Anda di halaman 1dari 23

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI

JURUSAN FARMASI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR
AKTIVITAS TANAMAN SEBAGAI OBAT CACING

NAMA MAHASISWA/NIM : 1. A.EMILIA KAHAR (PO713251211003)


2. EKA RULIYATI PUTRI (PO713251211006)
3. HILZA AZHARI ANWAR (PO713251211009)
4. NADILLA (PO713251211014)
5. NIRWANA NURALAM (PO713251211018)
6. NUR AINUN NASYRAH (PO713251211019)
7.PEBRIANTI PARAPA (PO713251211022)
8. RAHMANIAR (PO713251211023)
9. RESKI AMALIA (PO714251211024)
KELOMPOK : 1 (SATU)
HARI PRAKTIKUM : RABU, 13 APRIL 2022
JURUSAN FARMASI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT atas segala limpahan rahmat

dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Mikrobiologi

yang disusun berdasarkan pengalaman kuliah dan sumbangan pemikiran dari pembimbing

dosen Mikrobiologi.

Penulis dapat menyelesaikan Laporan Pratikum Mikrobiologi ini tidak terlepas dari

doa dan dorongan semangat serta perhatian yang didapat dari saudara-saudara, rekan-rekan

mahasiswa Politeknik Kesehatan kemenkes Makassar Program Studi farmasi dan dosen

Mikrobiologi yang telah membimbing penulis serta telah banyak menyumbang hasil

pemikiran serta memberi bantuan moril maupun materil kepada penulis sehingga penulis

dapat menyelesaikan Tugas Laporan Mikrobiologi sampai selesai.

Penulis menyadari bahwa Laporan Praktikum Mikrobiologi ini jauh dari

kesempurnaan, mempunyai kesalahan dan kekurangan, kritik dan saran membangun

dikemudian hari sangat menyenangkan hati dan nurani penulis.

Akhirnya penulis berharap semoga laporan Praktikum Mikrobiologi ini dapat

memberikan sumber informasi dan pikiran yang dapat membantu kita dalam menempuh

program studi Farmasi Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar.

Makassar, April 2022

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………….ii

BAB I PENDAAHULUAN…………………………………………………………….1

A. LATAR BELAKANG……………………………………………………….1

B. MAKSUD DAN TUJUAN………………………………………………….1

C. PRINSIP PECOBAAN………………………………………………………2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………….…..3

A. TEORI UMUM………………………………………………………………3

BAB III METODE KERJA…………………………………………………………….6

A. ALAT DAN BAHAN………………………………………………………6

B. CARA KERJA………………………………………………………………6

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………………………8

A. HASIL PENGAMATAN…………………………………………………….8

B. PEMBAHASAN……………………………………………………………12

BAB V PENUTUP……………………………………………………………………14

A. KESIMPULAN…………………………………………………………….14

B. SARAN……………………………………………………………………..14

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………15

LAMPIRAN…………………………………………………………………………...16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Cacingan merupakan penyakit endemik dan kronik diakibatkan oleh cacing

parasit dengan prevalensi tinggi, tidak mematikan, tetapi menggerogoti kesehatan

tubuh manusia sehingga berakibat menurunnya kondisi gizi dan kesehatan

masyarakat. Penyebab cacingan yang populer adalah cacing pita, cacing kremi,

dan cacing tambang

Penyakit cacingan sangat mengganggu manusia. Cacing di dalam tubuh

manusia akan mengambil sari makanan dari dalam tubuh dan menyebabkan

gejalaklinik mulai dari yang ringan sampai yang paling berat. Selain itu, daya

tahantubuh manusia yang terinfeksi akan melemah. Hal ini akan berakibat

padaturunnya kualitas sumber daya manusia yang ada.

Mengatasi kecacingan dapat dilakukan dengan minum obat secara teratur

yaitu setiap 6 bulan sekali. Indonesia memiliki keanekaragaman tanaman

yangdapat digunakan sebagai obat. Pada percobaan ini akan dilihat

bagaimanaefektifitas tanaman yang digunakan sebagai obat cacing.

