Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

STERILISASI

Nama : Made Cahyadewi Saka Putri


NIM : 2005561008
Kelas :1
Sesi/ Kelompok : A/4
Tanggal : 16 April 2021
Asisten Dosen : I Komang Adi Widyastama

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2021
I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Dalam mikrobiologi terdapat beberapa hal penting yang dipelajari, seperti cara
mematikan dan menghambat pertumbuhan mirkoorganisme. Setiap jenis mikroorganisme
memiliki cara yang berbeda-beda untuk mematikannya. Hal ini dapat disebabkan oleh
kondisi dan lingkungan tempat mikroorganisme tersebut tumbuh yang berbeda-beda
misalnya dalam darah, makanan, air, sampah, roil, dan tanah. Salah satu cara mematikan
dan menghambat pertumbuhan mikroorganisme dikenal dengan istilah sterilisasi.
Sterilisasi dalam mikrobiologi adalah suatu proses untuk mematikan semua
organisme yang terdapat pada atau di dalam suatu benda (Hadioetomo, 1990). Seluruh
bahan atau peralatan yang akan digunakan dalam bidang mikrobiologi tentu harus dalam
keadaan steril. Di mana dalam artian tidak terdapatnya mikroorganisme yang tumbuh dan
tidak diinginkan dalam bahan atau peralatan yang digunakan. Jika bagian ini dilewati,
maka akan mengganggu juga merusak media yang digunakan dan mengganggu jalannya
proses praktikum.
Secara garis besar, sterilisasi dapat dilakukan dengan tiga cara diantaranya
adalah sterilisasi secara fisik, sterilisari kimia, dan sterilisasi mekanik. Perbedaan ketiga
cara sterilisasi ini terdapat pada alat dan bahan yang akan digunakan dalam proses
tersebut. Mikroorganisme memiliki karakteristik dan ciri-ciri yang beragam dalam
persyaratan pertumbuhan mikroorganisme. Hal inilah yang menyebabkan bermacam-
macamnya media pendorong pertumbuhan mikroorganisme dan memerlukan keahlian
khusus dalam proses mematikan serta menghambat proses pertumbuhannya. Teknik
aseptis dibutuhkan untuk mencegah ataupun mengurangi kontaminasi yang tidak
diinginkan (Anita dkk, 2014).

I.2 Tujuan
Praktikum Pemeriksaan Kualitas Air Minum bertujuan untuk:
1. Mengetahui macam-macam metode atau cara-cara yang dapat digunakan dalam
proses sterilisasi.
2. Membandingkan cara manakah yang paling efektif digunakan dalam proses sterilisasi
dengan melihat hasil akhir mikroorganisme yang terlihat.
II. MATERI DAN METODE

Dalam praktikum ini, materi atau sampel yang digunakan adalah ibu jari tangan.
Pada sterilisasi ini, yang menjadi variabel kontrol adalah ibu jari yang belum dicuci,
sedangkan ibu jari yang telah dicuci (menggunakan hand sanitizer) berperan menjadi
variabel yang sudah mendapat perlakuan. Kemudian, ibu jari yang belum mendapat
perlakuan (kontrol) dan yang sudah mendapat perlakuan ditempelkan ke cawan petri
Natrium Agar (NA). Di mana cawan petri sebelumnya telah diberi garis pembatas dan
untuk membedakan bagian kontrol dan perlakuan diberikan label pada sisi kiri dan kanan
cawan petri tersebut. Seluruh proses praktikum ini dilakukan di dekat api Bunsen dengan
tujuan mencegah kontaminasi mikroorganisme lainnya oleh udara. Kemudian, setelah ibu
jari ditempelkan, cawan petri diinkubasi selama satu hari (24 jam) dalam suhu 28-30oC.
Hasil inkubasi dari cawan petri tersebut menjadi hasil pengamatan pada praktikum
sterilisasi ini.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III.1 Hasil
(Terlampir).

