Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

Pembuatan Media dan Sterilisasi

Oleh :
Nico Nata Anggara
(2030801058)

Dosen Pembimbing :

Riri Novita Sunarti, M.Si

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN

TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH


PALEMBANG

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sekarang ini, berkembangnya ilmu pengetahuan maka semakin


tinggi pula rasa ingin tahu sesorang terhadap apa yang terdapat di alam
sampai dengan mikrorganisme yang tidak dapat dilihat dengan mata
telanjang. Dari hal inilah muncul ilmu pengetahuan yang mempelajari
tentang mikrorganisme tersebut yang disebut dengan mikrobiologi. Dalam
bidang penelitian mikroorganisme ini, tentunya menggunakan teknik atau
cara khusus untuk mempelajarinya serta untuk bekerja pada skala
laboratorium untuk meneliti mikroorganisme ini baik sifat dan
karakteristiknya, serta diperlukan pengenalan alat-alat laboratorium
mikrobiologi serta teknik atau cara penggunaan alat-alat yang
berhubungan dengan penelitian tersebut (Suriawiria, 2005).

Dalam melakukan diagnosa Mikrobiologi sterilisasi sangat


diutamakan baik alat maupun medianya. Suatu alat dikatakan steril apabila
alat atau bahan bebas dari mikroba baik dalam bentuk vegetative maupun
spora. Untuk itu sebagai pemula dalam Mikrobiologi sangat perlu
mengenal teknik sterilisasi, pembuatan media serta teknik penanaman
(Dwidjoseputro, 1994).
Secara umum sterilisasi merupakan proses pemusnahan kehidupan
khususnya mikroba dalam suatu wadah atupun peralatan laboratorium.
Sterilasasi dalam Mikrobiologi adalah suatu proses untuk mematikan
semua mikroorganisme yang terdapat pada atau didalam suatu benda. Ada
tiga cara utama yang umum dipakai dalam sterilisasi yaitu penggunaan
panas, penggunaan bahan kimia, dan penyaringan (filtrasi). Apabila panas
digunakan bersama – sama dengan uap air maka disebut sterilisasi basah,
bila tanpa kelembaban maka disebut sterilisasi kering (Dwidjoseputro,
1994).
Untuk membutuhkan dan mengembangbiakkan mikroba
diperlukan suatu substrat yang disebut medium. Sedangkan medium itu
sendiri sebelum digunakan harus dalam keadaan steril artinya tidak
ditumbuhi oleh mikroba lain yang tidak diharapkan agar mikroba dapat
tumbuh dan berkembangbiak dengan baik di dalam medium, maka
diperlukan syarat tertentu yang diantaranya bahwa didalam medium harus
terkandung semua unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan dan
perkembangan mikroba kemudian susunan makanannya, tekanan osmosis,
derajat, keasaman (pH), dan temperature (Hadietomo, 1990).
Dalam bidang penelitian mikroorganisme ini, tentunya
menggunakan teknik atau cara – cara khusus untuk mempelajarinya dan
bekerja pada skala laboratorium untuk meneliti mikroorganisme ini baik
sifat dan karakteristiknya, tentu diperlukan pula tentang bagaimana
caranya menumbuhkan suatu mikroba ke dalam suatu media.
Karena kita tahu bahwa beragamnya persyaratan tumbuh mikroba,
maka harus dimengerti jenis – jenis nutrient yang disyaratkan oleh
mikroba dan juga macam lingkungan fisik yang menyediakan kondisi
yang optimum bagi pertumbuhannya. Mikroba amat beragam, baik dalam
persyaratan nutrient maupun fisiknya. Jadi, media yang digunakan harus
mengandung komponen – komponen yang dibutuhkan oleh mikroba
tersebut (Hadietomo, 1990).
Adapun yang melatar belakangi pada praktikum sterilisasi dan
pembuatan media adalah untuk mencoba mempelajari bagaimana cara
mensterilisasikan alat-alat yang nantinya akan digunakan pada saat bekerja
di laboratorium mikrobiologi. Sterilisasi dapat dilakukan adalah untuk
keberhasilan dalam menumbuhkan suatu biakan koloni mikroorganisme
yang diinginkan. Pada praktikum ini juga dilakukan untuk mengetahui
macam-macam media dan cara membuat media pertumbuhan
mikroorganisme, sehingga seorang praktikan dapat dengan mudah
menerapkan bagaimana cara untuk membuat media pertumbuhan pada
mikroorganisme yang akan diamati.
B. Tujuan

