Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DASAR, KELOMPOK 1

IDENTIFIKASI MIKROORGANISME AIR KRAN DI LABORATORIUM BIOLOGI UIN


SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
Ria Andani1)Opik Taupiqurrahman2)Farchatul Himmah3)
Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung
riaandani11a3@gmail.com1)
ABSTRAK

Identifikais mikroba diperlukan untuk mengetahui jenis mikroba apa yang terkandung dalam kultur
murni hasil isolais. Pada praktikum ini ditemukan mikroba jenis kapang dimana memiiki ciri-ciri
menampakkan koloni kompak berwarna putih, dan kuning pada permukaan bawah koloni yang
akan berubah menjadi coklat gelap sampai hitam setelah terbentuk konidiospora, konidia bulat
hingga semi bulat, dan berwarna coklat dan dikethaui sebagai Aspergilus niger, yaitu fungi dari
filum Ascomycetes yang berfilamen, mempunyai hifa berseptat. Aspergillus niger merupakan jamur
multiselluler (mempunyai inti lebih dari satu) yang membentuk benang-benang hifa / filament.
Kumpulan dari hifa disebut misellium yang membentuk suatu anyaman. Hifa yang dibentuk ada
yang bersekat ataupun tidak bersekat. Hifa yang berada di atas permukaan media disebut hifa aerial
yang berfungsi sebagai alat perkembangbiakan. Hifa yang berada di dalam media disebut hifa
vegetatif berfungsi sebagai alat untuk menyerap makanan. Aspergillus niger termasuk kedalam
jamur jenis kapang.
Kata Kunci : Identifikasi, jamur, Aspergillus nigrum
I.

PENDAHULUAN
Kultur murni atau biakan murni
sangat berguna didalam mikrobiologi,
yaitu untuk menelaah dan
mengidentifikasi mikroorganisme,
termasuk penelaahan ciri-ciri kultural,
morfologis, fisiologis, maupun serologis.
Sifat organisme dalam suatu biakan
murni dapat dipelajari dengan metode
yang amat keras dengan hasil yang
sangat akurat karena pengaruh sel hidup
yang lain dapat ditiadakan (Volk, 1993).
Karakterisasi terbagi dalam dua
tahap yaitu klasifikasi dan identifikasi.
Untuk dapat mengidentifikasi dan
mengkasifikasi suatu mikroorganisme,
maka kita harus mempelajari
karakteristik mikroorganisme tersebut

terlebih dahulu (Pelczar, 1993).


Klasifikasi merupakan pengelompokan
mikroba ke dalam suatu kelompok
taksonomi tertentu. Teori identifikasi
mikroba merupakan perbandingan antara
yang tidak diketahui dan yang diketahui.
Tingkat keakuratan dari identifikasi
bergantung pada ketelitian kerja
preparasi seperti pembuatan media,
pembuatan reagen dan pewarnaan, dan
ketelitian dalam melakukan, mengamati,
dan mencatat berbagai uji.
Identifikasi adalah proses dan hasil
penentuan benar tidaknya suatu strain
yang diteliti merupakan anggota takson
yang sudah dikenal sebelumnya atau
merupakan proses dan hasil penentuan

apakah suatu organisme yang belum

koloni, elevasi koloni, pinggir koloni,

dikenal merupakan anggota kelompok

lingkaran konsentris, garis-garis radial

yang sudah diketahui sebelumnya atau

dari pusat koloni kearah tepi koloni, dan

bukan. Identifikasi merupakan aplikasi

ukuran diameter koloni. Pengamatan

dari klasifikasi dan tatanama terhadap

karakter mikroskopis jamur meliputi

strain sampel. Sedangkan tatanama

pengamatan hifa (warna dan bentuk-

adalah cara pemberian nama ilmiah

bentuk khusus), spora seksual, spora

kepada makhluk hidup berdasarkan kode

aseksual, sel, dasar badan buah serta

tatanama. Untuk dapat mengidentifikasi

pendukung badan buah (Sulia and

dan mengkasifikasi suatu

Shantharam, 1998).
Parktikum kali ini bertujuan agar

mikroorganisme, maka kita harus

mahasiswa dapat mengidentifikasi jenis

mempelajari karakteristik

mikroba yang sudah diisolasi dan

mikroorganisme tersebut terlebih dahulu

dikultur ke dalam biakan murni dengan

(Pelczar et al., 1993). Jenis mikroba itu

berbagai tahapan.