III.2 Pembahasan
Metode sterilisasi yang pertama digunakan adalah dengan menggunakan sabun
cuci tangan. Menurut hasil pengamatan yang didapat, menunjukkan mikroorganisme
berkurang setelah medapatkan perlakuan dibandingkan saat kontrol. Cuci tangan pakai
sabun yang dipraktikkan secara tepat dan benar merupakan cara termudah dan efektif
untuk mencegah berjangkitnya penyakit seperti diare, kolera, ISPA, cacingan, flu,
Hepatitis A, dan bahkan flu burung (Kemenkes, 2014). Hal ini disebabkan karena sabun
cuci tangan mengandung antiseptikum yang dapat berperan sebagai penghambat
pertumbuhan mikroorganisme.
Metode sterilisasi yang kedua merupakan pembersih lantai (wipol). Pada
metode ini, dilakukan 3 kali perlakuan yang berbeda, 2 menit, 3 menit, dan 5 menit. Dari
pengamatan yang didapat, semakin lama sampel direndam oleh cairan ini, semakin sedikit
pula jumlah bakteri yang dihasilkan. Hal ini terjadi karena pembersih lantai tersebut
mengandung benzalkonium klorida dan pine oil yang dapat membunuh mikroorganisme.
Mikroorganisme tersebut antara lain adalah Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa,
Enterobacter cloacae, Salmonella sp. dan lain-lain (Rasmika Dewi Dap dkk., 2008).
Metode sterilisasi selanjutnya adalah dengan alcohol. Pada pengamatan ini,
dilakukan perlakuan terhadap 40%, 70%, dan 95% alcohol. Hasil yang paling sedikit
terlihat tumbuhnya mikroorganisme adalah pada 40% alcohol. Hal ini terjadi
kemungkinan karena pada kadar 70% telah terkontaminasi mikroorganisme karena
alkohol akan bekerja maksimal pada konsentrasi 60-80%. Konsentrasi terbaik alkohol
sebagai antiseptik adalah 60-80% (Fajar Ardi Desiyanto dkk, 2013).
Metode sterilisasi keempat, yaitu dengan menggunakan hand sanitizer.
Menurut hasil pengamatan pada bagian yang sudah mendapatkan perlakuan menunjukkan
berkurangnya mikroorganisme yang terlihat pada cawan petri. Menurut Food and Drug
Administration (FDA), hand sanitizer dapat menghilangkan bakteri kurang dari 30 detik.
Alkohol yang terkandung pada hand sanitizer memiliki kemampuan aktivitas bakteriosida
yang baik terhadap bakteri Gram Positif dan Gram Negatif. Selain itu, hand anitizer juga
mengandung bahan Antibakterial seperti antimikroba yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri pada tangan (Suryani M.F. Situmeang dkk, 2019).
Metode sterilisasi kelima adalah metode dengan swab tubuh. Pada metode ini
dilakukan 3 perlakuan, yaitu di belakang telinga, pipi, dan di lipatan siku. Dari hasil
pengamatan, bagian yang menunjukkan tumbuhnya mikroorganisme paling banyak
adalah pada bagian lipatan siku dibandingkan pada bagian pipi dan juga belakang telinga.
Hal ini menunjukkan lebih banyaknya mikroorganisme yang tumbuh pada pagian lipatan
siku yang kemungkinan disebabkan oleh keringat yang dihasilkan saat beraktivitas.
Lipatan siku lebih sering terkontaminasi oleh mikroorganisme karena banyak kegiatan
yang dilakukan oleh tangan atau sekitarnya.
Metode sterilisasi terakhir adalah metode sterilisasi dengan sinar UV. Metode
menggunakan sinar UV termasuk ke dalam sterilisasi secara fisik. Pada metode ini
diberikan perlakuan sebanyak 2 kali, yaitu selama 5 menit dan selama 10 menit. Hasil
yang didapatkan adalah mikroorganisme lebih sedikit pada sampel yang berada pada sinar
UV saat selang waktu 10 menit. Oleh karena itu, ini membuktikan bahwa semakin lama
sebuah sampel terkena sinar UV, maka semakin sedikit jumlah bakteri yang tumbuh.
Semakin lama waktu yang digunakan untuk sterilisasi, maka jumlah koloni bakteri
cenderung semakin berkurang (Indah Sari Sitorus, 2020).
IV. KESIMPULAN

Menurut hasil pengamatan ini, dapat disimpulkan bahwa:

1. Terdapat berbagai macam metode yang dapat digunakan dalam proses sterilisasi.
Metode-metode tersebut diantaranya adalah metode dengan sabun cuci tangan,
metode dengan pembersih lantai (wipol), metode dengan alcohol, metode dengan
hand sanitizer, metode dengan swab tubuh, dan metode dengan sinar UV.
2. Dari keenam metode yang dilakukan, metode yang paling efektif atau yang paling
mampu membunuh mikroorganisme setelah diinkubasi selama 24 jam adalah metode
dengan sabun cuci tangan. Penggunaan wipol dan sinar UV juga dapat dikatakan
efektif, akan tetapi diperlukan selang waktu yang lebih lama pada perlakuan untuk
mematikan dan menghambat pertumbuhan mikroorganisme.

