KELOMPOK 2
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit tular Vektor dan Zoonotik merupakan penyakit menular melalui Vektor
dan Binatang Pembawa Penyakit; antara lain malaria, demam berdarah, filariasis
(kakingajah), chikungunya, japanese encephalitis (radang otak), rabies (gila anjing),
leptospirosis, pes dll.Penyakit tersebut hingga kini masih menjadi masalah
kesehatan dan banyak ditemukan di masyarakat dengan angka kesakitan dan
kematian yang cukup tinggi serta berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa (KLB)
dan/atau wabah serta memberikan dampak kerugian ekonomi masyarakat.Vektor
adalah artropoda yang dapat menularkan, memindahkan, dan/atau menjadi sumber
penular penyakit. Binatang Pembawa Penyakit adalah binatang selain artropoda
yang dapat menularkan, memindahkan, dan/atau menjadi sumber penular
penyakit.Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit di Indonesia telah teridentifikasi
terutama terkait dengan penyakit menular tropis (tropical diseases), baik yang
endemis maupun penyakit menular potensial wabah. Mengingat beragamnya
penyakit-penyakit tropis yang merupakan penyakit tular Vektor dan zoonotik, maka
upaya pengendalian terhadap Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit menjadi
bagian integral dari upaya penanggulangan penyakit tular Vektor, termasuk penyakit-
penyakit zoonotik yang potensial dapat menyerang manusia. Beberapa Vektor dan
Binatang Pembawa Penyakit yang diketahui; antara lain : Nyamuk,Lalat, Kecoa,
Pinjal, Tikus.
Vektor merupakan arthropoda yang dapat menularkan, memindahkan atau
menjadi sumber penularan penyakit pada manusia. vektor yang berperan sebagai
penular penyakit dikenal sebagai arthropoda borne diseases atau sering juga disebut
sebagai vector borne diseases yang merupakan penyakit yang penting dan seringkali
bersifat endemis dan menimbulkan bahaya bagi kesehatan sampai kematian. Hal ini
berhubungan juga dengan Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan
Kesehatan untuk Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit Serta Pengendaliannya
yang diatur dalam Permenkes No. 50 tahun 2017, Dimana pengendalian vektor
3
merupakan semua kegiatan atau tindakan yang ditujukan untuk menurunkan
populasi Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit serendah mungkin, sehingga
keberadaannya tidak lagi berisiko untuk terjadinya penularan penyakit di suatu
wilayah.
Berdasarkan hal tersebut perlu adanya kegiatan penyelidikan vektor dan
binatang pembawa penyakit dari sisi faktor lingkungan untuk mengetahui tingkat
populasi, menentukan teknik pengendalian yang tepat, efisien dan efektif dalam
upaya mengelola lingkungan untuk mencegah berkembangnya atau menekan
populasi vektor/serangga pengganggu dalam rangka mencegah penyakit dan
meningkatkan kenyamanan hidup manusia tanpa mengganggu kelestarian
lingkungan.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
4
b) Mengetahui indeks kepadatan larva Aedes spp di wilayah buffer Pelabuhan Ratu
pada bulan Desember 2022;
c) Mengetahui indeks kepadatan lalat di wilayah buffer Pelabuhan Ratu pada
bulan Desember 2022.
d) Mengetahui kepadatan tikus di wilayah buffer Pelabuhan Ratu pada bulan
Desember 2022
e) Mengetahui indeks kepadatan larva Anopheles di Desa Loji Wilayah Puskesmas
SimpenanKabupaten Sukabumi pada Bulan Desember 2022;
f) Mengetahui indeks kepadatan nyamuk Anopheles di Desa Loji Wilayah
Puskesmas Simpenan Kabupaten Sukabumi pada Bulan Desember 2022.
