Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR SAINS

MIKROBIOLOGI

Disusun oleh:

Ilham Purwanto 2019330005

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SAHID

JAKARTA

2020
1. UJI KUALITAS UDARA
( Pemeriksaan Angka Kuman Udara)

Pendahuluan

Kuman adalah mikroorganisme/jasad hidup yang sangat kecil ukurannya, sulit


diamati, tanpa alat pembesar, berukuran beberapa mikron dan meliputi bakteri, jamur, algae,
protozoa, maupun kuman. Habitat dari kuman bukanlah udara, namun sel-sel kuman yang
terdapat di udara merupakan kontamina terbesar. Banyak kuman patogen tersebar di udara
melalui butir-butir debu atau residu tetesan air ludah yang kering. Kuman ini sangat
berpengaruh terhadap terjadinya gangguan kesehatn berupa mual, artinya semakin banyak
jumlah koloni kuman dlam ruangan maka mempunyai resiko 1,008 kali lebih besar untuk
terjadinya mual.

Derajat kontaminan mikroorganisme dalam ruangan dipengaruhi oleh beberapa faktor


seperti luas ventilasi, kepadatan, tingkat aktivitas mikroorganisme dalam ruangan dan luas
ruangan yang ditempati. Bebrapa faktor yang berpengaruh terhadpa pertumbuhan kuman
udara adalah :

1. Suhu, daya tahan keman terhdapa suhu tidak sama bagi setiap spesies. Ada spesies
yang mati setelah mengalami pemanasan beberapa menit dalam cairan medium
bertemperatur 60oC.
2. Kelembaban, bakteri lebih suka pada keadaan basah, bahkan dapat hidup di dalam air.
Dalam air yang tertutup bakteri tidak dapat mampu hidup subur karena kurangnya
udara. Kelembaban optimum yaitu 50-55 %.
3. Cahaya, kebanyakan bakteri tidak dapat berfotosintesis bahkan setiap radiasi dapat
berbahaya bagi kehidupannya.

Standar baku mutu Angka Kuman Udara menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No
1405/MENKES/SK/XI/2002 yaitu kurang dari (<) 700 koloni/m3.

Ilham Purwanto 2019330005 – Laporan Praktek Dasar Sains


Alat dan Bahan

Alat:
1. Midget Impinger Steril Bahan :
2. Bunsen 1. Alkohol 70%
3. Sendok Penyu 2. NaCl Steril
4. Pipet Volume 3. Vaselin (Petroleum
5. Inkubator Jelly)
6. Beaker Glass 4. PCA
7. Aerator 5. Koran
8. Petri Dish 6. Label
9. Alat tulis

Cara Kerja

1. Nyalakan lampu bunsen agar keadaan tetap steril


2. Buka midget secara steril dan buka penganjal kertas midget
3. Oleskan vaselin dengan sendok penyu ke tutup midget secara merata
4. Ambil NaCl steril 10 ml dengan pipet volume dan tuangkan kedalam
midget, lakukan secara aseptis
5. Pastikan NaCl yang dituangkan tidak mengenai vaselin yang berada
ditutup midget
6. Letakan midget yang berisi NaCl kedalam Beaker glass
7. Sambungkan Aerator dengan midget
8. Pilih kecepatan yang dibutuhkan , hubungkan aerator ke arus listrik
9. Aerator akan hidup dan udara akan masuk ke midget,tunggu selama 30
menit
10. Setelah 30 menit matikan aerator dan lepas selang yang menghubungkan
midget dengan aerator
11. Tulis label yang akan digunakan pada petri dish ( 1,2.3 dan Control)
12. Buka petri dish steril satu demi satu sambil menempelkan label yang telah
ditulis
13. Ambil sebanyak 1ml NaCl dari midget kemudian dimasukan satu demi
satu ke petri dish(Label 1,2,3), lakukan secara aseptis

