MIKROBIOLOGI
Disusun oleh:
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SAHID
JAKARTA
2020
1. UJI KUALITAS UDARA
( Pemeriksaan Angka Kuman Udara)
Pendahuluan
1. Suhu, daya tahan keman terhdapa suhu tidak sama bagi setiap spesies. Ada spesies
yang mati setelah mengalami pemanasan beberapa menit dalam cairan medium
bertemperatur 60oC.
2. Kelembaban, bakteri lebih suka pada keadaan basah, bahkan dapat hidup di dalam air.
Dalam air yang tertutup bakteri tidak dapat mampu hidup subur karena kurangnya
udara. Kelembaban optimum yaitu 50-55 %.
3. Cahaya, kebanyakan bakteri tidak dapat berfotosintesis bahkan setiap radiasi dapat
berbahaya bagi kehidupannya.
Standar baku mutu Angka Kuman Udara menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No
1405/MENKES/SK/XI/2002 yaitu kurang dari (<) 700 koloni/m3.
Alat:
1. Midget Impinger Steril Bahan :
2. Bunsen 1. Alkohol 70%
3. Sendok Penyu 2. NaCl Steril
4. Pipet Volume 3. Vaselin (Petroleum
5. Inkubator Jelly)
6. Beaker Glass 4. PCA
7. Aerator 5. Koran
8. Petri Dish 6. Label
9. Alat tulis
Cara Kerja
Pembahasan
Udara sebagai salah satu komponen lingkungan merupakan kebutuhan yang paling
utama untuk mempertahankan kehidupan. Metabolisme dalam tubuh makhluk hidup tidak
mungkin dapat berlangsung tanpa oksigen yang berasal dari udara. Selain oksigen, terdapat
zat-zat lain yang terkandung di udara, yaitu karbon monoksida, karbon dioksida, formaldehid,
jamur,virus,dan sebagainya. Peningkatan konsentrasi zat-zat di dalam udara dapat disebabkan
oleh aktivitas manusia. Udara dapat dikelompokkan menjadi, udara luar ruangan (outdoor
air) dan udara dalam ruangan (indoorair ). Kualitas udara dalam ruang sangat mempengaruhi
kesehatan manusia karena hampir 90% hidup manusia berada dalam ruangan
KeputusanMenteri Kesehatan RI No.1405/MENKES/SK/XI/2002 dalam keputusan tersebut
dinyatakan bahwa Angka kuman kurang dari 770 koloni/ udara, bebas kuman pathogen
(Fitria, 2009).
Jumlah koloni mikroorganisme di udara tergantung pada aktifitas dalam ruangan serta
banyaknya debu dan kotoran lain. Ruangan yang kotor akan berisi udara yang banyak
mengandung mikroorganisme dari pada ruangan yang bersih (Moerdjoko, 2004).
Sumber penyebab polusi udara dalam ruangan berhubungan dengan bangunan itu
sendiri, perlengkapan dalam bangunan (karpet, AC, dan sebagainya), kondisi angunan, suhu,
kelembaban, pertukaran udara, dan hal-hal yang berhubungan dengan perilaku orang-orang
yang berada di dalam ruangan, misalnya merokok. Sumber polusi udara dalam ruang selain
dapat berasal dari bahan-bahan sintetis dan beberapa bahan alamiah yang digunakan untuk
Kesimpulan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui angka kuman yang terdapat pada suatu
ruangan. Praktikum dilakukan dengan media PCA (Plate Count Agar) dan untuk menghitung
jumlah koloni kuman dengan menggunakan Colony counter. Alat dan bahan yang digunakan
dalam praktikum yaitu cawan petri, colony counter, inkubator, media PCA, udara dalam
ruangan.
Pendahuluan
Mikroorganisme adalah makhluk yang sangat kecil dan hanya dapat dilihat dibawah
mikroskop. Salah satu jenis mikroorganisme adalah bakteri. Bakteri merupakan organisme
uniselular yang tumbuh dengan cara pembelahan biner yaitu satu sel membelah secara
simetris. Untuk mempermudah penghitungan koloni diperlukan pengetahuan mengenai
morfologi bakteri tersebut sehingga media pertumbuhan yang akan digunakan sesuai dengan
sifat bakteri tersebut. Kehadiran mikroba pada makanan dapat bersifat menguntungkan atau
merugikan. Ada hasil metabolisme spesies mikroba tertentu pada makanan dibutuhkan dan
digemari oleh manusia. Analisis kuantitatif mikrobiologi pada bahan pangan penting
dilakukan untuk mengetahui mutu bahan pangan, dan proses yang akan diterapkan pada
bahan pangan tersebut. Ada beberapa cara untuk mengukur atau menghitung mikroba yaitu
dengan perhitungan jumlah sel, perhitungan massa sel secara langsung, dan pendugaan massa
sel secara tak langsung. Perhitungan jumlah sel dapat dilakukan dengan 3 metode yaitu
dengan hitungan mikroskopik, MPN (Most Probable Number), dan hitungan cawan. Dari
ketiga metode tersebut metode hitungan cawan paling banyak dan mudah digunakan (Brady,
1999).