C. Sasaran
Lingkungan dan masyarakat di wilayah buffer Pelabuhan Ratu dan Kampung Majelis
Desa Majelis Kabupaten Sukabumi
5
Kabupaten Sukabumi
6
BAB II
PROSES KEGIATAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
7
2. Bahan Kegiatan Survei Larva
3. Prosedur Survei
Metode yang digunakan dalam kegiatan survei jentik DBD adalah dengan
survei larva untuk mengetahui positif atau negatifnya jentik didalam maupun
diluar rumah serta tempat-tempat umum yang ada disekitarnya. Adapun cara
dalam melakukan survei jentik yaitu:
a) Single larva
Cara ini dilakukan dengan mengambil satu jentik di setiap tempat genangan
air dengan mengambil satu ekor jentik menggunakan cidukan (gayung
plastik) atau menggunakan pipet panjang jentik lalu diidentifikasi lebih lanjut
serta jentik yang diambil ditempatkan dalam botol kecil dan diberi label.
8
b) Visual
a) House Index (HI) adalah jumlah rumah positif jentik dari seluruh rumah yang
diperiksa
HI =
b) Container Index (CI) adalah jumlah kontainer yang ditemukan larva dari
seluruh kontainer yang diperiksa
CI =
ABJ =
9
B. Survei kepadatan lalat di wilayah buffer Pelabuhan Ratu
2. Prosedur Survei
10
Kegiatan survei lalat merupakan kegiatan pengumpulan data primer
dengan melakukan survei kepadatan lalat di wilayah buffer Pelabuhan atu.
Pengamatan kepadatan lalat dilaksanakan dengan menggunakan Fly grill yang
didasarkan pada sifat lalat yang cenderung untuk hinggap pada tepi-tepi atau
tempat yang bersudut tajam dalam kurun waktu tertentu. Fly grill diletakkan pada
tempat-tempat yang telah ditentukan berdekatan dengan tempat sampah,
kotoran hewan, kandang dan lainnya.
Jumlah lalat yang hinggap setiap 30 detik, dihitung sedikitnya pada setiap
lokasi dilakukan 10 kali perhitungan dan 5 perhitungan tertinggi dibuat rata-
ratanya dan dicatat dalam kartu pencatatan. Angka rata-rata ini merupakan
index dalam lokasi tertentu. Interpretasi hasil pengukuran jumlah lalat yang
hinggap pada Fly grill per 10 x 30 detik. Hasil di analisa berdasarkan Permenkes
RI Nomor 50 Tahun 2017 Tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan
Dan Persyaratan Kesehatan Untuk Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit
Serta Pengendaliannya menyaratkan standar baku mutu lalat adalah < 2.
C. Survei larva & nyamuk dewasa Anopheles di Desa Loji Wilayah Puskesmas
Simpenan Kabupaten Sukabumi
a) Pipet tetes
b) Cawan petri
c) Global positioning System /GPS
d) Cidukan/gayung
e) Saringan
f) Aspirometer
11
g) Salinometer
h) Formulir survei
i) Compound microscope
j) Kain kasa
k) Paper cup
l) Botol larva 50 ml
m) Spidol tahan air
n) Kertas tissue
o) Hygrometer
p) Senter
q) Objek glass
r) Cover glass
s) Jarum pinning
t) Kloroform
u) Alkohol
v) Kutek bening
2. Prosedur Survei
12
hewan, galian tanah dan lain-lain. Penangkapan juga dilakukan di genangan
air sekitar rumah.
(5) Larva dalam dipper/cidukan diambil dengan menggunakan pipet dan
dipindahkan ke botol kecil.
(6) Vial diberi label yang berisi berdasarkan lokasi larva diambil, tanggal, tipe
tempat perkembangbiakan dan nama kolektor/pengambil.
(7) Mengisi formulir yang telah disiapkan.