1
1.2 Maksud dan Tujuan

Untuk mengetahui aktivitas tanaman sebagai obat cacing

1.3 Tujuan percobaan

Untuk menentukan aktivitas tanaman sebagai obat cacing

1.4 Prinsip percobaan

Merendam cacing dalam ekstrak daun miana dalam berbagai konsentrasi

kemudian diamati banyaknya cacing yang mati setiap waktu pengamatan.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Umum

Penyakit kecacingan adalah penyakit yang disebabkan oleh cacing perut

dan ditularkan melalui tanah, hingga saat ini penyakit kecacingan merupakan

salah satu masalah kesehatan di Indonesia, dan dapat menyerang seluruh

kelompok umur. Masyarakat yang sering berhubungan dengan tanah merupakan

kelompok yang berisiko tinggi terhadap infeksi cacing.

Kecacingan merupakan penyakit endemic dan kronik diakibatkan oleh

cacing parasit dengan prevalensi tinggi, tidak mematikan, tetapi menggorogoti

Kesehatan tubuh manusia sehingga berakibat menurunnya kondisi gizi dan

Kesehatan masyarakat. Kecacingan yang disebabkan oleh nematoda usus yang

ditularkan melalui tanah atau disebut “soil trasmited helmints” yang terpenting

bagi manusia yakni Ascaris lumbricoides, Necator americanus, Aricylostomd

duoderiale, Trichuris trichiura, Stronglyloides stercoralis, dan beberapa spesies

Trichostrongly.

Walaupun tersedia obat-obat baru yang lebih spesifik dengan kerja lebih

efektif, pembasmian penyakit cacing masih tetap merupakan masalah

disebabkan oleh kondisi social-ekonomi di beberapa bagian dunia. Jumlah

manusia yang dihinggapinya juga semakin bertambah akibat migrasi, lalu-lintas

dan kepariwisataan udara. Pada umumnya, cacing jarang menimbulkan penyakit

3
yang parah , tetapi dapat menyebabkan gangguan Kesehatan kronis yang

merupakan suatu faktor ekonomis yang penting.

Di negara berkembang, termasuk Indonesia, penyakit cacing adalah

penyakit rakyat umum yang sama pentignya dengan misalnya malaria dan TBC.

Infeksinya dapat terjadi secara simultan oleh beberapa jenis cacing.

Diperkirakan bahwa lebih dari 60% anak-anak Indonesia menderita suatu infeksi

cacing.

Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki keanekaragaman

hayati yang melimpah dan merupakan yang terkaya kedua di dunia setelah

Brasil. Kekayaan alam yang sangat besar menyediakan bahan alam bagi praktisi

pengobatan tradisional utuk mengobati berbagai penyakit termasuk parasit.

Fakta menunjukkan bahwa tanaman obat memegang peran yang vital dalam

pemeliharaan kesehatan pada semua lapisan masyarakat, khususnya di negara

sedang berkembang yang memiliki kesenjangan antara ketersediaan, dan

permintaan terhadap obat moderen (Akerele, 1988).

Di dunia pengobatan tradisional, tanaman miana biasa digunakan untuk

mengatasi cacingan (De Padua e t a l . , 1999; Anonimous, 2005). Secara ilmiah

aktivitas anthelmintik dari daun miana telah dibuktikan melalui penelitian yang

dilakukan oleh He et al. (1991). Hasil penelitian tersebut membuktikan daun

miana memiliki aktivitas anthelmintik hanya terhadap cacing pita pada hewan

model mencit. Sari daun miana efektif membasmi cacing pita Hyrnenolepis

4
nana pada hewan model mencit pada tingkat dosis 0,s ml dengan konsentrasi

43,594~v/v (He. et al. 1991).

Ekstrak etanol daun miana memiliki aktivitas anti- cestoda terhadap

cacing H. microstoma in vivo. Aktivitas tersebut meningkat seiring dengan

peningkatan dosis ekstrak. Dosis efektif menengah (ED50) ekstrak etanol

terhadap cacing adalah 802 (618–997) mg/kg bb. Dosis efektif 99% (ED99)

ekstrak etanol adalah 4896 (4008–6414) mg/kg bb untuk cacing H. microstoma

dewasa.

5
BAB III

METODE KERJA

A. Alat

1. Cawan Petri

2. Pinset

3. Spoid

4. Gelas Beaker

B. Bahan

1. Cacing

2. Ekstrak daun miana1%

3. Ekstrak daun miana 2%

4. Ekstrak daun miana 4%

5. NaCl

6. Combantrin

6
C. Prosedur Kerja

1. Alat dan bahan distrilkan terlebih dahulu sebelum digunakan

2. Siapakan cawan petri 5 yang masing-masing diberi label sesuai dengan

bahan yang akan digunakan yaitu ekstrak miana konsentrasi 1%,2%,4%,

kontrol positif (Combantrin) dan kontrol negative (Nacl).

