Anda di halaman 1dari 258

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Maksud dan Tujuan Praktikum
1.1.1. Maksud Praktikum
Dilakukan dengan maksud agar praktikan dapat mengetahui dan memahami
cara pembersihan, penyiapan, penggunaan alat dan sterilisasi pada praktikum
mikrobiologi.
1.1.2. Tujuan Praktikum
a.
Untuk mengetahui penggunaan, pembersihan, dan penyiapan alat-alat yang
b.
c.

terdapat pada laboratorium mikrobiologi


Untuk mengetahui berbagai cara sterilisasi pada laboratorim mikrobiologi
Untuk dapat mengelompokkan alat-alat tersebut dalam kelompok alat
sterilisasi, alat perhitungan mikroorganisme, alat instrumen dan alat-alat

penunjang lainnya
1.2. Prinsip Praktikum
Praktikum ini mengenalkan berbagai macam alat-alat, cara pembersihan dan
proses sterilisasi pada laboratorium mikrobiologi. Alat-alat yang digunakan
dikelompokkan sesuai dengan pengelompokkan yaitu alat sterilisasi, alat
perhitungan mikroorganisme, alat gelas dan non gelas, alat instrumen serta alat
penunjang lainnya. Dapat mengetahui cara-cara sterilisasi dan kegunaan alat-alat
agar bebas dari kontaminasi kemudian alat-alat tersebut digambar dan diberi
keterangan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Umum
Laboratorium merupakan unit fungsional kecil pada Departemen sebagai
wadah untuk pengembangan suatu bidang ilmu dan pelaksanaan Tridarma
Perguruan Tinggi melalui pengembangan pendidikan, penelitian, dan pembinaan
atau kemampuan atau keahlian sumber daya manusia serta pemberdayaan
masyarakat. Suatu lembaga pendidikan yang berbasis sains tidak dapat maju dan
menjadi pionir dibidangnya bila mengabaikan keberadaan laboratorium di dalam
sisstem pembelajarannya. Keberadaan laboratorium kimia sangatlah penting
didalam di dalam suatu lembaga pendidikan terutama di perguruan tinggi untuk
dapat mewujudkan pengembangan dan pemanfaatan ilmu kimia secara
sinambung.
Laboratorium kimia, seperti layaknya tempat bekerja, harus dapat
memberikan kenyamanan, kesehatan, dankeamanan kepada semua orang yang
bekerja didalamnya, termasuk pengelola laboratorium itu sendiri. Untuk itu, perlu
studi kelayakan mengenai perencanaan dalam merancang laboratorium kimia
yang meliputi adanya prosedur dalam pengoperasian baku yang memperhatikan
kesehatan dan keselamatan kerja (K3) di laboratorium. Adanya ventilasi dan
perlengkapan pelindung yang berfungsi baik, penataan dan pengelolaan bahan
kimia dan peralatan laboratorium serta adanya prosedur pengolahan limbah
laboratorium ( Sugiwati, 2007).
Mikroorganisme merupakan makhluk hidup yang sangat kecil dan sangat
penting dalam memelihara keseimbangan ekologi dan ekosistem di bumi.
Beberapa mikroorganisme bersifat menguntungkan dan ada pula yang merugikan,
baik terhadap manusia maupun hewan. Sebagai contoh, mikroorganisme yang
menguntungkan dapat untuk dimanfaatkan dalam pembuatan makanan yang dapat
dikonsumsi

oleh

manusia

maupun

hewan. Akan

tetapi,

tidak

sedikit

mikroorganisme yang dapat merugikan manusia karena dapat merugikan


ataumenimbulkan penyakit yang berbahaya bagi tubuh manusia. Oleh karena itu,
penting sekali untuk mengetahui segala sesuatu mengenai mikroorganisme, baik

jenis, bentuk, sifat, peranan, maupun patogenisitas mikroorganisme untuk


menghindari infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme ataupun untuk
mengobati penyakit yang ditimbulkannya. Selain itu, pengetahuan tentang
mikroorganisme sangat bermanfaat dalam kehidupan kita sehari-hari dalam
rangka menjalani hidup yang bersih dan sehat (Radji, 2009).
Secara
menentukan

sederhana

metode-metode

yang

seringkali

digunakan

untuk

jumlah biomassa mikroorganisme tanah dapat dikelompokkan

menjadi metode-metode langsung dan tidak langsung. Metode langsung dengan


menggunakan mikroskop, diantaranya yakni pengamatan langsung tanah
pewarnaan (keadan tanah tidak terganggu) menggunakan teknik irisan tipis,
pewarnaan tanah dan pengamatan langsung bisa dengan mikroskop cahaya
maupun dengan mikroskop fluoresen, metode slide kontak, metode rasio-usapan,
Scanning Electron Microscope (SEM), dan Transmission Electron Microscope
(TEM). Adapun metode tidak langsung, diantaranya yakni metode Most Probable
Number (MPN) dan juga metode pengkayaan tanah (Djajakirana, 2003).
Mikrobiologi ialah telaah mengenai organisme hidup yang berukuran
mikroskopis. Dunia mikroorganisme terdiri dari lima kelompok organism yakni
bakteri, protozoa, virus, serta algae, dan cendawan mikroskopis. Dalam bidang
mikrobiologi mempelajari banyak segi mengenai jasad renik (juga dinamakan
microbe atau protista) dimana adanya ciri-cirinya kekerabatan antara sesamanya
seperti juga dengan kelompok organisme lainnya, pengendaliannya, dan
peranannya dalam kesehatan serta kesejahteraan. Mikroorganisme sangat erat
kaitannya dengan kehidupan, beberapa diantaranya bermanfaat dan yang lain
merugikan. Banyak diantaranya menjadi penghuni dalam tubuh manusia.
Beberapa mikroorganisme menyebabkan penyakit dan yang lain terlibat dalam
kegiatan manusia sehari-hari seperti pembuatan anggur, keju, yogurt, produksi
penisilin, serta proses-proses perlakuan yang berkaitan dengan pembuangan
limbah. Mikrobiologi merupakan ilmu yang masih muda. Dunia jasad renik
barulah ditemukan sekitar 300 tahun yang lalu, dan makna yang sesungguhnya
mengenai mikroorganisme itu barulah dipahami dan dihargai 200 tahun kemudian.
Selama 40 tahun terakhir, mikrobiologi muncul sebagai bidang biologi yang

sangat berarti. Kini mikroorganisme digunakan oleh para peneliti dalam


penelaahan hampir semua gejala biologis yang utama (Hadioetomo, 2007).
Sejak ditemukan mikroskop oleh Antony van Leeuwenhoek pada tahun 1683,
dapat diketahui ternyata kuman ada di mana-mana, di air, tanah, udara, bendabenda, bahkan di tubuh setiap orang. Keberadaan kuman-kuman yang tidak kasat
mata tersebut seringkali membuat kita tidak sadar akan bahaya yang dapat
ditimbulkan. Secara kontinyu kuman-kuman tersebut diteliti atau dipelajari di
laboratoriummikrobiologi.Salah satu cara untuk menjaga agar hasil pekerjaan di
laboratorium mikrobiologi tidak terkontaminasi, serta dapat melindungi pemeriksa
adalah dengan cara cuci tangan. Cuci tangan merupakan suatu hal yang sederhana
yang biasa kita lakukan tapi sangat besar manfaatnya. Penelitian yang dilakukan
oleh membuktikan bahwa cuci tangan dapat menurunkan jumlah kuman di tangan
hingga 58%.Secara individu cuci tangan dapat meningkatkan higienitas yang
dapat berpengaruh terhadap kesehatan tubuh (Rachmawati, 2008).
Sterilisasi atau suci hama yaitu suatu proses membunuh segala bentuk
kehidupan mikroorganisme yang ada dalam contoh, alat-alat atau lingkungan
tertentu. Dalam bidang bakteriologi, kata sterilisasi sering dipakai untuk
menggambarkan langkah yang diambil agar mencapai tujuan meniadakan atau
mebunuh semua bentuk kehidupan mikroorganisme. Teknik sterilisasi pada
dasarnya dapat ditempuh melalui dua cara yakni secara fisis dan secara kimia.
Sterilisasi merupakan proses yang menghancurkan semua bentuk kehidupan.
Suatu benda yang steril dipandang dari sudut mikrobiologi artinya bebas dari
mikroorganisme hidup (Gabriel, 1996).
Sterilisasi merupakan suatu proses untuk membebaskan suatu benda dari
semua mikroorganisme, baik bentuk vegetatif maupun bentuk spora. Fungsi
sterilisasi

di

antaranya

pada

bidang

mikrobiologi

untuk

mencegah

pencemaranorganisme luar, pada bidang bedah untuk mempertahankan keadaan


asepsis, pada pembuatan makanan dan obat-obatan untuk menjamin keamanan
terhadap pencemaran oleh mikroorganisme. Salah satu cara yang digunakan
adalah dengandesinfeksi yaitu proses mematikan semua mikroorganisme patogen
yang dapat menyebabkan infeksi. Di laboratorium mikrobiologi, sterilisasi

merupakan bagian yang sangat penting atau merupakan keharusan, baik pada alat
maupun media.
Hal ini penting karena jika alat atau media tidak steril, kita akan sulit
menentukan apakah isolat kuman berasal dari spesimen pasien yang diperiksa atau
kontaminan. Bekerja di laboratorium mikrobiologi mengandung risiko yang tidak
kecil. Setiap saat harus selalu berasumsi bahwa setiap mikroorganisme adalah
potensial patogen dan kita harus berhati-hati agar tidak terinfeksi oleh kuman
yang akan diperiksa.
Cuci tangan adalah suatu hal yang sederhana untuk menghilangkan kotoran
dan meminimalisir kuman yang ada di tangan dengan mengguyur air dan dapat
dilakukandengan

menambah

bahan

tertentu.

Penelitian

intervensi

yang

berpengaruh 150 tahun yang lalu, Semmelweis meminta dengan tegas agar para
dokter yang melakukan autopsi mencuci tangannya sebelum membantu
persalinan, sehingga mengurangi kematian bayi karenasepsis puerperal
Streptoccocus dari 22% menjadi 3%. Dengan cuci tangan diharapkan akan
mencegah penyebaran kuman patogen melalui tangan. Peran tangan sebagai
sarana transmisi kuman patogen telah disadari sejak tahun 1840-an. Dengan cuci
tangan diharapkan akan mencegah penyebaran kuman patogen melalui tangan.
Sejak itu banyak penelitian yang memastikan bahwa dokter yang membersihkan
tangannya dari kumansebelum dan sesudah memeriksa pasien dapat mengurangi
angka infeksi di rumah sakit.
Cuci tangan dapat mencegah lebih dari 1 juta kematian pertahun akibat
penyakit diare, sedangkan mencuci tangan dengan sabun dapat menurunkan diare
hingga 47%. Dengan higiene tangan (hand hygiene) yang tepat dapat mencegah
infeksi dan penyebaran resistensi anti mikroba. Higiene tangan sangat diperlukan
di bidang mikrobiologi maupun di tempat perawatan atau tempat-tempat yang
rawan terjadi penyebaran mikroorganismemelalui media tangan kita. Di rumah
sakit, hygiene tangan yang tepat dapat menurunkan atau mencegah terjadinya
infeksi nosokomial. Terdapat dua konsep dasar higiene tangan yang berbeda yaitu
mencuci tangan (hand washing) dan menggosok tangan dengan alkohol (hand
rubbing). Cuci tangan adalah mencuci tangan dengan menggunakan sabunplain

(tidak mengandung anti mikroba) atau sabun antiseptik (mengandung anti


mikroba), menggosok-gosok kedua tangan meliputi seluruh permukaan tangan
dan jari-jari selama 1 menit, mencucinya dengan air dan mengeringkannya secara
keseluruhan denganmenggunakan handuk sekali pakai. Meski sama-sama untuk
membersihkan tangan, keampuhannya membunuh bakteri berbeda-beda. Sabun
antibakteri memiliki bahan khusus yang dapat mengontrol bakteri di tangan.
Ketika mencuci tangan dengan sabun antibakteri, sejumlah kecil bahan antibakteri
turut bekerja. Triclosan ialah zat antibakteri yang paling sering ditambahkan.
Bahan inilah yang mengurangi jumlah bakteri berbahaya hingga beberapa waktu
kemudian.
Sementara itu, efek dari mencuci tangan dengan sabun biasa tidak sehebat
bila memakai sabun antibakteri. Sabun biasa memang dapat menghilangkan
bakteri tetapi cuma sebentar. Dalam waktu singkat bakteri akan berkembang lagi
di tangan. Sabun pencuci tangan harus memenuhi standar khusus. Pertama, ia
mesti efektif menyingkirkan kotoran. Kedua, ia tidak merusak kesehatan kulit
mengingat kulit yang sehat adalah bagian dari sistem kekebalan tubuh. Ketiga, ia
harus nyaman untuk dipakai. Dalam hal ini, aromanya pegang peranan. Ia
semestinya tidak menebarkan wangi yang menusuk hidung. Cara kedua untuk
menciptakan higiene tangan adalah dengan menggosok tangan menggunakan
alkohol. Berbeda dari cuci tangan, pada teknik ini tidak memerlukan penggosokan
yang amat kuat, mencuci dengan air dan juga mengeringkannya dengan
menggunakan handuk (Rachmawati, 2008)
Peralatan dan bahan untuk diproduksi biofungsida, sifatnya umum artinya
tidak memerlukan peralatan atau bahan yang sifatnya spesifik, karena tidak
memerlukan tingkat sterilisasi tinggi. Bahan yang digunakan pun mudah untuk
didapatkan di pasar bebas. Dengan demikian peralatan ataupun bahan bantu yang
diperlukan, tidak menjadi kendala untuk menginisiasi industri biopestisida baik
skala kecil dan menengah. Alat-alat laboratorium memproduksi biofungsida
dengan bahan aktif jamur atau bakteri memerlukan peralatan yang sama, yaitu
gelas tabung reaksi, tabung Erlenmeyer, gelas ukur, cawan petri, alat penggojok
(sharker), alat pencampur, pengering, bioreaktor, dan alat pemisah biomassa sel.