13
(1) Membunuh nyamuk dewasa dengan menggunakan chloroform yang
diteteskan pada kapas penyumbat
(2) Melakukan identifikasi pada nyamuk Anopheles dewasa (lihat buku kunci
identifikasi nyamuk).
a) Sticky Trap
b) Alat tulis
c) Senter
2. Prosedur survei
14
E. Survei Kepadatan Tikus di daerah Buffer Pelabuhan Ratu
a) Perangkap tikus
b) Kelapa Bakar (Umpan)
c) Kantong tikus
d) Alat tulis
e) Label
f) Form pemasangan perangkap tikus
a) Kantung Tikus
b) Chloroform
c) Kapas
d) Timbangan
e) Sisir
f) Penggaris
g) Petri disk
h) Baskom
i) Kuas
j) Mikroskop
k) Cover dan Object glass
l) Kertas label
m) Form identikasi tikus dan pinjal
n) Kunci identifikasi tiku dan Pinjal
15
3. Prosedur Survei
a) Pemetaan
b) Pemasangan Perangkap
16
c) Identifikasi Pinjal
BAB III
HASIL KEGIATAN
1. Kepadatan Jentik
17
Berikut merupakan hasil survei larva/jentik yang ditemukan pada Desa
Majelis RT 3 RW 19:
∑ ∑
Nama ∑ Rumah ∑ Rumah
No Kontainer Kontainer
Desa diperiksa (+) Jentik
diperiksa (+) Jentik
1. Desa 10 2 27 2
Majelis RT
3 RW 19
(HI) =
(ABJ) =
(CI) =
18
Bahan Jumlah Konteiner positif
No Jenis Kontainer
Kontainer diperiksa Jentik
TPA
1. Bak Mandi Keramik 6 0
2. Drum Plastik 1 1
3. Ember Plastik 9 0
4. Lain-lain (Dispenser) Plastik 6 1
NON TPA
1. Botol bekas Plastik 1 0
2. Vas/pot bunga Plastik 1 0
3. Kolam/akuarium Semen 1 0
4. Lain-lain (Sterofoam Plastik 1
0
bekas)
∑ kontainer positif jentik 2
3. Identifikasi Jentik
Berdasarkan hasil survei jentik yang dilakukan di Kampung Majelis RT 3 RW
19, Desa Majelis, Kabupaten Sukabumi pada 7 Desember 2022, berikut spesies
jentik yang diperoleh:
19
1. Tatakan dispenser tidak terpakai Aedes aegypti
2. Drum Aedes aegypti
Terdapat sisik
sisir berbentuk
trisula
20
Gambar 4.1 Kegiatan Survei Jentik pada Tatakan Dispenser
21
Tabel formulir Kepadatan lalat
1 Lokasi A 9 11 8 6 7 7 8 8 7 4 3,4
Analisis Hasil
Angka Kepadatan Lalat
C. Survei larva & nyamuk Anopheles di Desa Loji Wilayah Puskesmas Simpenan
Kabupaten Sukabumi
Berdasarkan kegiatan survei habitat larva (jentik) nyamuk Anopheles yang telah
dilakukan di Desa Loji Kabupaten Sukabumi didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 1. Tempat perindukan nyamuk Anopheles berdasarkan survei larva
22
Gambar 1. Jentik nyamuk Anopheles sp.
23
Gambar 3. Pemetaan Tempat Perindukan Jentik Anopheles
1. Anopheles Kandang 0 58 0 58
vagus
2. Culex Dalam 0 2 0 2
Rumah
Luar Rumah 0 12 0 12
24
Gambar 4. Pemetaan Keberadaan Nyamuk Anopheles Dewasa
25
D. Survei Kepadatan Tikus di Pelabuhan Ratu
Adapun hasil Pemasangan perangkap tikus adalah sebagai berikut:
JML SPECIES TIKUS TERTANGKAP INDEX
TRAPPING JML. JML.