Adapun tujuan praktikum Mikrobiologi tentang Sterilisasi dan


Pembuatan Media adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui cara pembuatan media dan membedakan berbagai media


pertumbuhan mikroba.
2. Mengetahui cara dan macam – macam sterilisasi.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sterilisasi

Sterilasasi merupakan suatu proses dengan metode tertentu yang


dapat memberikan hasil akhir, yaitu suatu bentuk keadaan yang tidak
dapat ditunjukkan lagi adanya mikroorganisme hidup. Metode sterilasasi
cukup banyak, namun alternative yang dipilih sangat bergantung pada
keadaan serta kebutuhan setempat. Apapun pilihan metodenya, hendaknya
tetap menjaga kualitas hasil sterilisasi (Raudah, 2017).

Suatu proses yang dilakukan untuk membunuh semua jasad renik


yang ada, jika ditambahkan di dalam suatu medium tidak ada jasad renik
yang dapat berkembangbiak dapat dinamakan sterilisasi. Sterilisasi dapat
membunuh jasad renik yang paling tahan panas yaitu pada spora bakteri.
Adanya pertumbuhan mikroorganisme menunjukkan bahwa pertumbuhan
bakteri masih berlangsung dan tidak sempurnanya proses sterilisasi. Jika
sterilisasi berlangsung sempurna, maka spora bakteri yang merupakan
bentuk paling resisten dari kehidupan mikroba akan diluluhkan
(Pratiwi 2008).

Dalam dunia kesehatan, pada sterilisasi sangatlah penting


dilakukan untuk memberikan efek terapeutik yang maksimal. Steril artinya
bebas dari segala mikroba baik patogen maupun tidak. Sterilisasi adalah
proses membebaskan peralatan atau bahan dari mikroorganisme yang tidak
dikehendaki. Sterilisasi dalam mikrobiologi merupakan suatu proses
penghilangan pada semua jenis mikroorganisme hidup, dalam hal ini
mikroorganisme (protozoa, fungi, bakteri, virus) yang terdapat pada suatu
benda (Pratiwi 2008).

Sterilisasi pada suatu produk dimaksudkan untuk mendapatkan


suatu produk yang steril setelah melalui suatu proses sterilisasi dan
diharapkan tidak mengalami perubahan kualitas. Oleh karena itu, sangat
diperlukan pemilihan cara sterilisasi yang tepat sehingga dihasilkan suatu
produk yang steril dengan kualitas yang baik (Darwis dkk, 2009).

Proses sterilisasi tersebut dapat dilakukan dengan cara uap panas,


larutan kimia, pemanasan kering atau juga metode gas. Metode gas atau
metode yang dipilih biasanya tergantung sifat materi yang akan
disterilkan. Steril merupakan proses yang menghancurkan semua bentuk
kehidupan. Suatu benda yang steril dipandang dari sudut mikrobiologi,
artinya bebas dari mikroorganisme hidup, dengan dilakukannya suatu
proses sterilasi dapat membantu memudahkan atau memperlancar kegiatan
penelitian atau praktikum yang sedang dilakukan (Adji dkk, 2007).

B. Macam – Macam Sterilisasi

Menurut pendapat beberapa ahli terdapat berbagai macam-macam


proses sterilisasi dalam praktikum mikrobiologi. Macam-macam sterilisasi
yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:

1. Sterilisasi Secara Mekanik (Fitrasi)

Didalam sterilisasi secara mekanik (fitrasi) yang menggunakan


suatu saringan yang berpori sangat kecil (0, 22 mikron atau 0,45
mikron) sehingga mikroba tertahan pada saringan tersebut. Proses ini
dapat ditunjukkan untuk sterilisasi bahan yang peka panas, misalnya
larutan enzim atau antibiotik. Jika terdapat beberapa bahan yang akibat
pemanasan tinggi atau bertekanan tinggi akan mengalami perubahan
atau penguraian, maka dari itu sterilisasi yang digunakan adalah
dengan cara mekanik, misalnya saringan (Pratiwi 2008).

