Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

DIKLAT JABATAN FUNGSIONAL ENTOMOLOG KESEHATAN


DI WILKER PELABUHAN RATU KKP KELAS II BANDUNG DAN DESA LOJI
WILKER PUSKESMAS SIMPENENAN KABUPATEN SUKABUMI

KELOMPOK 2

1. Baskara yuda pratama (KKP Kelas I Tanjung Priok)


2. Fairuz Hayati (Dinas Kesehatan Kota Bogor)
3. Farida Buton (Dinas Kesehatan Buru)
4. Gio Vana Hambali (BTKLPP Kelas I Manado)
5. Gita Ellis Br Manalu (Puskesmas Pesawaran)
6. I Gede Dedy Suwartawan (KKP Kelas I Denpasar)
7. Jihan Mutiara Sari (KKP Kelas I Tanjung Priok)
8. Puji Astuti (KKP Kelas III Sorong )
9. Ratih Ristyanti (Dinkes Kabupaten Batang)
10. Ririn Wardani Zuhruf (Dinkes Kabupaten Kudus)
11. Waskitho Adiyoga (KKP Kelas II Banten)
12. Yulidar (Balai Litbangkes Banda Aceh)
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
BALAI BESAR PELATIHAN KESEHATAN CILOTO
2022

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit tular Vektor dan Zoonotik merupakan penyakit menular melalui Vektor
dan Binatang Pembawa Penyakit; antara lain malaria, demam berdarah, filariasis
(kakingajah), chikungunya, japanese encephalitis (radang otak), rabies (gila anjing),
leptospirosis, pes dll.Penyakit tersebut hingga kini masih menjadi masalah
kesehatan dan banyak ditemukan di masyarakat dengan angka kesakitan dan
kematian yang cukup tinggi serta berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa (KLB)
dan/atau wabah serta memberikan dampak kerugian ekonomi masyarakat.Vektor
adalah artropoda yang dapat menularkan, memindahkan, dan/atau menjadi sumber
penular penyakit. Binatang Pembawa Penyakit adalah binatang selain artropoda
yang dapat menularkan, memindahkan, dan/atau menjadi sumber penular
penyakit.Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit di Indonesia telah teridentifikasi
terutama terkait dengan penyakit menular tropis (tropical diseases), baik yang
endemis maupun penyakit menular potensial wabah. Mengingat beragamnya
penyakit-penyakit tropis yang merupakan penyakit tular Vektor dan zoonotik, maka
upaya pengendalian terhadap Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit menjadi
bagian integral dari upaya penanggulangan penyakit tular Vektor, termasuk penyakit-
penyakit zoonotik yang potensial dapat menyerang manusia. Beberapa Vektor dan
Binatang Pembawa Penyakit yang diketahui; antara lain : Nyamuk,Lalat, Kecoa,
Pinjal, Tikus.
Vektor merupakan arthropoda yang dapat menularkan, memindahkan atau
menjadi sumber penularan penyakit pada manusia. vektor yang berperan sebagai
penular penyakit dikenal sebagai arthropoda borne diseases atau sering juga disebut
sebagai vector borne diseases yang merupakan penyakit yang penting dan seringkali
bersifat endemis dan menimbulkan bahaya bagi kesehatan sampai kematian. Hal ini
berhubungan juga dengan Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan
Kesehatan untuk Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit Serta Pengendaliannya
yang diatur dalam Permenkes No. 50 tahun 2017, Dimana pengendalian vektor

3
merupakan semua kegiatan atau tindakan yang ditujukan untuk menurunkan
populasi Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit serendah mungkin, sehingga
keberadaannya tidak lagi berisiko untuk terjadinya penularan penyakit di suatu
wilayah.
Berdasarkan hal tersebut perlu adanya kegiatan penyelidikan vektor dan
binatang pembawa penyakit dari sisi faktor lingkungan untuk mengetahui tingkat
populasi, menentukan teknik pengendalian yang tepat, efisien dan efektif dalam
upaya mengelola lingkungan untuk mencegah berkembangnya atau menekan
populasi vektor/serangga pengganggu dalam rangka mencegah penyakit dan
meningkatkan kenyamanan hidup manusia tanpa mengganggu kelestarian
lingkungan.

B. Tujuan
1. Tujuan umum

Mengetahui indeks kepadatan vektor dan binatang pembawa penyakit di wilayah


buffer Pelabuhan Ratu dan Kampung Majelis Desa Majelis Kabupaten Sukabumi
pada Bulan Desember 2022

2. Tujuan khusus

a) Mengetahui indeks kepadatan vektor dan binatang pembawa penyakit di wilayah


buffer Pelabuhan Ratu dan Kampung Majelis Desa Majelis Kabupaten Sukabumi
pada Bulan Desember 2022;

4
b) Mengetahui indeks kepadatan larva Aedes spp di wilayah buffer Pelabuhan Ratu
pada bulan Desember 2022;
c) Mengetahui indeks kepadatan lalat di wilayah buffer Pelabuhan Ratu pada
bulan Desember 2022.
d) Mengetahui kepadatan tikus di wilayah buffer Pelabuhan Ratu pada bulan
Desember 2022
e) Mengetahui indeks kepadatan larva Anopheles di Desa Loji Wilayah Puskesmas
SimpenanKabupaten Sukabumi pada Bulan Desember 2022;
f) Mengetahui indeks kepadatan nyamuk Anopheles di Desa Loji Wilayah
Puskesmas Simpenan Kabupaten Sukabumi pada Bulan Desember 2022.