Ilham Purwanto 2019330005 – Laporan Praktek Dasar Sains


14. Ambil 1 ml NaCl steril dengan pipet volume baru , kemudian masukan
kedalam petri dish( Label Control), lakukan secara aseptis
15. Tuangkan Media PCA ke asing masing petri dish yang telah diberi
sampel,lakukan secara aseptis
16. Pastikan seluruh permukaan ditutuoi dengan PCA
17. PCA kemudian diratakan dengan cara memutar mutar petri dish
dipermukaan yang datar
18. Pastikan PCA dari masing masing petri dish telah membeku dan susun
pastikan tutup petri dish diposisi atas
19. Bungkus dengan koran secara kencang dan rapat, pastikan tidak ada udara
yang masuk
20. Masukan kedalam inkubator selama 2x24 jam

Pembahasan

Udara sebagai salah satu komponen lingkungan merupakan kebutuhan yang paling
utama untuk mempertahankan kehidupan. Metabolisme dalam tubuh makhluk hidup tidak
mungkin dapat berlangsung tanpa oksigen yang berasal dari udara. Selain oksigen, terdapat
zat-zat lain yang terkandung di udara, yaitu karbon monoksida, karbon dioksida, formaldehid,
jamur,virus,dan sebagainya. Peningkatan konsentrasi zat-zat di dalam udara dapat disebabkan
oleh aktivitas manusia. Udara dapat dikelompokkan menjadi, udara luar ruangan (outdoor
air) dan udara dalam ruangan (indoorair ). Kualitas udara dalam ruang sangat mempengaruhi
kesehatan manusia karena hampir 90% hidup manusia berada dalam ruangan
KeputusanMenteri Kesehatan RI No.1405/MENKES/SK/XI/2002 dalam keputusan tersebut
dinyatakan bahwa Angka kuman kurang dari 770 koloni/ udara, bebas kuman pathogen
(Fitria, 2009).

Jumlah koloni mikroorganisme di udara tergantung pada aktifitas dalam ruangan serta
banyaknya debu dan kotoran lain. Ruangan yang kotor akan berisi udara yang banyak
mengandung mikroorganisme dari pada ruangan yang bersih (Moerdjoko, 2004).

Sumber penyebab polusi udara dalam ruangan berhubungan dengan bangunan itu
sendiri, perlengkapan dalam bangunan (karpet, AC, dan sebagainya), kondisi angunan, suhu,
kelembaban, pertukaran udara, dan hal-hal yang berhubungan dengan perilaku orang-orang
yang berada di dalam ruangan, misalnya merokok. Sumber polusi udara dalam ruang selain
dapat berasal dari bahan-bahan sintetis dan beberapa bahan alamiah yang digunakan untuk

Ilham Purwanto 2019330005 – Laporan Praktek Dasar Sains


karpet, busa, pelapis dinding, dan perabotan rumah tangga (asbestos, formaldehid, VOC),
juga dapat berasal dari produk konsumsi (pengkilap perabot, perekat, kosmetik,
pestisida/insektisida) (Fitria, 2009).

Kesimpulan

Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui angka kuman yang terdapat pada suatu
ruangan. Praktikum dilakukan dengan media PCA (Plate Count Agar) dan untuk menghitung
jumlah koloni kuman dengan menggunakan Colony counter. Alat dan bahan yang digunakan
dalam praktikum yaitu cawan petri, colony counter, inkubator, media PCA, udara dalam
ruangan.

Ilham Purwanto 2019330005 – Laporan Praktek Dasar Sains


2. CARA MENGHITUNG MIKROBA

( Isolasi Bakteri di Udara )

