakmenamp
TSIA(H2s) akkanwarna
Negatif
hitampadamed
ia

Terjadiperuba
MethylRed
Positif hanwarnakem
erah
Tidakterjadipe
VogesPros
kauer Negatif rubahanwarna

Tidak
Citrat Negatif terjadiperubah
anwarnakemer
ah

Tidakterbentu

Urea Negatif knyawarna


merahmuda

C. Pasca Analitik
Tahap pasca analitik adalah meliputi pelaporan dan validasi hasil (Rosita
dankhairani,2018)

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pasien
terkena infeksi E.Coli berdasarkan isolasi dan identifikasi bakteri yang telah
dilakukan (Kartikasari dkk,2019)

Step 5 (Tujuan Belajar)


Pada tutorial yang telah dilaksanakan, anggota tutorial telah mencapai tujuan belajar
yaitu dapat memahami dan memecahkan masalah pada soal kasus terutama mengenai isolasi
dan identifikasi bakteri.

Step 6 (Tambahan Informasi)


1. Prinsip kerja Inkubator
Inkubator memiliki prinsip kerja yaituDengan memasukan atau
menyimpaBiakanmurni mikroorganisme, kemudian Mengatur suhunya, biasanya
hanya dapat Diatur diatas suhu tertentu.
2. Prinsip kerja mikroskop
Mikroskop memiliki Prinsip kerja yakni dengan memantulkan Cahaya melalui
cermin, lalu diteruskanHingga lensa objektif. Di lensa Objektif bayangan yang
dihasilkan adalah Maya, terbalik, dan diperbesar. Kemudian Bayangan akan
diteruskan dan menghasilkan Bayangan yang tegak, nyata dan di perbesar Oleh mata
pengamat.
3. Cara merawat mikroskop
Berikut langkah-langkah merawat mikroskop, yaitu:
a. Mengeluarkan mikroskop dan memegang mikroskop
- Keluarkan mikroskop dari kotaknya dengan hati-hati.
- Pegang mikroskop dengan kedua tangan, tangan kanan memegang tubuh
mikroskop, sedangkan tangan kiri memegang kakinya.
- Pada saat dibawa berjalan, usahakan posisi mikroskop kira-kira di depan pusar
kita dan mikroskip tetap tegak.
- Jaga lensa okuler tetap berada di atas, karena lensa okuler mudah sekali lepas.
b. Membersihkan mikroskop
- Untuk membersihkan tubuh dan cermin mikroskop dapat menggunakan lap
flannel. Bersihkan bagian ini sebelum dan sesudah digunakan.
- Untuk membersihkan semua lensa, gunakan kertas lensa.
- Jika ada sisa minyak imersi atau zat-zat lain yang sulit dihilangkan, tambahkan
sedikit xilena pada kertas lensa. Kemudian usapkan pelan- pelan pada
permukaan lensa beberapa kali.
- Jangan sekali-kali menyentuh permukaan lensa dengan ujung jari, kain yang
kasar, atau meniupnya, sebab ini dapat membuat lensa semakin kabur.
c. Mengemas mikroskop setelah dipakai
- Setelah pengamatan selesai, kembalikan dulu lensa objektif kedudukan
perbesaran terkecil, lalu lepaskan preparat.
- Bersihkan lensa objektif dengan kertas lensa, gunakan xilena jika perlu.
- Bersihkan tubuh mikroskop dan cermin dengan lap flannel terutama bagian
yang terkena air, atau uap air dari pernapasan kita.
- Tegakkan kembali posisi mikroskop, atur kembali penggeser dan tabung
mikroskop seperti semula.
- Selanjutnya, masukkan pada kotaknya dan simpan di tempat khusus yang telah
disediakan.
d. Membersihkan preparat jadi atau awetan
- Jika menggunakan preparat jadi atau awetan (permanen), preparat dengan lap
katun, jika perlu gunakan air.
- Setelah kering simpan preparat di kotak khusus preparat awetan.
e. Catat mikroskop yang telah dipakai
- Nomor mikroskop.
- Nomor preparat.
- Posisi preparat dengan skala ( skala depan dan skala samping).
Step 7 (Paparan)
REFRENSI
Andriani R. 2016. Pengenalan Alat-Alat Laboratorium Mikrobiologi Untuk Mengatasi
Keselamatan Kerja dan Keberhasilan Praktikum.Jurnal Mikrobiologi, Vol 1 (1).
Anggraini R, Aliza D, Mellisa S. Identifikasi BakteriAeromonashydrophilaDengan Uji
Mikrobiologi Pada Ikan Lele Dumbo (Clariasgariepinus) Yang Dibudidayakan Di
Kecamatan Baitusalam Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan
dan PerikananUnsyiah.Vol 1(2) : 270-286.
Campbell N A, Reece J B, dan Mitchel L G. 2003. Biology Edisi Kelima Jilid II.
Jakarta:Erlangga:41.
Damayanti, Sri Suci dkk. 2018. Identifikasi Bakteri Dari Pupuk Organik Cair Isi Rumen
Sapi. Ekologia : Jurnal Ilmiah Ilmu Dasar dan Lingkungan Hidup. Volume 18(2):63-
71.
Elfidasari, Dewi dkk. 2011. Perbandingan Kualitas Es di Lingkungan Universitas Al Azhar
Indonesia dengan Restoran Fast Food di Daerah Senayan dengan Indikator Jumlah
Escherichia coli Terlarut. Jurnal Al-Azhar Indonesia Seri Sains Dan Teknologi, Vol
1(1):18-23.
Hamidah mukti, Laras, dan Romadhon. 2019. Aktivitas Antibakteri Isolat Bakteri Asam
Laknat Dari Pada Dengan Jenis Ikan Berbeda Terhadap E. Coli dan S. Aureus.
Jurnal Ilmu dan Teknologi Perikanan. 1 (2) 15-16.
Haryanto edi,dkk.2015.Pengaruh Penyimpanan Urine Terhadap Jumlah Leukosit Dan
Eritrosit Pada Penderita Infeksi Saluran Kemih Dengan Metode SY.Jurnal Penelitian
Kesehatan.Vol 13(1).
Isnaeni, Dewi dan Rahmawati. 2016. Isolasi Dan Karakterisasi Mikrosimbion Dari Spons
Callyspongia Vaginalis Dan Uji Daya Hambat Terhadap Staphylococcus Aureus
Dansalmonella Thypi.
Lumantouw, SF dkk.IsolasidanIdentifikasiBakteri yang ToleranterhadapFungisidan
MankozebpadaLahanPertanianTomat di DesaTempok, KecamatanTompaso, Sulawesi
Utara (Isolation and Identification Mankozeb Fungicide-Tolerant on the Tomato
Farm in Tempok Village, Tompaso District, North Sulawesi). Jurnal Bios Logos.Vol
3(2) : 73-77.

Anda mungkin juga menyukai