2. Sterilisasi Secara Fisik

Sterilisasi secara fisik dapat digunakan dengan cara pemanasan


atau penyinaran. Terdapat berbagai macam sterilisasi dengan
pemanasan yang diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Pemijaran Api
Terdapat berbagai macam pemijaran, maksud ini dipakai
muffle, yang biasanya mencapai suhu 1.0000C. Bila ingin
diketahui beratnya, maka krus porselen yang dipakai, didinginkan
sampai kira-kira 1000C, lalu didinginkan kedalam eksikator, dan
akhirnya ditimbang (Sudarmadji dkk, 2007).

b. Panas Kering

Sterilisasi panas kering adalah proses sterilisasi dengan


udara panas. Pada sterilisasi dengan panas kering atau udara panas
dianjurkan apabila pada penggunaan uap bertekanan dengan benda
yang disterilkan. Hal ini dapat berlaku bagi perabotan laboratorium
seperti cawan petri, pipet, minyak, serbuk serta juga beberapa pada
peralatan. Benda-benda tersebut disterilkan dalam oven listrik atau
gas, untuk dapat mensterilkan pada perabotan pecah belah di
laboratorium dibutuhkan suhu 1600C selama 2 jam
(Pelezar, 1988).

c. Panas Lembab (Uap Bertekanan)

Panas dalam bentuk uap jenuh bertekanan adalah sarana


yang paling praktis dan juga dapat diandalkan untuk sterilisasi.
Uap bertekanan yang dapat menyediakan suhu jauh di atas titik
didih. Disamping itu juga mempunyai keuntungan seperti
pemanasan dapat berlangsung cepat, mempunyai daya tembus, dan
menghasilkan kelembapan yang tinggi, kesemuanya ini dapat
mempermudah koagulasi protei sel-sel mikroba (Pelezar, 1988).

3. Sterilisasi Secara Kimiawi

Sterilisasi secara kimiawi biasanya digunakan pada alat


ataupun bahan yang tidak tahan panas atau untuk kondisi aseptis
(sterilisasi meja kerja dan tangan). Bahan kimia yang dapat digunakan
adalah alkohol, asam parasetat, formaldehid dan lain-lainnya
(Pratiwi 2008).
C. Media (Medium)

Media adalah substansi yang terdiri atas campuran zat-zat makanan


atau nutrien yang digunakan untuk pemeliharaan dan pertumbuhan
mikroorganisme. Pada mikroorganisme juga merupakan makhluk hidup,
untuk memeliharanya dibutuhkan medium yang harus mengandung semua
zat yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, yaitu adalah senyawa-senyawa
organik yang terdiri atas protein, karbohidrat, lemak, mineral, dan vitamin.
Medium digunakan untuk melihat gerakan yang dari suatu
mikroorganisme apakah bersifat motil atau nonmotil, medium ini
ditambahkan pada bahan pemadat 50% (Suriawiria, 2005).

Medium yang digunakan untuk menumbuhkan dan


mengembangbiakan pada suatu mikroorganisme harus sesuai susunannya
dengan kebutuhan jenis-jenis pada mikroorganisme yang bersangkutan.
Beberapa pada mikroorganisme dapat hidup baik pada medium yang
sangat sederhana yang hanya mengandung garam anorganik ditambah
sumber karbon organik seperti gula, sedangkan mikroorganisme lainnya
memerlukan suatu medium yang sangat kompleks yaitu berupa medium
yang pada saat ditambahkan darah atau bahan-bahan kompleks
lainnya (Suriawiria, 2005).