sendiri ada empat yaitu bakteri, khamir,


kapang, dan Actinomycetes.
Prosedur dalam melakukan
identifikasi, yaitu pertama kita harus
menentukan apakah suatu organisme
yang belum dikenal termasuk dalam
kelompok besar dari suatu
mikroorganisme atau tidak; kedua yang
harus dilakukan adalah memurnikan
kultur dari mikroorganisme tersebut;
ketiga yaitu menentukan tipe
pertumbuhan dari organisme tersebut;
keempat adalah mempelajari kultur
murni tersebut (Frobisher, 1962).
Menurut Waluyo (2005) sifat
karakteristik secara makroskopis dan
mikroskopis pada jamur dapat
digunakan sebagai dasar identifikasi dan
klasifikasi. Pengamatan karakter
makroskopis jamur meliputi warna
permukaan dan sebalik koloni (reverse
side), bentuk koloni, bentuk permukaan

II.

METODE KERJA
2.1. Alat dan bahan
Alat yang digunakan pada
sterilisasi dan pembuatan media
meliputi tabung reaksi dan rak
tabung reaksi, pipet tetes,
erlenmeyer, cawan petri, pembakar
bunsen, jarum ose, botol bekaa air
mineral, spatula, batang pengaduk,
timbangan analitik, autoclave dan
oven. Sedangkan bahannya adalah
medium NA, PDA, aquades, air
kran, alkohol 70%.
Alat untuk pengenceran
bertingkat dan penanaman kultur
digunakan tabung reaksi dan raknya,
pipet ukur, dan gelas ukur.
Sedangkan bahan yang digunakan
adalah air kran dan aquades.
Alat untuk identifikasi digunakan
kaca pembesar, mikroskop, jarum

inokulum, kaca preparat dan kaca

denganrapat. Kemudian diatur waktu dan

penutup. Sedangkan untuk bahannya

suhunya selama 15 menit dengan suhu

adalah kultur murni dari isoalat ar

121oC tekanan 1,5 atm.. tunggu sampai

kran.
2.2. Sterilisasi
2.2.1. Teknis aseptis
Alat dan bahan disiapkan terlebih

alarm berbunyi tanda proses sterilisasi


selesai. Kunci pengaman dikendorkan dan
didiamkan sebentar sampai semua uap

dahulu. Kemudian, desinfektan diseprotkan

panas keluar. Setelah semua uap keluar

ke seluruh permukaan meja kerja. Lalu

barulah alat dan bahan yang sudah steril

letakkan alat dan bahan dimeja dan

diambil dan siap digunakan.

diseprotkan lagi keseluruh permukaan meja

2.3. Pembuatan Media NA (Nutrien Agar)

dan alat serta bahan. Selanjutnya pembakar

Alat dan bahan nutrien agar yang sudah

bunsen dinyalakan dan ditunggu beberapa

jadi disiapkan dan ditimbang dengan

saat agar lingkungan meja steril. Setelah itu

timbangan analitik sebanyak 7 gr.

semprotkan desinfektan ke kedua telapak

Kemudian dilarutkan dalam erlenmeyer 250

tangan.
2.2.2. Teknik sterilisasi basah

ml dengan aquades sebanyak 100 ml. Lalu

Alat (cawan petri, tabung reaksi, labu


erlenmeyer) dan bahan disiapkan,
dibersihkan dengan air kran dan
dikeringkan. Kemudian cawan petri, tabung
reaksi dan erlenmeyer disumbat dengan
kapas yang dibalut dengan kain kassa,
ditutp dengan alumunium foil dan
dbungkus dalam plastik anti panas.
Selanjutnya dimasukkan ke dalam
autoclave dan disterilkan selama 15 menit
pada suhu 121oC tekanan 1,5 atm.
2.2.3. Penggunaan autoclave
Diperiksa terlebih dahulu air di dalam
autoclave sampai tanda batas yang sudah
ditentukan, air yang digunakan adalah
aquades. Kemudian alat dan bahan yang
akan disterilakan dimasukkan ke dalam
autoclave. Tutup penutupnya dan kunci
pengamannya, pastikan sudah terkunci