3. Masing-masing cawan petri diisi sebanyak 5 cacing dan cairan sesuai

labelnya

4. Untuk 3 cawan diberi ekstrak miana dengan 3 konsentrasi berbeda, masing-

masing diberi sebanyak 10 ml. Diukur cairan menggunakan spoit 10 ml.

5. Cawan positif diberi combatrin sebanyak 5 ml dan Nacl 5 ml. Diukur cairan

menggunakan spoit 5 ml

6. Cawan berlabel negatif diberi larutan Nacl sebanyak 10 ml. Diukur cairan

menggunakan spoit 10 ml

7. Amati secara berulang tiap satu jam

8. Catat hasil pengamatan dan simpulkan masalah paling efektif untuk

membunuh cacing.

7
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Pengamatan
Konsentrasi Banyak cacing yang mati
Bahan
1 jam 2 jam 3 jam 4 jam 5 jam 6 jam 7 jam 8 jam 9 jam 10 jam 11 jam 12 jam

M H P M H P M H P M H P M H P M H P M H P M H P M H P M H P M H P M H P

E. Miana 1% (1) 0 5 0 0 5 0 0 5 0 0 5 0 0 4 1 0 3 2 1 3 1 2 3 1 2 3 0 2 3 0 3 2 0 3 2 0

E. Miana 1% (2) 0 5 0 0 5 0 0 5 0 0 5 0 0 3 2 4 0 1 5 0 0 5 0 0 5 0 0 5 0 0 5 0 0 5 0 0

E. Miana 1% (3) 0 5 0 0 5 0 1 4 0 1 2 2 3 2 0 5 0 0 5 0 0 5 0 0 5 0 0 5 0 0 5 0 0 5 0 0

Rata-rata 0 5 0 0 5 0 0, 4 0 0 4 0, 1 3 1 3 1 1 3, 1 0 4 1 0 4 1 0 4 1 0 4, 0 0 4, 0 0
3 , , 7 7 , , 3 , 3 ,
7 3 3 3 7 7

E. Miana 2% (1) 0 5 0 0 5 0 0 5 0 0 5 0 1 4 0 5 0 0

E. Miana 2% (2) 0 5 0 0 5 0 0 5 0 0 5 0 0 3 2 5 0 0

E. Miana 2% (3) 0 5 0 0 5 0 1 3 1 3 2 0 4 1 0 5 0 0

Rata-rata 0 5 0 0 5 0 0, 4 0 1 4 0 1 2, 0 5 0 0
3 , , , 7 ,
3 3 7 7

E. Miana 4% (1) 0 5 0 0 5 0 0 5 0 0 5 0 1 4 0 3 1 1 5 0 0

E. Miana 4% (2) 0 5 0 0 5 0 2 3 0 3 0 2 5 0 0 5 0 0 5 0 0

E. Miana 4% (3) 0 5 0 0 4 1 5 0 0 5 0 0 5 0 0 5 0 0 5 0 0

8
Rata-rata 0 5 0 0 4 0 4 2 0 2 1 0, 3 1, 0 4 0, 0 5 0 0
, , , , , 3 , 3 , 3 ,
7 3 7 7 7 7 3 3

Combantrin (1) 5 0 0 5 0 0

Combantrin (2) 5 0 0 5 0 0

4 1 0 5 0 0
Combantrin (3)
4, 0 0 5 0 0
Rata-rata 7 ,
3

Negatif (1) 0 4 1 0 1 4 0 3 2 0 3 2 0 5 0 0 5 0 0 4 1 0 4 1 0 5 0 0 4 1 0 4 1 0 5 0

0 5 0 0 5 0 0 5 0 0 5 0 0 5 0 0 5 0 0 5 0 0 5 0 0 5 0 0 5 0 0 5 0 0 5 0
Negatif (2)
0 5 0 0 5 0 0 5 0 0 5 0 0 5 0 0 5 0 0 5 0 0 5 0 0 5 0 0 5 0 0 5 0 0 5 0
Negatif (3)
0 4 0 0 3 1 0 4 0 0 4 0, 0 5 0 0 5 0 0 4 0 0 4 0 0 5 0 0 4 0 0 4 0 0 5 0
Rata-rata , , , , , , , 7 , , , , , , , ,
7 3 7 3 3 7 3 7 3 7 3 7 3 7 3

9
Konsentrasi Banyak cacing yang mati
Bahan
13 jam 14 jam 15 jam 16 jam 17 jam 18 jam 19 jam

M H P M H P M H P M H P M H P M H P M H P

E. Miana 1% (1) 3 2 0 4 1 0 4 1 0 4 1 0 4 1 0 4 1 0 5 0 0

E. Miana 1% (2) 5 0 0 5 0 0 5 0 0 5 0 0 5 0 0 5 0 0 5 0 0

E. Miana 1% (3) 5 0 0 5 0 0 5 0 0 5 0 0 5 0 0 5 0 0 5 0 0

Rata-rata 4, 0 0 4 0 0 4, 0 0 4 0, 0 4 0, 0 4 0, 0 5 0 0
3 , , , 7 , , 3 , 3 , 3
7 7 3 3 7 7 7

Negatif (1) 0 4 1 0 4 1 0 4 1 0 5 0 0 5 0 0 5 0 0 5 0

0 5 0 0 5 0 0 5 0 0 5 0 0 5 0 0 5 0 0 5 0
Negatif (2)
0 5 0 0 5 0 0 5 0 0 5 0 0 5 0 0 5 0 0 5 0
Negatif (3)
0 4 0 0 4 0 0 4 0 0 5 0 0 5 0 0 5 0 0 5 0
Rata-rata , , , , , ,
7 3 7 3 7 3

10
Extrak miana 1%

Jam Mati Hidup Pingsan


1 0 5 0
2 0 5 0
3 0,3 4,7 0
4 0,3 4 0,7
5 1 3 1
6 3 1 1
7 3,7 1 0,3
8 4 1 0,3
9 4 1 0
10 4 1 0
11 4,3 0,7 0
12 4,3 0,7 0
13 4,3 0,7 0
14 4,3 0,3 0
15 4,3 0,3 0
16 4,3 0,3 0
17 4,3 0,3 0
18 4,3 0,3 0
19 5 0 0
Onset: 3 jam
Durasi: 16 jam

11
Ekstrak miana 2%

Jam Mati hidup Pingsan


1 0 5 0
2 0 5 0
3 0,3 4,3 0,3
4 1 4 0
5 1,7 2,7 0,7
6 5 0 0
Onset: 3 jam
Durasi: 3 jam

Ekstrak miana 4%

Jam Mati Hidup Pingsan


1 0 5 0
2 0 4,7 0,3
3 4 2,7 0
4 2,7 1,7 0,3
5 3,7 1,3 0
6 4,3 0,3 0,3
7 5 0 0
Onset: 3 jam
Durasi: 4 jam

Combantrin (+)

Jam Mati Hidu Pingsan


p
1 4,7 0,3 0
2 5 0 0
Onset: 1 jam
Durasi: 2 jam

12
NaCl (-)

Jam Mati Hidup Pingsan


1 0 4,7 0,3
2 0 3,7 1,3
3 0 4,3 0,7
4 0 4,3 0,7
5 0 5 0
6 0 5 0
7 0 4,7 0,3
8 0 4,7 0,3
9 0 5 0
10 0 4,7 0,3
11 0 4,7 0,3
12 0 5 0
13 0 4,7 0,3
14 0 4,7 0,3
15 0 4,7 0,3
16 0 4,7 0,3
17 0 5 0
18 0 5 0
19 0 5 0
Onset: - jam
Durasi: - jam

13
A. Pembahasan
Pada percobaan yang telah dilakukan kita menggunakan cacing tanah yang telah

dibersihkan terlebih dahulu setelah itu di berikan pada 5 cawan berbeda yang didisi

masing-masing 5 cacing.

Untuk 3 cawan petri diberikan ekstrak miana dengan konsentrasi berbeda-beda

diantaranya 1%,2%, dan 4% yang masing-masing 10 ml Dengan konsentrasi yang

berbeda-beda bertujuan untuk memberikan pemahan pada konsentrasi berapa

cacing mati dengan cepat.