a. Tabung reaksi
Tabung reaksi berfungsi untuk menyimpan biakan jamur atau bakteri dan
pengenceran biakan dalam media cair. Ukuran tabung reaksi bermacam-macam,
mulai dari diameter 1 cm dan panjang 10cm sampai diameter 2,5 cm dan
panjang 25 cm. Namun, yang sering digunakan adalah tabung reaksi dengan
diameter 1,5 cm dan panjang 25 cm.
b. Cawan petri
Cawan petri berfungsi untuk menumbuhkan biakan pada media agar-agar.
Selain itu, cawan petri juga digunakan untuk peremajaan isolat jamur.
c. Tabung Erlenmeyer
Tabung Erlenmeyer digunakan untuk perbanyakan biomassa spora pada saat
peremajaan isolat bakteri atau jamur, serta pembuatan biang atau induk biakan
pada volume yang tidak terlalu besar. Ukuran tabung Erlenmeyer juga
bervariasi mulai dari volume 50 mL-10 Liter. Namun yang sering digunakan
adalah tabung yang bervolume 100 mL dan 1000 mL.
d. Gelas ukur
Gelas ukur berupa tabung berbentuk silinder yang terdapat suatu penanda
ukuran volume atau isi yang berfungsi untuk menakar dari volume bahan cair.
Ukurannya pun sangat bervariasi, mulai itu dari volume takaran 50 mL sampai
1 Liter.
e. Alat pencampur
Ukuran alat pencampur atau mixer sangat bervariasi, tergantung dari volume
bahan yang akan dicampur. Namun, yang umum yang digunakan adalah alat
pencampur dengan volume 10-100 kg, akan dapat berbentuk vertikal atau
horizontal.
f. Alat pengering
Alat ini berfungsi untuk mengeringkan produk pada suhu sekitar dari 35-60C
dan beraliran udara kering. Besar kecilnya alat pengering ini tergantung pada
kebutuhan volume bahan yang akan dikeringkan.

g. Alat penggojok
Ukuran alat penggojok bervariasi, mulai dari ukuran kecil hingga besar,
tergantung volume bahan yang akan digojok. Fungsi alat ini untuk
menumbuhkan isolat pada media cair dan memberikan kebutuhan oksigen yang
baik bagi isolate. Untuk produksi kapasitas kecil (100-300kg), biasanya
digunakan alat penggojok dengan beban 5-50 kg.
h. Bioreaktor
Fungsinya untuk perbanyakan biomassa sel, spora, konidia bakteri atau jamur
dalam kondisi yang terkendali. Bioreaktor juga bertujuan untuk keperluan
produksi dalam skala besar dan produk tidak memerlukan kondisi yang terukur
ketat (presisi). Untuk produksi biomassa jamur, dapat menggunakan boireaktor
yang sederhana, bahkan cukup dengan alat penggojok ukuran besar.
i. Alat pemisah biomassa
Alat ini berfungsi untuk memanen biomassa spora/konidia jamur atau spora
bakteri jika diberbanyak pada medium pertumbuhan cair.
(Suwahyono,2009)
j. Autoklaf
Autoklaf adalah suatu bejana yang dapat ditutup, yang diisi dengan uap panas
dengan tekanan tinggi. Suhu di dalamnya dapat mencapai 115C hingga 125C
dan tekanan uapnya mencapai 2 hingga atm. Alat tersebut merupakan ruang uap
berdinding rangkap yang diisi dengan dengan uap jernih/jenuh bebas udara dan
dipertahankan pada suhu serta tekanan yang ditentukan selama periode waktu
ysng ditentukan selama periode waktu yang dikehendaki. Waktu yang
diperlukan untuk sterilisasi tergantung pada sifat bahan yang disterilkan, tipe
wadah dan volume bahan dan kondisi yang baik digunakan untuk sterilisasi
adalah pada 15 psi dan temperatur 121C selama 15 menit. Agar penggunaan
autoklaf efektif uap air harus dapat menembus setiap alat yang disterilkan. Oleh
karena itu, autoklaf tidak boleh terlalu penuh, agar uap air yang benar-benar
menembus semua area (Adji, 2007)
Sterilisasi atau suci hama yaitu suatu proses membunuh segala bentuk
kehidupan mikroorganisme yang ada dalam sampel/contoh, alat-alat atau

lingkungan tertentu. Dalam bidang bakteriologi, kata sterilisasi sering dipakai


untuk menggambarkan langkah yang diambil agar mencapai tujuan meniadakan
atau membunuh semua bentuk kehidupan mikroorganisme. Teknik sterilisasi pada
dasarnya dapat ditempuh melalui dua cara yaitu secara fisis dan secara kimia.
1. Sterilisasi Fisis
a. Metode Radiasi
Radiasi gelombang elektromagnetik yang banyak digunakan adalah radiasi sinar
ultraviolet, radiasi sinar gamma atau sinar X dan sinar matahari. Sinar
ultraviolet yang diserap oleh sel organism yang hidup, khususnya oleh
nukleotida maka electron-elektron dari molekul sel hidp akan mendapat
tambahan energi. Tambahan energy ini kadang-kadang cukup kuat untuk
mengganggu bahkan merusak ikatan intramolekuler, yang menyebabkan
kematian pada sel.
b. Metode Pemanasan dengan uap air dan pengaruh tekanan (auto clave)
Benda yang akan disuci hamakan diletakkan di atas lempengan saringan dan
tidak langsung mengenai air di bawahnya. Pemanasan dilakukan hingga air
mendidih (diperkirakan pada suhu 100 C), pada tekanan 15 Ib temperature
mencapai 121 C.
c. Metode pemanasan secara kering
Pemanasan kering ini dipergunakan untuk mensterilkan alat-alat pipet, tabung
reaksi, jarum operasi, jarum suntik dan syringe. Untuk mencapai efektifitas
diperlukan pemanasan mencapai temperatur antara 160 C sampai 180 C.
d. Metode pemanasan secara intermittent/terputus-putus
Temperature didih 100 C selama 1 jam tidak dapat membunuh semua
mikroorganisme tetapi apabila dididihkan berulang-ulang sampai lima kali dan
setiap air mendidih istirahat berlangsung 1 menit akan sangat berhasil untuk
membunuh kuman.
e. Metode incineration(pembakaran langsung)
Alat-alat platina, khrome yang akan disteril dapat dilakukan melalui
pembakaran secara langsung pada nyala lampu bunsen hingga mencapai merah
padam.

f. Metode penyaringan (filtration)


Metode ini hanya dipakai untuk sterilisasi larutan gula, cairan lain seperti serum
atau sterilisasi hasil produksi mikroorganisme seperti enzim dan exotoxin dan
untuk memisahkan fitrable virus dari bakteri dan organisme lain.
2. Sterilisasi Kimia
Pada sterilisasi kimia lazim digunakan adalah alkohol 96%, aseton tab formalin,
sulfur dioxide dan chlorine. Bahan yang akan disuci hamakan dibersihkan terlebih
dahulu kemudian direndam dalam alkohol atau aseton atau tab formalin selama
kurang lebih 24 jam (Gabriel,1996).

10

BAB III
METODE KERJA
3.1

Alat dan Bahan

3.1.1 Alat
a.

Alat Sterilisasi

1)
2)
3)
4)
5)

Autoclave
Laminar Air Flow
Pembakan spiritus
Oven
Ozon sterilizer

b.

Alat Perhitungan Mikroorganisme

1)
2)

Colony counter
Micrometer sekrup

c.

Alat Gelas

1)
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
2)
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
j)
k)
l)
m)
n)

Alat Gelas Skala


Erlenmeyer
Gelas kimia
Gelas ukur
Labu ukur
Pipet ukur
Pipet gondok
Termometer
Alat Gelas Tidak Berskala
Batang pengaduk
Botol cokelat berpipet
Botol pengencer
Botol vial
Cawan petri
Chamber
Corong
Cover glass
Driglesky
Kaca arloji
Object glass
Pipet tetes
Tabung durham
Tabung reaksi

d.

Alat Bukan Gelas

1)
2)

Botol aquades
Botol semprot alkohol

11

3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
10)
11)
12)
13)
14)
15)
16)
17)

Cawan porselin
Mortir dan stemper
Ose bulat
Ose lurus
Paper disk
Pencadang
Penjepit tabung
Pinset
Plat tetes
Propipet
Rak tabung
Sendok tanduk
Sikat tabung
Spatula
Spoid

e.

Alat Instrumen

1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
10)
11)
12)
13)

Hot Plate
Inkubator
Mikropipet
Mikroskop cahaya
Mikroskop elektrik
Neraca Ohaus 311
Neraca Ohaus 2160
Refrigerator
Sentrifuge
Shaker
Spektrofotometer UV VIS
Timbangan analitik
Vortex

f.

Alat Bantu

1)
2)
3)
4)

Alumunium foil
Benang godam
Gunting
Kapas

3.2

Prosedur Kerja
Disiapkan semua alat-alat yang digunakan di laboratorium mikrobiologi

Diamati alat-alat tersebut

12

Dipahami bentuk, fungsi dan cara kerja alat-alat tersebut

Dikelompokkan alat-alat tersebut ke dalam kelompok alat-alat


penunjang, alat instrument, alat perhitungan mikroorganisme,
dan alat sterilisasi

Digambar alat-alat tersebut dan diberi keterangan

BAB IV
HASIL PENGAMATAN
4.1. Tabel Pengamatan
4.1.1. Alat-alat sterilisasi
No.
1.
2.
3.
4.
5.

Nama Alat
Autoclave
Laminar air flow (LAF)
Pembakar spiritus
Oven
Ozon strerilizer

Fungsi
Untuk mensterilkan alat
Untuk mengkultur bakteri secara aseptis
Untuk sterilisasi
Untuk mensterilkan alat
Untuk mensterilkan bakteri

4.1.2. Alat perhitungan koloni mikroorganisme


No.
1.
2.
3.

Nama Alat
Colony counter
Mikrometer sekrup
Spektrofotometer

4.1.3. Alat Gelas


a.
Alat gelas berskala
No. Nama alat
1.
Erlenmeyer
2.

Gelas kimia

Fungsi
Untuk menghitung koloni bakteri
Untuk mengukur dengan skala 0,01 mm
Untuk mengukur kadar absorbansi suatu
larutan

Fungsi
Untuk menghomogenkan larutan dan
pembuatan medium
Untuk mengambil dan

13

3.

Gelas ukur

4.
5.

Labu ukur
Pipet gondok

6.

Pipet volume

b.

menghomogenkan larutan
Untuk mengukur volume larutan secara
akurat
Untuk menghomogenkan larutan
Untuk mengambil larutan dengan
ukuran yang jelas dan ketelitian tinggi
Untuk mengambil larutan dalam jumlah
banyak

Alat gelas non skala

No.
1.
2.

Nama alat
Batang pengaduk
Botol coklat berpipet

3.
4.
5.

Botol pengencer
Botol vial
Cawan petri

6.

Chamber

7.

Corong

8.

Cover glass

9.
10.
11.

Drigelsky
Kaca arloji
Object glass

12.

Pipet tetes

13.

Tabung durham

14.

Tabung reaksi

Fungsi
Untuk mengaduk suatu larutan
Untuk
menyimpan
cairan
yang
dilengkapi dengan pipet tetes pada tutup
botol
Untuk mengencerkan larutan
Untuk meletakkan sampel
Sebagai tempat pembiakkan bakteri dan
jamur
Untuk menarik bahan dari bawah keatas
atau sebaliknya (pengelusi)
Untuk mengalirkan cairan yang akan
dipindahkan ke wadah lainnya
Untuk menutupi sampel pada object
glass
Untuk meratakan bakteri
Untuk meletakkan bahan semi padat
Sebagai tempat sampel untuk dilihat di
mikroskop
Untuk mengambil larutan dengan
volume kecil tanpa skala
Untuk mendeteksi adanya bakteri
koliform
Untuk mereaksikan suatu zat dan
membiakkan atau mengkultur bakteri

4.1.4. Alat non gelas


No.
1.
2.
3.
4.

Nama alat
Botol aquades
Botol semprot
Cawan porselin
Mortir dan stemper

5.

Ose bulat

Fungsi
Unttuk menyimpan aquades
Untuk menyimpan alkohol (antiseptik)
Untuk meletakkan sampel cair
Untuk
menghaluskan
dan
menghomogenkan suatu bahan
Untuk menginokulasi mikroorganisme
pada medium miring

14

6.

Ose lurus

7.
8.
9.
10.

Paper disk
Pencadang
Penjepit tabung
Pinset

11.

Plat tetes

12.

Propipet

13.

Rak tabung reaksi

14.
15.
16.
17.