NO LOKASI R.r. Rattus Mus lain- TIKUS PINJAL
YANG TIKUS PINJAL
tanezumi norvegicus musculus lain (%) (Ratio)
DIPASANG
1 Indoor 5 0 0 0 0 0 0
40% 0,4
2 Outdoor 5 2 2 0 0 4 1
JUMLAH 10 2 2 0 0 4 1 - -
Dari hasil penangkapan tikus diperoleh 2 tikus dengan spesies Rattus tanezumi
dan 2 tikus Ratus novergicus sehingga diperoleh indeks tikus (success trap) sebesar 30
%. Tikus yang telah ditangkap kemudian diperiksa keberadaan pinjal pada tikus, dari hasil
pemeriksaan ditemukan adanya 1 ekor pinjal sehingga indeks umum pinjal adalah 0,3.
Keterangan :
W = Weight E = Ear
HB = Head and Body HF = Hind Foot
T = Tail TL = Total Lengt
MF = Mamae Formula
26
1. Dapur Ibu Tini - - + 1 ekor P.
Americana
Berdasarkan hasil penelitian, jumlah total kecoa yang tertangkap pada rumah
warga di area buffer Pelabuhan Ratu adalah sebanyak 5 ekor, kepadatan kecoa
tergolong rendah dengan indeks kepadatan 1.
Tabel 1. 2 Spesies Kecoa Tertangkap pada Wilayah Perimeter dan Buffer Pelabuhan
f % f %
27
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Kepadatan Jentik
a) House Index (HI)
Berdasarkan hasil perhitungan House Index (HI) diperoleh bahwa dari 10
rumah yang diperiksa terdapat 2 rumah yang positif jentik. Secara keseluruhan,
angka House Index di wilayah RT 03/RW 19 adalah 20%. Menurut WHO (2005),
nilai standar HI adalah < 10 % hal ini menunjukan bahwa nilai HI di wilayah RT
03/RW 19 sudah melewati standar yang di tetapkan oleh WHO sehingga rumah-
rumah yang ada di wilayah tersebut berpotensi besar menjadi tempat
perkembangbiakan jentik nyamuk Aedes aegypti.
28
penampungan air; dan (3) Memanfaatkan kembali atau medaur ulang serta Plus
yaitu menaburkan bubuk abate, memelihara ikan pemakan jentik nyamuk,
menggunakan obat anti nyamuk, memasang kawat kasa pada ventilasi, gotong
royong membersihkan lingkungan, periksa tempat penampungan air, meletakkan
pakaian bekas pakai dalam wadah tertutup, memberikan larvasida pada
penampungan air yang susah dikuras, memperbaiki saluran dan talang air yang
tidak lancar, dan menanam tanaman pengusir nyamuk.
29
diperiksa, container yang ditemukan positif jentik yaitu drum berbahan plastik
dan dispenser. Kedua jenis container tersebut diketahui memang menjadi
tempat perindukan jentik Aedes aegypti.
b) Non Tempat Penampungan Air (Non TPA)
Pada tempat yang bukan penampungan air, jenis container yang ditemukan
berada di luar rumah yaitu botol bekas bahan plastik, pot bunga bahan plastik
dan kolam bahan semen.
Keberadaan jenis container yang diperiksa dan ditemukannya container yang
positif jentik di wilayah Kampung Majelis RT 3 RW 19 mengindikasikan bahwa
wilayah tersebut memiliki risiko penularan penyakit DBD.
3. Identifikasi Jentik
Berdasarkan hasil identifikasi jentik yang ditemukan di Kampung Majelis RT 3
RW 19 diketahui bahwa spesies jentik yang ditemukan yaitu Aedes aegypti. Berikut
taksonomi Aedes aegypti:
Kerajaan : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Diptera
Familia : Culicidae
Subfamilia : Culicinae
Genus : Aedes
Spesies : Aedes aegypti
Hasil identifikasi tersebut ditandai dengan adanya siphon, sisik sisir dalam
satu baris dan berbentuk trisula, serta antena pendek dan sederhana. Hasil
identifikasi jentik ini menggambarkan bahwa wilayah kampong Majelis RT 3 RW 19
berisiko terjadi penularan penyakit DBD. Hal itu karena, nyamuk jenis Aedes
aegypti merupakan vektor penyakit DBD.