Ada berbagai macam cara untuk mengukur jumlah sel, antar lain dengan hitungan
cawan (plate count), hitungan mikroskopis langsung (direct microscopic count) yang
menggunakan mikroskop serta ruang hitung (haemositometer) atau secara elektonis dengan
bantuan alat yang disebut penghitung coulter (coulter counter) (Zaraswati, 2004).
Alat: Bahan:
1. Inkubator 1. Media NAP( Nutrient Agar
2. Colony Counter Plate)
Cara Kerja
1. Siapkan Media NAP dan buka media NAP diruang terbuka selama 2 menit
2. Masukan media NAP kedalam inkubator 37 derajat celcius selama 24 jam
3. Setelah 24 jam keluarkan media NAP dari inkubator
4. Amati dan hitung jumlah koloni bakteri yang tumbuh pada media NAP dengan
colony counter
Pembahasan
Ada banyak metode yang digunakan dalam menghitung jumlah bakteri secara
kuantitatif dari suatu populasi bakteri. Proses penghitungan sel bakteri dapat dilakukan
dengan beberapa metode baik secara langsung maupun tidak langsung, diantaranya adalah
metode hitung pada cawan petri (standard plate count), metode pengamatan langsung dengan
kaca objek atau metode hitung dengan menggunakan haemocytometer, metode ukur
kekeruhan (turbidimetri) menggunakan spektrophotometer dan metode jumlah perkiraan
terdekat (Brady, 1999).
Metode perhitungan cawan didasarkan pada anggapan bahwa setiap sel yang hidup
dapat berkembang menjadi koloni. Jadi jumlah koloni yang muncul pada cawan adalah
indeks bagi jumlah mikroorganisme yang terkandung dalam sampel. Teknik yang harus
dikuasai dari metode ini adalah mengencerkan sampel dan mencawankan hasil pengenceran
tersebut. Setelah inkubasi, jumlah semua koloni diamati untuk memenuhi persyaratan
statistik. Cawan yang dipilih untuk menghitung koloni adalah cawan yang mengandung
antara 30 sampai 300 koloni. Organisme yang terdapat dalam sampel asal ditentukan dengan
mengalikan jumlah koloni yang terbentuk dengan faktor pengenceran pada cawan yang
bersangkutan (Ferdias, 1992).
Cara ini menggunakan bilik hitung (hemocytometer) yang menghasilkan hitungan total,
karena semua sel terhitung, baik sel yang hidup maupun sel yang mati. Karena bakteri itu
kecil, maka perhitungan yang dilakukan secara statistik dapat diterima, namun harus dibuat
suspensi sekurang-kurangnya 107 / ml.
Dengan alat ini dapat dihitung beribu-ribu bakteri dalam beberapa detik. Penggunaan alat ini
banyak didasarkan atas kerja dengan lubang pengintai elektronik (dapat disamakan dengan
mata elektronik) kerjanya tergantung pada interupsi dari berkas cahaya elektronik yang
melintasi suatu ruang antara dua ruang elektron yang berdekatan letaknya. Tiap partikel yang
karena perbedaan konduktivitas sel dan cairan. Interupsi ini dicetak oleh suatu alat secara
elektris
Beer dan Lambert menemukan hukum yang menerangkan interaksi bahan kimia
dengan gelombang cahaya (elektromagnetik), yang disimpulkan dalam hukum Beer-
Lambert menyebabkan berkembangnya analisis kimia dengan menggunakan alat
instrumentasi yakni spektrofotometer (Lay, 1994). Suatu spektrofotometer standar terdiri atas
spektrofotometer untuk menghasilkan cahaya dengan panjang gelombang terseleksi yaitu
bersifat monokromatik serta suatu fotometer yaitu suatu piranti untuk mengukur intensitas
berkas monokromatik, penggabungan bersama dinamakan sespektrofotometer. Penggabungan
alat optik ini merupakan elektronika sifat kimia dan fisiknya serta detektor yang digunakan
secara langsung mengukur intensitas dari cahaya yang dipancarkan (It) dan secara tidak
lansung cahaya yang diabsorbsi (Ia). Kemampuan ini bergantung pada spektrum
elektromagnetik yang diabsorb (serap) oleh benda (Ferdias, 1992).
Kesimpulan
Metode yang digunakan pada praktikum kali ini adalah metode hitung cawan. Metode
perhitungan cawan didasarkan pada anggapan bahwa setiap sel yang hidup dapat berkembang
menjadi koloni. Jadi jumlah koloni yang muncul pada cawan adalah indeks bagi jumlah
mikroorganisme yang terkandung dalam sampel. Teknik yang harus dikuasai dari metode ini
adalah mengencerkan sampel dan mencawankan hasil pengenceran tersebut. Setelah
inkubasi, jumlah semua koloni diamati untuk memenuhi persyaratan statistik (Ferdias, 1992)
Pendahuluan
Colony Counter merupakan alat yang berfungsi untuk menghitung jumlah microba
pada cawan petri atau media lainnya dengan menggunakan sinar dan luv. Aplikasi colony
counter yang umum biasanya digunakan untuk pengujian Ames, uji mutasi bakteri, dan
koloni bakteri E. coli. dll
Menghitung koloni dengan mata tanpa bantuan adalah tugas yang lamban,
membosankan, dan merusak pandangan. Penghitung koloni IUL memudahkan dan
mempercepat proses ini dengan penggunaan lampu LED dan luv yang berkualitas tinggi.
User dapat menandai koloni yang terdeteksi dengan penanda khusus, sedangkan tampilan
digital akan meningkatkan jumlah total. Pointer yang bisa langsung menghubungi koloni juga
tersedia.
Jenis colony counter ada yang otomatis dan semi otomatis, untuk yang otomatis
adalah penghitungan jumlah sudah dilakukan secara otomatis oleh sistem komputerisasi.
Sedangkan yang semi otomatis adalah perhitungan dengan cara menyentuh bakteri yang
tumbuh kemudian alat akan menghitung secara otomatis.
Alat: Bahan:
1. Colony Counter 1. Media NAP( Nutrient Agar
2. Petri Dish Plate)
Cara Kerja
1. Hubungkan Colony Counter ke arus listrik, kemudian tekan tombol power
2. Letakan petri dish/mediun NAP yang akan kita hitung pada permukaan yang ada
garis kotak
3. Kemudian hitung koloni bakteri dengan cara menekan dan menandai bakteri yang
tumbuh dengan menggunakan pen pada alat.
4. Lihat hasil hitung pada indikator penunjuk jumlah bakteri (display)
Jenis colony counter ada yang otomatis dan semi otomatis, untuk yang otomatis
adalah penghitungan jumlah sudah dilakukan secara otomatis oleh sistem komputerisasi.
Sedangkan yang semi otomatis adalah perhitungan dengan cara menyentuh bakteri yang
tumbuh kemudian alat akan menghitung secara otomatis.
Kesimpulan
Alat ini berguna untuk mempermudah penghitungan koloni yang tumbuh setelah
diinkubasi di dalam cawan karena adanya kaca pembesar. Dan Prinsip kerjanya adalah
menghitung mikroba secara otomatis dengan bantuan pulpen/tombol hitung
Pendahuluan
Uji sensitivitas antibiotik merupakan tes yang digunakan untuk menguji kepekaan
suatu bakteri terhadap suatu antibiotik. Uji sensitivitas bertujuan untuk mengetahui
efektifitas dari suatu antibiotik (Wahyutomo, 2009). Uji sensitivitas dapat dilakukan dengan
beberapa cara yaitu: difusi cakram diffusion test), pengenceran atau dilusi (dilusi
test), antimicrobial gradient dan short automated instrumen system.
Uji sensitivitas dengan metode difusi agar plate dapat dilakukan dengan cara Kirby
Bauer dengan teknik disc diffusion (cakram disk) atau teknik sumuran. Rancangan penelitian
ini adalah penelitian eksperiment dengan melihat uji difusi menggunakan kertas saring
sebagai media tampung antibiotik dengan menggunakan E.coli sebagai bakteri uji. Data yang
diperlukan adalah diameter zona hambat yang terbentuk pada media MHA saat melakukan uji
sensitivitas metode difusi sumuran dan teknik kertas saring sebagai media tampung
antibiotik. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa rerata diamater zona hambat antibiotik
ciprofloxacin terhadap bakteri E.coli dengan menggunakan metode difusi teknik sumuran
adalah 62 mm menunjukan hasil sensitif, rerata diameter zona hambat yang terbentuk dengan
menggunakan inovasi uji difusi menggunakan kertas saring sebagai media tampung antibiotik
ciprofloxacin adalah 39 mm menunjukan hasil sensitif.