Sendok tanduk
Sikat tabung
Spatula
Spoid

Untuk menginokulasi mikroorganisme


pada medium padat dan tegak
Untuk melihat zona bening
Untuk melihat zona bening
Untuk menjepit tabung reaksi
Untuk mengambil alat atau bahan
berukuran kecil
Untuk mereaksikan sampel dalam
jumlah kecil dan dapat membandingkan
perbedaan warna secara langsung
Sebagai alat pendukung pipet volume
dan pipet gondok yang dapat
mengambil,
mengurangi
dan
mengeluarkan cairan
Untuk meletakkan tabung reaksi agar
terlihat rapi
Untuk mengambil bahan
Untuk membersihkan tabung reaksi
Untuk mengambil bahan
Untuk mengambil larutan dengan jarum

4.1.5 Alat instrumen


No.
1.

Nama alat
Hot plate

2.

Inkubator

3.

Mikropipet

4.

Mikroskop cahaya

5.

Mikroskop elektrik

6.

Neraca ohaus 311

7.

Neraca ohaus 2610

8.

Refrigerator

9.
10.

Sentrifuge
Shaker

11.

Timbangan analitik

Fungsi
Untuk memanaskan
bahan atau
mencairkan medium
Untuk menyimpan mikroba dengan
suhu stabil
Untuk mengambil sampel cairan pada
skala yang telah diatur (skala mikroliter)
Untuk
melihat
benda
kecil
(mikroorganisme)
dengan
bantuan
cahaya matahari
Untuk
melihat
benda
kecil
(mikroorganisme) dengan bantuan sinar
dari lampu listrik
Untuk menimbang bahan secara manual
dengan batas 311mg
Untuk menimbang bahan secara manual
dengan batas 2610mg
Untuk meletakkan bakteri agar inaktif
dan menyimpan medium
Untuk memisahkan larutan
Sebagai tempat homogenisasi medium
atau larutan dengan waktu yang lama
Untuk menimbang bahan secara akurat

15

12.

Vortex

Untuk menghomogenkan cairan dengan


cara digoyangkan secara konstan

4.1.6 Alat Bantu


No
1.

Nama Alat
Alumunium foil

2.
3.

Benang godam
Gunting

4.

Kapas

Fungsi
Untuk menutupi wadah sampel agar
tidak terjadi penguapan
Untuk mengikatbenda yang digunakan
Untuk memotong bahan menjadi lebih
kecil
Untuk menutupi tabung reaksi atau
erlenmeyer

4.2. GambarPengamatan
4.2.1. Alat- alatsterilisasi
LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

Keterangan:
a. Katup pengeluaran uap
b. Pengukur tekanan
c. Tombol pengatur waktu
d. Tombol on/off
e. Sekrup pengaman

Nama Alat : Autoklaf

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

Keterangan:
a. Tombol on/off
b. Pengatur suhu
c. Tempat uap

16

Nama Alat: Drying oven

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

Keterangan:
a. Bagian atas (Baiakan)
b. Bagian bawah (Medium)
c. Kabel Listrik

a
b

Nama Alat : Refrigator

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

Keterangan:
a. Tombol Blower
b. Tombol Lampu neon
c. Tombol Lampu UV

17

Nama Alat: Laminar Air

c
b
a

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

Keterangan:
a. Tombol On/Off
b. Tombol setting
c. Pengatur suhu
d. Baki Oven

Nama Alat: Oven

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

Keterangan:
a. Sterilisasi dengan O2
b. Sterilisasi dengan sinar UV

18

Nama Alat: Ozon sterilizer

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

Keterangan:
a. Penutup
b. Sumbu
c. Larutan spiritus
d.Wadah (Gelas)

Nama Alat: Pembakar Spiritus

LABORATORIUM
4.2.2. AlatPerhitunganKoloni
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

Keterangan:
a. Kaca Pembesar
b. Tombol On/Off
c.Latar cahaya
(haemocytometer)
d. Balpoint

19

Nama alat : Colony Counter

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

Keterangan:
a. Racet
b. Nenlus
c. Landasan
d. Sumbu
e. Pengunci

Nama Alat: Mikrometer Sekrup

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

a. Tempat Kuvet
b. Pembaca skala absorbansi

Keterangan:

c. Tombol pengatur panjang


a

20

Nama Alat: Spektrofotometer UV-VIS

gelombang

4.2.3. AlatInstrumen
LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

Keterangan:
a. Hot Plate
b. Pengatur Suhu

Nama Alat : Hot Plate

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

Keterangan:
a. Hotplate
b. Kabel Listrik

21

Nama Alat : Hot Plate Besar

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

Keterangan:
a. Tombol On/Off
b. Tombol Setting
c. Pengatur Suhu
d. Knop Pembuka

d
a
e

c
b
f

Nama Alat: Inkubator

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

Keterangan:
a. Lensa Okuler
b. Lengan Mikroskop
c. Cermin
d. Kaca Preparat

e. Pemutar halus
f. Pemutar kasar
22

g. Kaki Mikroskop
h. Revolver

Nama Alat: Mikroskop Cahaya

i. Lensa Objektif

d
e

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN
a
b
c
k

e
g

Keterangan:
a. Lensa okuler
b. Revolver
c. Lensa objektif
d. Lengan mikroskop
e. Pemutar kasar
f. Pemutar halus
g. Tombol ON/OFF
h. Pengatur intensitas
i. Sumber cahaya
j. DIafragma
k. Meja objek

Nama Alat : Mikroskop Elektrik

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN
Keterangan:
a. Skala
b. Tempat bahan
b

23

Nama Alat: Neraca Ohous MB 311

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN
c

Keterangan:
a. Skala
b. Tempat bahan
c. Pemberat

b
Nama Alat: Neraca Ohaus MB 2610

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

24

Nama Alat: Sentrifuge

Keterangan:
a. Pengatur waktu
b. Pengatur kecepatan
c. Tempat tabung sentrifuge

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

Keterangan:
a. Wadah shaker
b .Kabel listrik

a
b

Nama Alat: Shaker

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

a
b
25

Nama Alat : Tabung Sentrifuge

Keterangan:
a. Tutup tabung
b. Tabung

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMA
a

Keterangan:
a. Tempat(wadah) Vortex
b. Kabel listrik

Nama Alat: Vortex

4.2.4. AlatPenunjang
LABORATORIUM
a. AlatGelasBerskala
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

Keterangan:
a. Mulut erlenmeyer
b. Leher erlenmeyer

26

Nama Alat: Erlenmeyer

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

Keterangan:
a. Mulut gelas
b. Skala

Nama Alat: Gelas kimia

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

a
b

27

Nama Alat: Gelas Ukur

Keterangan:
a. Mulut gelas ukur
b. Skala
c. Kaki Gelas ukur

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

Keterangan:
a. Miniskus
b. Tutup (penutup)

Nama Alat: Labu takar

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN
Keterangan:
a. Miniskus
b. Pangkal pipet
b
a

28

Nama Alat: Pipet volume

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

Keterangan:
a. Pangkal pipet
b. Skala

a
b

Nama Alat: Pipet ukur

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

Keterangan:
a. Skala suhu

a
29

Nama Alat: Termometer

b.

AlatGelasNonskala
LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

Keterangan:
a. Batang pengaduk

Nama Alat: Batang pengaduk

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN
Keterangan:
a. Karet Penghisap
b. Tutup botol

c. Botol
b
30

Nama Alat: Botol cokelat

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

Keterangan:
a. Leher botol
b. Mulut botol

c. Badan botol

Nama Alat: Botol pengencer

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

Keterangan:
a. Tutup vial
b. Leher vial

c. Badan vial

31

Nama Alat: Botol vial

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

Keterangan:
a. Penutup cawan petri
b. Cawan petri

b
Nama Alat: Cawan petri

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

Keterangan:
a. Mulut corong

32

Nama Alat: Corong

b. Leher corong

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

Keterangan:
a. kaca objek(objectglass)
b. kaca penutup(cover glass)

a.

b.
Nama alat: Kaca objek dan kaca penutup

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

Keterangan:
a. Batang Drigelsky

a
33

Nama Alat: Drigelsky

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

Keterangan:
a. Bagian atas (dalam)
b. Bagian bawah

Nama Alat: Kaca arloji

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

Keterangan:
a.Karet penghisap
b.Tempat Penghisap

34

Nama Alat: Pipet tetes

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

Keterangan:
a.Mulut tabung
b.Badan tabung

a
b

Nama Alat: Tabung durham

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

Keterangan:
a.Mulut tabung
b.Badan tabung

a
b

35

Nama alat: Tabung reaksi

c.

Alat non gelas


LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

Keterangan:
a.Ujung benang
b.Gulungan (gumpalan benang)

b
a

Nama Alat: Benang godam

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

Keterangan:
a.Tutup botol
b.Leher botol

36

Nama Alat: Botol penyemprot

c.Botol

b
c

d.Penyemprot

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

Keterangan:
a.Bagian dalam cawan
b.Bagian bawah cawan
c.Mulut cawan

Nama Alat: Cawan porselin

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

Keterangan:
a.Kawat nichrome
b.Batang ose bulat

37

Nama Alat: Jarum ose bulat

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

Keterangan:
a.Kawat nichrome
b.Batang ose lurus

b
a

Nama Alat: Jarum ose lurus

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

Keterangan:
a.Lumpang
b.Alu

38

Nama Alat: Lumpang dan Alu

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

Keterangan:
a.Bagian atas Paper disk

Nama Alat: Paper disk

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

Keterangan:
a.Bagian atas
b.Bagian bawah

39

Nama Alat: Pencadang

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

Keterangan:
a.Tempat tabung reaksi
b.Alat bantu menjepit

a
b

Nama Alat: Penjepit tabung

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN
Keterangan:
a.Ujung penjepit

40

Nama Alat: Pinset

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

Keterangan:
a. Absorban (A)
b. Exit(E)
c. Save(S)

Nama Alat: Propipet

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

Keterangan:
a.Tempat sampel

a.

41

Nama Alat: Plat tetes

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

Keterangan:
a.Tempat tabung
b.Tempat mengeringkan tabung

b
a

Nama Alat: Rak tabung reaksi

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

Keterangan:
a.Ujung sendok
b.Batang sendok
c.Ujung sendok

42

Nama Alat: Sendok tanduk

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

Keterangan:
a.Sikat
b.Kawat sikat

b
Nama Alat: Sikat tabung

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

Keterangan:
a.Ujung spatula
b.Batang spatula

a
b
43

Nama Alat: Spatula

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

Keterangan:
a.Tombol penyedot
b.Skala
c.Jarum

a
c

Nama Alat: Spoid

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

Keterangan:
a. Tutup chamber
b. Badan chamber

b
44

Nama Alat: Chamber dan Penutup Chamber

BAB V
PEMBAHASAN
Mikrobiologi merupakan ilmu pengetahuan tentang makhluk hidup yang
kecil atau jasad-jasad renik. Mikrobiologi berasal dari kata mikro (kecil atau
renik), bio (hidup), dan logos (ilmu). Jadi mikrobiologi merupakan ilmu biologi
yang mempelajari atau mengkaji tentang mikroba. Secara umum, mikrobamikroba tersebut diteliti atau dipelajari di laboratorium mikrobiologi.
Laboratorium mikrobiologi merupakan laboratorium yang mempelajari,
menyimpan, dan melakukan pelayanan dalam bidang mikrobiologi yang meliputi
bakteri,virus, dan jamur. Fungsi utama laboratorium mikrobiologi yaitu membantu
diagnosis penyakit infeksi yanng disebabkan oleh mikroba, melakukan uji
kepekaan serta penelitian-penelitian yang berkaitan dengan mikroba.
Sebelum melakukan praktikum di laboratorium mikrobiologi, praktikan
terlebih dahulu harus mengenal alat-alat yang ada di laboratorium mikrobiologi
serta mengetahui cara penggunaan dan prinsip kerja alat-alat tersebut. Hal ini
penting untuk dilakukan agar meminimalkan terjadinya kerusakan alat dan
kesalahan dalam pengerjaan yanng diakibatkan oleh kurangnya pengetahuan
praktikan mengenai alat-alat yang ada di laboratorium mikrobiologi.
Alat-alat di laboratorium mikrobiologi dibagi menjadi kelompok alat
sterilisasi, alat perhitungan mikroorganisme, alat gelas, alat non gelas, alat

45

instrumen, dan alat bantu. Alat gelas dibagi menjadi alat gelas berskala dan alat
gelas tidak berskala.
Sterilisasi adalah suatu proses untuk mematikan atau membunuh semua
organisme yang terdapat di dalam suatu alat dan bahan. Tujuan sterilisasi yaitu
untuk memusnahkan semua bentuk kehidupan mikroorganisme patogen termasuk
spora, yang mungkin telah ada pada peralatan kedokteran dan perawatan yang
dipakai.
Bekerja di laboratorium mikrobiologi perlu dilakukan prosedur bekerja
secara aseptik. Aseptik berarti tanpa adanya mikroorganisme. Aseptik juga
berhubungan dengan steril. Bekerja secara aseptik ini perlu dilakukan untuk
menjaga kesterilan pengguna, alat dan bahan-bahan yang digunakan dari
kontaminasi karena mikrobia berukuran sangat kecil, tidak kasat mata, mudah
tersebar dan hidup dimana saja. Bekerja secara aseptik ini merupakan bagian
dari safety procedure (prosedur keamanan dalam bekerja di laboratorium
mikrobiologi).Bekerja secara aseptik dilakukan dengan cara mensterilkan
pengguna, alat dan bahan baku terlebih dahulu sebelum memulai pengerjaan.
Pengguna (peneliti) melakukan prosedur aseptik dengan menggunakan masker
dan sarung tangan yang sebelumnya pada sarung tangan tersebut disemprotkan
alkohol 70 % untuk sterilisasi tangan dari kontaminasi mikroorganisme. Jika
bekerja pada meja, pembakar spiritus harus dinyalakan dan peneliti berada sekitar
jarak 30 cm dengan pembakar spiritus, selain itu meja yang akan digunakan untuk
bekerja harus disemprot alkohol 70 % agar steril. Alat dan bahan juga dilakukan
prosedur aseptik dengan mensterilkannya terlebih dahulu sebelum digunakan
dengan beberapa cara tergantung dari asal bahan tersebut misalnya dengan
penyemprotan alkohol, penyinaran dengan UV, dengan panas kering atau prosedur
steril lain.
Bekerja secara aseptis juga perlu saat dilakukan pemindahan sampel
maupun medium. Pemindahan medium dapat dilakukan diatas meja kerja dengan
terlebih dahulu menyemprotkan desinfektan seperti alkohol 70 % diseluruh
permukaan meja, kemudian menyalakan pembakar spiritus. Pengambilan medium
pada wadahnya dapat menggunakan spoid.