disterilisasi dalam autoclave setelah ditutup


dengan kapas yang dibalut dengan kasin
kassa dan ditutup dengan plastik anti panas.
Setelah steril, dituang ke dalam cawam
petri atau tabung reaksi. Pada tabung rekasi
dibuat media agar miring.
2.4. Pembuatan Media PDA (Potato
Dextrose Agar)
Alat dan bahan disiapkan, siapkan juga
bahan media PDA yang sudah jadi,
kemudian ditimbang sebanyak 9,75 gr dan
dilarutkan dalam erlenmeyer sebanyak 100
ml. Disterilkan dalam autoclave dan
dituang ke dalam cawan petri dan tabung
reaksi.
2.5. Isolasi Mikroba dari air kran
Pertama, air ran dialirkan terlebih
dahulu, lalu mulut kran dibakar
menggiunakan pembakar bunsen,
setelahnya baru air dialirkan lagi dan

dimasukkan ke dalam wadah penampung

sudah dibakar sebelumnya dan didinginkan.

sesuai kebutuhan.

Setelah semuanya selesai, tutup cawan petri

2.6. Teknik Pengenceran Bertingkat

dan tutup rapat dengan plastik sil, beri juga

Siapkan 5 buah tabung reaksi beserta

label diatasnya. Untuk tabung reaksi tutup

rak tabungnya. Kemudian tiap tabung diisi

dengan penutup kapas yang dibalut dengan

9 ml aquades. Air kran yang sudah diambil

kain kassa dan rapatkan dengan sil.

dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang

2.8. Identifikasi Mikroba


Morfologi Makroskopis

pertama menggunakan pipet ukur sebanyak

Isolat yang sudah jadi disiapkan dan

1 ml. Lalu secara bertingkat tiap tabung


dimasukkan cairan yang sudah diisikan dari

diamati meliputi bagian-bagian: warna,

tabung sebelumnya sebanyak 1 ml yang

permukaan koloni (granular, sperti tepung,

sebelumnya telah dikocok terlebih dahulu

menggunung atau licin), tekstur, zonasi,

atau dari tabung satu diambil 1 ml dan

daerah tumbuh dan warna balik koloni.

dimasukkan ke dalam tabung dua, lalu

Kemudian data dimasukkan ke dalam tabel.

dikocok, setelah dikocok diambil lagi 1 ml

Morfologi Mikroskopis

Isolat yang sudah jadi diambil sebagian

dari tabung 2 ke tabung 3 dikocok lagi, dan


dilakukan seterusnya sampai tabung

kecilnya da disukkan ke dalam gelas objek

terakhir. Hal ini terus dilakukan sampai

dan gelas penutup kemudian , dilakukan

tabung terakhir untuk mendapatkan kultur

dekat pembakar bunsen dan bekerja secara

murni. Pengenceran dilakukan dengan

aseptis. Lalu diamati dibawah mikroskop

perbandingan 1:9.

dengan perbesaran 40x10 meliputi

2.7. Teknik Penanaman Suspensi dengan

parameter: ada tidaknya septa pada hifa,


pigmentasi hifa, clamp connection, bentuk

Spread Plate (agar tabung ulas)

spora, dan bentuk tangkai. Lalu diisikan

Kultur murni yang sudah diperoleh

dalam tabel yang sudah dibuat sebelumnya.

sebelumnya dituang ke dalam cawan petri


berisi media agar secukupnya. Kemudian
batang L disemprotkan alkohol dan dibakar
diatas pembakar bunsen dan biarkan dingin.
Setelah dingin lalu ulas/ratakan media
dengan batang L dengan cara digosokkan
ke seluruh permukaan media secara merata
dan cawan petri ikut diputar. Bekerja secara
aseptis. Untuk tabung reaksi, kultur murni
dituangkan ke dalam tabung dan distreak
secara zigzag dengan jarum inokulum yang

III.