C. Sasaran

Lingkungan dan masyarakat di wilayah buffer Pelabuhan Ratu dan Kampung Majelis
Desa Majelis Kabupaten Sukabumi

D. Waktu dan Tempat

Waktu : Rabu-kamis, 7-8 Desember 2022


Tempat : Wilayah buffer Pelabuhan Ratu dan Kampung Majelis Desa Majelis

5
Kabupaten Sukabumi

6
BAB II
PROSES KEGIATAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

A. Survei Larva Aedes Sp Di Wilayah Buffer Pelabuhan Ratu

1. Alat Kegiatan Survei Larva

No Nama Alat Keterangan


1 Senter Untuk membantu melihat larva di konteiner
2 Form Survei Membantu pencacatan dan pengamatan saat
survei
3 Alat Tulis Untuk menulis hasil pengamatan dan label kode

4 Pipet tetes Untuk menganbil jentik nyamuk dari konteiner


5 Botol Vial Sebagai tempat penampungan sementara larva
tertangkap
6 Gayung Untuk memudahkan pengambilan jentik dari
konteiner

7
2. Bahan Kegiatan Survei Larva

No Nama Alat Keterangan


1 Kertas Label Untuk memberi kode informasi rumah dan jenis
konteiner positif pada larva tertangkap

3. Prosedur Survei

Metode yang digunakan dalam kegiatan survei jentik DBD adalah dengan
survei larva untuk mengetahui positif atau negatifnya jentik didalam maupun
diluar rumah serta tempat-tempat umum yang ada disekitarnya. Adapun cara
dalam melakukan survei jentik yaitu:

a) Single larva

Cara ini dilakukan dengan mengambil satu jentik di setiap tempat genangan
air dengan mengambil satu ekor jentik menggunakan cidukan (gayung
plastik) atau menggunakan pipet panjang jentik lalu diidentifikasi lebih lanjut
serta jentik yang diambil ditempatkan dalam botol kecil dan diberi label.

8
b) Visual

Cara visual dilakukan dengan melihat/mengamati keberadaan jentik pada


setiap genangan air dengan bantuan senter.

Perhitungan kepadatan jentik Aedes aegypti menggunakan rumus


sebagai berikut:

a) House Index (HI) adalah jumlah rumah positif jentik dari seluruh rumah yang
diperiksa

HI =

b) Container Index (CI) adalah jumlah kontainer yang ditemukan larva dari
seluruh kontainer yang diperiksa

CI =

c) Angka Bebas Jentik (ABJ)

ABJ =

9
B. Survei kepadatan lalat di wilayah buffer Pelabuhan Ratu

1. Alat dan Bahan

Berikut merupakan alat dan bahan penangkapan Lalat:


No. Alat dan Bahan Keterangan
1. Fly Grill Alat berupa potongan kayu yang disusun
untuk melakukan survei kepadatan lalat
2. Counter Alat pengitung jumlah lalat
3. Thermometer Pengukur suhu saat pelaksaan survei
dilapangan
4. Formulir survei Untuk mencatat jumlah jumlah kepadatan lalat

5. Hygrometer Alat pengukur kelembapan udara saat survei

6. anemometer Alat pengukur kecepatan angin saat


pelaksanaan survei
7. Sarung Tangan Untuk melindungi tangan dari kotoran
maupun resiko kontaminan

2. Prosedur Survei

10
Kegiatan survei lalat merupakan kegiatan pengumpulan data primer
dengan melakukan survei kepadatan lalat di wilayah buffer Pelabuhan atu.
Pengamatan kepadatan lalat dilaksanakan dengan menggunakan Fly grill yang
didasarkan pada sifat lalat yang cenderung untuk hinggap pada tepi-tepi atau
tempat yang bersudut tajam dalam kurun waktu tertentu. Fly grill diletakkan pada
tempat-tempat yang telah ditentukan berdekatan dengan tempat sampah,
kotoran hewan, kandang dan lainnya.
Jumlah lalat yang hinggap setiap 30 detik, dihitung sedikitnya pada setiap
lokasi dilakukan 10 kali perhitungan dan 5 perhitungan tertinggi dibuat rata-
ratanya dan dicatat dalam kartu pencatatan. Angka rata-rata ini merupakan
index dalam lokasi tertentu. Interpretasi hasil pengukuran jumlah lalat yang
hinggap pada Fly grill per 10 x 30 detik. Hasil di analisa berdasarkan Permenkes
RI Nomor 50 Tahun 2017 Tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan
Dan Persyaratan Kesehatan Untuk Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit
Serta Pengendaliannya menyaratkan standar baku mutu lalat adalah < 2.

C. Survei larva & nyamuk dewasa Anopheles di Desa Loji Wilayah Puskesmas
Simpenan Kabupaten Sukabumi

1. Alat dan Bahan

a) Pipet tetes
b) Cawan petri
c) Global positioning System /GPS
d) Cidukan/gayung
e) Saringan
f) Aspirometer

11
g) Salinometer
h) Formulir survei
i) Compound microscope
j) Kain kasa
k) Paper cup
l) Botol larva 50 ml
m) Spidol tahan air
n) Kertas tissue
o) Hygrometer
p) Senter
q) Objek glass
r) Cover glass
s) Jarum pinning
t) Kloroform
u) Alkohol
v) Kutek bening

2. Prosedur Survei

a) Pengamatan Jentik Anopheles


(1) Metode dilakukan dengan cara perhitungan indeks habitat berupa
pengamatan pada breeding place nyamuk Anopheles sp yaitu pada
genangan air, rawa, saluran air, muara/sungai, lubang pohon, kubangan,
lekukan bekas kaki hewan, galian tanah dan lain-lain.
(2) Pengukuran suhu dan salinitas pada tempat – tempat potensial perindukan
larva dengan menggunakan refractometer dan alat pengukur suhu pada air.
(3) Identifikasi predator, tanaman/ tumbuhan dan keberadaan lumut yang berada
dalam tempat potensial perindukan tersebut.
(4) Penangkapan larva dilakukan dengan menggunakan dipper/cidukan yang
dilakukan pada berbagai macam genangan air seperti sawah, rawa, saluran
air, muara/sungai, danau, lubang pohon, kubangan, lekukan bekas kaki

12
hewan, galian tanah dan lain-lain. Penangkapan juga dilakukan di genangan
air sekitar rumah.
(5) Larva dalam dipper/cidukan diambil dengan menggunakan pipet dan
dipindahkan ke botol kecil.
(6) Vial diberi label yang berisi berdasarkan lokasi larva diambil, tanggal, tipe
tempat perkembangbiakan dan nama kolektor/pengambil.
(7) Mengisi formulir yang telah disiapkan.

