Anda di halaman 1dari 27

DETEKSI CEMARAN BAKTERI Shigella sp PADA

IKAN KUNIRAN ( Upeneus sulphureus ) DI PASAR


AL-MAHIRA BANDA ACEH

1
Kelompok 1

 Antonius Mendila
 Andi Ananta Satria
 Belavista Jein Sirloy
 Diva Ulfa Maria purba

2
Latar Belakang
Makanan yang telah terkontaminasi menjadi salah satu ancaman baru bagi kesehatan
manusia. Istilah yang digunakan untuk permasalahan cemaraan pada makanan disebut
foodborne disease. Foodborne disease adalah penyakit bawaaan pangan yang disebabkan
karena mengkonsumsi bahan pangan yang terkontaminasi oleh mikroorganisme seperti
bakteri, virus, jamur, parasite, racun alami, dan juga bahan kimia yang berbahaya.
Kejadiaan penyakit ini terus-menerus meningkat di seluruh dunia.
Menurut data WHO tahun 2015, kasus foodborne disease
telah menyerang sekitar 600 juta penduduk di seluruh dunia dengan angka kematian
mencapai 0,007% (Anditiarina et al., 2020). Mekanisme penularan penyakit ini biasanya
terjadi secara langsung melalui oral dan jika masuk ke dalam tubuh maka akan
berpredileksi di saluran pencernaan (Kusumaningsih, 2010).
Makanan merupakan salah satu sumber penularan penyakit yang paling cepat karena
langsung dikonsumsi oleh manusia. Ikan merupakan salah satu makanan yang setiap hari
dikonsumsi oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan gizi yang diperlukan oleh tubuh.
Ikan kuniran (Upeneus sulphureus)Pada tahun 2012, ada sebuah laporan kasus keracunan
ikan kuniran yang terjadi di Lewoleba, Nusa Tenggara Timur. Gejala yang dilaporkan
pada saat itu berupa diare, muntah-muntah dan perut yang terasa panas akibat diare yang
berkelanjutan (tenesmus).
Berdasarkan gejala yang dilaporkan, sangat memungkinkan bahwa penderita telah
terinfeksi bakteri Shigella sp. Bakteri Shigella sp. adalah salah satu bakteri yang bisa
menjadi penyebab foodborne disease dan berpredileksi di saluran pencernaan. Penyakit
infeksi akibat bakteri Shigella sp. Disebut shigellosis (disentri basiler). Sayangnya, pada
saat itu liputan tentang kasus ini tidak lagi dilanjutkan hingga informasi yang didapatkan
sangat terbatas.
Tujuan Penelitian
 untuk mendapatkan informasi tambahan terkait
cemaran bakteri Shigella terutama pada ikan kuniran.
 Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi jawaban
dari adanya kasus keracunan yang terjadi di NTT

5
Manfaat Penelitian
 untuk mengetahui/ mengindentifikasi cemaran
bakteri Shigella pd ikan kuniran serta menjawab
kasus keracunan ikan di NTT

6
Metode

Besaran Pemeriksaan
Data Sekunder
Sampel Lab Pembuatan
Data Hasil
Data Primer Olah Data Laporan

7
Sampel
 Ikan Kuniran

8
Alat Dan Bahan
 Alat
1. ice box 7. Objek glass 14. Autoclave
2. plastik steril 8. Mikroskop 15. Tissu
3. Gunting 9. Cawan petir 16. Waterbath
4. Pinset 10. Inkubator 17. Erlenmeyer
5. Osse 11. Pipet tetes 18. Kertas label
6. spiritus 12. Tabung reaksi 19. Pulpen
13. Rak tabung 20. Timbangan