D. Jenis-Jenis Medium

Menurut pendapat Dwijoseputro (1994), ada beberapa jenis


medium yang berdasarkan buatan manusia adalah sebagai berikut:

1. Medium Cair

Medium cair yang biasanya sering dipakai adalah kaldu yang


disiapkan sebagai berikut: kepada 1 liter air murni ditambahkan 3
kaldu daging lembu dan 5 gram pepton. Pepton adalah protein yang
terdapat pada daging, pada air susu, pada kedelai dan pada putih telur.
Pepton mengandung banyak N2, dan kaldu yang berisi garam-garam
mineral dan lain-lainnya. Medium itu kemudian ditentukan Phnya 6,8
dan sampai 7, jadi sedikit asam atau netral. Keadaan yang demikian ini
sesuai bagi kebanyakan bakteri. Kaldu seperti diatas masih perlu
disaring untuk kemudian di masukkan kedalam tabung-tabung reaksi
atau botolbotol yang tersedia. Penyaringan dapat dilakukan dengan
kertas saring. Setelah tabung atau botol berisi medium kaldu disumbat
dengan kertas, kemudian dimasukkan ke dalam alat pensteril atau
autoklaf.

2. Medium Kental (Padat)

Dahulu kala orang lazim menggunakan kentang yang di


potong-potong serupa silinder untuk medium. Silinder kentang mentah
dibuat dengan pipa besi, lalu pada potongan-potongan itu di masukkan
tabung reaksi. Kemudian tabung disumbat dengan kapas, dan setelah
itu disterilkan di dalam autoklaf. Setelah kentang dingin kembali,
permukaan atas dari silinder kentang dapat ditanami bakteri.

Perbedaan tipe medium dari medium padat dan medium cair


juga dapat mempengaruhi pertumbuhan-pertumbuhan dan viabilitas
bakteri, meskipun medium yang digunakan adalah sama. Pada medium
padat, pertumbuhan pada bakteri berupa pertumbuhan yang melekat
pada suatu permukaan medium atau attached growth, sedangkan pada
medium cair tipe pada pertumbuhannya akan menyerupai suspensi
larut atau juga suspensi growth (Hidayah & Maya, 2012).

3. Medium yang Diperkaya

Kebanyakan bakteri suka tumbuh pada dasar makanan seperti


di atas. Tetapi bakteri patogen seperti Mycobacterium
tuberculosis, Diplocucus pneumonei, dan Neisseria
gonorrhoeae memerlukan zat makanan tambahan berupa serum atau
darah yang tak mengandung fibrinogen lagi. Fibrinogen adalah zat
yang dapat menyebabkan darah menjadi kental, apabila keluar di luka.
Serum atau darah itu dicampurkan ke dalam medium yang sudah
disterilisasikan. Jika pencampuran ini dilakukan sebelum saat
sterilisasi, maka serum atau darah tersebut akan mengental akibat
pemanasan.

4. Medium yang Kering

Pekerja laboratorium sekarang ini banyak dipermudah dengan


adanya bermacam-macam medium yang tersedia dalam bentuk serbuk
kering, untuk menyiapkan medium tersebut, cukuplah orang
mengambil sekian gram pada serbuk kering tersebut untuk dilarutkan
dalam sekian liter air dan kemudian larutan itu disterilisasikan.
Penentuan PH tidak perlu lagi, karena hal itu sudah dilakukan lebih
dulu pada pembuatan serbuk.

5. Medium yang Sintetik

Medium sintetik berupa ramuan-ramuan zat anorganik yang


tertentu dan mengandung zat karbon dan nitrogen. Bakteri pada
autoklaf dapat hidup dalam medium ini. Medium sintetik itu umumnya
dapat dibuat secara eksperimental. Pada medium ini tidak
menimbulkan zat-zat penolak, apabila masuk tubuh hewan dan
manusia, dan selanjutnya pada medium sintetik itu berguna sekali
sebagai medium dasar dalam penyelidikan macam-macam vitamin,
asam amino, dan lain-lain. Penyelidikan tentang ada tidaknya zat
tertentu dengan menggunakan mokroorganisme itu disebut analisis zat
jadi atau bio-assay.