Pendahuluan

Mikroorganisme adalah makhluk yang sangat kecil dan hanya dapat dilihat dibawah
mikroskop. Salah satu jenis mikroorganisme adalah bakteri. Bakteri merupakan organisme
uniselular yang tumbuh dengan cara pembelahan biner yaitu satu sel membelah secara
simetris. Untuk mempermudah penghitungan koloni diperlukan pengetahuan mengenai
morfologi bakteri tersebut sehingga media pertumbuhan yang akan digunakan sesuai dengan
sifat bakteri tersebut. Kehadiran mikroba pada makanan dapat bersifat menguntungkan atau
merugikan. Ada hasil metabolisme spesies mikroba tertentu pada makanan dibutuhkan dan
digemari oleh manusia. Analisis kuantitatif mikrobiologi pada bahan pangan penting
dilakukan untuk mengetahui mutu bahan pangan, dan proses yang akan diterapkan pada
bahan pangan tersebut. Ada beberapa cara untuk mengukur atau menghitung mikroba yaitu
dengan perhitungan jumlah sel, perhitungan massa sel secara langsung, dan pendugaan massa
sel secara tak langsung. Perhitungan jumlah sel dapat dilakukan dengan 3 metode yaitu
dengan hitungan mikroskopik, MPN (Most Probable Number), dan hitungan cawan. Dari
ketiga metode tersebut metode hitungan cawan paling banyak dan mudah digunakan (Brady,
1999).

Ada berbagai macam cara untuk mengukur jumlah sel, antar lain dengan hitungan
cawan (plate count), hitungan mikroskopis langsung (direct microscopic count) yang
menggunakan mikroskop serta ruang hitung (haemositometer) atau secara elektonis dengan
bantuan alat yang disebut penghitung coulter (coulter counter) (Zaraswati, 2004).

Pertumbuhan mikroorganisme yang membentuk koloni dapat dianggap bahwa setiap


koloni yang tumbuh berasal dari satu sel, maka dengan menghitung jumlah koloni dapat
diketahui penyebaran bakteri yang ada pada bahan. Jumlah mikroba pada suatu bahan dapat
dihitung dengan berbagai macam cara, tergantung pada bahan dan jenis mikrobanya. Ada 2
macam cara perhitungan jumlah mikroba/bakteri, yaitu perhitungan secara langsung dan tidak
langsung. Perhitungan jumlah mikroba secara langsung yaitu jumlah mikroba dihitung secara
keseluruhan, baik yang mati atau yang hidup, sedangkan perhitungan jumlah miroba secara
tidak langsung yaitu jumlah mikroba dihitung secara keseluruhan baik yang mati atau yang

Ilham Purwanto 2019330005 – Laporan Praktek Dasar Sains


hidup atau hanya untuk menentukan jumlah mikroba yang hidup saja, ini tergantung cara-
cara yang digunakan (Brady, 1999).

Alat dan bahan

Alat: Bahan:
1. Inkubator 1. Media NAP( Nutrient Agar
2. Colony Counter Plate)

Cara Kerja

1. Siapkan Media NAP dan buka media NAP diruang terbuka selama 2 menit
2. Masukan media NAP kedalam inkubator 37 derajat celcius selama 24 jam
3. Setelah 24 jam keluarkan media NAP dari inkubator
4. Amati dan hitung jumlah koloni bakteri yang tumbuh pada media NAP dengan
colony counter
Pembahasan

Ada banyak metode yang digunakan dalam menghitung jumlah bakteri secara
kuantitatif dari suatu populasi bakteri. Proses penghitungan sel bakteri dapat dilakukan
dengan beberapa metode baik secara langsung maupun tidak langsung, diantaranya adalah
metode hitung pada cawan petri (standard plate count), metode pengamatan langsung dengan
kaca objek atau metode hitung dengan menggunakan haemocytometer, metode ukur
kekeruhan (turbidimetri) menggunakan spektrophotometer dan metode jumlah perkiraan
terdekat (Brady, 1999).

1. Metode Hitung Cawan

Metode perhitungan cawan didasarkan pada anggapan bahwa setiap sel yang hidup
dapat berkembang menjadi koloni. Jadi jumlah koloni yang muncul pada cawan adalah
indeks bagi jumlah mikroorganisme yang terkandung dalam sampel. Teknik yang harus
dikuasai dari metode ini adalah mengencerkan sampel dan mencawankan hasil pengenceran
tersebut. Setelah inkubasi, jumlah semua koloni diamati untuk memenuhi persyaratan
statistik. Cawan yang dipilih untuk menghitung koloni adalah cawan yang mengandung
antara 30 sampai 300 koloni. Organisme yang terdapat dalam sampel asal ditentukan dengan
mengalikan jumlah koloni yang terbentuk dengan faktor pengenceran pada cawan yang
bersangkutan (Ferdias, 1992).

