Anda di halaman 1dari 11

PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

“PENGAMATAN MIKROORGANISME PADA BAHAN MAKANAN”

Nama : Sekar Ayu Dwi Deewanti


NIM : A1C419094
Kelas : Reguler A 2019
Ruangan : R-001

Dosen Pengampu :
1. Dra. Harlis, M. Si.
2. Retni Sulistiyoning B, S. Pd., M. Si.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2021
I. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu agar mahasiswa dapat
mendeskripsikan struktur morfologi dari mikroorganisme yang terdapat pada
bahan makanan.
II. Landasan Teori
A. Pengertian Fungi
Fungi adalah mkroorganisme tidak berklorofil, berbentuk hifa
atau sel tunggal, eukariotik, berdinding sel dari kitin atau selulosa,
bereproduksi seksual dan aseksual. Dalam dunia kehidupan fungi
merupakan Kingdom tersendiri, karena cara mendapatkan makanannya
berbeda dari organisme eukariotik lainnya, yaitu melalui absorpsi.
Sebagian besar tubuh fungi terdiri atas benang-benang yang disebut hifa,
yang saling berhubungan menjalin semacam jala, yaitu miselium.
Miselium dapat dibedakan atas miselium vegetative yang berfungsi
menyerap nutrient dari lingkungan, dan miselium fertile yang berfungsi
dalam reproduksi.fungi ada yang menguntungkan ada pula yang
merugikan. Fungi berperan penting dalam kehidupan sehari-hari karena
mampu mendaur ulang unsur-unsur di alam yang diperlukan makhluk
hidup lainnya (Gandjar, 2010:2).
Kelompok fungi dapat dimanfaatkan untuk proses pengolahan
makanan, seperti pada pembuatan tempe yang menggunakan Rhizopus
oligosporus. Tetapi ada juga kelompok fungi yang merugikan dibidang
pangan (Faridah dan Sari, 2019: 35).
B. Klasifikasi Jamur
Menurut Sastrahidayat (2011:1) Jamur dalam beberapa pustaka masih
dimasukkan dalam dunia tumbuh-tumbuhan, yakni Thallophyta, akan
tetapi tidak mempunyai klorofil sehingga untuk hidupnya memerlukan
sumber bahan organic. Perkembangan belakangan ini diberi kerajaan
sendiri jadi dipisahkan dari dunia tumbuhan dengan nama Myceteae.
Klasifikasi fungi yaitu Zygomycota, Ascomycota, Basidiomycota dan
Deuteromycota diberikan ciri khas yang mewakili misalkan Zygomycota
ditunjukkan zygospora.

C. Macam-macam Bentuk Bakteri


Menurut Subardi, dkk (2009:23) Bakteri merupakan organisme bersel
tunggal yang dapat hidup bebas di lingkungan seperti di tanah, air dan
sisa-sisa makhluk hidup serta di dalam tubuh manusia maupun hewan.
Bakteri berukuran sangat kecil yaitu berkisar antara 0,2- 1 µm sehingga
hanya dapat dilihat di bawah mikroskop. Bentuk bakteri dapat beragam
dan bentuk tubuh yang beragam ini dapat dijadikan dasar klasifikasi dari
bakteri. Bakteri memiliki bentuk yang beraneka ragam. Berdasarkan
bentuknya bakteri dibagi menjadi tiga yaitu bacillus (basil), coccus
(kokus) dan spirillum (spiral).