46

Dalam pengerjaan sterilisasi alat-alat atau medium dapat dilakukan secara


mekanis misalnya penyaringan, secara kimia misalnya menggunakan bahan-bahan
kimia dan secara fisik yaitu dengan menggunakan panas atau sinar radiasi.
Sterilisasi dengan cara mekanik dilakukan apabila bahan atau alat yang akan
disterilkan bersifat tidak tahan panas. Sterilisasi dengan cara kimia merupakan
sterilisasi dengan menggunakan bahan kimia, umumnya merupakan cairan atau
larutan

yang

mempunyai

sifat

mampu

membunuh

sel-sel

vegetatif

mikroorganisme tapi tidak mampu membunuh spora, contohnya untuk


mensterilkan permukaan meja dengan menyemprotkan alkohol 50-70 %.
Sterilisasi dengan cara fisik menggunakan prinsip pemanasan yang dilakukan
dengan pmijaran atau dibakar, udara panas atau panas kering, pemasakan, dan uap
air bertekanan.
Sebelum disterilisasi umumnya dilakukan preparasi alat-alat. Contohnya
dalam sterilisasi tabung reaksi, Erlenmeyer, dan cawan petri perlu dilakukan
preparasi sebelum alat-alat tersebut sebelum dimasukkan ke dalam autoklaf
maupun oven. Umumnya alat-alat tersebut dibungkus dengan kertas sebelum
dimasukkan ke alat sterilisasi. Sebelum sterilisasi cawan petri terlebih dahulu
dibungkus dengan kertas hingga seluruh permukaan cawan petri tertutup oleh
kertas. Caranya dengan meletakkan cawan petri di tengah kertas, lalu kedua ujung
kertas kanan dan kiri dipertemukan dan dilipat, kemudian sisi atas dan bawah
dilipat membentuk segitiga dan di letakkan ke bagian belakang cawan petri.
Preparasi tabung reaksi sebelum disterilisasi yaitu dengan membungkusnya
menggunakan kertas. Mula-mula 5 tabung reaksi diikat dengan karet, lalu
diletakkan di tengah kertas yang akan digunakan, kemudian dipertemukan kedua
ujung kanan dan kiri serta bagian atas dan bawah kertas untuk dilipat menutupi
sebagian tabung reaksi. Setelah itu di ambil kertas lain untuk menutupi bagian
atap tabung yang belum terbungkus kertas. Dilipat dengan cara yang sama ketika
melipat kertas bagian bawah tabung reaksi. Setelah tertutup seluruh permukaan
tabung, di ikat dengan karet dan diberi tanda bagian atas dan bagian bawah dari
tabung reaksi. Tujuan pembungkusan alat sebelum sterilisasi adalah agar panas
yang diberikan dapat tersebar rata di seluruh permukaan alat sehingga sterilisasi

47

berlangsung dengan baik. Untuk tabung reaksi dan Erlenmeyer, sebelum


disterilisasi mulut tabung reaksi atau Erlenmeyer perlu ditutup kapas untuk
menyumbat agar udara yang tidak steril dari luar tidak dapat lagi masuk ke dalam
tabung reaksi maupun Erlenmeyer.
Alat-alat sterilisasi yang terdapat di laboratorium mikrobiologi antara lain
autoklaf, Laminar Air Flow, pembakar spiritus, oven, dan ozon sterilizer. Autoklaf
merupakan alat sterilisasi yang menggunakan uap air bertekanan. Proses sterilisasi
yang dilakukan dalam keadaan takanan tinggi dari uap air jenuh. Tekanan yang
digunakan biasanya 2 atm pada suhu 121C selama 15-20 menit. Alat-alat yang
dapat disterilisasi menggunakan autoklaf adalah alat-alat yang tidak tahan
pemanasan tinggi dan alat-alat gelas berskala, selain itu medium juga dapat
disterilkan menggunakan autoklaf. Sebelum disterilkan, alat-alat ditutup dengan
kapas dan dibungkus dengan kertas. Mekanisme kerja autoklaf yaitu membunuh
mikroba patogen dengan cara denaturasi protein dari enzim dan membran sel yang
diakibatkan oleh tingginya tekanan didalam autoklaf.
Oven merupakan alat sterilisasi yang menggunakan udara panas kering
dengan suhu 160 C sampai 170 C yang dilakukan selama 2 atau 3 jam. Alat-alat
yang dapat diterilkan dengan oven yaitu alat yang terbuat dari gelas dan tidak
berskala serta alat tersebut tahan pemanasan tinggi. Alat gelas berskala tidak boleh
disterilkan dengan oven karena dapat memuai dan menyebabkan skala bergeser
sehingga tidak akurat. Mekanisme oven dalam sterilisasi yaitu membunuh
mikroba dengan cara oksidasi, dimana protein mikroba akan mengalami
koagulasi.
Laminar Air Flow adalah alat untuk menyediakan tempat steril yang akan
digunakan pada pemindahan bahan yang membutuhkan tempat steril. Alat ini
berfungsi untuk pengerjaan aseptis karena memiliki pengaturan dan penyaringan
aliran udara. Prinsip kerja alat ini dengan aliran udara dari arah horizontal yang
terletak pada garis atau bidang yang sejajar. Aliran udara berasal dari udara
ruangan yang ditarik ke dalam alat melalui filter pertama (pre-filter) yang
kemudian ditiupkan keluar melalui filter yang sangat halus yang disebut HEPA
(High Efficiency Particulate Air Filter) dengan menggunakan blower. Pre-filter

48

berfungsi untuk menyaring debu dan benda-benda yang kasar, memiliki pori-pori
sekitar 5 mm sehingga efisiensinya dapat mencapai 95 mm untuk objek-objek
kurang dari 5 mm. HEPA memiliki ukuran pori sekitar 0,3 mm dan terdapat pada
bidang keluar udara kearah permukaan tempat kerja. Pada alat ini terdapat tiga
tombol, yaitu tombol blower yang berfungsi untuk mengatur udara agar tetap
steril, tombol sinar UV yang dapat menghasilkan panjang gelombang yang dapat
membunuh mikroorganisme dan tombol lampu neon. Sebelum digunakan, lampu
UV dibiarkan menyala selama 15 menit dan segera dimatikan saat akan bekerja
dengan alat ini, kemudian dinyalakan lampu neon dan blower.
Ozon sterilizer merupakan alat yanng dapat digunakan untuk mensterilkan
alat-alat gelas tidak berskala. Ozon sterilizer terdiri dari dua bagian, yaitu bagian
atas adalah tempat membunuh mikroba menggunakan ozon (O3), dimana ozon
dapat merusak mekanisme dari mikroba sehingga sel protein pada mikroba
mengalami oksidasi yang mengakibatkan perubahan fungsi dan kematian pada
mikroba karena ozon (O3) itu sendiri bersifat racun. Sedangkan fungsi bagian
bawah adalah mensterilkan medium menggunakan sinar lampu dengan panas
tinggi yang cara kerjanya sama dengan oven yaitu membunuh mikroba dengan
cara oksidasi, dimana protein mikroba akan mengalami koagulasi.
Pembakar spiritus adalah alat sterilisasi dengan cara pemijaran atau
pembakaran. Cara ini terutama dipakai untuk sterilisasi bahan yang tahan panas
seperti sterilisasi ose yang terbuat dari platina, jarum spoid, serta mulut tabung
reaksi, Erlenmeyer, maupun cawan petri ketika proses pemindahan sampel atau
bakteri. Caranya adalah dengan membakar langsung alat tersebut diatas nyala api
spriritus, untuk alat yang terbuat dari logam sterilisasi dilakukan hingga memijar
dan dapat diulang beberapa kali.
Alat-alat yang termasuk alat perhitungan mikroorganisme yaitu colony
counter dan mikrometer sekrup. Colony counter merupakan alat yang dapat
digunakan untuk menghitung jumlah koloni mikroorganisme yang terdapat pada
cawan petri. Pada colony counter terdapat pulpen dan kaca pembesar yang dapat
membantu untuk memudahkan dalam menghitung jumlah koloni.
Mikrometer sekrup merupakan suatu lat ukur diameter dengan tingkat

49

ketelitian yang tinggi. Mikrometer sekrup berfungsi untuk mengukur tebal dan
tipis atau luas daerah hambat suatu mikroba. Tingkat ketelitian mikrometer sekrup
adalah 0,01 mm.
Alat-alat gelas cukup banyak digunakan di laboratorium mikrobiologi. Hal
ini disebabkan karena kelebihannya yang tahap terhadap pemanasan, daya tembus
cahaya yang besar, tidak mudah bereaksi dengan zat kimia serta tahan terhadap
perubahan temperatur mendadak. Namun kelemahannya adalah alat gelas mudah
pecah. Alat gelas dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok gelas
beskala dan kelompok gelas tidak berskala.
Alat-alat gelas berskala antara lain Erlenmeyer, gelas kimia, gelas ukur, labu
ukur, pipet gondok, pipet ukur dan termometer. Erlenmeyer berfungsi untuk
menampung

larutan

atau

medium,

memanaskan

larutan

serta

untuk

menghomogenkan larutan. Bentuk leher yang menyempit mempunyai keuntungan


dalam penggunaannya seperti mencegah zat cair tumpah ketika proses
penghomogenan. Erlenmeyer memiliki skala 50 mL, 125 mL, 250 mL, 500 mL,
dan 1000 mL.
Gelas kimia dapat digunakan sebagian wadah untuk melarutkan suatu bahan
dan menampung larutan atau zat cair. Gelas kimia mempunyai skala mulai dari 50
mL hingga 2000 mL.
Gelas ukur berfungsi unutk mengukur volume suatu zat cair. Ketelitian gelas
ukur lebih tinggi diabndingkan gelas kimia atau Erlenmeyer. Gelas ukur
mempunyai sakala mulai dari 10 sampai 2000 mL.
Labu ukur mempunyai bentuk atas bulat dan leher panjang dan mulut
sempit. Pada lehernya terdapat tanda batas yang menunjukkan volume
sebagaimana tertera pada labu ukur.
Pipet gondok berfungsi untuk mengambil dan memindahkan cairan dengan
volume tertentu sebagaimana yang tertera pada batang pipet pengaduk. Pipet
gondok mempunyai ketelitian lebih tinggi dibandingkan pipet volume. Skala pipet
gondok mulai dari 1 mL hingga 100 mL. Pipet gondok merupakan alat yang lebih
akurat dalam mengambil sejumlah cairan dibandingkan dengan pipet ukur
maupun pipet tetes.

50

Pipet ukur merupakan alat gelas menyerupai pipa dengan salah satu
ujungnya menyempit. Terdapat skala pada batangnyadan mulut lain yang lebar.
Pipet ukur membaca kapasitas tertentu yang dapat dibaca pada skalanya.
Kegunaan pipet ukur adalah untuk menambahkan zat cair dengan volume tertentu.
Termometer digunakan untuk mengukur suhu. Termometer tersedia dalam
berbagai ukuran dan kapasitas. Jika termometer akan digunakan untuk suhu air
mendidih misalnya, maka harus digunakan untuk mengukur suhu pada penangas
dengan kapasitas 120 C. Jika untuk mengukur minyak, maka digunakan
termometer dengan kapasitas 300 C.
Alat-alat gelas tanpa kaca antara lain batang pengaduk, botol coklat
berpipet, botol pengencer, botol vial, cawan petri, chamber, corong, cover glass,
object glass, kaca arloji, pipet tetes, Driglesky, tabung durham, dan tabung reaksi.
Batang pengaduk berbentuk batang dengan diameter 8-12 mm dan panjang
antara 10-15 cm. Batang pengaduk terbuat dari gelas dan padat berisi.
Kegunaannya adalah untuk melakukan pengadukan pada larutan yang biasanya
terdapat pada gelas kimia.
Botol coklat berpipet atau botol tetes mempunyai kegunaan untuk
menyimpan larutan atau indikator. Botol ini dilengkapi dengan penutup yang
biasanya terbuat dari polietilen dan dilengkapi alat tetes. Botol pengencer
berfungsi sebagai tempat untuk mengencerkan larutan.Botol vial adalah botol
kaca kecil dengan tutup karet bersegel. Botol ini berfungsi sebagai wadah sampel
cair.
Cawan petri merupakan alat gelas yang digunakan untuk menyimpan
medium yang dapat memadat. Cawan petri juga dapat berfungsi sebagai tempat
untuk membiakkan mikroorganisme. Cawan petri dilengkapi tutup yang terbuat
dari kaca.. Chamber berfungsi sebagai alat bantu dalam mengelusidasi plat KLT.
Cover glass dan object glass merupakan alat gelas yang digunakan bersama
mikroskop. Object glass berfungsi sebagai tempat sampel atau object yang akan
diamati di mikroskop. Sedangkan cover glass berfungsi sebagai penutup sampel
yang akan diuji yang telah diletakkan pada object glass.
Driglesky terbuat dari kaca berdiameter 3-4 mm dengan ujung berbentuk

51

segitiga

digunakan

untuk

kultur

mikroorganisme

untuk

metode

tabur.

Drigleskyberfungsi untuk menyebarkan dan meratakan sampel atau biakan bakteri


pada medium padat. Sudut lekukan pada driglesky berbentuk segitiga tumpul.
Pipet tetes berfungsi untuk mengambil larutan dalam jumlah kecil. Pipet
tetes adalah jenis pipet yang berupa pipa kecil terbuat dari plastik atau
kaca dengan ujung bawahnya meruncing serta ujung atasnya ditutupi karet. Kaca
arloji berfungsi sebagai wadah ketika akan menimbang suatu bahan. Kaca arloji
terbuat dari kaca berbentuk cembung sedikit pipih.
Tabung Durham merupakan tabung yang bentuknya sama dengan tabung
reaksi tetapi ukurannya lebih kecil. Tabung Durham berfungsi untuk menangkap
gas O2 yang dihasilkan dari hasil fermentasi mikroorganisme, biasa digunakan
dalam medium cair. Selain itu tabung Durham digunakan untuk mendeteksi
adanya bakteri Escherichia coli dengan melihat adanya gelembung yang timbul
dan terperangkap pada tabung Durham tersebut. Tabung Durham diletakkan
terbalik di dalam tabung reaksi.
Tabung reaksi merupakan alat gelas yang mempunyai bantuk mirip pipa
dengan alas tumpul. Kegunaan dari tabung reaksi adalah untuk mereaksikan
larutan atau cairan, selain itu juga dapat berfungsi sebagai tempat medium padat
maupun cair. Tabung reaksi di sterilisasi menggunakan autoklaf atau oven. Alatalat yang temasuk kelompok alat non gelas antara lain botol aquadest, cawan
porselin, mortir dan stamper, ose bulat, ose lurus, penjepit tabung, paper disk,
pencadang, propipet, sendok tanduk, spatula dan spoid. Botol aquadest berfungsi
sebagai tempat untuk menampung aquadest. Botol ini dilengkapi selang pada
tutupnya yang berguna untuk mengambil aquadest.
Cawan porselin merupakan suatu alat yang berbentuk seperti lumpang
namun berukuran lebih kecil. Cawan porselin terbuat dari porselin dan biasa
digunakan untuk memanaskan atau menguapkan suatu bahan
Mortir dan stamper merupakan alat yang terbuat dari bahan porselin dan
biasanya berwarna putih. Kegunaan kedua alat ini berpasangan yaitu untuk
menghaluskan dan menghomogenkan bahan.
Ose bulat dan ose lurus merupakan alat yang terbuat dari kawat nichrome

52

atau platinum. Ose berfungsi untuk mengambil dan menggores mikroorganisme.


Ose lurus digunakan pada medium tegak dan ose bulat digunakan pada medium
miring dan cair. Ose disterilkan menggunakan pembakar spiritus.
Penjepit tabung berfungsi untuk menjepit tabung dalam keadaan panas.
Penjepit tabung terbuat dari kayu keras.Paper disk merupakan alat yang terbuat
dari kertas saring berbentuk bulat.Paper disk berfungsi untuk mengetahui zona
hambat. Pencadang memiliki fungsi yang serupa dengan paper disk yaitu untuk
melihat zona hambat yang diisi dengan antibiotik.
Propipet merupakan alat yang digunakan bersama pipet ukur dan pipet
gondokuntuk mengambil larutan. Propipet memiliki 3 saluran dimana masingmasing saluran memiliki katup. Katup yang bersimbol A (absorb) berguna untuk
mengeluarkan udara dari dalam bola hisap, simbol S (save) berguna untuk
menghisap cairan yang akan digunakan, dan simbol E (exit) berguna untuk
mengeluarkan cairan dari pipet.
Sendok tanduk merupakan alat yang digunakan untuk mengambil bahan
yang berbentuk serbuk. Ujung sendok tanduk terdiri dari sendok yang berukuran
lebih besar dan ujung lainnya berukuran lebih kecil dan lancip. Spatula fungsinya
hampir sama dengan sendok tanduk, hanya saja spatula digunakan untuk
mengambil bahan yang lengket.
Spoid merupakan pompa piston sederhana yang digunakan untuk
menyuntikkan atau menghisap cairan atau gas. Spoid terdiri dari tabung dengan
piston didalamnya yang keluar dari ujung belakang. Adapun ujung depannya
dilengkapi dengan jarum hipodermik atau selang untuk membantu mengarahkan
aliran ke dalam atau keluar tabung. Kapasitas alat spoid antara lain 1 mL, 5 mL,
dan 10 mL.
Alat-alat yang termasuk kelompok alat instrumen antara lain hot plate,
inkubator, refrigerator, mikropipet, mikroskop cahaya, mikroskop elektron,
neraca Ohauss seri 311, neraca Ohauss seri 2160, sentrifuge, shaker,
spektrofotometer, timbangan analitik, dan vortex.
Mikroskop adalah alat instrumen yang paling banyak digunakan dan paling
bermanfaat di laboratorium mikroskopi. Dengan alat ini diperoleh perbesaran

53

sehingga memungkinkan untuk melihat organisme dan struktur yang tak tampak
dengan mata telanjang. Berdasarkan sumber cahaya, mikroskop dibagi menjadi
mikroskop cahaya (monokuler) dan mikroskop elektron (binokuler). Mikroskop
cahaya memerlukan cahaya matahari sebagai sumber cahayanya sedangkan
mikroskop elektron memiliki sumber cahaya yang berasal dari energi listrik.
Prinsip kerja mikroskop yaitu lensa obyektif akan menghasilkan bayangan bersifat
nyata, terbalik, dan diperbesar dari benda yang akan diamati. Lalu bayangan
tersebut diproyeksikan ke lensa okuler dan ditangkap oleh mata dalam bentuk
bayangan yang bersifat semu, terbalik, dan diperbesar.
Bagian-bagian mikroskop terbagi menjadi dua yaitu bagian optik dan bagian
non optik.Bagian optik antara lain lensa objektif, lensa okuler dan
kondensor.Lensa objektif berfungsi sebagai pembentuk bayangan pertama yang
berada didepan benda yang akan diamati. Lensa ini membentuk bayangan nyata,
terbalik, diperbesar. Perbesaran objektif adalah 4x, 10x, 40x, dan 100x. Lensa
okuler merupakan lensa yang terletak diatas tabung dan terhubung dengan mata
pengamat. Lensa ini berfungsi untuk membentuk bayangan maya, tegak, dan
diperbesar

dari

12,5x.Kondensor

lensa

objektif.

merupakan

Perbesaran

lensa

okler

tambahan

yaitu

yang

5x, 10x,
berfungsi

dan
untuk

mengumpulkan cahaya yang masuk dalam mikroskop. Pada mikroskop cahaya


tidak terdapat kondensor dikarenakan sumber cahaya berasal dari cahaya
matahari.
Bagian non optik terdiri dari tabung mikroskop, pemutar kasar, pemutar
halus, meja objek, penjepit objek, revolver, diafragma, cermin (hanya mikroskop
cahaya), lengan, dan kaki mikroskop.Tabung mikroskop berfungsi sebagai
penghubung antara lensa objektif dengan lensa okuler. Pemutar kasar berfungsi
untuk mencari fokus bayangan objek secara cepat, sedangkan pemutar halus untuk
memfokuskan bayangan objek secara lambat.Revolver berfungsi untuk mengatur
perbesaran lensa objektif dengan cara memutarnya. Cerminberfungsi untuk
memantulkan dan mengarahkan cahaya ke dalam mikroskop cahaya. Diafragma
berfungsi untuk mengatur intensitas cahaya yang akan masuk mikroskop. Meja
objek berfungsi sebagai tempat meletakkan objek yang akan di amati, sedangkan

54

penjepit objek berfungsi untuk menahan kaca objek agar tidak mudah bergeser
ketika diamati. Lengan mikroskop berfungsi sebagai pegangan pada mikroskop
dan tempat menempel meja benda. Kaki mikroskop, berfungsi untuk menyangga
atau menopang mikroskop.
Hot plate merupakan alat yang berfungsi untuk memanaskan suatu cairan
ataupun medium yang akan digunakan. Alat ini dilengkapi dengan pengatur suhu,
sehingga memungkinkan kita mengatur suhu yang ingin digunakan.
Inkubator

merupakan

alat

yang

digunakan

untuk

menginkubasi

mikroorganisme. Inkubator terdiri dari pintu inkubator, tombol panel yang


berfungsi untuk mengatur suhu dan rak inkubator yang berfungsi sebagai tempat
meletakkan bahan yang akan diinkubasi.
Mikropipet merupakan alat untuk memindahkan cairan yang bervolume
cukup kecil, biasanya kurang dari 1000 L. Mikropipet terdiri dari automatic
pipettor dan pipette tips. Automatic pipettor berfungsi untuk memompa cairan
yang akan dipindahkan sedangkan pipette tips berfungsi untuk menampung cairan
yang dipompa.
Refrigerator merupakan suatu alat yang berfungsi untuk menghambat
pertumbuhan mikroorganisme dengan cara inaktivasi sel. Pada suhu ekstrim yang
sangat rendah, metabolisme mikroorganisme seperti bakteri akan terhambat
karena sifat enzim yang tidak dapat bekerja pada suhu yang sangat rendah dan
akan bekerja secara optimum untuk memetabolisme pada suhu sekitar 30 C
hingga 60 C. Alat ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu bagian atas berfungsi
untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme dengan suhu rendah dan bagian
bawah sebagai tempat penyimpanan medium.
Alat-alat yang termasuk kelompok alat bantu yaitu aluminium foil, benang
godam, gunting dan kapas. Aluminum foil merupakan alat yang berfungsi untuk
menutup suatu wadah atau tempat yang berisi sampel atau bahan agar tidak
terkontaminasi dengan udara. Benang godam merupakan suatu alat bantu yang
digunakan untuk mengikat wadah yang telah ditutup dengan aluminium foil agar
tetap rapat dan tetap steril. Gunting berfungsi untuk memotong bahan. Kapas
berfungsi untuk menutup tabung reaksi atau Erlenmeyer ketika akan disterilkan

55

agar alat yang telah steril tidak terkontaminasi kembali dengan mikroorganisme
atau dapat menjaga suatu biakan kuman tidak terkontaminasi oleh kuman lain,
karena kapas mudah ditembus udara tetapi dapat menahan mikroorganisme.

BAB VI
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa :
a.

Alat-alat sterilisasi terdiri atas autoclave, Laminar air flow, pembakar

b.

spiritus, oven dan ozon sterilizer.


Alat-alat perhitungan koloni mikroorganisme anatara lain : colony counter,

c.
1)

mikrometer sekrup dan spektrofotometer.


Alat-alat Gelas terdiri atas :
Alat gelas berskala antara lain : erlenmeyer, gelas kimia, gelas ukur, labu

2)

ukur, pipet gondok, pipet ukur dan termometer..


Alat gelas non skala anatara lain : batang pengaduk, botol coklat berpipet,
botol pengencer, botol vial, cawan petri,chamber, corong, over glass,

d.

drigelsky, object glass, pipet tetes, tabung durham, dan tabung reaksi.
Alat non gelas antara lain : botol aquades, botol semprot, cawan porselin,
mortir dan stemper, ose bulat, ose lurus, paper disk, pencadang, penjepit
tabung, pinset, plat tetes, propipet, rak tabung, sendok tanduk, sikat tabung,
spatula dan spoid.

56

e.

Alat-alat instrumen antara lain : hot plate, inkubator, mikropipet,mikroskop


cahaya,

f.

mikroskop

elektrik

neraca

ohaus

311

dan

2160,refrigerator,sentrifuge, shaker, timbangan analitik dan vortex.


Alat bantu terdiri atas alumunium foil, benang godan, gunting dan kapas.

6.2. Saran
Diharapkan praktikan dapat memahami dan mengerti fungsi alat-alat yang
ada di laboratorium mikrobiologi, memahami penggunaan alat-alat laboratorium
mikrobiologi dan memahami dan mengerti cara pembersihan alat-alat di
laboratorium mikrobiologi karena akan menjadi dasar bagi praktikum selanjutnya.

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.1. Maksud dan Tujuan Praktikum
1.1.1 Maksud Praktikum
Dilakukan dengan maksud agar praktikan dapat mengetahui cara
penyiapan dan pembuatan medium yang baik dan benar serta dapat mengetahui
jenis medium yang biasa digunakan untuk pertumbuhan jamur dan bakteri.
1.1.2 Tujuan Praktikum
a. Mengetahui cara menyimpan bahan pembuatan medium NA (Nutrient Agar),
PDA (Potato Dekstrose Agar), NB (Nutrient Broth), dan PDB (Potato
b.

Dekstrose Broth).
Untuk mengetahui dan memahami cara membuat medium.

1.2. Prinsip Praktikum


Mengelompokkan macam-macam medium berdasarkan bahan yang
digunakan, kegunaan dan konsistensinya serta memahami jenis mikroba apa yang
dapat tumbuh pada masing-masing medium. Setelah itu, mengetahui komposisi
dari medium padat dan medium cair serta membuat medium padat dan medium

57

cair dengan melarutkan padatan medium yang telah ditimbang dalam aquades di
Erlenmeyer lalu dihomogenkan. Untuk medium padat dilakukan pemanasan saat
menghomogenkan campuran aquades dengan bahan dasar medium lalu disterilkan
dengan autoclave pada suhu 121C selama 15 menit.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.

Uraian Umum
Mikroorganisme meliputi semua mikroorganisme atau organisme yang

tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Kelompok dari mikroorganisme adalah
bakteri, jamur, ragi dan virus serta protozoa yang lebih besar. Mikroorganisme
seringkali dianggap tidak menguntungkan tetapi beberapa bakteri juga penting
untuk kesehatan (James, 2002).
Media merupakan suatu substrat untuk menumbuhkan jamur atau
bakteri. Umum digunakan di dalam laboratorium adalah media biakan yang
menggunakan bahan pemadat berupa agar-agar (Gunawan, 2008).
Dasar makanan yang paling baik bagi pemerian bakteri ialah medium
yang mengandung zat-zat organik seperti rebusan daging, sayur-sayuran, sisa
makanan atau ramuan-ramuan yang dibuat oleh manusia. Medium yang paling
banyak digunakan dalam pekerjaan rutin di laboratorium ialah kaldu cair dan
kaldu agar. Medium ini tersusun atas kaldu bubuk 3 gram dan pepton 5 gram
dalam air suling 1000 gram.
Jika diperlukan medium padat, maka kepadanya ditambahkan 15 gram

58

agar-agar. Medium ini disebut sebagai medium baku. Untuk keperluan penelitianpenelitian yang berhubungan dengan serologi perlu ditambahkan 5 gram NaCl.
Jika tidak ada kaldu bubuk, bahan itu dapat diganti dengan rebusan daging yang
diperoleh dengan cara sebagai berikut; ambil barang 0,5 gram daging yang tidak
berlemak; rendam dalam 1000 mL air suling semalam-malaman dalam almari es.
Paginya buanglah lemak yang mungkin terdapat mengapung di permukaan air.
Kemudian peraslah suspensi lewat kain mari yang halus. Tambahkan air suling
kepada filtrat sehingga volume menjadi 1 L lagi. Kepada medium ini ditambahkan
5 gram pepton dan lain-lainnya yang diperlukan lalu panasi suspensi sampai suhu
100oC selama 20 menit. Akhirnya buanglah suspensi lewat kertas saring dan
tambahkan air suling lagi sehingga volume tetap 1 L. Medium ini perlu
disterilisasi dahulu sebelum digunakan untuk memelihara bakteri. Juga keasaman
medium perlu diatur biasanya pH 7 .
2.2.

Uraian Secara Khusus

2.2.1.

Jenis-jenis media
Untuk mengetahui jenis-jenis medium yang lain, yang berkepentingan

dipersilahkan membaca buku-buku praktikum mikrobiologi atau bakteriologi.


Medium buatan manusia itu berupa:
a.

Medium cair
Medium cair yang biasa dipakai ialah kaldu yang disiapkan sebagai

berikut; kepada 1 L air murni ditambahkan 3 gram kaldu daging lembu dan 5
gram pepton. Pepton ialah protein yng terdapat pada daging, pada air susu, pada
kedelai dan pada putih telur. Pepton banyak mengandung N (nitrogen), sedangkan
kaldu berisi garam-garam mineral dan lain-lainnya. Medium itu kemudian
ditentukan pH nya 6,8 sampai 7. Jadi sedikit asam atau netral, keadaan yang
demikian ini sesuai untuk kebanyakan bakteri. Kaldu seperti tersebut diatas masih
perlu disaring untuk kemudian dimasukkan kedalam tabung-tabung reaksi atau
botol-botol. Penyaringan dapat dilakukan dengan kertas saring. Setelah tabung
reaksi atau botol berisi medium tersebut, disumbat dengan kapas, dapatlah mereka
dimasukkan ke dalam alat pensteril (autoklaf).
b.

Medium kental (padat)

59

Dahulu kala orang lazim menggunakan kentang yang dipotong-potong


serupa silinder untuk medium. Silinder kentang mentah itu dimasukkan kedalam
tabung reaksi, kemudian tabung disumbat dengan kapas, dan setelah itu
disterilkan dalam autoklaf. Setelah kentang dingin kembali, permukaan atas
silinder kentang dapat ditanamkan bakteri.
c.

Medium yang diperkaya


Kebanyakan bakteri suka tumbuh pada sisa makanan seperti disebut

diatas. Tetapi bakteri patogen seperti Bucella abortus, Diplococus pneumonia dan
Neisseria gonorhoae memerlukan zat makanan tambahan berupa serum atau darah
yang tidak mengandung fibrinogen lagi. Fibrinogen ialah zat yang menyebabkan
darah kental.
(Dwijoseputro, 1998)
d.

Defined media (synthetic media)


Defined media merupakan media yang komponen penyusunyya sudah

diketahui atau ditentukan. Media ini biasanya digunakan dalam penelitian untuk
mengetahui kebutuhan nutrisi mikroorganisme. Contoh: media untuk E. coli yang
terdiri dari glukosa 1,0 g/L, Na 2PO4 16,4 g/L. KH2PO4 1,5 g/L, (NH4)2.7H2O 2,0
g/L, CaCl2 200,0 mg/L, dan FeSO4 10,0 mg/L. pH akhir media 6,8-7,0.
e.

Media kompleks (complex media)


Media kompleks merupakan media yang tersusun dari komponen yang

secara kimia tidal diketahui dan umumnya diperlukan karena kebutuhan nutrisi
mikroorganisme tertentu tidak diketahui. Contoh: ekstrak daging (mengandung
asam-asam amino, peptida, nukleotida, asam organik, vitamin, mineral), ekstrak
khamir atau yeast extract (sumber vitamin B), pepton (merupakan hidrolisa
protein, didapat dari digesti parsial daging, kasein, bubuk kedelai, gelatin dan
sumber protein lain, yang berperan sebagai sumber energi, C dan N). Contoh:
Nutrient Broth/Agar, Tryptic Soya Broth (TSB)/Tryptic Soya Agar (TSA),
MacConkey Agar.
f.

Media umum (general media)


Media umum merupakan media pendukung bagi banyak pertumbuhan

mikroorganisme. Contoh: TSB, TSA.

60

g.

Media penyubur (enrichment media)


Media penyubur merupakan media yang berguna untuk mempercepat

pertumbuhan mikroorganisme tertentu. Media ini digunakan bila kita ingin


menumbuhkan salah satu mikroorganisme dari kultur campuran. Media ini
menggunakan bahan atau zat yang serupa dengan habitat tempat mengisolasi
mikroorganisme tersebut.
h.

Media selektif (selective media)


Media selektif merupakan media yang mendukung pertumbuhan

mikroorganisme tertentu (seleksi) dengan menghambat mikroorganisme yang lain.


Pada media ini ditambahkan bahan penghambat pertumbuhan, misalnya bile salt
dan dye (fuchsin, crystal violet, brilliant green) yang akan menghambat
pertumbuhan bakteri gram positif dan tidak memberi efek pada bakteri gram
negatif, antibiotik dan selulosa untuk mengisolasi bakteri pendegradasi selulosa.
i.

Media diferensial (differential media)


Media

diferensial

digunakan

untuk

membedakan

kelompok

mikroorganisme dan bahkan dapat digunakan untuk identifikasi. Contohnya


adalah media agar darah, yang merupakan media diferensial sekaligus media
penyubur, mampu membedakan antara bakteri hemolitik (Streptococcus dan
Staphylococcus saluran napas) dan bakteri nonhemolitik dengan mengetahui sifat
lisis eritrosit (ciri daerah jernih disekitar koloni akibat perusakan sel darah merah),
media MacConkey, yang merupakan media diferensial sekaligus selektif, terdiri
dari laktosa dan neutral red dye, mampu membedakan antara bakteri yang
memfermentasi laktosa dan yang bukan (ciri adanya daerah merah muda-merah
disekitar koloni).
j.

Media khusus
Contoh media khusus adalah media untuk bakteri anaerob. Biasanya

kedalam media tersebut ditambahkan bahan yang dapat mereduksi kandungan O 2


dengan cara pengikatan kimiawi. Contoh bahan-bahan itu adalah natioglikolat,
sistein, asam askorbat. Sebagai indikator anaerob digunakan rezasurin (bila terjadi
oksidasi yang berarti bakteri bersifat aerobic akan terbentuk warna merah).
Contoh: media pertumbuhan bakteri Neisseria gonorrhoeae.

61

(Pratiwi, 2008)
2.2.2.

Penyiapan Media
Media alamiah, misalnya susu skim tidak menimbulkan masalah dalam

penyiapan sebagai media, hanya semata-mata dituang dalam wadah yang sesuai,
seperti tabung reaksi atau labu dan disterilkan sebelum digunakan. Media dalam
bentuk kaldu nutrient atau yang mengandung agar disiapkan dengan cara
melarutkan masing-masing bahan yang dibutuhkan atau lebih mudah lagi dengan
cara menambahkan air pada suatu produk komersial berbentuk bubuk yang sudah
mengandung semua nutrient yang dibutuhkan. Pada praktisnya, semua medium
tersebut dalam bentuk bubuk dan siap pakai, senyawa seperti vitamin.
Kebanyakan vitamin berfungsi sebagai pembentul subtansi yang mengaktivasi
enzim subtansi yang menyebabkan perubahan kimiawi. Binatang, termasuk
manusia harus diberikan subtansi-subtansi di dalam makanannya (Entjang, 2001).
Agar miring merupakan salah satu bentuk medium yang digunakan
untuk membiakan mikroba, terutama yang bersifat aerobik fakultatif. Ciri-ciri
kultur termasuk pembentukan warna dan bentuk pertumbuhannya dapat segera
diamati pada agar miring. Inokulasi mikroba pada agar miring dapat dilakukan
dengan cara menggoreskan (streak) secara zig-zag pada permukaan agar miring
menggunakan jarum ose bulat atau yang bagian atasnya dilengkungkan, atau
menusukan loop pada bagian tengah tabung (stab). Sedangkan agar tegak sering
digunkan dalam uji mobilitas suatu mikroba.
Kultur mikroba dapat dilakukan dengan cara menginokulasi pada agar
cawan, kemudian dalam penyebaran kultur diatas agar dilakukan dengan
pertolongan loop yang dilengkungkan bagian atasnya atau menggunakan batang
gelas. Tujuan dari penyebaran kultur adalah untuk memisahkan sel-sel mikroba
satu dengan mikroba lainnya, sehingga setelah inkubasi pada suhu dan waktu
tertentu masing-masing sel akan tumbuh dan berkembang biak membentuk
kumpulan sel atau koloni yang dapat terlihat oleh mata. Pada bagian agar tempat
dimulainya goresan populasi mikroba warnanya terlalu pekat sehingga koloni
akan berkumpul menjadi satu. Dengan semakin banyaknya goresan atau
penyebaran yang dilakukan akan semakin sedikit sel yang terbawa oleh loop,

62

sehingga setelah inkubasi akan terbentuk koloni-koloni secara teratur.


(Waluyo, 2008)
2.3.

Uraian medium

2.3.1.

Medium PDA (Potato Dekstrose Agar)


Komposisi :
Kentang (dikupas lalu dipotong-potong)
Dekstrosa

200 g

20 g

Agar-agar batang

20 g

Air suling

1000 mL
(Gunawan, 2008)

Medium PDA dibuat dengan melarutkan 39 gram Potato Dektrosa Agar


(PDA) ke dalam 1000 mL air suling. Diaduk dan dipanaskan sampai larut
kemudian disterilisasi dalam autoklaf selama 15 menit pada temperatur 121 oC
dan tekanan atmosfer 1,5 lbs (Nurhasanah, 2008).
2.3.2.

Medium NA (Nutrient Agar)


Komposisi :
Ekstrak ragi atau daging
Pepton

3g
5g

Agar

15 g

Aquadest

1000 mL
(Sabir, 2005)

Medium Nutrient Agar (NA) dibuat dengan melarutkan 23 gram


Nutrient Agar (NA) dalam 1000 mL air suling. Diaduk kemudian dipanaskan
sampai larut dan disterilisasi dengan autoklaf Selama 15 menit pada temperatur
121 oC dan tekanan atmosfer 1,5 lbs (Nurhasanah, 2008).
2.3.3.

Medium NB (Nutrient Broth)


Untuk Nutrient Broth dibuat dari campuran 0,5 gram ekstrak ragi, 0,2

gram pepton dan 025 gram NaCl yang dilarutkan dalam 50 mL aquades pada
Erlenmeyer. Untuk Nutrient Broth dilarutkan dalam aquades 150 mL pada
Erlenmeyer (kurang lebih untuk 6 buah cawan petri berukuran diameter 10 cm).
Media yang akan digunakan didinginkan terlebih dahulu sebelum digunakan.

63

(Mulyadi, 2013)
Kegunaan untuk penanaman non mikroorganisme. Nutrient Broth adalah
adalah medium cair yang diproduksi sesuai dengan rumus APHA dan ADAC dan
mendukung pertumbuhan berbagai macam mikroorganisme yang tidak khusus
dalam gizi kebutuhan. Nutrient Broth digunakan dalam beberapa prosedur
laboratorium sebagai indikator karbohidrat cairan garam. Media ini sangat cocok
digunakan untuk menganalisis prosedur bakteriologis pada produk cair dan susu.
(Conda, 2012)
2.3.4.

Medium PDB (Potato Dekstrose Broth)


Komposisi dari medium Potato Dekstrosa Broth (PDB) ialah

menggunakan 200 gram kentang, 10 gram dektrosa. Isolat jamur selama 1 jarum
ose, diinokulasi ke dalam media PDB (Mulyani, 2013).
Kegunaan Potato Dekstrosa Broth adalah untuk budidaya jamur dasar
cetakan dan produksi pigmen di beberapa demar tophlex yang mendorong
pertumbuhan jamur (Conda, 2012).

64

BAB III
METODE KERJA
3.1.

Alat dan Bahan

3.1.1.

Alat

a.

Autoklaf

b.

Batang pengaduk

c.

Labu Erlenmeyer 100 mL; 50 mL

d.

Lemari pendingin

e.

Pemanas listrik

f.

Sendok tanduk

g.

Spatula besi

h.

Timbangan analitik

3.1.2.

Bahan

a.

Agar

b.

Air suling

c.

Aluminium foil

d.

Benang godam

e.

Ekstrak daging

f.

Etiket

65

g.

Kapas

h.

Media NA (Nutrient Agar)

i.

Media NB (Nutrient Broth)

j.

Media PDA (Potato Dekstrosa Agar)

k.

Media PDB (Potato Dekstrosa Broth)

3.2 Bagan Kerja


3.2.1. Pembuatan Medium NA (Nutrient Agar)
Ditimbang NA sintetik sebanyak 2 gram
Dimasukkan ke dalam Erlenmeyer
Ditambah aquades sampai 100 mL
Dipanaskan dan diaduk hingga mendidih
Ditutup kapas dan aluminium foil
Disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121C
Didinginkan dan disimpan dalam lemari pendingin
3.2.2.

Pembuatan Medium PDA (Potato Dekstrosa Agar)


Ditimbang PDA sintetik sebanyak 3,9 gram
Dimasukkan ke dalam Erlenmeyer
Ditambah aquades sampai 100 mL
66

Dipanaskan dan diaduk hingga mendidih


Ditutup kapas dan aluminium foil
Disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121C
3.2.3.

Pembuatan Medium NB (Nutrient Broth)


Ditimbang NB sintetik sebanyak 0,4 gram
Dimasukkan ke dalam Erlenmeyer
Didinginkan
dan aquades
disimpansampai
dalam 100
lemari
Ditambah
mLpendingin
Dipanaskan dan diaduk hingga mendidih
Ditutup kapas dan aluminium foil

3.2.4.
Medium
Dekstrosa

Ditimbang PDB sintetik sebanyak 1,2 gram


Disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121C
Didinginkan dan disimpan dalam lemari pendingin
Dimasukkan ke dalam Erlenmeyer
Ditambah aquades sampai 100 mL
Dipanaskan dan diaduk hingga mendidih
Ditutup kapas dan aluminium foil
Disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121C

67

Pembuatan
PDB (Potato
Agar)

Didinginkan dan disimpan dalam lemari pendingin

68

BAB IV
HASIL PENGAMATAN

Sebelum sterilisasi
Warna
Konsistensi
Kuning
PDA
Cair
keruh
Jingga
PDB
Cair
keruh
Kuning
NA
Cair
keruh
Jingga
NB
Cair
keruh
4.1. Tabel Pengamatan
Media

4.2

Setelah sterilisasi
Warna
Konsistensi
Kuning
Cair
jernih
Jingga
Cair
jernih
Kuning
Cair
jernih
Jingga
Cair
jernih

Perhitungan

4.2.1. Pembuatan Medium PDA (Potato Dekstrosa Agar)


Volume medium yang akan dibuat 100 mL
Komposisi PDA instant = 39 g dalam 1 L

Jadi, dilarutkan 3,9 g PDA sintetik dalam 100 mL aquades.


4.2.2. Pembuatan Medium PDB (Potato Dekstrosa Broth)
Volume medium yang akan dibuat 50 mL
Komposisi PDB instant = 24 g dalam 1 L
Berat yang ditimbang

24 g
x 50 mL 1,2 g
1000

Jadi, dilarutkan PDB sintetik 2 g dalam 100 mL aquades.


4.2.3. Pembuatan medium NB (Nutrient Broth)
Volume medium yang akan dibuat 50 mL
Komposisi NB instant = 8 g dalam 1 L

Jadi, dilarutkan NB sintetik dalam 100 mL aquades.


69

Setelah pengamatan
Warna Konsistensi
Kuning
Padat
jernih
Jingga
Cair
jernih
Kuning
Padat
jernih
Jingga
cair
jernih

4.2.4. Pembuatan Medium NA (Nutrient Agar)


Volume medium yang akan dibuat 100 mL
Kompisisi NA instant = 20 g dalam 1 L
Bahan yang ditimbang

20 g
x 100 mL 2 g
1000 mL

Jadi, dilarutkan NA sintetik dalam 100 mL aquades.

4.2.

Gambar Pengamatan

70

4.2.1. Medium PDA


LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

a.
Keterangan:
a. Kapas
b. Labu Erlenmeyer
c. Medium PDA

d. Warna kuning
keemasan
b

Medium PDA ( Potato Dekstrosa Agar )


4.2.2. Medium PDB
LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

Keterangan:
Medium NA
a.4.2.2.
Kapas
b. Labu Erlenmeyer
c. Medium PDB

d. Warna kecoklatan

Medium PDB ( Potato Dekstrosa Broth)

71

4.2.3. Medium NA

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

Keterangan:
a.4.2.4.
Kapas
Medium NB
b. Labu Erlenmeyer
c. Medium NA

d. Warna kuning
keemasan
b

Medium NA ( Nutrient Agar )


4.2.4. Medium NB
LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

Keterangan:
a. Kapas
b. Labu Erlenmeyer
c. Medium NB

d. Warna kuning
kecoklatan

b
d

Medium NB ( Nutrient Broth)

BAB V
PEMBAHASAN

72

Praktikum ini mengenai pembuatan medium yang bertujuan untuk


mengetahui dan memahami cara pembuatan medium yang baik dan benar,
mengetahui cara menyimpan serta penggunaan medium. Medium adalah suatu
bahan yang terdiri dari campuran bahan makanan atau nutrien untuk
menumbuhkan

suatu

mikroorganisme

tertentu.

Syarat

medium

adalah

mengandung unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan


mikroorganisme yang dikehendaki, mempunyai tekanan osmosa, tegangan
permukaan dan pH yang sesuai dengan kebutuhan mikroba serta medium dalam
keadaan steril, artinya sebelum ditanami mikroorganisme yang diinginkan, tidak
ditumbuhi

oleh

mikroorganisme

lain

(dicegah

kontaminasi)

dan

tidak

mengandung zat-zat penghambat (inhibitor).


Berdasarkan bahan yang digunakan, medium dapat dibagi menjadi tiga,
yaitu medium alamiah, medium semi alamiah dan medium sintesis. Medium
alamiah adalah medium yang terdiri atas bahan-bahan alami seperti sari buah,
wortel dan nasi. Medium semi alamiah adalah medium yang terdiri dari bahan
alamiah ditambah dengan senyawa-senyawa kimia misalnya PDA (Potato
Dexstrose Agar), MEA (Malt Ekstrak Agar). Sedangkan medium sintesis adalah
medium buatan yang terdiri dari senyawa-senyawa kimia yang komposisinya
sudah ditentukan misalnya SDA (Sabouroud Dexstrose Agar).
Berdasarkan kegunaannya, medium dapat digolongkan menjadi medium
umum, medium selektif, medium deferensial dan medium diperkaya. Medium
umum adalah medium yang biasa digunakan dan dapat ditumbuhi banyak
mikroorganisme misalnya NA (Natrium Agar) dan PDA (Potato Dexstrose Agar).
Medium selektif adalah medium yang ditujukan untuk jenis-jenis mikroorganisme
tertentu saja misalnya SSA (Salmonella Shigella Agar). Medium diferensial
adalah medium yang digunakan untuk membedakan jenis mikroba satu dengan
yang lain karena adanya suatu reaksi atau cirri yang khas, contohnya adalah
medium BA (Blood Agar). Medium diperkaya adalah medium yang dipakai untuk
menumbuhkan mikroorganisme tertentu sebelum dipakai dalam suatu proses
fermentasi, contohnya MEA (Malt Ekstrak Agar).
Berdasarkan konsistensinya, medium dapat digolongkan menjadi

73

medium padat, medium cair dan medium stengah padat. Medium padat adalah
medium dengan konsistensi padat karena adanya penambahan agar. Contohnya
adalah medium NA (Nutrient Agar). Medium cair adalah medium yang
konsistensinya cair, misalnya NB (Nutrient Broth). Medium setengah padat adalah
medium yang digunakan untuk melihat gerakan dari mikroorganisme apakah
bersifat motil atau non motil.
Praktikum ini diperkenalkan 4 macam medium yaitu medium NA
(Nutrient Agar), NB (Nutrient Broth), PDA (Potato Dekstrose Agar), dan PDB
(Potato Dekstrose Broth). Medium NA dan PDA memiliki konsistensi yang padat
dikarenakan adanya penambahan agar sehingga pada suhu ruangan konsistensinya
padat, sedangkan pada medium NB dan PDB tidak ada penambahan agar sehingga
konsistensinya menjadi cair pada suhu ruangan. Medium dengan konsistensi cair
biasanya digunakan untuk melihat pergerakan mikroba. Sedangkan medium padat
digunakan untuk mengembangbiakkan mikroba dan mengamati morfologi
mikroba yang tumbuh.
Medium NA dan NB adalah medium yang digunakan untuk pertumbuhan
bakteri karena mengandung pepton sebagai sumber nitrogen dan ekstrak daging
yang mengandung garam-garam mineral yang cocok untuk pertumbuhan bakteri.
Sedangkan medium PDA dan medium PDB digunakan untuk membiakkan jamur
karena medium-medium ini mengandung karbohidrat yang berasal dari kentang
yang diperlukan oleh jamur sebagai sumber nutrisi. Karbohidrat yang diperlukan
jamur adalah sebesar 0,4%.
NA (Nutrient Agar) adalah medium dengan konsistensi padat untuk
pertumbuhan bakteri yang berwarna kuning tua jernih. NA instan (sintetik) yaitu
20 gram dalam 1 liter. Medium NA mengandung ekstrak daging, pepton dan agar
yang dilarutkan dalam aquadest. Ekstrak daging mengandung nitrogen organik
dan senyawa karbon yang berfungsi sebagai vitamin. Pepton berfungsi sebagai
nitrogen organik dan sumber nutrisi. Agar untuk memadatkan medium serta
aquadest sebagai pelarut bahan lain. Cara pembuatan medium ini adalah dengan
melarutkan 2 gram NA sintetik dalam 100 mL aquadest disertai pemanasan.
Tujuan dilakukan pemanasan adalah untuk mencegah agar segera membeku dan

74

mempercepat pelarutan NA dengan aquadest.