Ilham Purwanto 2019330005 – Laporan Praktek Dasar Sains


Pada metode perhitungan cawan dilakukan pengenceran yang bertingkat yang mana
ditujukan untuk membentuk konsentrasi dari suatu suspensi bakteri. Sampel yang telah di
encerkan ini di hitung ke dalam cawan baru kemudian di tuang ke mediumnya (metode
tuang). Kemudian setelah diinkubasi selama 24-48 jam, amati koloni yang tumbuh dan koloni
yang diamati hanyalah koloni yang berjumlah 30-300 koloni (Irianto, 2006).

Tingkat pengenceran yang diperlukan didasarkan pada pendugaan populasi bakteri


yang ada dalam contoh. Hasil yang baik adalah jika pada pengenceran yang lebih rendah
contoh yang diduga lebih banyak menunjukkan hasil uji positif (adanya pertumbuhan bakteri)
dan pada pengenceran lebih tinggi contoh yang diduga lebih sedikit menunjukkan hasil uji
negatif (tidak ada pertumbuhan bakteri). Oleh karena itu jumlah populasi bakteri yang ada
dalam contoh diduga tinggi maka contoh harus diencerkan sampai diperoleh tingkat
pengenceran yang lebih tinggi sehingga nilai maksimum dapat dihitung. Metode pengenceran
yang paling mudah dengan melakukan pengenceran 10 kali lipat dengan menggunakan 3 atau
5 tabung pengenceran sekaligus (Irianto, 2006).

2. Metode Hitung Langsung

Menurut Lay (1994), menyatakan bahwa perhitungan langsung dapat dilakukan


dengan cara sebagai berikut :

a) Perhitungan sel langsung

Cara ini menggunakan bilik hitung (hemocytometer) yang menghasilkan hitungan total,
karena semua sel terhitung, baik sel yang hidup maupun sel yang mati. Karena bakteri itu
kecil, maka perhitungan yang dilakukan secara statistik dapat diterima, namun harus dibuat
suspensi sekurang-kurangnya 107 / ml.

b) Menghitung dengan alat penghitung elektronik

Dengan alat ini dapat dihitung beribu-ribu bakteri dalam beberapa detik. Penggunaan alat ini
banyak didasarkan atas kerja dengan lubang pengintai elektronik (dapat disamakan dengan
mata elektronik) kerjanya tergantung pada interupsi dari berkas cahaya elektronik yang
melintasi suatu ruang antara dua ruang elektron yang berdekatan letaknya. Tiap partikel yang
karena perbedaan konduktivitas sel dan cairan. Interupsi ini dicetak oleh suatu alat secara
elektris

3. Metode Ukur Kekeruhan (Turbidimetri)

Ilham Purwanto 2019330005 – Laporan Praktek Dasar Sains


Mikroba dalam suatu bahan cair dapat dideteksi berdasarkan kekeruhannya.
Pertumbuhan sel bakteri didalam suatu medium cair akan meningkatkan kekeruhan media,
yang akan mempengaruhi jumlah sinar yang dapat ditransmisikan menembus medium
(Zaraswati, 2004).

Beer dan Lambert menemukan hukum yang menerangkan interaksi bahan kimia
dengan gelombang cahaya (elektromagnetik), yang disimpulkan dalam hukum Beer-
Lambert menyebabkan berkembangnya analisis kimia dengan menggunakan alat
instrumentasi yakni spektrofotometer (Lay, 1994). Suatu spektrofotometer standar terdiri atas
spektrofotometer untuk menghasilkan cahaya dengan panjang gelombang terseleksi yaitu
bersifat monokromatik serta suatu fotometer yaitu suatu piranti untuk mengukur intensitas
berkas monokromatik, penggabungan bersama dinamakan sespektrofotometer. Penggabungan
alat optik ini merupakan elektronika sifat kimia dan fisiknya serta detektor yang digunakan
secara langsung mengukur intensitas dari cahaya yang dipancarkan (It) dan secara tidak
lansung cahaya yang diabsorbsi (Ia). Kemampuan ini bergantung pada spektrum
elektromagnetik yang diabsorb (serap) oleh benda (Ferdias, 1992).