b) Pengamatan Nyamuk Anopheles Dewasa


(1) Metode Umpan badan dan resting.
(2) Lakukan penangkapan nyamuk di dalam rumah (human bait) dan di luar
rumah (human bait)
(3) Penangkapan di dalam rumah dilakukan selama 40 menit dan 10 menit
berikutnya dilakukan penangkapan nyamuk di dinding
(4) Penangkapan di luar rumah dengan umpan orang selama 40 menit dan 10
menit berikutnya dilakukan penangkapan di kandang dan sekitarnya
(5) Nyamuk yang menggigit kaki, tangan dan bagian tubuh lainnya ditangkap
dengan menggunakan aspirator dengan penerangan senter
(6) Nyamuk yang tertangkap dimasukkan ke dalam paper cup yang terpisah
untuk tiap – tiap waktu penangkapan
(7) Paper cup ditutup kain kasa yang diberi lubang dan disumbat dengan kapas
(8) Paper cup diberi label yang berisi tanggal, jam penangkapan dan tempat
penangkapan
(9) Hasil tangkapan, suhu, kelembaban dan kolektor/pengambil dicatat dalam
formulir
c) Identifikasi Jentik Anopheles Dewasa
(1) Siapkan petridisk berisi larva dengan air sedikit mungkin
(2) Masukkan air hangat 600C atau panaskan dengan lilin sampai larva mati
(3) Larva yang telah mati dimasukkan ke dalam vial kecil berisi alcohol 70%
(4) Melakukan identifikasi pada larva Anopheles sp.
(5) Anopheles sp. tidak memiliki siphon (pipa udara)
(6) Saat bernafas tubuh larva berhimpit dengan permukaan air
d) Identifikasi Nyamuk Anopheles Dewasa

13
(1) Membunuh nyamuk dewasa dengan menggunakan chloroform yang
diteteskan pada kapas penyumbat
(2) Melakukan identifikasi pada nyamuk Anopheles dewasa (lihat buku kunci
identifikasi nyamuk).

D. Survei Kepadatan Kecoa di daerah Buffer Pelabuhan Ratu

1. Alat dan Bahan Pemasangan Perangkap

a) Sticky Trap
b) Alat tulis
c) Senter

2. Prosedur survei

Survei menggunakan sticky trap yang diletakkan di tempat-tempat potensial


keberdaan kecoa. Kecoa yang tertangkap kemudian dihitung indeks
kepadatannya dan diidentifikasi. Berikut cara menghitung indeks kepadatan
kecoa:

14
E. Survei Kepadatan Tikus di daerah Buffer Pelabuhan Ratu

1. Alat dan Bahan Pemasangan Perangkap

a) Perangkap tikus
b) Kelapa Bakar (Umpan)
c) Kantong tikus
d) Alat tulis
e) Label
f) Form pemasangan perangkap tikus

2. Alat dan Bahan Identifikasi Pinjal

a) Kantung Tikus
b) Chloroform
c) Kapas
d) Timbangan
e) Sisir
f) Penggaris
g) Petri disk
h) Baskom
i) Kuas
j) Mikroskop
k) Cover dan Object glass
l) Kertas label
m) Form identikasi tikus dan pinjal
n) Kunci identifikasi tiku dan Pinjal

15
3. Prosedur Survei

a) Pemetaan

Pemetaan dilakukan dengan mengidentifikasi semua tempat


perindukan vektor pes baik pada gudang, Tempat Pengolahan Makanan
(TPM), Dermaga Pelabuhan, dan Tempt-Tempat Umum (TTU). Adapun
kegiataan pemetaan menggunakan GPS (Gobal Positioning System) untuk
menentukan titik-titik yang direncanakan untuk pemasangan perangkap tikus.

b) Pemasangan Perangkap

Kegiatan pemasangan tikus dan pinjal dilaksanakan selama dua hari


dengan lokasi sesuai dengan pemetaan. Tahapan pelaksanaannya meliputi
trapping yang sudah berisi umpan (kelapa bakar, ikan asin, dan bakso)
dipasang pada tempat yang di temukan adanya tanda-tanda kehidupan tikus
seperti gudang, semua bangunan, warung dan tempat potensial lainya.
Keesokan harinya trapping dikontrol dan dilakukan pemasangan umpan
kembali terhadap trapping yang belum berisi tikus sedangkan yang berisi tikus
dilakukan penggantian dengan trapping baru yang sudah berisi umpan,
sedangkan tikus yang tertangkap dimasukan dalam kantong karung untuk
selanjutnya diidentifikasi.
Berikut adala cara penghitungan succes trap tikus:

16
c) Identifikasi Pinjal

Tikus yang tertangkap dimasukan ke dalam kantung tikus dan dibius


menggunakan chloroform dalam kotak eksekusi. Setelah 1 s/d 15 menit
keluarkan tikus untuk dilakukan idenifikasi. Identifikasi dilakukan dengan
melihat karakteristik tikus (warna, berat, mamae, dan jenis kelamin) serta
ukuran-ukuran tikus sesuai kunci identifikasi tikus. Selanjutnya badan tikus
disisir untuk menemukan pinjal pada tikus. Identifikasi pinjal yang telah
ditemukan dilakukan mikroskopis. Adapun perhitungan indeks silakukan
dengan rumus sebagai berikut:
Penentuan Indeks Tikus dan Indeks Pinjal dengan formula :

BAB III
HASIL KEGIATAN

A. Survei Larva Aedes spp di wilayah buffer Pelabuhan Ratu

1. Kepadatan Jentik

17
Berikut merupakan hasil survei larva/jentik yang ditemukan pada Desa
Majelis RT 3 RW 19:

∑ ∑
Nama ∑ Rumah ∑ Rumah
No Kontainer Kontainer
Desa diperiksa (+) Jentik
diperiksa (+) Jentik
1. Desa 10 2 27 2
Majelis RT
3 RW 19

Berdasarkan hasil survei yang dilaksanakan di Kampung Majelis RT 3 RW 19,


Desa Loji, Kabupaten Sukabumi, kepadatan jentik dapat dihitung melalui indeks
entomologi sebagai berikut:
a) House Index (HI)

(HI) =

b) Angka Bebas Jentik (ABJ)

(ABJ) =

c) Container Index (CI)

(CI) =

2. Tempat Perindukan Jentik


a) Jenis Kontainer
Berdasarkan hasil survei jentik, berikut merupakan jenis kontainer yang
diperiksa survei jentik yang dilakukan pada Desa Majelis RT 3 RW 19:
Tabel 3.2 Jenis Kontainer Positif Jentik