HASIL PENGAMATAN
Pada praktikum ini, praktikan
mengidentifikasi mikroba dari kultur
murni yang sudah didapatkan dari hasil
isolasi mikroba. Mikroba yang praktikan
isolasi adalah mikroba yang berasal dari
air kran. Pada gambar terlihat bentuk
dari jamur yang didapatkan berupa
benang-benang atau hifa yang sangat

banyak dan tidak berwarna. Berdasarkan

bila dilihat dengan mata biasa seperti

pengamatan makroskopisnya, jamur

tepung. Memiliki zonasi sebesar 25%

yang praktikan amati mempunyai

dan warna balik berwarna hitam. Jamur

permukaan koloni circular menggunung,

ini tumbuh pada media PDA yang

berwarna putih, teksturnya kasar dan

terdapat dalam cawan petri.

Hasil pengamatan mikroskopis jamur kelompok 1


Gambar 1
Gambar 2

40x10
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015)
Gambar Literatur

(Sumber: Samson, 2001).


Penagamatan Makroskopis pada cawan petri media PDA

Berdasarkan hasil pengamatan,

yang kelompok praktikan dapatkan,

secara makroskopis, berhasil

yaitu jenis spesies Aspergillus niger. A.

teridentifikais jenis jamur dari kultur

Niger ini menampakkan koloni kompak

berwarna putih, dan kuning pada

saja. Spora pada Aspergillus niger

permukaan bawah koloni yang akan

berfungsi sebagai reproduksi seksualnya

berubah menjadi coklat gelap sampai

sedangkan sporangium berfungsi sebagai

hitam setelah terbentuk konidiospora.

tempat spora berada.


Secara mikroskopis bentuk badan

Sama seperti yang terjadi pada kultur


yang praktikan dapatkan, bagian balik
warna koloni pada sebagian kecilnya
telah berwarna hitam. Hal tersebut
menandakan bahwa sebagian koloni
telah berubah bentuk menjadi
konidiospora. Pada gambar 1 yang kami
amati, preparat diambil dari bagian
koloni yang belum berbah warna
sehingga spora yang terlihat belum
sempurna dan masih agak samar terlihat.
Namun dari potongan gambar 2 yang
praktikan perbesar dari gambar satu
sudah terliah konidio spora yang mulai
menghitam.
Selain gambar spora juga terlihat

buah A. niger dicirikan dengan vesikula


berbentuk bulat hingga semi bulat.
Aspergillus niger merupakan salah satu
spesies yang paling umum dan mudah
diidentifikasi dari genus Aspergillus,
famili Moniliaceae, ordo Monoliales dan
kelas Fungi imperfecti (Samson, 2001).
Konidia bulat hingga semi bulat, dan
berwarna coklat. Aspergilus niger
merupakan fungi dari filum
Ascomycetes yang berfilamen,
mempunyai hifa berseptat, dan dapat
ditemukan melimpah di alam. Fungi ini
biasanya diisolasi dari tanah, sisa
tumbuhan, dan udara di dalam ruangan.

batang hifa yang bersekat antara hifa

Koloninya berwarna putih pada Agar

satu dengan hifa lainnya. Pada

Dekstrosa Kentang (PDA) 25 C dan

pengamatan juga didapatkan bahwa

berubah menjadi hitam ketika konidia

pigmentasi hifanya berwarna hijau dan

dibentuk. Kepala konidia dari A. niger

tidak ada clamp connection. Jamur yang

berwarna hitam, bulat, cenderung

praktikan dapatkan tumbuh pada

memisah menjadi bagian-bagian yang

medium PDA.
Bagian tubuh dari Aspergillus niger

lebih longgar seiring dengan

yang tampak ketika diamati dengan

bertambahnya umur (Baker, 2006).


Aspergillus niger merupakan jamur

menggunakan mikroskop adalah bagian

multiselluler (mempunyai inti lebih dari

spora, sporangium dan sporangiofor.

satu) yang membentuk benang-benang

Rizoid dari Aspergillus niger tidak

hifa / filament. Kumpulan dari hifa

tampak disebabkan ketika pengambilan

disebut misellium yang membentuk

Aspergillus niger dari medium kurang ke

suatu anyaman. Hifa yang dibentuk ada

bawah, sehingga yang terambil hanyalah

yang bersekat ataupun tidak bersekat.

bagian sporangiofor dan sporangiumnya

Hifa yang berada di atas permukaan

media disebut hifa aerial yang berfungsi

mempunyai permukaan koloni circular

sebagai alat perkembangbiakan. Hifa

menggunung, berwarna putih, teksturnya

yang berada di dalam media disebut hifa

kasar dan bila dilihat dengan mata biasa

vegetatif berfungsi sebagai alat untuk

seperti tepung, emiliki zonasi sebesar

menyerap makanan. Aspergillus niger

25% dan warna balik berwarna hitam.

termasuk kedalam jamur jenis kapang.


