Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM PARASIT

DI UPTD PUSKESMAS KECAMATAN KAMPUNG BALI


MODUL KEDOKTERAN KOMUNITAS

KELOMPOK 3

Reza Redha Ananda I11112005


Muhammad Ibnu Nazari I1011161009
Michela Hengrawi H. I1011161013
Syafa Istiqomah I1011161018
Teguh Rinjaya I1011161021
Hesti Ratna Pratiwi I1011161023
Yessi Yulia Magdalina I1011161024
Ririh Cintya Anjani I1011161034
Mitha Arsita I1011161037
Musfiroh I1011161049
Nanda Eka Putri I1011161066
Agung Prasetyo I1011161075

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2019
A. Latar Belakang

Dalam bidang kesehatan, serangga mempunyai arti yang sangat penting


karena peranannya sebagai vektor (perantara) dari berbagai penyakit. Penyakit
yang ditularkan oleh vektor ini antara lain penyakit demam berdarah, malaria,
dan filariasis. Ketiga penyakit ini ditularkan dari orang yang satu ke orang
yang lain melalui perantara nyamuk. Dewasa ini, penyakit Demam Berdarah
Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan lingkungan yang
cenderung meningkat jumlah penderita dan semakin luas daerah
penyebarannya, sejalan dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan
penduduk.
Di Indonesia, DBD telah menjadi masalah kesehatan masyarakat selama
45 tahun terakhir, sejak tahun 1968 sampai saat ini dan telah menyebar di 33
provinsi dan di 436 kabupaten/kota dari 497 kabupaten/kota (88%). Data
menunjukkan bahwa Indonesia endemis DBD sejak tahun 1968 sampai saat
ini.
Nyamuk seringkali berkembang biak di tempat penampungan air seperti
bak mandi, tempayan, drum, barang bekas, pot tanaman air dan lain
sebagainya. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi segala dampak yang bisa
ditimbulkan nyamuk, masyarakat umum perlu mengetahui jenis, kehidupan,
permasalahan yang disebabkan oleh nyamuk bahkan pengetahuan mengenai
kepadatan jentik nyamuk sebagai langkah awal pencegahan terhadap dampak
buruk akibat serangga (khususnya nyamuk) bagi kesehatan. Kegiatan
pemantauan jentik nyamuk untuk mengetahui kepadatan jentik merupakan
yang disebabkan oleh nyamuk. Dengan berbekal pengetahuan inilah
masyarakat secara mandiri dapat melakukan upaya pengendalian jentik
nyamuk.
Terdapat beberapa indikator yang mengindikasikan suatu kepadatan jentik
nyamuk. Indikator-indikator tersebut antara lain House Index (HI), Kontainer
Index (CI) dan Breteau Index (BI).

1
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu melakukan pengukuran kepadatan larva atau jentik.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa terampil dalam melakukan pengukuran kepadatan (density)
larva/jentik di permukiman/tempat-tempat umum.
b. Mahasiswa dapat mengetahui jenis larva/jentik yang tertangkap dalam
pemgamatan.
c. Mahasiswa mengetahui bionomic dari larva/jentik nyamuk (fungsi,
bahan, dan volume kontainer) dipergunakan.
d. Mahasiswa mampu melakukan interpretasi hasil pengukuran kepadatan
larva/jentik dengan parameter House Index, Container Index.
e. Mahasiswa mampu melakukan dan memberikan upaya pengendalian
keberadaan larva/jentik di permukiman atau tempat-tempat umum.

C. Metode
Alat dan Bahan
Pengambilan sampel jentik

1) Kuesioner 110 lembar


2) Wadah botol 110 buah
3) Kertas label
4) Senter
5) Jas almamater
Pengamatan di laboratorium

1) Alkohol
2) Kaca objek dan cover glass
3) Pipet hisap
4) Mikroskop cahaya
5) Jas laboratorium

2
Cara Kerja

Pengambilan sampel jentik

1) Responden didata sesuai dengan format identitas pada kuesioner


yang terlampir.
2) Dilakukan pemeriksaan tempat penampungan air (TPA) yang ada di
dalam maupun luar rumah responden, sekaligus dicari jentik
nyamuk Aedes pada TPA yang berpotensi.
3) Dihitung banyaknya TPA yang berpotensi dalam satu rumah
responden.
4) Dihitung banyaknya TPA yang mengandung jentik.
5) Responden diberikan pemahaman mengenai pengendalian Demam
Berdarah.
6) Jentik atau larva yang ditemukan di dalam TPA dimasukkan ke
dalam wadah yang sudah disediakan.
7) Wadah kemudian ditutup rapat dan diberi label dengan format
berikut:

Nama responden Alamat Puskesmas


Nama TPA
Nama pemeriksa

Gambar 2.1 Label wadah jentik

8) Sampel larva dibawa ke Laboratorium Mikroskopik Fakultas


Kedokteran Universitas Tanjungpura untuk dilakukan pengamatan
secara mikroskopik.
2.2.2 Pengamatan di laboratorium

1) Diambil satu ekor jentik menggunakan pipet hisap dan kemudian


dipindahkan ke wadah kecil.
2) Diteteskan alkohol secukupnya pada jentik yang telah dipisahkan
untuk melemahkan/mematikan jentik agar lebih mudah diperiksa.