18
Bahan Jumlah Konteiner positif
No Jenis Kontainer
Kontainer diperiksa Jentik
TPA
1. Bak Mandi Keramik 6 0
2. Drum Plastik 1 1
3. Ember Plastik 9 0
4. Lain-lain (Dispenser) Plastik 6 1
NON TPA
1. Botol bekas Plastik 1 0
2. Vas/pot bunga Plastik 1 0
3. Kolam/akuarium Semen 1 0
4. Lain-lain (Sterofoam Plastik 1
0
bekas)
∑ kontainer positif jentik 2

b) Pemetaan Tempat Perindukan Nyamuk


Berikut merupakan hasil pemetaan tempat perindukan nyamuk yang ada di
Kampung Majelis RT 3 RW 19, Desa Majelis, Kabupaten Sukabumi:

Gambar 3.1 Pemetaan Tempat Perindukan Jentik Nyamuk

3. Identifikasi Jentik
Berdasarkan hasil survei jentik yang dilakukan di Kampung Majelis RT 3 RW
19, Desa Majelis, Kabupaten Sukabumi pada 7 Desember 2022, berikut spesies
jentik yang diperoleh:

Tabel 3.3 Hasil Identifikasi Jentik di Kampung Majelis RT 3 RW 19, Desa


Majelis, Kabupaten Sukabumi

No Tempat Perindukan Hasil Identifikasi

19
1. Tatakan dispenser tidak terpakai Aedes aegypti
2. Drum Aedes aegypti

Berikut merupakan hasil pengamatan identifikasi jentik yang ditemukan pada


container positif jentik:

Terdapat sisik
sisir berbentuk
trisula

Gambar 3.1 Hasil Identifikasi Jentik Nyamuk Aedes aegypti

4. Kegiatan Pengamatan Jentik


Berikut merupakan kegiatan survei jentik yang dilakukan di Kampung Majelis
RT 3 RW 19, Desa Majelis, Kabupaten Sukabumi:

20
Gambar 4.1 Kegiatan Survei Jentik pada Tatakan Dispenser

Gambar 4.2 Kegiatan Survei Jentik pada Bak Mandi

B. Survei kepadatan lalat di wilayah buffer Pelabuhan Ratu

Kegaiatan yang di laksanakan dalam penyelidikan vektor lalat pembawa


penyakit memasang alat Fly Girl di tempat lalat – lalat berada untuk mengukur
jumlah lalat yang hinggap di alat tersebut per 10x30 detik pada setiap lokasi.
Data-data pendukung yang didapat diantaranya Temperatur 28˚C, Kelembaban
85% dan Kecepatan Angin 8km/jam.
Hasil yang di dapat :

21
Tabel formulir Kepadatan lalat

Lokasi Hasil Pengukuran


No Titik Jumlah
Sampling 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 Lokasi A 9 11 8 6 7 7 8 8 7 4 3,4

Analisis Hasil
Angka Kepadatan Lalat

C. Survei larva & nyamuk Anopheles di Desa Loji Wilayah Puskesmas Simpenan
Kabupaten Sukabumi

Berdasarkan kegiatan survei habitat larva (jentik) nyamuk Anopheles yang telah
dilakukan di Desa Loji Kabupaten Sukabumi didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 1. Tempat perindukan nyamuk Anopheles berdasarkan survei larva

Jenis Titik Luas Hasil


Genang Koordin Genang Salinit Jumlah Jenis Juml Identifikasi
an at an (m2) as Larva/Cid Predat ah
(Habitat uk or Samp Spesies J
) el ml
Larva

Kolam - 17 0 1 Tidak 8 Anopheles 8


7,05283 ada sp
2
106,545
156

22
Gambar 1. Jentik nyamuk Anopheles sp.

Gambar 2. Tempat perindukan larva Anopheles berupa kolam

23
Gambar 3. Pemetaan Tempat Perindukan Jentik Anopheles

= Positif terdapat jentik

= Tidak terdapat jentik

Tabel 2. Hasil penangkapan nyamuk pada malam hari

No. Spesies Tempat Banyaknya Nyamuk Total Ket


Nyamuk Penangkapa Tertangkap pada
n pukul

18.00- 19.00- 21.00-


19.00 20.00 22.00

1. Anopheles Kandang 0 58 0 58
vagus

2. Culex Dalam 0 2 0 2
Rumah

Luar Rumah 0 12 0 12

24
Gambar 4. Pemetaan Keberadaan Nyamuk Anopheles Dewasa

Gambar 5. Proboscis, tarsus, dan sayap Anopheles vagus

25
D. Survei Kepadatan Tikus di Pelabuhan Ratu
Adapun hasil Pemasangan perangkap tikus adalah sebagai berikut:
JML SPECIES TIKUS TERTANGKAP INDEX
TRAPPING JML. JML.
NO LOKASI R.r. Rattus Mus lain- TIKUS PINJAL
YANG TIKUS PINJAL
tanezumi norvegicus musculus lain (%) (Ratio)
DIPASANG
1 Indoor 5 0 0 0 0 0 0
40% 0,4
2 Outdoor 5 2 2 0 0 4 1
JUMLAH 10 2 2 0 0 4 1 - -

Dari hasil penangkapan tikus diperoleh 2 tikus dengan spesies Rattus tanezumi
dan 2 tikus Ratus novergicus sehingga diperoleh indeks tikus (success trap) sebesar 30
%. Tikus yang telah ditangkap kemudian diperiksa keberadaan pinjal pada tikus, dari hasil
pemeriksaan ditemukan adanya 1 ekor pinjal sehingga indeks umum pinjal adalah 0,3.