30
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa rata-rata tingkat kepadatan lalat di
TPS Pelabuhan Ratu pada bulan Desember 2022 adalah sebesar 8,8. Selama survei
vektor diare pada bulan Oktober 2022, diakukan pengukuran parameter lingkungan
yaitu suhu (28°C) dan kelebaban udara (85%). Suhu optimum perkembangan lalat
rumah berada pada rentang suhu daerah tropis yaitu sekitar 22°C - 32°C sehingga
suhu pada saat survei vektor diare merupakan suhu optimum perkembangan lalat
rumah. Dalam satu siklus hidupnya, lalat rumah mengalami empat stadia yaitu telur,
larva, pupa dan imago atau lalat dewasa. Pada setiap stadia, suhu lingkungan
mempengaruhi daya tahan hidup dan waktu perkembangan pradewasa. Daya tahan
hidup setiap stadium dinyatakan dalam persentase keberhasilan tiap stadium
tersebut untuk berkembang menjadi stadium berikutnya, yaitu dari telur hingga
dewasa. Dengan faktor lingkungan yang mendukung perkembangan lalat perlu di
waspadai peningkatan kepadatan lalat pada bulan berikutnya.
Hasil observasi mengenai pengelolaan sampah di lokasi pengukuran. Hasil
pengamatan saat survei vektor diare diketahui sebagai besar spesies adalah lalat
rumah (Musca domestica) dan lalat hijau (Chrysomya megacephala). Lalat rumah
berperan dalam penyebaran penyakit seperti diare, disentri, kolera, demam tifoid dan
paratifoid karena menyebarkan kotoran ke makanan, minuman, sayuran, buah-
buahan, maupun ke tubuh ternak. Lalat rumah (M. domestica) mempunyai
kemampuan memindahkan berbagai macam mikroorganisme dari tempat yang
dihinggapinya ke tempat lain yang dihinggapi kemudian. Sehingga perlu dilakukan
edukasi khususnya pda lokasi yang menyediakan pelayanan jasa makanan dan
minuman terhadap kepadatan lalat rumah
C. Survei larva & Nyamuk Anopheles di Desa Loji Wilayah Puskesmas Simpenan
Kabupaten Sukabumi
31
berkembangbiaknya jentik antara 10 m ± 60 m dari pemukiman penduduk. Nyamuk
Anopheles senang memilih genangan air atau tempat berair yang dasarnya tanah, air
keruh, sedikit jernih, kondisi air mengalir atau tidak mengalir serta terjadi penetrasi
sinar matahari maupun tidak terjadi penetrasi sinar matahari.
Air yang ada pada kolam memiliki air yang keruh dan memiliki kadar garam
0%. Hal ini disebabkan karena Desa Lijo merupakan daerah dataran yang terletak
jauh dari perairan air asin sehingga kemungkinan terkontaminasinya air tawar
dengan air asin sangat kecil. Jenis perairan yang dimanfaatkan untuk
perkembangbiakan Anopheles berbeda- beda. Beberapa spesies larva Anopheles
menyukai hidup di sawah, kolam, mata air dan genangan air yang bersifat sementara
atau di rawa-rawa yang permanen dan lainlain yang airnya tawar. Sebagian besar
lainnya hidup di habitat rawa-rawa, muara sungai, lagun yang airnya asin. Tumbuh-
tumbuhan atau vegetasi yang ditemukan di kolam ini berupa eceng gondok dan
kangkung. Keberadaan vegetasi dapat menyebabkan peningkatan kepadatan jentik
karena menyediakan tempat bersembunyi dan makanan sehingga jentik dapat
bertahan hidup.
32
D. Survei Tikus dan Pinjal
1. Kepadatan Tikus
Jumlah tikus yang tertangkap yaitu sebanyak 4 ekor yang terdiri dari
spesies Rattus norvegicus (2 ekor), Rattus tanezumi (2 ekor). Total vektor yang
tertangkap yaitu di dalam rumah sebanyak 1 ekor dan di luar rumah sebanyak 3
ekor.
Tingkat keberhasilan pemasangan perangkap (trap success) berbanding
lurus dengan kepadatan relatif tikus, maksudnya semakin tinggi persentase trap
success semakin tinggi juga kepadatan relatif tikus pada suatu wilayah. Kriteria
trap success (TS) pada kondisi normal adalah sebesar 7% dihabitat rumah /
sekitarnya dan 2% di luar rumah (kebun). [8] Pemasangan perangkap di beberapa
rumah di Buffer Pelabuhan Ratu diletakkan didalam dan diluar rumah. Dari hasil
penghitungan trap success didapatkan hasil sebesar 40 %. Hal tersebut
menunjukkan hasil trap success lebih besar dari standar baku mutu kesehatan
lingkungan untuk binatang pembawa penyakit yaitu kurang dari 1%.
Survei tikus ini juga dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti peletakkan
perangkap, model perangkan dan jenis umpan yang dipakai. Pemasangan
perangkap yang tepat sangat penting untuk memperoleh hasil yang maksimal.
Perangkap diletakkan didalam dan luar rumah yang digunakan sebagai jalan
tikus (runway) atau tanda-tanda keberadaan tikus lainnya seperti adanya terlihat
kotoran tikus, bau khas tikus, bekas urin tikus, galian atau sarang tikus dan lain-
lain.Faktor utama kepadatan tikus yang tinggi pada habitat rumah disebabkan
karena banyak makanan yang disukai oleh tikus, sehingga tikus menjadi tertarik.
Di lingkungan pemukiman kumuh hingga perumahan mewah dapat ditemukan
tikus berkeliaran atau bersarang.
Jenis tikus tertangkap dari dalam rumah adalah tikus domestik. Tikus
domestik melakukan aktivitasnya (mencari makan, berlindung, bersarang, dan
berkembang biak) sangat dekat dengan aktivitas manusia. Sehingga apabila
banyak tikus domestik yang tertangkap berarti memang sanitasi di dalam rumah
kurang terjaga sehingga menyebabkan habitat potensial bagi kehidupan tikus.
33
Keberhasilan penangkapan di habitat rumah biasanya lebih tinggi daripada di
habitat luar rumah seperti kebun, sawah, dan hutan.
Faktor lain yang juga berpengaruh terhadap keberhasilan
penangkapan tikus adalah tingkah laku tikus itu sendiri. Tikus adalah hewan
yang berkemampuan tinggi dan memiliki indera peraba dan pendengaran yang
baik serta otaknya pun berkembang baik, sehingga tikus dapat belajar.
Tikus dapat mempelajari dengan cepat apa yang baik dan tidak baik
untuk kepentingan dirinya sendiri. Jika tikus telah memiliki pengalaman
memakan suatu jenis makanan tertentu akan menyebabkan sakit perut yang
parah, maka mereka tidak akan memakan makanan sampai kedua kalinya, akan
tetapi setelah beberapa lama hal tersebut dilupakan, sehingga mungkin dia
mencoba memakan lagi.
Dari hasil penangkapan diperoleh tikus dengan jenis kelamin betina (3
ekor) lebih banyak daripada jantan (1 ekor). Jenis kelamin tikus diteliti untuk
diketahui mobilitas tikus yang paling banyak ditemukan di area perumahan
penduduk. Hal ini sesuai dengan penelitian yang menyebutkan bahwa tikus
betina lebih mudah ditangkap daripada tikus jantan, karena dalam kelompok
tikus, tikus betina merupakan individu pencari makan untuk anak- anaknya,
sedangkan jantan berperan sebagai penjaga sarang atau wilayah teritorialnya.