III. Metode Kerja


III.1 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:
- Mikroskop cahaya
- Kaca objek dan penutup
- Pipet dan botol semprot
- Jarum inokulasi/ose
- Cawan petri
- Alkohol dan kertas tissue
- Ragi, jamur tempe, tongkol jagung, roti, batok kelapa.
- Alkohol
- Air suling
III.2 Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja yang harus dilakukan dalam praktikum ini yaitu :
1. Pengamatan Preparat Segar Jamur
Jamur

Di bersihkan kaca objek dengan alkohol dan kertas tissue

Di teteskan 1-2 tetes air destilasi ke atas kaca objek,


secara aseptik ambil sebagian misellium dari sample.
Lakukan masing-masing pada kaca objek yang berbeda
Di cerai-beraikan misellium yang terambil dengan jarum
inokulasi

Di tutup dengan kaca penutup


Di teteskan dengan 1-2 lactophenol cotton blue
Di lakukan pengamatan di bawah mikroskop mulai
pembesaran kecil sampai ke pembesaran besar

Di catat dan gambarkan hasil pengamatan

Hasil

2. Pengamatan Preparat Segar Ragi

Ragi

Di bersihkan kaca objek dengan alkohol dan kertas tissue

Di teteskan 1-2 tetes air destilasi ke atas kaca objek

Di ambil sedikit ragi yang sudah dihaluskan (cerai


beraikan) secara aseptik
Di amati di bawah mikroskop

Di tutup apusan tersebut dengan kaca penutup

Di catat dan gambarkan hasil pengamatan (bandingkan


dengan yang diberi warna)
Hasil
IV. Hasil dan Pembahasan
IV.1 Hasil
Adapun hasil yang didapat dalam praktikum ini yaitu termuat dalam
tabel berikut:
No Gambar Keterangan
1. Mikroba pada tempe  jamur tempe Rhizopus sp.
 hifa/stolon,
 sporangiofor dan rizoid
 Sporangium dan spora

Virgianti,(2015:166)
2. Mikroba Pada Ragi Tape  Jamur : Saccharomyces
cerevisiae

Humairoh,(2017:119)

3. Mikroba pada bonggol  Jamur Neurospora crassa, tumbuh


jagung subur pada tongkol jagung
 Pertumbuhan spora aseksual haploid
(konidia) menghasilkan suatu
benang yang bercabang-cabang
(hifa)

Asri, ddk, (2009:27)


4. Mikroba pada roti  Jamur Aspergillus sp
 Terdapat konidia, konidiofor, vesikel
dan fialid

Mizana, dkk (2016:357).