 Bahan-bahan
1. Ikan kuniran 7. Safranin
2. Media Nutrient Broth ( NB ) 8. Minyak Emersi
3. Salmonella Shigella Agar ( SSA )
4. Alkohol 70% dan alcohol 96%
5. Kristal Violet
6. Lugol
Prosedur Pemeriksaan Sampel
Isolasi Shigella sp
1. Sampel ikan kuniran yang akan diisolasi dibedah secara
aseptis untuk diambil ususnya dan dimasukkan ke dalam
media Nutrient Broth (NB)
2. diinkubasikan selama 24 jam pada suhu 37℃.
3. Setelah 24 jam, bakteri yang tumbuh pada media NB ditanam
pada media selektif yaitu Salmonella Shigella Agar (SSA).
4. Bakteri diambil menggunakan osse steril dan digores
5. pada media SSA dengan metode goresan Streak plate dan
membentuk T streak agar mendapat koloni yang terpisah
6. Media yang telah ditanami bakteri diinkubasikan selama 24
jam pada suhu 37℃
7. Koloni yang tumbuh berwarna putih menunjukkan bakteri yang
tumbuh adalah bakteri dari genus Shigella
Pewarnaan Gram
Pewarnaan Gram adalah metode pewarnaan yang digunakan untuk
mengkategorikan bakteri berdasarkan gram positif dan gram negative
1. Objek glass disterilkan dan diteteskan NaCl fisiologis sebanyak satu tetes.
2. Kemudian osse dipijarkan pada spiritus dan didinginkan
3. koloni bakteri diambil menggunakan osse dan diletakkan di atas objek glass
lalu dihomogenkan dengan NaCl fisiologis membentuk lingkaran
4. Preparat dikeringkan pada suhu ruangan dan difiksasidengan melewatkan di
atas spiritus sebanyak 3-5 kali.
5. Setelah kering, diteteskan kristal violet
6. sebanyak 1 tetes dan didiamkan selama 1 menit, selanjutnya dicuci
menggunakan air mengalir dan difiksasi.
7. Setelah kering, preparat digenangi dengan lugol dan didiamkan selama 1 menit
dan dibasuh menggunakan alkohol 96% selama 5-10 detik
8. Selanjutnya preparat digenangi dengan safranin, didiamkan selama 1 menit
dan dicuci dengan air mengalir dan dikeringkan dengan caradiangin-anginkan.
9. Jika sudah kering, preparat diteteskan dengan minyak emersi dan diamati
menggunakan mikroskop. 11
Hasil
Isolasi Bakteri Penanaman pada Media Nutrient Broth (NB)
Nutrient Broth (NB) merupakan media biakan yang umum
digunakan untuk
menumbuhkan bakteri. Media ini mengandung beef ekstrak
sebagai sumber karbon dan pepton sebagai sumber nitrogen.
Kedua komposisi ini dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
dari bakteri (Wahyuningsih dan Zulaika, 2018). Hasil pemeriksaan
terhadap 12 sampel pada media NB dapat dilihat pada Tabel 1.
Berdasarkan Tabel 1, terlihat bahwa hasil yang didapatkan adalah
adanya perubahan pada
Nutrient Broth (NB) menjadi keruh, yang mengindikasikan bahwa adanya
pertumbuhan bakteri
pada media ini.

13
Penanaman pada Media Salmonella-Shigella Agar (SSA)
Setelah bakteri tumbuh pada media NB, selanjutnya bakteri
ditanam pada media selektif yaitu media Salmonella Shigella Agar
(SSA). Sesuai dengan namanya, media ini merupakan media
selektif untuk bakteri Salmonella dan Shigella (Yunus et al., 2017).
Namun, tidak menutup kemungkinan adanya pertumbuhan bakteri
lain seperti Escherichia coli, Klebsiella sp. dan Proteus sp. SSA
merupakan bakteri selektif yang digunakan untuk mengisolasi
bakteri dari sampel urin, feses dan makanan (Fatiqin et al., 2019).

14
Berdasarkan Tabel 2, terlihat bahwa adanya pertumbuhan koloni bakteri
berwarna putih pada semua sampel (Gambar 2). Menurut Aini (2018), koloni
yang tumbuh pada media SSA yang berwarna putih atau bening merupakan
bakteri dari genus Shigella. Hal ini disebabkan karena bakteri Shigella tidak
memfermentasi laktosa dan tidak menghasilkan gas H2S sehingga
koloni yang terbentuk tidak berwarna hitam maupun merah muda. Seperti
yang terlihat pada gambar, bakteri Shigella tumbuh pada semua media SSA. 15
16
17
Pembahasan
Kesimpulan
 Berdasarkan hasil penelitian, dapat dikonfirmasi
bahwa semua sampel yang diambil dan diperiksa
pada saat penelitian positif terkontaminasi bakteri
Shigella.
Saran
Dari hasil penelitian yang telah di lakukan oleh
syarifah, dkk. Di beritahukan kepada masyarakat agar
dapat memilah ataupun mengkonsumsi ikan yang tidak
tercemar airnya seperti air limbah,dll. sehingga
masyarakat tidak terkena Racun, serta membersihkan
bagian ikan secara bersih karena dari cara mengolah
ikan yang tidak benar pun kita dapat terinfeksi dengan
Bakteri maupun parasit yang dapat merugikan kita.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai