Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM

“UJI BIO ASSAY”

Dosen Pembimbing:
Zainal Muslim, S.KM., M.Kes

Disusun Oleh (Kelompok 1):


Akmal Hafiz (2013351001)
Fahira Giyanti (2013351005)
Zelika Marseria (2013351016)
Adelia Putri (2013351017)
Intan Noviawati (2013351026)
Karisa Afianur Sumti (2013351029)
Rindu Yuni Safitri (2013351038)
POLITEKKES KEMENKES TANJUNG KARANG
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN SANITASI LINGKUNGAN
TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Praktikum uji bio assay ini diajukan sebagai persyaratan mengikuti mata kuliah
Pengendalian Vektor Binatang Penganggu Program Studi Sarjana Terapan Sanitasi
Lingkungan Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Tanjungkarang Tahun
Ajaran 2022

Bandar Lampung,November 2022

Menyetujui;

Penanggung Jawab
Penanggung Jawab
Mata Kuliah Pengendalian Vektor
Koor. Penunjang Pendidikan
Binatang Penganggu

Zainal Muslim, SKM.M.Kes Dr. Ferizal Masra, SKM, M.Kes


NIP : 196106171983031002 NIP : 196412071987031001
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan Praktikum uji bio assay ini diajukan sebagai persyaratan mengikuti mata kuliah
Pengendalian Vektor Binatang Penganggu Program Studi Sarjana Terapan Sanitasi
Lingkungan Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Tanjungkarang Tahun
Ajaran 2022

Bandar Lampung, November 2022

Menyetujui;

Pembimbing Praktikum Pembimbing Praktikum

Prihantoro, SKM, M.Kes Bayu Permadi Utomo, A.Md


KL
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya.Penyusun dapat menyelesaikan Laporan
praktikum ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga
penyusun berterima kasih kepada Dosen mata kuliah Pengendalian Vektor Binatang
Penganggu Politeknik Kesehatan Negeri Tanjungkarang yang telah memberikan tugas
ini kepada penyusun.

Penyusun sangat berharap laporan praktikum ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai laporan praktikum
Pengendalian Vektor Binatang Penganggu penyusun juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam laporan praktikum ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, penyusun berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan
laporan yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu
yang sempurna. Semoga laporan praktikum sederhana ini dapat dipahami bagi
siapapun yang membacanya.

Sekiranya laporan praktikum yang telah disusun dapat berguna bagi penyusun sendiri
maupun orang yang membacanya. Sebelumnya penyusun mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang
membangun dari anda demi perbaikan laporan ini di waktu yang akan datang.
Bandar Lampung, November 2022

Kelompok 1

LAPORAN PRAKTIKUM

“UJI BIO ASSAY KECOA”

Hari/Tanggal : Senin, 19 September 2022

Waktu : 08.00 – 16.00

Tempat : Jurusan Kesehatan Lingkungan

Tujuan : 1. Untuk menilai efektifitas dan daya tahan racun serangga

2. Untuk mengetahui cara mengukur efektifitas dan daya tahan racun


serangga

I. TINJAUAN PUSTAKA

Kecoa merupakan salah satu insekta yang berperan sebagai vektor penyakit
yang banyak ditemukan dalam rumah, gedung-gedung, termasuk dalam restoran
ataupun rumah makan. Kecoa dapat mengkontaminasi makanan manusia
dengan membawa agent berbagai penyakit yang berhubungan dengan
pencernaan seperti diare, demam typoid, disentri, virus hepatitis a, polio dan
kolera.

Berikut merupakan taksonomi dari kecoa Periplaneta americana : Taksonomi


Kecoa Periplaneta americana (Erviana, 2014):
Kingdom : Animalia

Phylum : Arthopoda

Class : Insecta

Order : Blattodea

Family : Blattidae

Genus : Periplaneta

Species : Periplaneta Americana

Kecoa mempunyai peranan yang cukup penting dalam penularan penyakit.


Peranan tersebut antara lain sebagai vektor mekanik bagi beberapa
mikroorganisme patogen antara lain, Streptococcus, Salmonella dan lain-lain
yang berperan dalam penyebaran penyakit antara lain, disentri, diare, kolera, virus
Hepatitis A, polio pada anak-anak (Metcalf dan Flint, 1926). Penularan penyakit
dapat terjadi saat mikroorganisme patogen tersebut terbawa oleh kaki atau
bagian tubuh lainnya dari kecoa, kemudian melalui organ tubuh kecoa,
mikroorganisme sebagai bibit penyakit tersebut mengkontaminasi makanan.
Selain itu pula kecoa dapat menimbulkan reaksi-reaksi alergi seperti dermatitis,
gatal-gatal, dan pembengkakan kelopak mata.