Fungsi alat spektrofotometer dalam laboratorium adalah mengukur transmitans atau


absorbans suatu contoh yang dinyatakan dalam fungsi panjang gelombang (Ferdias, 1992).

Prinsip kerja spektrofotometer adalah bila cahaya (monokromatik maupun campuran)


jatuh pada suatu medium homogen, sebagian dari sinar masuk akan dipantulkan, sebagian di
serap dalam medium itu, dan sisanya diteruskan. Nilai yang keluar dari cahaya yang
diteruskan dinyatakan dalam nilai absorbansi karena memiliki hubungan dengan konsentrasi
sampel. Studi spektrofotometri dianggap sebagai perluasan suatu pemeriksaan visual yang
lebih mendalam dari absorbsi energi. Hukum Beer menyatakan absorbansi cahaya berbanding
lurus dengan dengan konsentrasi dan ketebalan bahan/medium (Ferdias, 1992).

Kesimpulan

Metode yang digunakan pada praktikum kali ini adalah metode hitung cawan. Metode
perhitungan cawan didasarkan pada anggapan bahwa setiap sel yang hidup dapat berkembang
menjadi koloni. Jadi jumlah koloni yang muncul pada cawan adalah indeks bagi jumlah
mikroorganisme yang terkandung dalam sampel. Teknik yang harus dikuasai dari metode ini
adalah mengencerkan sampel dan mencawankan hasil pengenceran tersebut. Setelah
inkubasi, jumlah semua koloni diamati untuk memenuhi persyaratan statistik (Ferdias, 1992)

Ilham Purwanto 2019330005 – Laporan Praktek Dasar Sains


Pada metode perhitungan cawan dilakukan pengenceran yang bertingkat yang mana
ditujukan untuk membentuk konsentrasi dari suatu suspensi bakteri.

Ilham Purwanto 2019330005 – Laporan Praktek Dasar Sains


3. CARA MENGGUNAKAN COLONY COUNTER

( Electric Bacterial Colony Counter )

Pendahuluan

Colony Counter merupakan alat yang berfungsi untuk menghitung jumlah microba
pada cawan petri atau media lainnya dengan menggunakan sinar dan luv. Aplikasi colony
counter yang umum biasanya digunakan untuk pengujian Ames, uji mutasi bakteri, dan
koloni bakteri E. coli. dll

Menghitung koloni dengan mata tanpa bantuan adalah tugas yang lamban,
membosankan, dan merusak pandangan. Penghitung koloni IUL memudahkan dan
mempercepat proses ini dengan penggunaan lampu LED dan luv yang berkualitas tinggi.
User dapat menandai koloni yang terdeteksi dengan penanda khusus, sedangkan tampilan
digital akan meningkatkan jumlah total. Pointer yang bisa langsung menghubungi koloni juga
tersedia.

Jenis colony counter ada yang otomatis dan semi otomatis, untuk yang otomatis
adalah penghitungan jumlah sudah dilakukan secara otomatis oleh sistem komputerisasi.
Sedangkan yang semi otomatis adalah perhitungan dengan cara menyentuh bakteri yang
tumbuh kemudian alat akan menghitung secara otomatis.

Alat dan Bahan

Alat: Bahan:
1. Colony Counter 1. Media NAP( Nutrient Agar
2. Petri Dish Plate)

Cara Kerja
1. Hubungkan Colony Counter ke arus listrik, kemudian tekan tombol power
2. Letakan petri dish/mediun NAP yang akan kita hitung pada permukaan yang ada
garis kotak
3. Kemudian hitung koloni bakteri dengan cara menekan dan menandai bakteri yang
tumbuh dengan menggunakan pen pada alat.
4. Lihat hasil hitung pada indikator penunjuk jumlah bakteri (display)

Ilham Purwanto 2019330005 – Laporan Praktek Dasar Sains


Pembahasan
Alat ini berguna untuk mempermudah penghitungan koloni yang tumbuh setelah
diinkubasi di dalam cawan karena adanya kaca pembesar. Selain itu, alat tersebut dilengkapi
dengan skala/kuadran yang sangat berguna untuk pengamatan pertumbuhan koloni yang
sangat banyak. Jumlah koloni pada cawan Petri dapat ditandai dan dihitung secara otomatis
yang dapat di-reset.