E. Syarat Media (Medium)

Menurut pendapat Iriatmanto (2000), bahwa pada media yang


untuk dapat menghasilkan pertumbuhan mikroba (termasuk fungi) dengan
hasil yang baik memiliki beberapa syarat yang diantaranya adalah sebagai
berikut:

1. Media harus mengandung semua nutrien yang mudah digunakan oleh


suatu mikroba yang hendak ditumbuhkan.
2. Media harus memiliki tekanan osmose, PH, tegangan muka yang
sesuai dengan sifat mikroba yang hendak ditumbuhkan.
3. Media tidak mengandung zat penghambat.
4. Media harus steril.
BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat


Adapun waktu pelaksanaan praktikum Mikrobiologi mengenai
Pembuatan Media dan Sterilisasi, dilaksanakan pukul 13.20 – 15.00 WIB
di Laboratorium Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam
Negeri Raden Fatah Palembang.
B. Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan untuk praktikum
pembuatan media dan sterilisasi adalah timbangan analitik, gelas ukur,
Erlenmeyer, tabung reaksi, kaca pengaduk, autoklaf, aquades, kapas,
alumunium foil, alcohol, cawan petri, hot plane, timbangan media.

C. Cara Kerja
1) Pembuatan Media

1. Hitung massa media dengan menggunakan timbangan media dengan cara


menghidupkan alat terlebih dahulu tunggu beberapa detik sampai angka
pada layar di timbangan adalah 0. Setelah itu tekan tombol Tare, apakah
fungsinya fungsinya adalah agar tidak merubah ukuran pada masa
timbangan yang di sesuaikan.

2. Masukkan media ke dalam timbangan kain kemudian dicatat berapa


massanya, setelah ditimbang media kemudian dimasukkan atau dituangkan
ke Erlemeyer, begitu juga pada media-media yang lain.

3. Setelah dituangkan ke Erlemeyer, kemudian tuang aquades ke dalam gelas


ukur, jika telah sesuai dengan massa yang dibutuhkan dan tuangkan
aquades yang telah disesuaikan ke dalam Erlenmeyer yang berisi media tadi
.

4. Masukkan magnetik spier ke dalam larutan media dan Tutup Erlenmeyer


dengan menggunakan aluminium foil agar larutan media tidak keluar saat
hotplate dan diaduk dengan magnetic spier

5. Letakkan Erlenmeyer di hotplate, atur suhu kecepatan berputarnya


magnetic spier. Lalu kemudian dibiarkan di hotplate selama 5 sampai 10
menit dengan suhu yang ditentukan.

6. Setelah di hot plate, masukkan media ke dalam tabung reaksi sebanyak 10


ml per tabung. Kemudian masukkan tabung durham ke dalam setiap tabung
juga

7. Selanjutnya adalah memastikan tabung durham tidak terdapat gelembung


didalamnya. kenapa? Karena sebelum di autoklaf tabung reaksi dalam
keadaan kontrol , sebab bisa memberikan dugaan ada bakteri bisa saja
menyebutnya tidak steril. Jika terdapat gelembung pada tabung durham
maka kita harus mengeluarkannya terlebih dahulu dengan cara menutup
tabung reaksi lalu membalikkan posisi tabung reaksi setelah gelembungnya
keluar kembalikan tabung reaksi ke posisi semula

8. Kemudian setelah itu, tabung reaksi ditutup dengan menggunakan kapas,


tujuannya untuk meminimalisir penguapan dan agar lebih steril dimasukkan
ke dalam autoklaf

9. Tabung reaksi kemudian dimasukkan ke dalam gelas beker dan ditutup


dengan plastik lalu dimasukkan ke dalam keranjang untuk dimasukkan ke
dalam autoklaf selama 15 menit.

10. Media yang dihasilkan adalah bersifat padat kelebihan masukkan ke dalam
cawan petri kemudian dilakukan penggoresan.
2) Sterilisasi Fisika (autoklaf)

1. Sebelum dihidupkan periksa alat AUTOCLAVE-PRESSURE


STEAM STERILIZERS sudah bersih atau belum.
2. Isi air dalam atas sebatas sarangan
3. Masukkan bahan – bahan yang akan disterilisasi. Sebelumnya
diberi indicator tanda sudah steril/belum dengan Autoclave tape.
4. Tutup covernya dengan mencocokkan dengan tanda kunci-nya.
5. Rapatkan kunci – kunci secara diagonal sampai rapat betul. Posisi
alat pada High.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Tabel 1. Pembuatan Media
Nama Media Fungsi Keterangan

Nutrien Agar Sebagai media Media NA berbentuk bubuk


(NA) pertumbuhan bakteri kasar berwarna putih
kekuningan. Bila dilarutkan,
larutannya berwarna kuning
tua.