Pada 2 cawan petri yang tersisa diberi kontrol positif dan negatif untuk cawan

dengan kontrol positif diberikan kombantrin dan kontrol negatif diberikan larutan

NaCl sebanyak 10 ml sedangkan control positif kombantrin 4,5 ml dan air 5 ml.

Pada praktikum ini semua cacing diteliti selama 10 jam tetapi sebenarnya waktu

hanya sampai cacing mati, dimana diamati setiap 1 jam sekali.

Pada konsentrasi 1% dilihat pada hasilnya 3 jam pertama cacing hanya

mengalami paralisis pada jam keempat 2 kelompok mendapat 1 cacing mati dan

pada jam selanjutnya terjadi kematian 1 cacing tiap jam hingga pada 10 jam terakhir

semua cacing mati.

Pada konsentrasi 2% kematian cacing terdapat pada 2 jam pertama tapi itu

hanya 1 cacing saja dan Adapun hasil kelompok yang lain malahan terjadi pada jam

ketiga selanjutnya semua cacing mati pada jam keenam

14
Pada konsentrasi 4% cacing mati pada 1 jam pertama dilanjutkan pada jam

berikutnya cacing ada 3-4 mati dan cacing mati pada jam ke-5 semua cacing mati.

Dapat disimpulkan cacing pada ekstrak miana mati dengan cepat pada konsentrasi

tinggi.

Untuk control positif dengan kombantrin sebelum satu jam semuanya mati hal

ini membuktikan bahwa kombantrin dapat dengan cepat membunuh cacing.

Sedangkan pada control negative kematian cacing sangat sulit terjadi hingga pada

10 jam terakhir beberapa cacing mengalami paralisis tapi pada akhirnya semua

cacing mati walaupun butuh waktu yang lama. Dapat disimpulkan pemakaian 5

sampel terlihat yang sangat mudah membunuh cacing adalah control positif yaitu

kombantrin sedangkan yang paling sulit yaitu larutan NaCl.

15
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada praktikum kali ini didapatkan hasil pada ekstrak miana 1% memiliki

onset: 7 jam dan durasi: 9 jam. Ekstrak miana 2% menghasilkan onset: 2 jam dan

durasi: 6 jam. Ekstrak miana 4% memiliki onset: 2 jam dan durasi: 5 jam.

Control positif memiliki onset: 1 jam dan durasi: 1 jam sebenarnya pada

cacing setelah diberikan combantrin hanya membutuhkan kurang lebih 30 menit

untuk mati. Sedangkan pada control negative memiliki onset: 9 jam dan durasi: 9

jam yang membuktikan sebanrnya dengan larutan NaCl cacing-cacing sulit mati

butuh waktu yang lama dan kemungkinan cacing masih bisa hidup pada larutan

NaCl

Dapat disimpulkan bahwa yang paling efektif mematikan cacing adalah

control positif yaitu kombatrin dan untuk konsentrasi ekstrak miana yang cepat

dalam mematikan cacing yaitu ekstrak miana yang memiliki konsentrasi yang

tinggi dimana konsentrasi tertinggi digunakan dalam praktikum kali ini yaitu

ekstrak miana konsentrasi 4%.

B. Saran

Pada saat melakukan praktikum diharapkan praktikan sangat teliti dalam

16
melakukan penelitian agar hasil yang didapatkan sangat akurat.

DAFTAR PUSTAKA

Akerele,O.1988. Medicinal plants and primary health care: an agenda for action.

Fisioterapia 59:355-363.

Anonimous. 2005. Iler (Coleus scutellariodes L. Benth). Pusat dan Informasi Perhimpunan

Rumah Sakit Seluruh Indonesia.

He,S., R.Tluria & E.B.Retnani.1991.Uji biologis aktivitas anthelmintika sari buah nanas

muda, sari miana, dan ranting puring terhadap cacing Aspicularis tetraptera

(Nematoda) dan Hymenolopis nana (Cestoda) pada mencit putih ( mus musculus

albinus). Laporan Penelitian.LP .IPB.

Pakadang, R, Sesilia, 2020, Buku Penuntun Praktek Mikrobiologi, Jurusan Farmasi,

Makassar.

17
LAMPIRAN

Ekstrak miana 1%

18
Ekstrak miana 2%

Ekstrak miana 4%

NaCl combantrin

19
20

Anda mungkin juga menyukai