Jenis colony counter ada yang otomatis dan semi otomatis, untuk yang otomatis
adalah penghitungan jumlah sudah dilakukan secara otomatis oleh sistem komputerisasi.
Sedangkan yang semi otomatis adalah perhitungan dengan cara menyentuh bakteri yang
tumbuh kemudian alat akan menghitung secara otomatis.

Kesimpulan
Alat ini berguna untuk mempermudah penghitungan koloni yang tumbuh setelah
diinkubasi di dalam cawan karena adanya kaca pembesar. Dan Prinsip kerjanya adalah
menghitung mikroba secara otomatis dengan bantuan pulpen/tombol hitung

Ilham Purwanto 2019330005 – Laporan Praktek Dasar Sains


4. UJI SENSITIVITAS ANTIMIKROBA

(Metode Difusi Agar)

Pendahuluan

Uji sensitivitas antibiotik merupakan tes yang digunakan untuk menguji kepekaan
suatu bakteri terhadap suatu antibiotik. Uji sensitivitas bertujuan untuk mengetahui
efektifitas dari suatu antibiotik (Wahyutomo, 2009). Uji sensitivitas dapat dilakukan dengan
beberapa cara yaitu: difusi cakram diffusion test), pengenceran atau dilusi (dilusi
test), antimicrobial gradient dan short automated instrumen system.

Uji sensitivitas dengan metode difusi agar plate dapat dilakukan dengan cara Kirby
Bauer dengan teknik disc diffusion (cakram disk) atau teknik sumuran. Rancangan penelitian
ini adalah penelitian eksperiment dengan melihat uji difusi menggunakan kertas saring
sebagai media tampung antibiotik dengan menggunakan E.coli sebagai bakteri uji. Data yang
diperlukan adalah diameter zona hambat yang terbentuk pada media MHA saat melakukan uji
sensitivitas metode difusi sumuran dan teknik kertas saring sebagai media tampung
antibiotik. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa rerata diamater zona hambat antibiotik
ciprofloxacin terhadap bakteri E.coli dengan menggunakan metode difusi teknik sumuran
adalah 62 mm menunjukan hasil sensitif, rerata diameter zona hambat yang terbentuk dengan
menggunakan inovasi uji difusi menggunakan kertas saring sebagai media tampung antibiotik
ciprofloxacin adalah 39 mm menunjukan hasil sensitif.

Rerata diameter zona hambat yang terbentuk pada inovasi uji difusi menggunakan
kertas saring sebagai media tampung antibiotik lebih kecil dibandingkan dengan rerata
diameter zona hambat menggunakan metode difusi teknik sumuran. Rata-rata diameter zona
hambat antibiotik dengan menggunakan kertas saring sebagai media tampung adalah 39
mm. Perbedaan diameter zona hambat menggunakan teknik sumuran dengan teknik kertas
saring sebagai media tampung antibiotik adalah 62 mm dan 39 mm.

Ilham Purwanto 2019330005 – Laporan Praktek Dasar Sains


Alat dan bahan

Alat : Bahan:
1. Cawan Petri 1. 1 ml Bakteri (Staphylococcus
3. Mikro Pipet Aureus)
4. Bunsesn 2. 10 ml Kaldu Nutrisi (Agar)
5. Inkubator 3. Desinfektan
6. Tabung Reaksi 4. Antimikroba