3
3) Setelah jentik tidak bergerak lagi, jentik tersebut dipindahkan ke
kaca objek yang sudah diberikan nomor sesuai wadah potnya
dengan menggunakan pipet hisap.
4) Jentik pada kaca objek ditutup perlahan dengan cover glass agar
tidak tergencet sehingga menyulitkan proses identifikasi.
5) Jentik diamati pada perbesaran 4x10 dan 10x10, atau 40x10 bila
diperlukan. Pengamatan diutamakan pada bagian posterior larva
agar memudahkan pemeriksa mengidentifikasi spesies.
6) Hasil temuan dilaporkan dan ditulis pada kuesioner.

Perhitungan

a. House index (HI)

b. Container index (CI)

c. Breteau index (BI)

D. Hasil

Hasil pengamatan :

No Nama Tempat Penampungan Air Identifikasi Larva

1. Tantri Tempayan Aedes aegypti

2. Karni Tempayan Aedes aegypti

3. Wati Tempayan Aedes aegypti

4. Laras Tempayan Aedes aegypti

5. Agus Tempayan Aedes aegypti

6. Burhan Tempayan Aedes aegypti

4
7. Pipit Tempayan Aedes aegypti

8. Yanto Tempayan Aedes aegypti

9. Sukina Tempayan Aedes aegypti

10 Yusuf Tempayan Aedes aegypti


.

11. Rahma Drum Aedes aegypti

12 Mia Tempayan Anopheles sp


.

13 Latif Bak Air Aedes aegypti


.

14 Taufik Tempayan Aedes aegypti


.

15 Kania Bak Air Aedes aegypti


.

16 Pratiwi Tempayan Aedes aegypti


.

17 Rudi tempayan Aedes aegypti


.

18 Aris Tempayan Aedes aegypti


.

19 Ilham Tempayan Aedes aegypti


.

20 Sainah Tempayan Aedes albopictus


.

21 Saiful Tempayan Culex sp


.

22 Endang Tempayan Aedes aegypti


.

23 Joni Bak Mandi Aedes aegypti


.

24 Pina Bak Mandi Aedes aegypti

5
.

25 Usdiana Bak Mandi Aedes aegypti


.

26 Susan Bak Mandi Aedes aegypti


.

27 Ratna Tempayan Anopheles sp


.

28 Lamsinah Tempayan Anopheles sp


.

29 Marni Tempayan Anopheles sp


.

30 Usman Tempayan Culex sp


.

31 Lia Tempayan 1 Culex sp


.
Tempayan 2 Culex sp

32 Faisal Bak Mandi Anopheles sp


.

33 Nunung Tempayan Culex sp


.

34 Randy Tempayan Culex sp


.

35 Yuli Tempayan Anopheles sp


.

36 Sumarni Tempayan 1 Aedes aegypti


.
Tempayan 2 Aedes aegypti

37 Utomo Tempayan Anopheles sp


.

38 Yanto Drum 1 Aedes aegypti


.

39 Amel Ember Aedes aegypti


.

6
40 Saanah Tempayan 1 Aedes aegypti
.

41 Trisiani Tempayan 1 Aedes albopictus


.

42 Metha Tempayan 2 Aedes aegypti


.

43 Yusmaniar Bak WC Aedes aegypti


.

House Index (HI)

Container Index (CI)

Breteau Index (BI)

E. Pembahasan

Hasil praktikum ini menunjukkan bahwa terdapat 4 jenis larva nyamuk


yang berhasil diidentifikasi di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pontianak