Konidia berbentuk bulat hingga

Jamur ini tumbuh pada media PDA yang

semibulat, berukuran 3,50-5,0, berwarna


coklat, memiliki ornamentasi berupa
tonjolan dan duri-duri yang tidak
beraturan. Koloni pada medim MEA
lebih tipis tetapi bersporulasi lebat
(Sacher, R.A., and Pherson. 2002).
A. niger dapat tumbuh optimum
pada suhu 35-37oC, dengan suhu
minimum 6-8 C, dan suhu maksimum
45-47oC. Selain itu, dalam proses
pertumbuhannya fungi ini memerlukan
oksigen yang cukup (aerobik). A. niger
memiliki warna dasar berwarna putih
atau kuning dengan lapisan konidiospora
tebal berwarna coklat gelap sampai
hitam (Madigan and Martinko, 2006).
Klasifikasi ilmiah :
Domain : Eukaryota
Kerajaan : Fungi
Filum
: Ascomycota
Upafilum : Pezizomycotina
Kelas
: Eurotiomycetes
Ordo
: Eurotiales
Famili
: Trichocomaceae
Genus
: Aspergillus
Spesies : A. Niger
Aspergillus niger van
Tieghem 1867
IV.

KESIMPULAN
Hasil identifikasi berdasarkan
pengamatan makroskopisnya jamur yang
diamati menunjukkan ciri-ciri

terdapat dalam cawan petri. Secara


mikroskopis terlihat batang hifa yang
bersekat antara hifa satu dengan hifa
lainnya, dan pigmentasi hifanya
berwarna hijau dan tidak ada clamp
connection. Jamur yang praktikan
dapatkan tumbuh pada medium PDA.
Jamur ini termasuk dalam jenis
Aspergillus niger merupakan salah satu
spesies yang paling umum dan mudah
diidentifikasi dari genus Aspergillus,
famili Moniliaceae, ordo Monoliales dan
kelas Fungi imperfecti.
DAFTAR PUSTAKA
Fardiaz,S.1992. Mikrobiologi Pangan I.
Gramedia. Jakarta.
Frobisher, M. 1962. Fundamental of
Microbiology. 6th Edition. W.B.
Saunders Company. London, pp.
243-251.
Pelzar, M. J., E. C. S. Chan and N. R.
Krieg. 1993. Microbiology. 5th
Edition. Tata McGraw-Hill. New
Delhi, pp. 37-39, 41-41.
Saulia, S.B, and S. Shantharam. 1997.
General Microbiology. Science
Pub Inc. USA, pp. 22-23.
Volk and Wheeler. 1993. Mikrobiologi
Dasar. Erlangga. Jakarta.
Waluyo, L. 2005. Mikrobiologi Umum.
MM Press. Malang:
Wangge , Emilia Simpllisiu Ake, Dewa

Ngurah Suprapta, dan Gusti

Summerbell RC, Flannigan B,

Ngurah Alit Susanta Wirya. 2012.

Miller JD. 2001. Common and

Isolasi dan Identifikasi Jamur

important species of fungi and

Penghasil Mikotoksin Pada Biji

actinomycetes in indoor

Kakao Kering yang Dihasilkan

environments. In:

Di Flores. J. Agric. Sci. and

Microogranisms in Home and

Biotechnol, (1). 41-42.

Indoor Work Environments. New

Baker, S.E. 2006. Aspergillus niger


genomics: past, present and into
the future. Medic Mycol, (44):
17-21.
Samson, R.A., Houbraken J,

York: Taylor & Francis.


Madigan, M.T. and Martinko, J.M.
2006. Brock Biology of
Microorganisms 11th ed. Pearson
Education. New Jersey.

Anda mungkin juga menyukai