IV.2 Pembahasan
Mikroorganisme yang terdapat pada bahan makanan ada yang
menguntungkan dan juga ada yang merugikan bagi bahan pangan
tertentu, misalnya saja pada proses pembuatan tempe, memerlukan
mikroorganisme dalam prosesnya, hal ini memperlihatkan kegunaan
mikroorganisme untuk proses pembuatan bahan pangan. Pertumbuhan
mikroba dalam bahan pangan dapat menyebabkan perubahan yang
menguntungkan seperti perbaikan bahan dalam pangan secara gizi, daya
cerna ataupun daya simpannya.Selain itu, pertumbuhan mikroorganisme
dalam bahan pangan juga dapat mengakibabtkan perubahan fisik atau
kimia yang tidak di inginkan, sehingga bahan pangan tersebut tidak layak
dikonsumsi.Kejadian ini biasanya terjadi pada pembusukan bahan
pangan. Bahan pangan dapat bertindak sebagai perantara atau subtrat
untuk perubahan mikroorganisme patogenik dan organisme lain
penyebab penyakit. Oleh karena itu perlunya mengetahui sifat-sifat
mikroorganisme perusak pada makanan.
Berdasarkan dari hasil yang diperoleh, dapat dilihat terdapat
mikroba pada tempe sebagai bahan pangan. Pada pengamatan tempe
terdapat jamur tempe yaitu Rhizopus oligosporus adalah kelompok jamur
yang paling berperan dalam pembuatan tempe adalah genus Rhizopus.
Jamur Rhizopus sp telah diketahui sejak lama sebagai jamur yang
memegang peranan utama pada proses fermentasi kedelai menjadi
tempe. Rhizopus oligosporus pada tempe berperan sebagai pengepak
butiran kacang kedelai menjadi bentuk padat dengan anyaman miselium.
Selain itu peranan penting dalam proses enzimatik yang berfungsi dalam
mengubah senyawa kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana
sehingga mudah diserap oleh tubuh, yaitu mengandung semua asam
amino esensial, kalsium, asam lemak, vitamin, isoflavon, serta
menurunkan kandungan zat anti gizi asam fitat.
Berdasarkan dari literatur yang telah dibaca, yaitu menurut
Virgianti, (2015:166) jamur tempe Rhizopus sp memiliki ciri-ciri koloni
dengan miselium putih keabuan dan spora abu kehitaman, serta
mempunyai hifa halus dengan sporangiosfor yang tidak terlalu panjang
dan sporangium berbentuk bulat (globossa) maka sesuai dengan ciri-ciri
Rhizopus oligosporus namun harus dipastikan dengan penelitian lebih
lanjut. Rhizopus sp dapat menghasilkan senyawa bioaktif yang bersifat
antibakteri terhadap beberapa bakteri gram positif.
Pada pengamatan bahan pangan selanjutnya, yaitu tape, terdapat
mikroorganisme yang berperan yaitu jamur Saccharomyces cerevisiae
atau yang dikenal dengan khamir adalah yeast sel tunggal eukaryotic
berbentuk bulat atau oval. S. cerevisiae membentuk filamen sebagai
respon dari kondisi lingkungan, bersifat fakultatif anaerob dan hidup
pada daerah yang mengandung gula. S. cerevisiae memiliki spora yang
dibentuk didalam askus disebut askospora. Perbanyakan sel dengan cara
pertunasan, sel yang muda lebih kecil dibanding sel induk. Hal ini
sejalan dengan pendapat Febriyanti (2016:46) yang menjelaskan bahwa
Pada pengamatan mikroskopik sel khamir mempunyai struktur yang
terdiri atas sel induk, budding sel dan sel anak. Pertumbuhan khamir
komersial (S.cerevisiae) pada media menunjukkan bentuk koloni bulat,
permukaan licin, timbul dan memiliki warna putih kekuningan.
Karakteristik S. cerevisiae apabila digunakan dalam fermentasi yaitu
sebagai berikut: Mampu tumbuh dengan cepat pada suatu substrat,
mudah dibiakkan dalam jumlah besar dan mampu disimpan untuk jangka
waktu yang lama. Kondisi lingkungan yang diperlukan bagi
pertumbuhan dan produksi maksimumsecara komparatif sederhana.
Stabil, dapat menghasilkan produk yang diinginkan dalam jangka waktu
yang pendek tanpa menghasilkan produk sampingan yang bersifat racun.
Produk yang diinginkan dapat dengan mudah dipisahkan dari senyawa
atau bahan-bahan lainnya.
Selanjutnya, pengamatan ketiga yaitu mikroba yang terdapat pada
bongol jagung. Pada bongkol jagung ditemukan mikroorganisme berupa
jamur atau fungi dengan nama Neurospora crassa. Adapun ciri ciri dari
Neurospora crassa Terlihat jamur ini memiliki konidia, berbentuk bulat
dan tersusun memanjang. Pertumbuhan jamur ini yang sangat pesat,
warna jingganya yang khas, serta bentuk spora (konidia) yang berbentuk
seperti tepung.
Peran Neurospora crassa adalah mengeluarkan enzim amilase,
lipase, protease yg aktif selama pada proses fermentasi.enzim enzim
tersebut memegang peranan penting dalam penguraiarn pati menjadi
gula, penguraian bahan bahan dinding sel kacang, penguraian lemak
,serta pembentukan sedikit alkohol dan berbagai ester yg memunculkan
aroma sedap dan harum.
Lalu pengamatan keempat yaitu mikroba pada roti, Salah satu
mikroorganisme yang sering dijumpai pada roti adalah Aspergillus sp.
yang memiliki ciri ciri yang dapat dilihat pada gambar pengamatan yaitu
memiliki bagian tubuh hifa bersepta, koloni tampak, konidiofornya tegak
dan tidak bersepta, ujung konidiofor membengkak membentuk vesikel.
Permukaan vesikel ditutupi fialid yang biasanya sederhana dan berwarna
atau tidak berwarna. Fialid menghasilkan konidia yang membentuk
rantai berwarna hijau, coklat, atau hitam. Berdasarkan literatur yang
dibaca, yaitu menurut Mizana (2016:356) Peranan Jamur Aspergillus sp.
adalah Fungi ini biasa digunakan untuk mengempukkan adonan roti, dan
fungi tersebut dapat menghasilkan enzim protease. Selain itu Aspergillus
sp. dapat menghasilkan beberapa mikotoksin. Salah satunya adalah
aflatoksin yang paling sering dijumpai pada hasil panen pertanian serta
bahan makanan pokok di banyak negara berkembang sehingga
mengancam keamanan pangan. Aflatoksin adalah jenis toksin yang
bersifat karsinogenik dan hepatotoksik.