Jenis kelamin jantan lebih banyak di temukan daripada betina mungkin
karena dipengaruhi perebutan wilayah teritorialnya (kekuasaan), home
range dan ketersediaan pakan. Wilayah teritorial (kekuasaan) merupakan
suatu wilayah atau daerah tempat tinggal tikus dan dipertahankan dari
masuknya tikus sejenis. Kaitannya dengan wilayah teritorial (kekuasaan),
jika terjadi populasi tikus yang meningkat maka akan timbul kompetisi
sosial yang memaksa kedudukan tikus jantan yang lebih rendah untuk
segera keluar dan mencari wilayah yang baru. Home Range (daya jelajah
harian) merupakan wilayah tempat tinggal yang tidak bisa dipertahankan
oleh tikus, sehingga wilayah home range dapat ditempati oleh tikus jenis
yang berbeda. Jika home range diambil tikus lain maka tikus jantan akan
mencari wilayah home range yang lainnya. Selain itu ketersediaan pakan
yang kurang juga akan membuat tikus jantan berkeliaran di rumah dan
sekitar rumah untuk mencari bahan pakan.
2. Kepadatan pinjal
34
Hasil survei pinjal pada 4 ekor tikus yang ditemukan terdapat 1 pinjal
Xenopsylla cheopis yang berarti indeks pinjal khusus sebesar 0,3. Angka
tersebut menunjukkan bahwa kepadatan pinjal yang diperoleh masih memenuhi
standar baku mutu.
3. Identifikasi Tikus
a. Rattus norvegicus
Hasil dari kegiatan survei didapatkan tikus jenis Rattus norvegicus
sejumlah 2 ekor. Berdasarkan identifikasi tikus tersebut mempunyai berat
443,3 gr, panjang badan 260 mm, panjang ekor 210 mm, panjang total 460
mm, panjang kaki belakang 45 mm, dan panjang telinga 20 mm berkelamin
jantan. Sedangkan satu ekor yang lain melarikan diri saat proses
pembiusan.
Memiliki perilaku nokturnal tetapi sering dijumpai mencari makan pada
siang hari. Habitat Rattus norvegicus yaitu pada setiap bangunan dengan
makanan tersedia, bangunan apartemen, rumah, kandang, gudang, toko,
rumah pemotongan hewan, lumbung, bangunan ternak, bahkan selokan dan
dumpsters. suka bersarang di dekat air. Tikus ini tidak ahli dalam memanjat
tetapi ahli dalam berenang, ekor yang lebih pendek dari tubuhnya membuat
tikus ini menjadi sangat mudah berenang karena habitatnya di air/riol/got di
daerah pemukiman penduduk dan pasar.
b. Rattus tanezumi
Hasil dari kegiatan survei tikus didapatkan tikus jenis Rattus tanezumi
sejumlah 2 ekor. Perilaku Rattus tanezumi yaitu nokturnal tetapi sering
dijumpai pada siang hari mencari makan. Habitatnya banyak dijumpai
didalam rumah (plafon, dapur dan gudang) apabila populasinya tinggi sering
juga dijumpai mencari makan dilantai dapur dan gudang, jarang ditemukan
di kebun sekitar rumah.
4. Identifikasi pinjal
Ditemukan 1 ekor pinjal Xenopsylla cheopis dari 4 ekor tikus yang tertangkap,
sehingga indeks pinjal 0,4. Xenopsylla cheopis memiliki ciri- ciri tanpa genal
comb dan tanpa pronotal comb.