Cara Kerja

1. Nyalakan bunsen,agar konsidi tetap steril


2. Ambil 1 ml bakteri Staphylo Coccus ke dalam media
3. Tuangkan 10 ml kaldu nutrisi ke dalam media bakteri
4. Homogenkan dengan digerakan membentuk angka delapan, setelah homogen
tunggu agar mengeras
5. Ambil cakram yang telah berdifusi dengan antibiotik dan desinfektan, letakan
pada agar
6. Inkubasi selama 24 jam dan amati zona bening sekitar cakram difusi
7. Hitung diameter zona hambat dan catat hasilnya

Pembahasan

Tujuan pengukuran aktivitas antibakteri adalah untuk menentukan potensi


suatu zat yang diduga atau telah memiki aktivitas sebagai antibakteri dalam
larutan terhadap suatu bakteri
Metode difusi digunakan untuk menentukan aktivitas agen antimikroba. 8
Piringan yang berisi agen antimikroba diletakkan pada media agar yang telah
ditanami mikroorganisme yang akan berdifusi pada media agar tersebut. Area
jernih pada permukaan media agar mengindikasikan adanya hambatan
pertumbuhan mikroorganisme oleh agen antimikroba
Metode difusi agar dibedakan menjadi dua yaitu cara Kirby Bauer dan cara
sumuran:

Ilham Purwanto 2019330005 – Laporan Praktek Dasar Sains


1) Cara Kirby Bauer Metode difusi disk (tes Kirby Bauer) dilakukan untuk
menentukan aktivitas agen antimikroba. Piringan yang berisi agen antimikroba
diletakkan pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme yang akan
berdifusi pada media agar tersebut. Area jernih mengindikasikan adanya hambatan
pertumbuhan mikroorganisme oleh agen antimikroba pada permukaan media agar
Keunggulan uji difusi cakram agar mencakup fleksibilitas yang lebih besar dalam
memilih obat yang akan diperiksa
2) Cara sumuran Metode ini serupa dengan metode difusi disk, di mana dibuat
sumur pada media agar yang telah ditanami dengan mikroorganisme dan pada
sumur tersebut diberi agen antimikroba yang akan diuji

Kesimpulan

Pada teknik dilusi agar, antibiotik sesuai dengan pengenceran akan ditambahkan ke
dalam agar, sehingga akan memerlukan perbenihan agar sesuai jumlah pengenceran ditambah
satu perbenihan agar untuk kontrol tanpa penambahan antibiotik, konsentrasi terendah
antibiotik yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri merupakan MIC antibiotik yang
diuji. Salah satu kelebihan metode agar dilusi untuk penentuan MIC Neisseria gonorrhoeae
yang tidak dapat tumbuh pada teknik dilusi perbenihan cair.

Ilham Purwanto 2019330005 – Laporan Praktek Dasar Sains


5. UJI KEPEKAAN ANTIMIKROBA

( Metode Kirby-Bauer)

Pendahuluan

Uji kepekaan antimikroba dimulai ketika WHO memprakarsai pertemuan di Jenewa


pada tahun 1977, perhatian yang lebih luas mengenai resistensi antimikroba yang
berhubungan dengan infeksi pada manusia atau hewan. Hal ini memicu program pengawasan
untuk memantau resistensi antimikroba menggunakan metode yang tepat. Sensitivitas tes
antimikroba akan membantu dokter untuk menentukan antimikroba yang tepat dalam
mengobati infeksi. Untuk mendapatkan hasil yang akurat, tes sensitivitas harus dilakukan
dengan metode yang akurat dan tepat, yang merupakan metode langsung dapat digunakan
untuk mendukung upaya pengobatan. Kriteria penting dalam metode uji sensitivitas adalah
untuk melakukan dengan respon pasien terhadap terapi antimikroba.