Insektisida yang banyak digunakan untuk pengendalian kecoa antara lain :


Clordane, Dieldrin, Heptachlor, Lindane, golongan organophosphate majemuk,
Diazinon, Dichlorvos, Malathion dan Runnel. Penggunaan bahan kimia
(insektisida) ini dilakukan apabila cara di atas telah dipraktekkan namun tidak
berhasil. Disamping itu bisa juga diindikasikan bahwa pemakaian insektisida
dapat dilakukan jika ketiga cara tersebut di atas (pencegahan, sanitasi, trapping)
dilakukan dengan cara yang salah atau tidak pernah melakukan sama sekali.
Celah-celah atau lobang – lobang dinding, lantai dan lain-lain merupakan tempat
persembunyian yang baik. Lobang-lobang yang demikian hendaknya
ditutup/ditiadakan atau diberi insektisida seperti Natrium Fluoride (beracun bagi
manusia), 55 serbuk Pyrethrum dan Rotenone, Chlordane 2,5 %, efeknya baik dan
tahan lama sehingga kecoa akan keluar dari tempat-tempat persembunyiannya.
Tempat-tempat tersebut kemudian diberi serbuk insektisida dan apabila
infestasinya sudah sangat banyak maka pemberantasan yang paling efektif
adalah dengan fumigasi.

Kemampuan insektisida membunuh serangga bergantung pada bentuk, cara


masuk kedalam tubuh serangga, macam bahan kimia, konsentrasi dan jumlah
(dosis) insektisida. Selain itu juga harus memperhatikan faktor-faktor yaitu
spesies serangga yang akan diberantas, ukuran, stadium, sistem pernapasan dan
bentuk mulut, penting juga mengetahui habitat dan perilaku serangga dewasa
termasuk kebiasaan makannya. Untuk mengetahui  efektif atau  tidaknya
insektisida yang digunakan dalam program pengendalian vektor perlu di lakukan
bioassay.

Uji Bioassay adalah suatu cara untuk mengukur efektivitas suatu insektisida
terhadap vektor penyakit. Ada 3 jenis Uji Bioassay yaitu :

1. Uji bioassay kontak langsung (residu)


2. Uji bioassay kontak tidak langsung (air bioassay) (residu)
3. Uji bioassay untuk pengasapan (fogging/ULV)

II. ALAT DAN BAHAN

A. Alat

No. Nama gambar Fungsi


1. Tisu Digunakan untuk alas di
dalam toples

2. Toples plasik Sebagai wadah untuk


kecoa

3. handscoon Alat untuk pelindung


tangan

4. Masker Alat untuk pelindung


5. Karet Gelang Alat untuk
mengikattoples agar
tetap kencang

6. alat tulis alat tulis, untuk


mencatat

B. Bahan
No. Nama gambar Fungsi
1. Kecoa sehat Sebagai sampel yang
akan di uji.

2. Hit Spray Sebagai insektisida


yang akan diuji, dengan
bahan aktif
Transfluthrin 0.17
persen
Prallethrin. 0.05
persen
Cypermethrin 0.10
persen

III. PROSEDUR KERJA

a. Siapkan Alat dan bahan

b. Seprotkan tisu menggunakan Hit Spray


c. Pisahkan tiga kecoa (masing-masing) di wadah yang berbeda, kemudian
tunggu 30 menit

d. Letakkan kecoa di tempat yang berbeda dan tunggu selama 4-8 jam

e. Hitung kematian kecoapadakontrol dan langsung

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Dari hasil praktikum uji bio assay pada kecoa didapatkan hasil pada
perlakuan langsung di dapatkan kecoa yang mati sebanyak 3 ekor (mati
semua), sedangkan pada kontrol tidak ada yang mati.

JUMLAH KECOA JUMLAH KECOA %


NO PENGUJIAN WAKTU
YANG HIDUP YANG MATI KEMATIAN

1 Kontrol 4 jam 3 ekor 0 ekor 0%

Perlakuan
2 4 jam 0 ekor 3 ekor 100 %
Langsung

TOTAL 3 ekor 3 ekor

Jadi perhitungannya:
o Kontrol : 3 kecoa, 3 Hidup, 0 Mati
o Perlakuan : 3 kecoa, 0 Hidup, 3 Mati
Adapun hasil perhitungan % yaitu sebagai berikut:
 % Kematian Kontrol = Jumlah kecoa yang mati x 100 %
Jumlah kecoa Keseluruhan
= 0 x 100 %
10
= 0%
 % Kematian PerlakuanLangsung = Jumlah kecoa yang mati x 100 %
Jumlah kecoa Keseluruhan
= 3 x 100 %
3
= 100 %
Jadi, % kematian control yaitu 0% maka jika kematian control <5% maka
tidak dimasukkan di rumus abbo’s karena angka kematian sudah dapat
digunakan.
B. Pembahasan

Dari praktikum uji bio assay pada kecoa yang dilakukan di lab vektor tersebut
didapatkan hasil % Kontrol 0% sedangkan pada Perlakuan Langsung 100%.
Hal tersebut terjadi karena pada kandang control tidak diberikan insektisida
sedangkan pada perlakuan diberikan insektisida. Uji bio assay pada kecoa ini
dilakukan dalam waktu 4-8 jam. Perhitungan pada kecoa tidak dilanjutkan
menggunakan rumus abbo’s karena % kematian control 0% dan berada di <5%
sehingga itu dikatakan uji bagus dan angka kematian tersebut sudah bisa
digunakan.

V. KESIMPULAN
Dari praktikum uji bio assay pada kecoa yang dilakukan di lab vektor dapat
disimpulkan bahwa, uji bio assay pada kecoa 100% efektif. Dengan
menggunakan insektisida merek (Hit) kecoa pada kontak langsung (berjumlah 3)
mengalami 100% kematian. Sedangkan, pada kontrol kecoa tetap hidup
(berjumlah 3).
Sehingga, dapat disimpulkan uji bio assay pada kecoa yaitu 100% efektif.
DAFTAR PUSTAKA

Dalimartha,S , 2003 : Masalah Hygiene Keberadaan Kecoak Cockroach Di Industri Dan


Di
Rumah : Jakarta.

Djojosumarto P, 2008: Tehnik Aplikasi Pestisida Pertanian. Penerbit Kanisius:


Yogyakarta.
Depkes RI, 2005. Rencana Strategi Departemen Kesehatan: Jakarta.

Hayakawa N, 2012 : Uji Potensi Larutan Ekstrak Daun Serai (Cymbopogonnardus)


Sebagai
Insektisida Nyamuk Culex Dengan Metodeelektrik
LAMPIRAN

Memisahkan antara kecoa yang kontrol dan kontak langsung


Kemudian semprotkan pestisida merk “HIT SPRAY” pada kotak plasti

Setelah berada pada tempat berbeda tunggu selama 4-8 jam


LAPORAN PRAKTIKUM

“UJI BIO ASSAY MENCIT”

Hari/Tanggal : Kamis, 22 September 2022

Waktu : 08.00 – 12.00

Tempat : Jurusan Kesehatan Lingkungan

Tujuan : 1. Mampu melakukan uji bioassay dengan benar

2. Dapat mengetahui keefektifan pemakaian beberapa formulasi


insektisida

3. Untuk menilai efektifitas dan daya tahan racun serangga

4. Untuk mengetahui cara mengukur efektifitas dan daya tahan racun


serangga

I. TINJAUAN PUSTAKA

Mus musculus atau biasa disebut mencit rumah merupakan jenis hewan
komensal yang telah lama berkohabitasi dengan manusia (Wahlsten, 2011).
Mencit rumah mengalami evolusi yang panjang seiring dengan besarnya
pengaruh tekanan manusia disekitarnya. Dalam beberapa kasus, tingkah laku
mencit rumah bahkan dapat dikatakan merupakan hasil dari pengaruh
lingkungan aktivitas manusia yang kompleks dan tidak stabil (Kotenkova and
Maltzev, 2012).

Kemampuan insektisida membunuh serangga bergantung pada bentuk, cara


masuk kedalam tubuh serangga, macam bahan kimia, konsentrasi dan jumlah
(dosis) insektisida. Selain itu juga harus memperhatikan faktor-faktor yaitu
spesies serangga yang akan diberantas, ukuran stadium, sistem pernapasan dan
bentuk mulut, penting juga mengetahui habitat dan perilaku serangga dewasa
termasuk kebiasaan makannya. Untuk mengetahui  efektif atau  tidaknya anti
insektisida yang digunakan dalam program pengendalian vektor perlu di lakukan
bioassay.
Uji Bioassay adalah suatu cara untuk mengukur efektivitas suatu insektisida
terhadap vektor penyakit. Ada 3 jenis Uji Bioassay yaitu :

1. Uji bioassay kontak langsung (residu)

2. Uji bioassay kontak tidak langsung (air bioassay) (residu)

3. Uji bioassay untuk pengasapan (fogging/ULV)

Kegiatan bioassay dilakukan agar mengetahui efektivitas dari insektisida yang


digunakan.

II. ALAT DAN BAHAN

A. Alat

No Nama gambar Fungsi


.
1. Kandang Digunakan untuk wadah
mencit.
2. stop wach Alat yang digunakan
untuk mengukur waktu

3.. alat tulis alat tulis, untuk


mencatat

B. Bahan

No Nama gambar Fungsi


.
1. Mencit Sebagai vektor yang
akan di uji.