7
kota yaitu Aedes aegypti, Aedes albopictus, Anopheles sp, dan Culex sp. Larva
terbanyak yang diidentifikasi yaitu Aedes aegypti, sedangkan larva Aedes
albopictus berada pada jumlah paling sedikit. Larva ditemukan dalam
penampungan air bersih warga yaitu di tempayan, drum, bak air, bak mandi,
ember dan bak WC. Larva paling banyak ditemukan dalam tempayan karena
banyak warga yang menampung air di tempayan dan diletakkan di luar rumah.
Tempayan ada yang tertutup dan ada juga yang terbuka. Warga menggunakan
air yang ditampung di tempayan untuk air minum, mencuci baju, dan
memasak.
Nyamuk merupakan vektor dari beberapa penyakit pada manusia dan
hewan yang ditularkan melalui gigitannya yang mengandung parasit dan virus.
Contoh penyakit tersebut yaitu demam berdarah dengue (DBD), malaria, dan
filariasis. Demam berdarah dengue (DBD) ditularkan ke manusia melalui
nyamuk Aedes sp yang terinfeksi virus dengue. Aedes aegypti merupakan
vektor primer sedangkan Aedes albopictus merupakan vektor sekunder.
Nyamuk ini berkembangbiak di tempat-tempat penampungan air bersih atau
jernih seperti bak mandi, tangki penampungan air, ember, vas bunga, kaleng
bekas, kantong plastik bekas, ban bekas, tempurung kelapa, dan pelepah daun
tanaman.
Anopheles sp merupakan vektor penyebab malaria. Spesies umum
penyebab malaria yaitu A. maculateus, A. culicifacies, dan A. annularis.
Vektor-vektor ini secara umum ditemukan di lahan pertanian, semak-semak,
hutan, tempat-tempat kotor, kandang ternak, dan di dalam ruang kosong yang
tidak digunakan. Spesies jantan tidak dapat terbang sejauh betina, karena
makanan untuk jantan tersedia dalam jumlah yang cukup di sekitar tempat
perindukan. Betina terbang lebih jauh untuk mencari darah sebagai makanan.3
Culex sp merupakan vektor penyebab filariasis. Jenis nyamuk ini
berkembangbiak di air keruh dan kotor dekat rumah, serta mempunyai
kebiasaan menggigit pada malam hari. Culex quinquifasciatus merupakan
vektor W. bancrofti tipe perkotaan.
Kurangnya kepedulian dan tingkat kesadaran masyarakat terhadap
kebersihan terutama dalam membersihkan tempat-tempat penampungan air

8
baik di dalam rumah dan di luar rumah serta tempat-tempat menampung air
hujan yang berpotensi menjadi sarang nyamuk dapat meningkatkan kejadian
vector borne disease oleh nyamuk. Selain itu kurangnya pengetahuan
masyarakat terhadap penyakit DBD juga mempengaruhi perilaku masyarakat
dalam menjaga kebersihan penampungan air. Oleh karena itu perlu dilakukan
PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) yang merupakan kegiatan
memberantas jentik nyamuk di tempat perkembangbiakannya. PSN
merupakan cara pemberantasan yang paling baik, aman, murah, sederhana
yang dapat dilakukan oleh masyarakat secara mandiri. PSN dilakukan dengan
cara menerapkan 3M-Plus. Program 3M yang dimaksud adalah Menguras,
Menutup, dan Mengubur barang bekas serta tempat yang bisa menampung air.
Selain itu “plus” artinya menaburkan bubuk abate pada penampungan air,
mengganti air vas bunga atau tempat lainnya yang sejenis seminggu sekali,
memakai kelambu, memasang kawat kasa, tidak menggantung pakaian di
kamar dan tindakan lainnya.

F. Dokumentasi

Pencarian Jentik, Pengisian Kuesioner, Pembagian Bubuk Abate

9
Dokumentasi Kelompok

Pemeriksaan Jentik menggunakan Mikroskop

10
Aedes aegypti

Aedes albopictus

11
Culex sp.

Anopheles sp.

Daftar Pustaka

1. Pusat data dan informasi kementerian kesehatan RI. Situasi demam


berdarah dengue di Indonesia. Infodatin.2014.
2. Umniyati SR, Sutomo AH, Laksana BE,. Penggunaan Otosidal Ovitrap
untuk pengendalian Nyamuk Vektor Penyakit Demam Berdarah Dengue.
Jurnal Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat-Universitas Gadjah
Mada.

3. Nadifah F, Muhajir NF, Arisandi D, Lobo MDO. Identifikasi larva nyamuk


pada tempat penampungan air di Padukuhan Dero Condong Catur

12
Kabupaten Sleman. Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas.
2016;10(2):172-8.
4. Sayono, Nurullita U. Situasi terkini vektor dengue (Aedes aegypti) di Jawa
Tengah. KEMAS. 2016;11(2)96-105.
5. Mandal FB. Human parasitology. 2nd Ed. Delhi: PHI Learning Private
Limited; 2015. Pp. 223.
6. Ramadhani T, Wahyudi BF. Keanekaragaman dan dominasi nyamuk di
daerah endemis filariasis limfatik, Kota Pekalongan. Jurnal Vektor
Penyakit. 2015;9(1):1-8.
7. Putri MD, Adrial, Irawati L. Hubungan tindakan pemberantasan sarang
nyamuk (PSN) dengan keberadaan jentik vektor chikungunya di Kampung
Taratak Paneh Kota Padang. Jurnal Kesehatan Andalas. 2016;5(3):495-
504.

13

Anda mungkin juga menyukai