Pengukuran Tikus (mm) Hasil Jenis


No Kode
TL H+B W T HF E MF Identifikasi Kelamin
1 B1 220 120 49,2 100 30 19 Rattus Betina
tanezumi
120 15 Rattus Betina
2 B2 240 120 40,9 30
tanezumi
443, 210 20 Rattus Jantan
3 C1 470 260 45
3 norvegicus
Rattus Betina
4 C2
norvegicus

Keterangan :
W = Weight E = Ear
HB = Head and Body HF = Hind Foot
T = Tail TL = Total Lengt
MF = Mamae Formula

E. Survei Kepadatan Kecoa di Pelabuhan Ratu


Berikut merupakan hasil survei kepadatan kecoa yang dilakukan di wilayah
Kampung Majelis RT 3 RW 19:
Tabel 1. 1 Kecoa yang Tertangkap pada rumah warga di Area Buffer Pelabuhan
Ratu

No. Ruangan Rumah T-1 T-2 T-3 Keterangan

Kapsul / Kotoran Dewasa


Telur

26
1. Dapur Ibu Tini - - + 1 ekor P.
Americana

2. TPM Ibu Tini - - + 1 ekor P.


Americana

3. Kamar tidur Tn. - - - Nil


Ade Warsudi

4. Dapur Ryan + + + 1 ekor P.


Setiawan Americana

5. Dapur Ibu Herlina - - + 2 ekor P.


Americana

Berdasarkan hasil penelitian, jumlah total kecoa yang tertangkap pada rumah
warga di area buffer Pelabuhan Ratu adalah sebanyak 5 ekor, kepadatan kecoa
tergolong rendah dengan indeks kepadatan 1.

Tabel 1. 2 Spesies Kecoa Tertangkap pada Wilayah Perimeter dan Buffer Pelabuhan

Lokasi Spesies Kecoa


Rumah Warga
Periplaneta Blatella germanica
americana

f % f %

Dapur Ibu Tini 1 100 0 0

TPM Ibu Tini 1 100 0 0

Kamar tidur Tn. Ade 0 0 0 0


Warsudi

Dapur Ryan Setiawan 1 100 0 0

Dapur Ibu Herlina 2 100 0 0

Berdasarkan Tabel 1.2 spesies kecoa Periplaneta americana pada rumah


warga di area buffer sebanyak 5 ekor (100%). Sedangkan spesies kecoa Blatella
germanica pada rumah warga di area buffer sebanyak 0 ekor (0%).

27
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Survei Larva Aedes spp di wilayah buffer Pelabuhan Ratu

1. Kepadatan Jentik
a) House Index (HI)
Berdasarkan hasil perhitungan House Index (HI) diperoleh bahwa dari 10
rumah yang diperiksa terdapat 2 rumah yang positif jentik. Secara keseluruhan,
angka House Index di wilayah RT 03/RW 19 adalah 20%. Menurut WHO (2005),
nilai standar HI adalah < 10 % hal ini menunjukan bahwa nilai HI di wilayah RT
03/RW 19 sudah melewati standar yang di tetapkan oleh WHO sehingga rumah-
rumah yang ada di wilayah tersebut berpotensi besar menjadi tempat
perkembangbiakan jentik nyamuk Aedes aegypti.

b) Container Index (CI)


Berdasarkan hasil perhitungan Container Index (CI) diperoleh bahwa dari 27
kontainer diperiksa, ditemukan dua kontainer terdapat jentik (positif) dan 25
kontainer lainnya tidak ditemukan jentik (negatif) dengan nilai CI sebesar 7,41%.
Menurut WHO (2013), nilai standar baku untuk Container Index (CI) adalah <5%.
Hal ini menunjukkan bahwa penyebaran jentik nyamuk Aedes aegypti yang
terdapat di dalam kontainer di wilayah Kampung Majelis RT 03/RW 19 sudah
melewati standar sehingga perlu dilakukan tindakan pengendalian populasi.
Pencegahan dan pengendalian populasi vektor DBD dapat dilakukan
dengan pengendalian vektor terpadu secara kimia, mekanis, dan biologis yaitu PSN
3M Plus yaitu (1) Menguras tempat penampungan air; (2) Menutup tempat

28
penampungan air; dan (3) Memanfaatkan kembali atau medaur ulang serta Plus
yaitu menaburkan bubuk abate, memelihara ikan pemakan jentik nyamuk,
menggunakan obat anti nyamuk, memasang kawat kasa pada ventilasi, gotong
royong membersihkan lingkungan, periksa tempat penampungan air, meletakkan
pakaian bekas pakai dalam wadah tertutup, memberikan larvasida pada
penampungan air yang susah dikuras, memperbaiki saluran dan talang air yang
tidak lancar, dan menanam tanaman pengusir nyamuk.

c) Angka Bebas Jentik (ABJ)


Angka Bebas Jentik merupakan indikator penentuan status bebas DBD
pada suatu wilayah. Angka Bebas Jentik (ABJ) dapat dikatakan baik jika nilai
tersebut melebihi 95% dari total rumah yang diperiksa (Permenkes RI, 2017).
Angka Bebas Jentik (ABJ) merupakan kombinasi antara HI (House Index), CI
(Container Index), BI (Breteau Index), sehingga dapat diketahui nilai berdasarkan
rumah, kontainer dan keduanya. Berdasarkan perhitungan ABJ di atas diketahui
nilai ABJ di RT 03/RW 19 sebesar 80% yang menandakan bahwa nilai ABJ
dibawah standar baku mutu. Nilai ABJ yang masih dibawah standard baku mutu
menunjukkan bahwa kepadatan jentik nyamuk di wilayah tersebut masih tinggi
sehingga risiko penularan penyakit DBD juga tinggi.
Kepadatan jentik nyamuk Aedes aegypti di suatu wilayah harus dikontrol
dan dengan penanganan yang tepat dengan melakukan pemutusan rantai
penularan melalui pemetaan dan pengendalian populasi nyamuk. Pemetaan
(survei) jentik nyamuk Aedes aegypti bertujuan untuk menentukan distribusi, habitat
utama vektor, densitas populasi dan tingkat kerentanan vektor terhadap insektisida
sehingga pengendalian populasi dapat dilakukan dengan optimal.

2. Tempat Perindukan Jentik


Berdasarkan hasil survei yang dilakukan di Desa Majelis RT 3 RW 19 ada
beberapa jenis container di wilayah survei yang berpotensi menjadi tempat
perindukkan nyamuk sebagai berikut:
a) Tempat Penampungan Air (TPA)
Pada tempat penampungan air, jenis container yang diperiksa di dalam rumah
yaitu bak mandi bahan keramik, drum bahan plastik, ember bahan plastik, dan
tatakan dispenser bahan plastic. Pada jenis container di dalam rumah yang

29
diperiksa, container yang ditemukan positif jentik yaitu drum berbahan plastik
dan dispenser. Kedua jenis container tersebut diketahui memang menjadi
tempat perindukan jentik Aedes aegypti.
b) Non Tempat Penampungan Air (Non TPA)
Pada tempat yang bukan penampungan air, jenis container yang ditemukan
berada di luar rumah yaitu botol bekas bahan plastik, pot bunga bahan plastik
dan kolam bahan semen.
Keberadaan jenis container yang diperiksa dan ditemukannya container yang
positif jentik di wilayah Kampung Majelis RT 3 RW 19 mengindikasikan bahwa
wilayah tersebut memiliki risiko penularan penyakit DBD.