2. Air bersih Untuk melarutkan


insektisida

3. Racun tikus Sebagai insektisida


yang akan diuji
Starkum 0,005 BB
Brodifakum 0,005%
4. Nasi Sebagai makanan yang
akan di campur
dengan insektisida

5. Roti Sebagai makanan yang


akan di campur
dengan insektisida

III. PROSEDUR KERJA

a. Siapkan Alat dan bahan

b. Pisahkan mencit ke 2 tempat, dengan masing-masing tempat berisi 8 mencit

c. Salah satu tempat yang berisi mencit diberi insektisida

d. Kemudian hitung angka kematian mencit pada menit/ jam berapa,


e. Tunggu selama 4-8 jam

f. Hitung kematian mencit pada control dan langsung

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Dari hasil praktikum uji bio assay pada mencit didapatkan hasil pada
perlakuan langsung di dapatkan mencit yang mati sebanyak 8 ekor (mati
semua), dengan rincian waktu mati sebagai berikut:
 Mencit pertama, mati di jam kedua menit 24
 Mencit ke dua, mati di jam kedua menit ke 30
 Mencit ke tiga, mati di jam kedua menit ke 31
 Mencit ke empat, mati di jam kedua menit ke 32
 Mencit ke lima, mati di jam ke dua menit ke 36
 Mencit ke enam mati di jam ke tiga menit ke 38
 Mencit ke tujuh mati di jam ke tiga menit ke 54
 Mencit ke delapan, mati di jam ke tiga menit ke 60
sedangkan pada kontrol tidak ada yang mati.
JUMLAH %
JUMLAH MENCIT
NO PENGUJIAN WAKTU MENCIT YANG
YANG MATI KEMATIAN
HIDUP

1 Kontrol 4 jam 8 ekor 0 ekor 0%

2 Perlakuan 4 jam 0 ekor 8 ekor 100 %

TOTAL 8 ekor 8 ekor

Jadi perhitungannya:
o Kontrol : 8 mencit, 8 Hidup, 0 Mati
o Perlakuan : 8 mencit, 0 Hidup, 8 Mati
Adapun hasil perhitungan % yaitu sebagai berikut:
 % Kematian Kontrol = Jumlah mencit yang mati x 100 %
Jumlah mencit Keseluruhan
= 0 x 100 %
10
= 0%
 % Kematian Perlakuan = Jumlah mencit yang mati x 100 %
Jumlah mencit Keseluruhan
= 8 x 100 %
8
= 100 %
Jadi, % kematian control yaitu 0% maka jika kematian control <5% maka
tidak dimasukkan di rumus abbo’s karena angka kematian sudah dapat
digunakan.
B. Pembahasan

Dari praktikum uji bio assay pada mencit yang dilakukan di lab vektor
tersebut didapatkan hasil % Kontrol 0% sedangkan pada % Perlakuan 100%.
Hal tersebut terjadi karena pada kandang control tidak diberikan insektisida
sedangkan pada kandang perlakuan diberikan insektisida. Uji bio assay pada
mencit ini dilakukan dalam waktu 4-8 jam. Perhitungan pada mencit tidak
dilanjutkan menggunakan rumus abbo’s karena % kematian control 0% dan
berada di <5% sehingga itu dikatakan uji bagus dan angka kematian tersebut
sudah bisa digunakan.

V. KESIMPULAN

Dari praktikum uji bio assay pada mencit yang dilakukan di lab vektor dapat
disimpulkan bahwa, kematian mencit pada control yaitu 0 ekor, pada perlakuan 8
ekor. Dan %kematian yang didapatkan pada control 0% sedangkan pada
perlakuan 100% sehingga tidak dapat dilanjutkan menggunakan rumus abbo’s
karena angka kematian sudah bisa digunakan jika <5%.
DAFTAR PUSTAKA

Tolistiawaty I, 2014 : Gambaran kesehatan pada mencit (Mus musculus) di Instalasi


Hewan
Coba. Jurnal Vektor Penyakit 8(1): 27-32.
Triastuti I, 2016 : Kajian filsafat tentang kesejahteraan hewan dalam kaitannya
dengan
pengelolaandi lembaga konservasi. Yustisi 2(1): 6.
Upa FT Saroyo, 2017 : Komposisi pakan tikus ekor putih (Maxomys hellwandii) di
kandang. Jurnal Ilmiah Sains 17(1): 7-12.
LAMPIRAN

Pisahkan antara mencit yang akan diperlakukan kontrol dan langsung

Kemudian, tunggu sampai 4-8 jam dan hitung kematian mencit.

Anda mungkin juga menyukai