BGLB Mengetahui berwarna hijau dan terdapat


perkiraan jumlah gelembung di tabung durham
bakteri E.Colli yang menandakan adanya
bakteri
Potato Dextrose Sebagai media Media PDA berbentuk bubuk
Agar (PDA) pertumbuhan jamur kasar berwarna kecoklatan
dengan bau khas seperti
kentang. Bila dilarutkan,
larutannya berwarna coklat
bening.
Emba merupakan media Media Emba berbentuk
selektif untuk seperti sekumpulan koloni
membiakkan dan berwarna kemerah
bakteri Escerichia merahan
coli
LB sebagai media dlam Media LB berwarna
Uji kualitas air. kekuningan seperti air keruh
B. Pembahasan

Media yang di gunakan sebagai media pertumbuhan bakteri adalah NA,BGLB,


PDA, LB, dan EMBA. Langkah kerja Pada pembuatan media adalah pertama timbang
bahan NA sebanyak 0, 6 gram, kemudian masukkan dalam Erlenmeyer. Tambahkan
aquades sebanyak 30 mL, PDA 30 ml =1,1 gram, LB 200 ml=2,6 gram, BGLB 200
ml=8gram, dan EMBA 30 ml=1,1 gram. lalu masukkan Stirrer Bar, tutup Erlenmeyer
menggunakan aluminium foil. Kemudian panaskan menggunakan hot plate diikuti
pengadukan dengan menggunakan stirrer bar, tujuan dari pengadukan ini adalah untuk
menghomogenkan Media dan aquades. Waktu yang diperlukan untuk sterilisasi tergantung
pada sifat bahan yang akan disterilkan, tipe wadah dan volume bahan. Setelah beberapa
menit larutan akan berubah warna menjadi keruh , agak kekuningan, hijau, dan ungu, hal
ini menjadi indikasi bahwa larutan telah homogen. Kemudian masukkan dalam autoclave
dengan mulut Erlenmeyer ditutup plastic dan dilapisi aluminium foil untuk meminimalisir
kontaminasi. Tunggu sampai proses sterilisasi selesai.
Peran utama nutrient untuk mikroorganisme adalah sebagai sumber energy, bahan
pembangun sel dan sebagai aseptor electron dalam reaksi bioenergik (reaksi yang
menghasilkan energy). Oleh karenanya, bahan makanan yang diperlukan terdiri dari air,
sumber energy, sumber karbon, sumber aseptor electron, sumber mineral, factor
pertumbuhan dan nitrogen. Sterilisasi adalah proses yang secara efektif membunuuh atau
menghilangkan mikroorganisme yang dapat berpindah (seperti jamur, bakteri, virus) dari
permukaan peralatan (Rakhmatullah dkk, 2007).
Mikroorganisme dapat dikendalikan yaitu dihambat atau dimatikan dengan menggunakan
berbagai proses. Metode sterilisasi dapat dibagi menjadi dua kelompok umum yaitu fisik
dan kimia meskipun sterilisasi dapat dicapai dengan bahan kimia tertentu, umumnya
metode fisik lebih handal. Salah satu metode paling efektif untuk mematikan
mikroorganisme menggunakan suhu tinggi (U. Brawijaya, 2012)
Autoclave adalah alat yang digunakan untuk sterilisasi. Alat sterilisasi ini
merupakan alat pemanas tertutup yang digunakan untuk mensterilkan suatu benda dengan
menggunakan uap pada suhu dan tekanan tinggi (121˚C, 15 lbs) selama kurang lebih 15
menit. Sterilisasi yang digunakan dalam percobaan ini adalah secara fisika yaitu
menggunakan panas, dimana panas yang digunakan adalah bersama uap air yang biasanya
disebut sterilisasi basah (Sterilisasi panas lembab) . Sterilisasi basah atau panas lembab
dilakukan menggunakan autoklaf. Sterilisator tersebut menggunakan uap air jenuh
bertekanan 15 bin selama 15 menit pada suhu 121°C. Autoklaf digunakan untuk
mensterilkan bahan-bahan yang dapat ditembus oleh kelembaban diantaranya ialah media
biakan, larutan, kupas, sumbat karet, dan perlatan laboratorium. Bagi media tertentu yang
terurai bila dipanaskan pada suhu 121"C, sterilisasi dengan autoklaf dilakukan pada suhu
dan tekanan yang lebih rendah. Panas lembab sangat efektif meskipun pada suhu yang
tidak begitu tinggi, karena mampu mendenaturasikan atau mengkoagulasikan protein pada
organisme hidup sehingga organisme tersebut dapat mati. Selain itu uap lembab dapat
mengkougulasikan protoplasma bakteri (protein dan enzim) pada suhu sedang. Penetrasi
uap dan pemanasan bahan sampai mencapai suhu sterilisasi memerlukan waktu setelah 11-
12 menit pada suhu sterilisasi baru tercapai (121" untuk panas lembab) endospora bakteri
termofil mati. Ketika suhu sterilisasi tercapai, tidak semua endospora bakteri mati. Faktor-
faktor yang mempengaruhi proses sterilisasi antara lain kekentalan larutan, ukuran wadah
yang dipakai, volume cairan, dan kepadatan muatan (Lestari Budi Purwaning dan Hartati
Wahyu Triasih : 2017).
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sterilisasi merupakan proses untuk mematikan semua
mikroorganisme yang hidup. Cara kerja sterilisasi ialah cara kerja agar
terhindar dari kontaminasi, cara steril ini digunakan pada pembuatan
media, dan pembuatan preparat. Sterilisasi dapat dilakukan dengan
secara fisika, kimia, radiasi, dan filter. Medium merupakan substansi
yang terdiri atas campuran zat – zat makanan (nutrient) yang
dipergunakan untuk pemeliharaan dan pertumbuhan mikroorganisme.

B. Saran
Sebaiknya pada saat praktikum sudah bisa menguasai teknik –
teknik atau cara kerja dari praktikum yang akan dilaksanakan sehingga
tidak akan terjadi kekeliruan yang bisa menghambat jalannya
praktikum.
DAFTAR PUSTAKA

U, Brawijaya. 2012. Instruksi Kerja Pemakaian Autoclave Laboratorium


Mikrobiologi dan Imunologi Instruksi Kerja Pemakaian Autoclave Program
Kedokteran Hewan, Jurnal kesehatan, Vol 3, pp, 1-3.

Adji, Dhirgo dkk. 2007. Perbandingan Efektifitas sterilisasi Alkohol 70%


Inframerah, otoklaf Dan Ozon Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus
Subtilis. Jurnal Saintvet. Vol 25. No 1. Yogyakarta. Diakses pada
tanggal 13 Mei 2017 pukul 08.55 WIB

Darwis, Darmawan dkk. 2009. Penentuan Dosis Sterilisasi Membran Selulosa


Mikroba Dengan Iradiasi Bekas Elektron Berdasarkan ISO 11137. Jurnal
Ilmiah Aplikasi Isotop Dan Radiasi. ISSN 1907-0322. Vol 5. No 2.
Jakarta. Diakses pada tanggal 13 Mei 2017 pukul 08.47 WIB

Dwidjoseputro, D. 1994. Dasar – Dasar Mikrobiologi. Djambatan: Jakarta.

Hadioetomo, R. 1993. Teknik dan Prosedur Dasar Laboratorium Mikrobiologi.


Gramedia: Jakarta.

Iriatmanto. 2000. Petunjuk Praktikum Semester III. Yogyakarta: EGC.

Pelezar, Micheal. 1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi Cetakan Pertama. Jakarta:


Universitas Indonesia (UI-Press).

Raudah, dkk,. 2017. Efektivitas Sterilisasi Metode Panas Kering Pada Alat Medis
Ruang Perawatan Luka Rumah Sakit Dr. H soemamo sosroatmodjo Kuda
Kapuas. Banjar Baru: Jurnal Kesehatan Lingkungan. Vol 14. No.1:425-
430.

Sudarmadji, Slamet dkk. 2007. Prosedur Analisis Untuk Bahan Makanan Dan
Penelitian Edisi Ke Enam. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta

Suriawiria, Unus. 2005. Pengantar Mikrobiologi Umum. Bandung: Angkasa.


LAMPIRAN

Media Pda Media NA

Emba LB Autoclaf

Anda mungkin juga menyukai