3. Identifikasi Jentik
Berdasarkan hasil identifikasi jentik yang ditemukan di Kampung Majelis RT 3
RW 19 diketahui bahwa spesies jentik yang ditemukan yaitu Aedes aegypti. Berikut
taksonomi Aedes aegypti:
Kerajaan : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Diptera
Familia : Culicidae
Subfamilia : Culicinae
Genus : Aedes
Spesies : Aedes aegypti
Hasil identifikasi tersebut ditandai dengan adanya siphon, sisik sisir dalam
satu baris dan berbentuk trisula, serta antena pendek dan sederhana. Hasil
identifikasi jentik ini menggambarkan bahwa wilayah kampong Majelis RT 3 RW 19
berisiko terjadi penularan penyakit DBD. Hal itu karena, nyamuk jenis Aedes
aegypti merupakan vektor penyakit DBD.

B. Survei kepadatan lalat di wilayah buffer Pelabuhan Ratu

30
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa rata-rata tingkat kepadatan lalat di
TPS Pelabuhan Ratu pada bulan Desember 2022 adalah sebesar 8,8. Selama survei
vektor diare pada bulan Oktober 2022, diakukan pengukuran parameter lingkungan
yaitu suhu (28°C) dan kelebaban udara (85%). Suhu optimum perkembangan lalat
rumah berada pada rentang suhu daerah tropis yaitu sekitar 22°C - 32°C sehingga
suhu pada saat survei vektor diare merupakan suhu optimum perkembangan lalat
rumah. Dalam satu siklus hidupnya, lalat rumah mengalami empat stadia yaitu telur,
larva, pupa dan imago atau lalat dewasa. Pada setiap stadia, suhu lingkungan
mempengaruhi daya tahan hidup dan waktu perkembangan pradewasa. Daya tahan
hidup setiap stadium dinyatakan dalam persentase keberhasilan tiap stadium
tersebut untuk berkembang menjadi stadium berikutnya, yaitu dari telur hingga
dewasa. Dengan faktor lingkungan yang mendukung perkembangan lalat perlu di
waspadai peningkatan kepadatan lalat pada bulan berikutnya.
Hasil observasi mengenai pengelolaan sampah di lokasi pengukuran. Hasil
pengamatan saat survei vektor diare diketahui sebagai besar spesies adalah lalat
rumah (Musca domestica) dan lalat hijau (Chrysomya megacephala). Lalat rumah
berperan dalam penyebaran penyakit seperti diare, disentri, kolera, demam tifoid dan
paratifoid karena menyebarkan kotoran ke makanan, minuman, sayuran, buah-
buahan, maupun ke tubuh ternak. Lalat rumah (M. domestica) mempunyai
kemampuan memindahkan berbagai macam mikroorganisme dari tempat yang
dihinggapinya ke tempat lain yang dihinggapi kemudian. Sehingga perlu dilakukan
edukasi khususnya pda lokasi yang menyediakan pelayanan jasa makanan dan
minuman terhadap kepadatan lalat rumah

C. Survei larva & Nyamuk Anopheles di Desa Loji Wilayah Puskesmas Simpenan
Kabupaten Sukabumi

Tabel 1 menunjukkan bahwa di Desa Loji terdapat tempat perindukan nyamuk


Anopheles berupa kolam yang berada di sebelah daerah persawahan. Jentik nyamuk
yang berhasil didapatkan dari 12 cidukan yaitu sebanyak 8 jentik. Hasil penangkapan
jentik Anopheles yang dilakukan di Desa Loji dengan mempertimbangkan jarak
terbang nyamuk dimana jarak breeding site yang di duga sebagai tempat potensial

31
berkembangbiaknya jentik antara 10 m ± 60 m dari pemukiman penduduk. Nyamuk
Anopheles senang memilih genangan air atau tempat berair yang dasarnya tanah, air
keruh, sedikit jernih, kondisi air mengalir atau tidak mengalir serta terjadi penetrasi
sinar matahari maupun tidak terjadi penetrasi sinar matahari.

Air yang ada pada kolam memiliki air yang keruh dan memiliki kadar garam
0%. Hal ini disebabkan karena Desa Lijo merupakan daerah dataran yang terletak
jauh dari perairan air asin sehingga kemungkinan terkontaminasinya air tawar
dengan air asin sangat kecil. Jenis perairan yang dimanfaatkan untuk
perkembangbiakan Anopheles berbeda- beda. Beberapa spesies larva Anopheles
menyukai hidup di sawah, kolam, mata air dan genangan air yang bersifat sementara
atau di rawa-rawa yang permanen dan lainlain yang airnya tawar. Sebagian besar
lainnya hidup di habitat rawa-rawa, muara sungai, lagun yang airnya asin. Tumbuh-
tumbuhan atau vegetasi yang ditemukan di kolam ini berupa eceng gondok dan
kangkung. Keberadaan vegetasi dapat menyebabkan peningkatan kepadatan jentik
karena menyediakan tempat bersembunyi dan makanan sehingga jentik dapat
bertahan hidup.