35
Berdasarkan permenkes No. 50 Tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu
Kesling dan Persyaratan Kesehatan untuk Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit
serta Pengendaliannya menyaratkan :
1. Standar Trap Success melebihi nilai ambang batas yang disyaratkan yaitu
sebesar 40%
2. Tikus tertangkap berjumlah 4 ekor, 2 ekor Rattus norvegicus dan 2 ekor Rattus
tanezumi
3. Standar indeks pinjal umum adalah < 2 sehingga indeks pindal umum di
pelabuhan ratu bulan Desember 2022 dalam kategori memenuhi syarat
E. Survei Kecoa
36
BAB V
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil survei entomologi yang dilakukan di Kampung Majelis RT 3
RW 19, Desa Majelis, Kabupaten Sukabumi dapat disimpulkan bahwa:
1. Survei Vektor DBD
a) Hasil pengukuran kepadatan jentik diperoleh nilai HI, CI, dan ABJ masing-
masing sebesar 20%, 7,41%, dan 80%.
b) Tempat perindukan jentik yang ditemukan yaitu pada drum dan dispenser yang
berbahan plastik yang semuanya berada di dalam rumah.
c) Hasil identifikasi jentik yang ditemukan pada container yaitu spesies Aedes
aegypti.
2. Survei Vektor Malaria
d) Hasil survei jentik Anopheles sp ditemukan positif jentik Anopheles sp pada
kolam;
37
e) Nyamuk Anopheles sp ditemukan pada penangkapan nyamuk di kendang sapi.
3. Survei Tikus dan Pinjal
Berdasarkan permenkes No. 50 Tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu
Kesling dan Persyaratan Kesehatan untuk Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit
serta Pengendaliannya menyaratkan :
a. Standar Trap Success melebihi nilai ambang batas yang disyaratkan yaitu
sebesar 40%
b. Tikus tertangkap berjumlah 4 ekor, 2 ekor Rattus norvegicus dan 2 ekor Rattus
tanezumi
c. Standar indeks pinjal umum adalah < 2 sehingga indeks pindal umum di
pelabuhan ratu bulan Desember 2022 dalam kategori memenuhi syarat
4. Survei Kecoa
Indeks kepadatan kecoa yang ditemukan yaitu 1.
5. Survei Lalat
Hasil pengamatan saat survei vektor diare diketahui sebagai besar spesies adalah
lalat rumah (Musca domestica) dan lalat hijau (Chrysomya megacephala). Dan
angka kepadatan lalat melebihi standar sesuai Permenkes no 50 tahun 2017 yaitu
8,8
B. REKOMENDASI
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan, rekomendasi yang dapat dilakukan
yaitu:
1. Survei Vektor DBD
a) Perlu dilakukan upaya promotif berupa sosialisasi hasil temuan dan tindak
lanjutnya untuk pencegahan penyakit DBD.
b) Perlu dilakukan pemantauan jentik berkala pada wilayah kampung Majelis RT 3
RW 19 untuk memutus rantai penularan DBD.
c) Perlu dilakukan upaya peningkatan Angka Bebas Jentik (ABJ) melalui
pengendalian vektor terpadu yaitu PSN 3M Plus sehingga dapat mencapai
angka batu mutu >95%.
38
2. Survei Vektor Anopheles
a) Perlu dilakukan upaya promotive pada masyarakat untuk waspada dengan
melakukan pencegahan berupa memakai repellen saat beraktivitas di malam
hari terutama saat berada kandang.
b) Perlu dilakukan pemantauan berkala pada tempat perindukan potensial
Anopheles sp.
3. Survei Tikus dan Pinjal
a) Perlu dilakukannya monitoring tikus berkala
b) Perlu dilakukannya upaya menjaga kebersihan lingkungan agar tidak
menambah tempat perindukan tikus dan memodifikasi lingkungan supaya tikus
tidak masuk ke rumah.
4. Survei Kecoa
a) Perlu dilakukan modifikasi lingkungan dengan menutup celah-celah yang ada di
dinding dan menutup saluran air yang terbuka.
5. Survei Lalat
a) Perlu dilakukan edukasi khususnya pda lokasi yang menyediakan pelayanan jasa
makanan dan minuman terhadap kepadatan lalat rumah
b) Perlu dilakukan pengendalian terhadap lalat.
39