V. DAFTAR PUSTAKA

Yudianti, I., Suprapti, S., & Hupitoyo, H. (2015). Perbandingan Efektifitas Sterilisasi
Panas Kering dan Desinfeksi Tingkat Tinggi Teknik Rebus terhadap Pertumbuhan
Escherichia Coli. Jurnal Pendidikan dan Pelayanan Kebidanan Indonesia, 2(1), 53-
59.
SUPRIYANTO, A., Suharti, P., & Daesusi, I. R. (2016). Analisis Kandungan Bakteri
Koliform antara Metode Sterilisasi Ultraviolet (Uv) dan Ozon pada Depot Air
Minum (Dam) di Kecamatan Rungkut Surabaya Sebagai Implementasi Bahan Ajar
Mata Kuliah Mikrobiologi (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah
Surabaya).
Desiyanto, F. A., & Djannah, S. N. (2013). Efektivitas Mencuci Tangan Menggunakan
Cairan Pembersih Tangan Antiseptik (Hand Sanitizer) terhadap Jumlah Angka
Kuman. Kes Mas: Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad
Daulan, 7(2), 24934.
Norfai, N., & Abdullah, A. Efektifitas Penggunaan Sabun Dalam Mencuci Tangan
terhadap Jumlah Kuman. Jurnal Publikasi Kesehatan Masyarakat Indonesia, 5(2),
65-70.
Apita Ariyani, P., & Darmayani, S. (2017). Perbandingan Jumlah Angka Bakteri Antara
Mencuci Tangan Menggunakan Sabun dengan Hand Sanitizer pada Mahasiswa
Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Kendari (Doctoral dissertation,
Poltekkes Kemenkes Kendari).
Marhamah, M., Ujiani, S., & Tuntun, M. (2019). Kemampuan Sabun Antiseptik Cair
yang Mengandung Triclosan yang Terdaftar di BPOM dalam Menghambat
Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli. Jurnal Kesehatan, 10(1), 17-24.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2014). “Perilaku Mencuci Tangan Pakai
Sabun di Indonesia”. Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI.
Chidimma, E., Tochukwu, A., & Emmanuel, O. E. (2018). The Assessment of Hand
Hygeine Practice Amongst Healthcare Workers in Aba South LGA Abia State. Abia
State University Medical Students' Association Journal, 11(1).
Boardman, E. A., Huang, L. S. W., Robson-Hemmings, J. J., Smeeton, T. M., Hooper, S.
E., & Heffernan, J. (2012). Deep Ultraviolet (UVC) Laser for Sterilisation and
Fluorescence Applications. Sharp technical report, 31.
Pickering, A. J., Davis, J., & Boehm, A. B. (2011). Efficacy of Alcohol-Based Hand
Sanitizer on Hands Soiled With Dirt and Cooking Oil. Journal of water and
health, 9(3), 429-433.
Sattar, S. (2011). Cleaning, disinfection, and sterilisation. IFIC Basic Concepts of
Infection Control, 167.
Legowo, L. V. (2012). Koefisien Fenol Beberapa Pembersih Lantai terhadap
Staphylococcus aureaus dan Escherichia coli (Doctoral dissertation, Universitas
Kristen Maranatha).
Kartika, D., & Rahmawati, D. W. R. Studi Analisis Perilaku Mencuci Tangan terhadap
Kepadatan Koloni Bakteri Sebelum dan Setelah Mencuci Tangan pada
Mahasiswa. Protobiont, 6(2).
Sitorus, I. S. (2020). Efektivitas Sterilisasi Sinar Ultraviolet terhadap Kontaminasi Bakteri
pada Braket Metal (In Vitro).
1

3
2

4
LAMPIRAN

Gambar 1. Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum sterilisasi.

Gambar 2. Cawan Petri yang telah diberi label dan sebelum diberikan perlakuan (kontrol).

6
5
Gambar 3. Cawan Petri setelah diberikan perlakuan dan diinkubasi selama 24 jam dengan
suhu 28-30oC.

Keterangan:
1. Cawan petri.
2. Api Bunsen.
3. Hand sanitizer.
4. Pinset.
5. Koloni mikroorganisme pada sampel sebelum diberi hand sanitizer.
6. Koloni mikroorganisme pada sampel setelah diberi hand sanitizer.

Anda mungkin juga menyukai