Pada tabel 2, didapatkan hasil bahwa spesies nyamuk yang berhasil


ditemukan selama penangkapan pada malam hari di kendang ternak adalah
Anopheles vagus, sedangkan di dalam dan luar rumah tidak ditemukan. Ciri-ciri yang
menunjukkan Anopheles vagus adalah adanya corak pada sayap lebih dari tiga,
ujung proboscis terdapat corak putih yang lebar, dan tarsus kaki depan yang juga
terdapat bercak putih lebar. Berikut adalah taksonomi dari Anopheles vagus :
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Diptera
Famili : Culicidae
Sub Famili : Culicinae
Genus : Anopheles
Spesies : Anopheles vagus

32
D. Survei Tikus dan Pinjal

1. Kepadatan Tikus

Jumlah tikus yang tertangkap yaitu sebanyak 4 ekor yang terdiri dari
spesies Rattus norvegicus (2 ekor), Rattus tanezumi (2 ekor). Total vektor yang
tertangkap yaitu di dalam rumah sebanyak 1 ekor dan di luar rumah sebanyak 3
ekor.
Tingkat keberhasilan pemasangan perangkap (trap success) berbanding
lurus dengan kepadatan relatif tikus, maksudnya semakin tinggi persentase trap
success semakin tinggi juga kepadatan relatif tikus pada suatu wilayah. Kriteria
trap success (TS) pada kondisi normal adalah sebesar 7% dihabitat rumah /
sekitarnya dan 2% di luar rumah (kebun). [8] Pemasangan perangkap di beberapa
rumah di Buffer Pelabuhan Ratu diletakkan didalam dan diluar rumah. Dari hasil
penghitungan trap success didapatkan hasil sebesar 40 %. Hal tersebut
menunjukkan hasil trap success lebih besar dari standar baku mutu kesehatan
lingkungan untuk binatang pembawa penyakit yaitu kurang dari 1%.
Survei tikus ini juga dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti peletakkan
perangkap, model perangkan dan jenis umpan yang dipakai. Pemasangan
perangkap yang tepat sangat penting untuk memperoleh hasil yang maksimal.
Perangkap diletakkan didalam dan luar rumah yang digunakan sebagai jalan
tikus (runway) atau tanda-tanda keberadaan tikus lainnya seperti adanya terlihat
kotoran tikus, bau khas tikus, bekas urin tikus, galian atau sarang tikus dan lain-
lain.Faktor utama kepadatan tikus yang tinggi pada habitat rumah disebabkan
karena banyak makanan yang disukai oleh tikus, sehingga tikus menjadi tertarik.
Di lingkungan pemukiman kumuh hingga perumahan mewah dapat ditemukan
tikus berkeliaran atau bersarang.
Jenis tikus tertangkap dari dalam rumah adalah tikus domestik. Tikus
domestik melakukan aktivitasnya (mencari makan, berlindung, bersarang, dan
berkembang biak) sangat dekat dengan aktivitas manusia. Sehingga apabila
banyak tikus domestik yang tertangkap berarti memang sanitasi di dalam rumah
kurang terjaga sehingga menyebabkan habitat potensial bagi kehidupan tikus.

33
Keberhasilan penangkapan di habitat rumah biasanya lebih tinggi daripada di
habitat luar rumah seperti kebun, sawah, dan hutan.
Faktor lain yang juga berpengaruh terhadap keberhasilan
penangkapan tikus adalah tingkah laku tikus itu sendiri. Tikus adalah hewan
yang berkemampuan tinggi dan memiliki indera peraba dan pendengaran yang
baik serta otaknya pun berkembang baik, sehingga tikus dapat belajar.
Tikus dapat mempelajari dengan cepat apa yang baik dan tidak baik
untuk kepentingan dirinya sendiri. Jika tikus telah memiliki pengalaman
memakan suatu jenis makanan tertentu akan menyebabkan sakit perut yang
parah, maka mereka tidak akan memakan makanan sampai kedua kalinya, akan
tetapi setelah beberapa lama hal tersebut dilupakan, sehingga mungkin dia
mencoba memakan lagi.
Dari hasil penangkapan diperoleh tikus dengan jenis kelamin betina (3
ekor) lebih banyak daripada jantan (1 ekor). Jenis kelamin tikus diteliti untuk
diketahui mobilitas tikus yang paling banyak ditemukan di area perumahan
penduduk. Hal ini sesuai dengan penelitian yang menyebutkan bahwa tikus
betina lebih mudah ditangkap daripada tikus jantan, karena dalam kelompok
tikus, tikus betina merupakan individu pencari makan untuk anak- anaknya,
sedangkan jantan berperan sebagai penjaga sarang atau wilayah teritorialnya.
Jenis kelamin jantan lebih banyak di temukan daripada betina mungkin
karena dipengaruhi perebutan wilayah teritorialnya (kekuasaan), home
range dan ketersediaan pakan. Wilayah teritorial (kekuasaan) merupakan
suatu wilayah atau daerah tempat tinggal tikus dan dipertahankan dari
masuknya tikus sejenis. Kaitannya dengan wilayah teritorial (kekuasaan),
jika terjadi populasi tikus yang meningkat maka akan timbul kompetisi
sosial yang memaksa kedudukan tikus jantan yang lebih rendah untuk
segera keluar dan mencari wilayah yang baru. Home Range (daya jelajah
harian) merupakan wilayah tempat tinggal yang tidak bisa dipertahankan
oleh tikus, sehingga wilayah home range dapat ditempati oleh tikus jenis
yang berbeda. Jika home range diambil tikus lain maka tikus jantan akan
mencari wilayah home range yang lainnya. Selain itu ketersediaan pakan
yang kurang juga akan membuat tikus jantan berkeliaran di rumah dan
sekitar rumah untuk mencari bahan pakan.
2. Kepadatan pinjal

34
Hasil survei pinjal pada 4 ekor tikus yang ditemukan terdapat 1 pinjal
Xenopsylla cheopis yang berarti indeks pinjal khusus sebesar 0,3. Angka
tersebut menunjukkan bahwa kepadatan pinjal yang diperoleh masih memenuhi
standar baku mutu.
3. Identifikasi Tikus
a. Rattus norvegicus
Hasil dari kegiatan survei didapatkan tikus jenis Rattus norvegicus
sejumlah 2 ekor. Berdasarkan identifikasi tikus tersebut mempunyai berat
443,3 gr, panjang badan 260 mm, panjang ekor 210 mm, panjang total 460
mm, panjang kaki belakang 45 mm, dan panjang telinga 20 mm berkelamin
jantan. Sedangkan satu ekor yang lain melarikan diri saat proses
pembiusan.
Memiliki perilaku nokturnal tetapi sering dijumpai mencari makan pada
siang hari. Habitat Rattus norvegicus yaitu pada setiap bangunan dengan
makanan tersedia, bangunan apartemen, rumah, kandang, gudang, toko,
rumah pemotongan hewan, lumbung, bangunan ternak, bahkan selokan dan
dumpsters. suka bersarang di dekat air. Tikus ini tidak ahli dalam memanjat
tetapi ahli dalam berenang, ekor yang lebih pendek dari tubuhnya membuat
tikus ini menjadi sangat mudah berenang karena habitatnya di air/riol/got di
daerah pemukiman penduduk dan pasar.
b. Rattus tanezumi
Hasil dari kegiatan survei tikus didapatkan tikus jenis Rattus tanezumi
sejumlah 2 ekor. Perilaku Rattus tanezumi yaitu nokturnal tetapi sering
dijumpai pada siang hari mencari makan. Habitatnya banyak dijumpai
didalam rumah (plafon, dapur dan gudang) apabila populasinya tinggi sering
juga dijumpai mencari makan dilantai dapur dan gudang, jarang ditemukan
di kebun sekitar rumah.