V. Penutup
V.1Kesimpulan
Berdasarkan dari praktikum yang telah dilakukan dan hasil yang telah
dibahas sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa Bahan makanan
pada pengamatan yang digunakan adalah tempe yang terdapat
mikroorganisme Rhizopus oligosporus, pada tape dengan mikroba
Saccharomyces cerevisia, pada bongkol jagung dengan mikroba
Neurospora crassa, dan pada roti dengan mikroba Aspergillus sp.
dimana masing masing mikroba ini termasuk kedalam jamur, atau fungi
yang memiliki ciri atau karakteristik yang berbeda antara satu sama
lainnya.
V.2Saran
Adapun saran yang bisa diberikan dalam proses praktikum ini
yaitu, diharapkan, praktikan bisa mempelajari dahulu, materi praktikum
sebelum pelaksanaan sehingga hasil praktikum nantinya lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Asri W., Heni M., Fatwa I. W., Noorcahya E. S.,dan Wasilah. 2009. PEMANFAATAN
JAMUR NEUROSPORA CRASSA DALAM PEMBUATAN RANGEN
KUKUSGUNA PENINGKATAN GIZI DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT.
Jurnal PELITA. 4(1): 25-35
Faridah, H,D., dan Sari, S.K. 2019. PEMANFAATAN MIKROORGANISME DALAM
PENGEMBANGAN MAKANAN HALAL BERBASIS BIOTEKNOLOGI. Journal of
Halal Product and Research. 2(1): 33-43
Febriyanti, A. E., Sari, C. N., & Adlsyahputra. 2016. “Efektivitas Media Pertumbuhan Khamir
Komersial (Saccharomyces cerevidiae) untuk Fermentasi Bioetanol dari Eceng Gondok
(Eichhornia crassipes)”. Jurnal Bioma. Vol. 2, No. 2. Hal : 43-48
Gandjar, 2010. Pengenalan Kpang Tropik Umum. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.
Humairoh, D. 2017. ‘’ IDENTIFIKASI KAPANG PADA KECAP KEDELAI MANIS
PRODUKSI LOKAL KEDIRI DENGAN M.ETODE PENGENCERAN’’. Jurnal Sains
dan Teknologi. 6(1): 11-20.
Mizanal,dkk. 2016. Identifikasi Pertumbuhan Jamur Aspergillus Sp pada Roti Tawar yang
Dijual di Kota Padang Berdasarkan Suhu dan Lama Penyimpanan. Jurnal Kesehatan
Andalas. 5(2): 355-360.
Sastrahidayat, I.R. 2011. MIKOLOGI. Malang: UB Press
Subardi., Nuryani., Pramono. S. 2009. Biologi 1. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional.
Virgianti, D.P. 2015. ‘’Uji Antagonis Jamur Tempe (Rhizopus Sp) terhadap Bakteri Patogen
Enterik’’. Jurnal Biosfera. 32 (3): 162-168.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai