STERILISASI
NIM : 1708531018
KELOMPOK :3
GOLONGAN :A
UNIVERSITAS UDAYANA
2019
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam laboratorium mikrobiologi, metode sterilisasi alat dan media merupakan
bagian yang sangat penting atau merupakan keharusan. Sterilisasi adalah usaha untuk
membebaskan alat-alat dan bahan-bahan dari segala bentuk kehidupan terutama
mikrobia (Esmiyati, 2012). Penelitian dalam bidang mikrobiologi tidak akan dapat
terlepas dari adanya resiko kontaminasi oleh mikroorganisme apapun baik itu bakteri
maupun jamur. Pengendalian bakteri dan jamur kini dapat dilakukan melalui
sterilisasi. Sterilisasi adalah salah satu bentuk proses yang dilakukan di bawah tujuan
untuk membunuh seluruh bentuk kehidupan sel hidup suatu mikroorganisme yang
berasal dari suatu bahan termasuk virus, spora, viroid, dan prion, dengan cara yang
unik dan tingkat efektivitas yang cukup berbeda pula (Nikhilesh et al., 2013).
Sterilisasi merupakan salah satu metode menggunakan uap air pada suhu 211o C
selama beberapa waktu tertentu. Tujuan pemanasan adalah memusnahkan bakteri
patogen dan spora bakteri elostridium bolulinum yang berbahaya. Metode sterilisasi
yang paling umum dilakukan adalah menggunakan kaleng atau kemasan tetra pack
(Yuyun dan Gunaisa, 2011). Sterilisasi kimia cair dapat diandalkan untuk
menghasilkan sterilitas hanya jika pembersihan, yang menghilangkan bahan organik
dan anorganik, mendahului perawatan dan jika pedoman yang tepat untuk konsentrasi,
waktu kontak, suhu, dan pH terpenuhi (Rutala, 2010). Sterilisasi suatu produk
bertujuan untuk mendapatkan suatu produk yang steril setelah melalui suatu proses
sterilisasi dan diharapkan tidak mengalami perubahan kualitas. Oleh karena itu,
diperlukan pemilihan secara sterilisasi yang tepat sehingga dihasilkan suatu produk
yang steril dengan kualitas yang baik (Darwis dkk., 2009).
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui beberapa metode sterilisasi alat dan bahan yang digunakan
dalam pengamatan mikrobiologis.
2. Mengetahui cara penggunaan alkohol dalam sterilisasi.
II. MATERI DAN METODE
Langkah awal yang harus dilakukan yaitu membagi cawan petri menjadi empat
bagian dengan menggunakan penggaris dan spidol, setelah itu label ditempelkan pada
cawan petri dan diisi keterangan yaitu kontrol, alkohol 40%, alkohol 70% dan alkohol
96%. Cawan petri disetrilkan dengan cara diputar-putar tepat disamping bunsen. Paku
diambil dengan menggunakan pinset yang telah disterilkan diatas bunset dan
disterilkan kedalam air steril lalu dimasukan kedalam cawan petri yang diberi
keterangan kontrol. Cawan perti disterilkan lagi dan paku disterilkan ke dalam air steril
lalu dimasukkan kedalam alkohol 40%, 70%, 96% dengan waktu 10 menit dan
kemudian dimasukkan ke dalam cawan petri yang sudah disterilkan dan yang telah
diberikan keterangan alkohol 40%, alkohol 70%, alkohol 96%. Setelah itu dibungkus
dengan plastik selama 24-48 jam.
3.2 Pembahasan
Hasil praktikum sterilisasi dengan sabun Dettol ditemukan sedikit mikroba dari
pada kontrol yang terdapat sangat banyak mikroba. Hal ini disebabkan karena sabun
Dettol mampu menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang ada di cawan petri,
dan adanya kandungan Chloroxyfenol pada dettol. Hal ini didukung pernyataan Agung
(2009) bahwa Chloroxyfenol (CH9C10) dapat membunuh bakteri dengan mengganggu
membran sel bakteri yang akan menurunkan kemampuan membran sel memproduksi
ATP sebagai sumber energi.