4. Identifikasi pinjal
Ditemukan 1 ekor pinjal Xenopsylla cheopis dari 4 ekor tikus yang tertangkap,
sehingga indeks pinjal 0,4. Xenopsylla cheopis memiliki ciri- ciri tanpa genal
comb dan tanpa pronotal comb.

35
Berdasarkan permenkes No. 50 Tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu
Kesling dan Persyaratan Kesehatan untuk Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit
serta Pengendaliannya menyaratkan :

1. Standar Trap Success melebihi nilai ambang batas yang disyaratkan yaitu
sebesar 40%
2. Tikus tertangkap berjumlah 4 ekor, 2 ekor Rattus norvegicus dan 2 ekor Rattus
tanezumi
3. Standar indeks pinjal umum adalah < 2 sehingga indeks pindal umum di
pelabuhan ratu bulan Desember 2022 dalam kategori memenuhi syarat

E. Survei Kecoa

Hasil pengukuran kepadatan kecoa di rumah warga Kampung Majelis Rt 3


RW 19 diperoleh hasil sebesar 1 (standar baku mutu <2). Hal itu menunjukkan
bahwa Indeks kepadatan kecoa memenuhi standar baku berdasarkan Permenkes
No 50 Tahun 2017. Meskipun begitu, mengingat kecoa juga merupakan vektor
beberapa penyakit yang dapat menularkan secara mekanik dan bilogis, maka
penemuan kecoa pada perangkap yang dipasang perlu diwaspadai. Oleh karena
itu, masyarakat di wilayah Kampung Majelis perlu melakukan pencegahan dengan
tidak menyediakan habitat kecoa seperti menjaga kebersihan lingkungan, menutup
celah dinding dan almari.

36
BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil survei entomologi yang dilakukan di Kampung Majelis RT 3
RW 19, Desa Majelis, Kabupaten Sukabumi dapat disimpulkan bahwa:
1. Survei Vektor DBD
a) Hasil pengukuran kepadatan jentik diperoleh nilai HI, CI, dan ABJ masing-
masing sebesar 20%, 7,41%, dan 80%.
b) Tempat perindukan jentik yang ditemukan yaitu pada drum dan dispenser yang
berbahan plastik yang semuanya berada di dalam rumah.
c) Hasil identifikasi jentik yang ditemukan pada container yaitu spesies Aedes
aegypti.
2. Survei Vektor Malaria
d) Hasil survei jentik Anopheles sp ditemukan positif jentik Anopheles sp pada
kolam;

37
e) Nyamuk Anopheles sp ditemukan pada penangkapan nyamuk di kendang sapi.
3. Survei Tikus dan Pinjal
Berdasarkan permenkes No. 50 Tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu
Kesling dan Persyaratan Kesehatan untuk Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit
serta Pengendaliannya menyaratkan :

a. Standar Trap Success melebihi nilai ambang batas yang disyaratkan yaitu
sebesar 40%
b. Tikus tertangkap berjumlah 4 ekor, 2 ekor Rattus norvegicus dan 2 ekor Rattus
tanezumi
c. Standar indeks pinjal umum adalah < 2 sehingga indeks pindal umum di
pelabuhan ratu bulan Desember 2022 dalam kategori memenuhi syarat

4. Survei Kecoa
Indeks kepadatan kecoa yang ditemukan yaitu 1.

5. Survei Lalat
Hasil pengamatan saat survei vektor diare diketahui sebagai besar spesies adalah
lalat rumah (Musca domestica) dan lalat hijau (Chrysomya megacephala). Dan
angka kepadatan lalat melebihi standar sesuai Permenkes no 50 tahun 2017 yaitu
8,8

B. REKOMENDASI
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan, rekomendasi yang dapat dilakukan
yaitu:
1. Survei Vektor DBD
a) Perlu dilakukan upaya promotif berupa sosialisasi hasil temuan dan tindak
lanjutnya untuk pencegahan penyakit DBD.
b) Perlu dilakukan pemantauan jentik berkala pada wilayah kampung Majelis RT 3
RW 19 untuk memutus rantai penularan DBD.
c) Perlu dilakukan upaya peningkatan Angka Bebas Jentik (ABJ) melalui
pengendalian vektor terpadu yaitu PSN 3M Plus sehingga dapat mencapai
angka batu mutu >95%.

38
2. Survei Vektor Anopheles
a) Perlu dilakukan upaya promotive pada masyarakat untuk waspada dengan
melakukan pencegahan berupa memakai repellen saat beraktivitas di malam
hari terutama saat berada kandang.
b) Perlu dilakukan pemantauan berkala pada tempat perindukan potensial
Anopheles sp.
3. Survei Tikus dan Pinjal
a) Perlu dilakukannya monitoring tikus berkala
b) Perlu dilakukannya upaya menjaga kebersihan lingkungan agar tidak
menambah tempat perindukan tikus dan memodifikasi lingkungan supaya tikus
tidak masuk ke rumah.
4. Survei Kecoa
a) Perlu dilakukan modifikasi lingkungan dengan menutup celah-celah yang ada di
dinding dan menutup saluran air yang terbuka.
5. Survei Lalat
a) Perlu dilakukan edukasi khususnya pda lokasi yang menyediakan pelayanan jasa
makanan dan minuman terhadap kepadatan lalat rumah
b) Perlu dilakukan pengendalian terhadap lalat.

39

Anda mungkin juga menyukai