Alat dan bahan

Alat:
1. Rak tabung reaksi
2. Tabung reaksi
3. Petri Dish
4. Bunsen Bahan :
5. Pinset 1. Media Mueller-Hinton agar
6. Spet Steril 2. Senyawa Antimikroba
7. Inkubator 3. Staphyllo Coccus Aureus
8. Spidol 4. Alkohol 70%
9. Masker 5. Etanol
10. Sarung Tangan

Cara Kerja

1. Beri label diluar petrdi dish pada sisi agar di bagian tepi petridish, dan label
dengan nama organisme senyawa antimikroba
2. Gunakan swab steril untuk menginogulasikan bakteri pada media agar
3. Ambil tabung reaksi n=buka tutupnya dan sterilkan dengan panas api

Ilham Purwanto 2019330005 – Laporan Praktek Dasar Sains


4. Celupkan swab kedalam media broth yang berisi materi uji ambil dari tabung
sterilkan mulut tabung dengan panas api, lalu tutup kembali tabung reaksi
5. Ambil petri dish yang berisi media agar dan usap permukaan agar dengan
lembut menggunakan swab steril ngena gerakan sisi ke sisi agar merata
6. Putar petridish paling sedikit 2 kali
7. Ketika seluruh permukaan sudah terlapisi buang swab ke wadah biohazards
8. Dengan spidol bagi plate menjadi 4 kuadran
9. Sterilkan pinset dengan etanol dan panas api, pastikan etanol pada pinset
terbakar dan biarkan dingin sebentar
10. Ambil cakram selulose dengan hati hati dan tempatkan dalam satu kuadran
dan tekan dengan lembut, ulangi sampai semua kuadran terisi cakram
11. Lalu masukan ke inkubator untuk di inkubasikan
12. Setelah dilakukan inkubasi perhatikan zona hambat disetiap sekita cakram

Pembahasan

Pada prinsipnya tes kepekaan terhadap antimikroba adalah penentuan terhadap bakteri
penyebab penyakit yang kemungkinan menunjukkan resistensi terhadap suatu antimikroba
atau kemampuan suatu antimikroba untuk menghambat pertumbuhan bakteri yang tumbuh
in vitro, sehingga dapat dipilih sebagai antimikroba yang berpotensi untuk pengobatan.
Uji kepekaan antimikroba (antimicrobial susceptibility testing) dilakukan pada isolat
mikroba yang didapatkan dari spesimen pasien untuk mendapatkan agen antimikroba yang
tepat untuk mengobati penyakit infeksi yang disebabkan oleh mikroba tersebut.
Pengujian dilakukan di bawah kondisi standar, dimana kondisi standar berpedoman
kepada Clinical and Laboratory Standards Institute (CLSI). Standar yang harus dipenuhi
yaitu konsentrasi inokulum bakteri, media perbenihan (Muller Hinton) dengan
memperhatikan pH, konsentrasi kation, tambahan darah dan serum, kandungan timidin,
suhu inkubasi, lamanya inkubasi, dan konsentrasi antimikroba.
Walaupun kondisi penting untuk pemeriksaan in vitro telah distandarkan, namun tidak
ada kondisi in vitro yang mengambarkan kondisi yang sama dengan keadaan in vivo tempat
yang sebenarnya bakteri tersebut menginfeksi. Dengan demikian ada beberapa faktor yang
memegang peranan penting dari pasien disamping hal-hal yang dapat mempengaruhi hasil
uji kepekaan yang telah diperhitungkan pada metode uji. Faktor tersebut antara lain, yaitu:
1. Difusi antimikroba pada sel dan jaringan hospes
2. Protein serum pengikat antimikroba

Ilham Purwanto 2019330005 – Laporan Praktek Dasar Sains


3. Gangguan dan interaksi obat
4. Status daya tahan dan sistem imun pasien
5. Mengidap beberapa penyakit secara bersamaan
6. Virulensi dan patogenitas bakteri yang menginfeksi
7. Tempat infeksi dan keparahan penyakit.

Kesimpulan

Terdapat beberapa prinsip dasar pemeriksaan uji kepekaan terhadap antimikroba,


antara lain:
1. Merupakan metode yang langsung mengukur aktivitas satu atau lebih
antimikroba terhadap inokulum bakteri.
2. Merupakan metode yang secara langsung mendeteksi keberadaan mekanisme
resitensi spesifik pada inokulum bakteri.
3. Merupakan metode khusus untuk mengukur interaksi antara mikroba dan
antimikroba.

Ilham Purwanto 2019330005 – Laporan Praktek Dasar Sains

Anda mungkin juga menyukai