Hasil praktikum yang diperoleh pada sterilisasi alkohol yaitu pada kontrol
ditemukan sangat banyak mikroba karena hanya disterilkan di air yang steril saja. Pada
alkohol 40% tidak terdapat mikroba demikian juga alkohol 70%. Hal ini disebabkan
karena tingkat alkohol yang dimiliki standar yang mengakibatkan penguapan yang
lama. Noer (2011) menyatakan bahwa justru pada titik tertentu, konsentrasi rendah dari
suatu bahan lebih efektif dalam membunuh mikroorganisme. Sedangkan pada alkohol
96% terdapat sedikit mikroba karena pada tingkat alkohol yang dimiliki terlalu tinggi
yang menyebabkan penguapannya cepat sehingga alkohol yang ada di paku cepat
hilang.
Hasil praktikum sterilisasi dengan Wipol memakai cara yang kurang efektif
karena paku hanya direndam sebentar saja. Dan mikroba sangat banyak terdapat pada
wipol 25% karena paku jatuh ketika ingin dimasukkan ke dalam cawan petri. Dan pada
kontrol, wipol 50% dan 100% banyak mikroba juga. Wipol mengandung pine oil yang
dapat berfungsi sebagai desinfektan, sanitizer, mokrobisid/mikrostatik, insektisida dan
virusida. Prinsip dan daya kerja pine oil adalah dengan cara mendenaturasi protein
(Rahma, 2015). Namun cara yang digunakan kurang efektif sehingga menyebabkan
banyak mikroba pada percobaan menggunakan wipol.
Hasil praktikum sterilisasi dengan Swab membuktikan bahwa swab di pipi
terdapat sangat banyak mikroba dari pada swab di belakang telinga. Menurut Lisyastuti
(2010), kelompok mikroba yang paling banyak di udara bebas adalah bakteri, jamur
(termasuk di dalamnya ragi) dan juga mikroalga. Inilah yang menyebabkan pipi yang
terbuka lebih banyak mikroba yang menempel dari pada di belakang telinga yang
tertutupi oleh rambut atau hijab.
IV. KESIMPULAN
1. Dalam mensterilkan alat dan bahan terdapat tiga metode yaitu metode sterilisasi fisik,
sterilisasi kimia, dan sterilisasi mekanik. Pada praktikum ini menggunakan dua metode
yaitu Sterilisasi secara kimia dengan menggunakan Sabun Nuvo, Sabun Dettol, larutan
alkohol dengan berbagai konsentrasi (40%, 70%, dan 96%), Wipol dengan berbagai
konsentrasi (25%, 50%, dan 100. Sterilisasi secara fisik yaitu pemanasan dan radiasi,
yang menggunakan sinar UV.
2. Penggunaan alkohol pada sterilisasi adalah untuk membantu menghilangkan mikroba
yang menempel pada paku. Karena alkohol merupakan denaturan protein, suatu sifat
yang terutama memberikan aktivitas antimikrobial pada alkohol. Sehingga pada
praktikum ini terdapat sedikit mikroba pada paku yang direndam menggunakan
alkohol. Dan bahwa pada titik tertentu, konsentrasi rendah dari alkohol lebih efektif
dalam membunuh mikroorganisme.
DAFTAR PUSTAKA
Agung, Sri. 2009. Pemeriksaan Bilangan Bakteri dan Pengaruh Beberapa Perlakuan
Darwis, dkk. 2009. Penentuan Dosisi Mikroba Dengan Iradiasi Berkas Elektron
Kawuri, R., dkk. 2018. Penuntun Praktikum Mikrobiologi Umum Program Studi
Noer, S. Fauziah. 2011. Pengaruh Kadar Etanol dalam Sediaan Gel Antiseptik
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Salmonella thyposa. ILTEK 6(12):887-891.
Pelczar, M.J., and Chan, E.C.S. 2014. Dasar-dasar Mikrobiologi Edisi 2. Jakarta:
Rahmi, Y, dkk. 2015. Identifikasi Bakteri Staphylococcus aureus pada Preputium dan
Vagina
Rutala WA, et al. 2010. Disinfection and sterilization in healthcare facilities. Practical
61-80
Selvamohan, T., and Sandhya, V. 2012. Studies on bactericidal activity of different
Research, 2(5):646-650.
Tarakci, Z, et al. 2011. Influence of wild garlic on color, free fatty acids, andchemical
Hendrayono, D.P dan Wijayani, A. 2012. Teknik Kultur Jaringan. Yogjakarta: Kanisius.
Yuyun, A., dan Gunaisa, D. 2011. Cerdas mengemas produk makanan &minuman.
AgromediaPustaka. Jakarta
LAMPIRAN