Rerata diameter zona hambat yang terbentuk pada inovasi uji difusi menggunakan
kertas saring sebagai media tampung antibiotik lebih kecil dibandingkan dengan rerata
diameter zona hambat menggunakan metode difusi teknik sumuran. Rata-rata diameter zona
hambat antibiotik dengan menggunakan kertas saring sebagai media tampung adalah 39
mm. Perbedaan diameter zona hambat menggunakan teknik sumuran dengan teknik kertas
saring sebagai media tampung antibiotik adalah 62 mm dan 39 mm.
Alat : Bahan:
1. Cawan Petri 1. 1 ml Bakteri (Staphylococcus
3. Mikro Pipet Aureus)
4. Bunsesn 2. 10 ml Kaldu Nutrisi (Agar)
5. Inkubator 3. Desinfektan
6. Tabung Reaksi 4. Antimikroba
Cara Kerja
Pembahasan
Kesimpulan
Pada teknik dilusi agar, antibiotik sesuai dengan pengenceran akan ditambahkan ke
dalam agar, sehingga akan memerlukan perbenihan agar sesuai jumlah pengenceran ditambah
satu perbenihan agar untuk kontrol tanpa penambahan antibiotik, konsentrasi terendah
antibiotik yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri merupakan MIC antibiotik yang
diuji. Salah satu kelebihan metode agar dilusi untuk penentuan MIC Neisseria gonorrhoeae
yang tidak dapat tumbuh pada teknik dilusi perbenihan cair.
( Metode Kirby-Bauer)
Pendahuluan
Alat:
1. Rak tabung reaksi
2. Tabung reaksi
3. Petri Dish
4. Bunsen Bahan :
5. Pinset 1. Media Mueller-Hinton agar
6. Spet Steril 2. Senyawa Antimikroba
7. Inkubator 3. Staphyllo Coccus Aureus
8. Spidol 4. Alkohol 70%
9. Masker 5. Etanol
10. Sarung Tangan
Cara Kerja
1. Beri label diluar petrdi dish pada sisi agar di bagian tepi petridish, dan label
dengan nama organisme senyawa antimikroba
2. Gunakan swab steril untuk menginogulasikan bakteri pada media agar
3. Ambil tabung reaksi n=buka tutupnya dan sterilkan dengan panas api
Pembahasan
Pada prinsipnya tes kepekaan terhadap antimikroba adalah penentuan terhadap bakteri
penyebab penyakit yang kemungkinan menunjukkan resistensi terhadap suatu antimikroba
atau kemampuan suatu antimikroba untuk menghambat pertumbuhan bakteri yang tumbuh
in vitro, sehingga dapat dipilih sebagai antimikroba yang berpotensi untuk pengobatan.
Uji kepekaan antimikroba (antimicrobial susceptibility testing) dilakukan pada isolat
mikroba yang didapatkan dari spesimen pasien untuk mendapatkan agen antimikroba yang
tepat untuk mengobati penyakit infeksi yang disebabkan oleh mikroba tersebut.
Pengujian dilakukan di bawah kondisi standar, dimana kondisi standar berpedoman
kepada Clinical and Laboratory Standards Institute (CLSI). Standar yang harus dipenuhi
yaitu konsentrasi inokulum bakteri, media perbenihan (Muller Hinton) dengan
memperhatikan pH, konsentrasi kation, tambahan darah dan serum, kandungan timidin,
suhu inkubasi, lamanya inkubasi, dan konsentrasi antimikroba.
Walaupun kondisi penting untuk pemeriksaan in vitro telah distandarkan, namun tidak
ada kondisi in vitro yang mengambarkan kondisi yang sama dengan keadaan in vivo tempat
yang sebenarnya bakteri tersebut menginfeksi. Dengan demikian ada beberapa faktor yang
memegang peranan penting dari pasien disamping hal-hal yang dapat mempengaruhi hasil
uji kepekaan yang telah diperhitungkan pada metode uji. Faktor tersebut antara lain, yaitu:
1. Difusi antimikroba pada sel dan jaringan hospes
2. Protein serum pengikat antimikroba
Kesimpulan