NB (Nutrient Broth) adalah medium dengan konsistensi cair untuk
peertumbuhan bakteri. Medium ini berwarna jingga dan mengandung ekstrak
daging, pepton dan aquadest. Ekstrak daging mengandung nitrogen organik dan
senyawa karbon yang berfungsi sebagai vitamin. Pepton berfungsi sebagai
nitrogen organik dan sumber nutrisi. Aqudest sebagai pelarut. NB instan yaitu 8
gram serbuk NB sintetik dalam 1 liter. Cara pembuatan medium ini adalah dengan
melarutkan NB sintetik dalam aquadest lalu dihomogenkan.
PDA (Potato Dekstrose Agar) adalah medium dengan konsintensi padat
untuk pertumbuhan jamur. Medium ini berwarna kuning dan mengandung ekstrak
kentang, dekstrosa, agar dan aquadest. Ekstrak kentang berfungsi sebagai sumber
karbohidrat dan energi. Dekstrosa sebagai sumber gula dan energi. Agar sebagai
bahan pemadat dan aquadet sebagai pelarut. PDA instan terdiri dari 39 gram
serbuk PDA instan dalam 1 liter. Volume medium yang dibuat 100 mL, sehingga
PDA yang ditimbang adalah 3,9 gram dan dilarutkan dalam 100 mL aquades.
PDB (Potato Dexstrose Broth) adalah medium dengan konsistensi cair
untuk pertumbuhan jamur. Medium ini mengandung ekstrak kentang, dekstrosa
dan aquades. Medium ini berwarna kuning dan tidak mengandung agr sebagai
pemadat. Fungsi masing-masing komposisi sama dengan fungsi bahan pada
medium NB. PDB instan adalah 24 gram serbuk dalam 1 liter. Volume medium
yang dibuat adalah 50 mL, sehingga PDB yang ditimbang adalah 0,12 gram dan
dilarutkan dalam 50 mL aquades.
Cara pembuatan medium padat (agar) adalah dengan melarutkan serbuk
medium sintetik dalam aquades sambil dipanaskan hingga homogen. Dikatakan
homogen ketika medium terlihat bening. Kemudian ditutup mulut Erlenmeyer
menggunakan kapas dan alumunium foil, kemudian disterilisasi dan didinginkan
lalu disimpan dalam refrigator agar medium tidak terkontaminasi oleh mikroba.
Sedangkan cara pembuatan medium cair adalah dengan melarutkan serbuk
medium sintetik tanpa disertai pemanasan hingga homogen. Warna medium
setelah dipanaskan adalah bening dimana sebelumnya warna larutan adalah
kuning keruh. Setelah itu dilakukan prosedur lanjutan seperti pada pembuatan

75

medium padat. Tujuan melarutkan medium hingga homogen adalah untuk


meratakan nutrisi pada setiap bagian di dalam medium. Pemanasan dilakukan
dengan tujuan mempercepat pelarutan NA dengan aquades dan mencegah terjadi
pembekuan saat proses homogenisasi belum sempurna. Tujuan menutup mulut
Erlenmeyer adalah mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam medium
(steril). Pada pembuatan medium cair tidak diperlukan pemanasan karena tidak
ada agar yang perlu diproses menjadi padat. Tujuan penyimpanan medium dalam
refrigator adalah untuk menjaga kestabilannya untuk tetap padat dan untuk
menjaga kandungan nutrisi dalam medium. Agar sebagai bahan pembeku akan
mencair saat didihkan dan akan memadat dalam suhu ruangan. Pembuatan
medium padat menggunakan agar dan bukan gelatin, karena agar lebih mudah
memadat dibandingkan dengan gelatin.
Dilakukan sterilisasi medium dengan menggunakan alat autoclave.
Autoclave adalah alat untuk mensterilkan berbagai macam alat dan medium kultur
jaringan tumbuhan dengan mengunakan tekanan 15 psi (1,02 atm) dan suhu
121C . Suhu dan tekanan tinggi yang diberikan kepada alat dan media kultur
jaringan tumbuhan yang disterilkan memberikan kekuatan yang lebih besar untuk
membunuh sel dibandingkan dengan udara panas. Biasanya untuk mensterilkan
medium digunakan suhu 121C dan tekanan 15 lb/in selama 15 menit. Alasan
digunakan 121C atau 249,8F adalah karena air mendidih pada suhu tersebut jika
digunakan tekanan 15 psi. Dalam percobaan ini sterilisasi medium dilakukan
dalam autoklaf pada suhu 121o C selama 2 jam. Hal ini dikarenakan autoklaf
merupakan alat sterilisasi yang menggunakan uap air bertekanan tinggi, sehingga
tidak menyebabkan medium menjadi basah ataupun menguap (bila dengan oven).
Prinsip dari sterilisasi dengan alat ini adalah menggunakan uap basah dimana akan
menyebabkan protein sel mikroorganisme mengalami koagulasi dan selanjutnya
mengalami

praesipitasi

oleh

uap

air

bertekanan

mikroorganisme menjadi lisis.


BAB VI
PENUTUP

76

tinggi,

sehingga

sel

6.1. Kesimpulan
a.

Medium NA (Nutrient Agar) memiliki konsistensi padat yang digunakan


sebagai medium pertumbuhan bakteri.

b.

Medium NB (Nutrient Broth) memiliki konsistensi cair yang digunakan


sebagai medium pertumbuhan bakteri.

c.

Medium PDA (Potato Dekstrose Agar) memiliki konsistensi padat yang


digunakan sebagai medium pertumbuhan jamur.

d.

Medium PDB (Potato Dekstrose Broth) memiliki konsistensi cair yang


digunakan sebagai medium pertumbuhan jamur.

6.2. Saran
Sebaiknya dalam pembuatan medium diperhatikan perhitungan bahanbahan yang digunakan, penimbangan dan proses pembuatannya untuk
mendapatkan medium dengan nutrisi yang baik untuk pertumbuhan bakteri yang
baik untuk pertumbuhan bakteri dan jamur yang baik pula sehingga dapat
memberikan hasil pengamatan yang maksimal.

BAB I
PENDAHULUAN

77

1.1.
1.1.1.

Maksud dan Tujuan Percobaan


Maksud Percobaan
Maksud dari percobaan ini adalah agar mahasiswa mengetahui sifat-sifat

masing-masing mikroba termasuk sifat pertumbuhan. Percobaan ini juga


dimaksudkan mahasiswa dapat memahami teknik isolasi dan inokulasi yang
sesuai dengan medium pertumbuhan mikroba yang tepat dengan menggunakan
metode tegak, metode miring, metode sebar, metode tuang, metode tabur dan juga
metode lingkungan.
1.1.2.
a.

Tujuan Percobaan
Mengetahui teknik isolasi mikroorganisme pada medium dengan

b.

pertumbuhan menggunakan sampel tertentu.


Mengetahui cara inokulasi suatu mikroba pada medium tertentu yang

c.

sesuai dengan tempat pertumbuhan mikroba tersebut.


Mengetahui sifat-sifat dan bentuk koloni mikroba pada medium yang
sesuai.

1.2.

Prinsip Percobaan
Prinsip

dari

percobaan

ini

adalah

dalam

penanaman

bakteri

diperlukannya pemahaman dasar pada teknik isolasi bakteri dan teknik inokulasi
bakteri. Mengetahui dan memperhatikan medium yang sesuai untuk pertumbuhan
bakteri. Mengerti teknik dasar menggunakan metode gores, metode tusuk, metode
sebar dan metode tuang, dengan menggunakan sampel air sungai Dama, air sungai
Dr.Soetomo, air parit, tanah sampah lembuswana, tanah biasa dan udara
sedangkan bakteri yang digunakan adalah Bacillus Subtilis, Escherichia coli dan
jamur Candida albicans.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Uraian Umum

78

Mikroorganisme dibiakkan di laboratorium pada bahan nutrient yang


disebut medium. Banyak sekali medium yang tersedia; macamnya yang dipakai
bergantung kepada banyak faktor, salah satu di antaranya ialah macam
mikroorganisme yang akan ditumbuhkan. Bahan yang diinokulasikan pada
medium itu disebut inokulum. Dengan

menginokulasi medium agar nutrient

(nutrient agar) dengan metode cawan gores atau metode cawan tuang, sel-sel itu
akan terpisah sendiri-sendiri. Setelah inkubasi, sel-sel mikroba individu itu
memperbanyak diri sedemikian cepatnya sehingga dalam waktu 18 sampai 24 jam
terbentuklah massa sel yang dapat dilihat dan dinamakan koloni.
Metode yang lebih langsung untuk mengisolasi mikroorganisme tunggal
ialah dengan menggunakan alat manipulatormiko yang disebut kuarmikro
(microscopic probe) untuk memindahkan satu sel dari suspensi zat alir sel.
Sesudah suatu mikroorganisme berhasil diisolasi dalam biakan murni, maka perlu
memelihara biakan itu dalam keadaan hidup untuk masa yang cukup lama.
(Pelczar, 1986)
Cara yang paling umum digunakan untuk menghitung jumlah bakteri
adalah perhitungan jumlah bakteri hidup. Dengan metode ini, pengenceran dari
sampel yang mengandung ditanam pada media pertumbuhan yang sesuai.
Suspensi dapat disebar pada permukaan pekat agar (spread plate method) atau
dicampur dengan agar cair, yang kemudian dituangkan ke dalam cawan petri dan
dibiarkan memadat. Pelat agar tersebut kemudian diinkubasi pada kondisi yang
terlihat tanpa bantuan mikroskop. Oleh karena itu, dengan menghitung jumlah
koloni pada sampel asal dapat ditentukan.
Metode agar tuang, seperti halnya metode perhitungan jumlah kuman
hidup lainnya, dilakukan dengan mencampurkan sampel pada media padat yang
mendukung pertumbuhan mikroorganisme, dan kemudian menginkubasi pelat
sehingga setiap sel bakteri dapat membelah dan membentuk koloni. Dengan
demikian, jumlah koloni yang tumbuh tersebut dapat dihitung. Karena kita pada
umumnya tidak mempunyai gambaran tentang jumlah bakteri dalam sampel,
penyiapan pengenceran berseri hampir selalu dibutukan untuk memastikan bahwa
kita akan mendapatkan pengenceran dengan jumlah bakteri yang dapat dihitung.

79

Pada metode agar tuang, inokulum mikroorganisme dicampur dengan agar cair
(suhu 40-45 derajat celcius) sehingga bakteri bercampur relatif merata pada media
padat. Meskipun demikian, tidak semua bakteri dapat hidup pada temperature 45
derajat celcius, hal ini menunjukkan kelemahan prosedur ini.
Metode sebar di atas pelat agar (spread plate method). Teknik atau cara
ini, sesuai dengan namanya adalah teknik dengan menyebarkan sampel yang telah
diencerkan di atas permukaan pelat agar dalam cawan petri. Umumnya antara 0,5
mL dan 1 mL sampel disebarkan di permukaan media padat dengan menggunakan
tangkai gelas steril (batang pengaduk). Cawan kemudian diinkubasi dan jumlah
koloni yang tumbuh dihitung.
(Harmita, 2006)
Isolasi bakteri pada permukaan spons dilakukan dengan cara mengusap
permukaan spons pada tiga tempat yang berbeda dengan menggunakan swab steril
1 cm2, kemudian dicelupkan ke dalam 3 buah Erlenmeyer yang berisi media
PBS (Phosphate Buffer Salius) steril. Dari masing-masing tabung tersebut
dilakukan seri pengenceran dari 10-1 sampai dengan 10-5 sebanyak 100 L. Pada
tiga pengenceran terakhir disebar dalam media SWC (Sea Water Complete) dan
diinkubasi pada suhu ruang selama 24 jam. Koloni yang tumbuh dimurnikan
dengan metode kuadran dan dipreservasi dalam agar miring (Mahdiyah,2012).
2.2.

Uraian Khusus

2.2.1

Uraian Mikroba

a.

Bakteri

1)

Escherichia coli
Kingdom

: Bacteria

Divisi

: Protophyta

Kelas

: Schitomycetes

Ordo

: Eubacteriales

Famili

: Euterabacteriaceae

Genus

: Escherichia

Spesies

: Escherichia coli

80

(Darija, 2009)
Escherichia coli termasuk kelompok bakteri berbentuk batang aerob
fakultatif gram negatif dengan tebal 0,5 m, panjang antara 1,0-3,0 m, berbentuk
seperti filament yang panjang, tidak berbentuk spora, bersifat gram negatif.
(Anggraini, 2013)
2)

Bacillus subtilis
Kingdom

: Bacteria

Divisi

: Firmicutes

Kelas

: Bacilli

Ordo

: Bacillales

Famili

: Bacillaceae

Genus

: Bacillus

Spesies

: Bacillus subtilis

Bacillus subtilis adalah bakteri yang terdapat di udara, ar dan debu, tidak
patogen, dapat menyebabkan degenerasi protein, tidak menimbulkan bau yang
tidak sedap. Bakteri ini membentuk spora dalam lemak, minyak, termasuk
paraffin cair dan dapat bertahan hingga dua tahun.
(Iswari, 2007)
b.

Jamur

1)

Candida albicans
Kingdom

: Fungi

Divisi

: Ascomycota

Kelas

: Saccharomycetes

Ordo

: Saccharomycetales

Famili

: Saccharomycetaceae

Genus

: Candida

Spesies

: Candida albicans

Candida albicans merupakan organisme yang terdiri(Dinakaran,


dari sel-sel2008)
bulat
atau oval yang membelah diri melalui pencukasan (budding). Terlepas dari bentuk
raginya, Candida albicans bisa membuat pseudohifa yang terdiri dari banyak sel

81

yang tersusun linier, atau pada keadaan-keadaan tertentu , membentuk hifa yang
berspeta (Graham, 2005).
2.2.2.
a.

Uraian Medium
Medium Potato Dextrose Agar (PDA)
Komposisi:
Kentang

4 g/L

Dekstrosa

15 g/L

Aquadest

1L

Potato dextrose agar sebanyak 39 gram dilarutkan dalam 1000 mg


aquadest. Medium cair kemudian dihomogenkan dalam magnetic stirrer sampai
larut dan dipanaskan hingga mendidih. Erlenmeyer ditutup dengan aluminium foil.
Medium disterilkan dengan menggunakan autoklaf pada suhu 121oC dan tekanan
1,5 atm selama 15 menit.
b.

Medium Potato Dextrose Broth (PDB)


Komposisi:
Ekstrak Kentang

4g

Glukosa

20 g

Air suling

1L

Potato dextrose broth sebanyak 24 gram dilarutkan dalam 1000 mg


aquadest. Medium cair kemudian dihomogenkan dengan magnetic stirrer sampai
larut dan dipanaskan hingga mendidih. Erlenmeyer ditutup dengan aluminium foil.
Medium disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121oC dan tekanan 1,5 atm selama
15 menit.
(Sutoro, 2007)
c.

Medium Nutrient Agar (NA)


Komposisi:
Pepton

5 g/L

Beef extract 3 g/L


Agar

15 g/L

Aquadest

1L

Nutrient agar adalah medium umum untuk uji air dan produk dairy.

82

Nutrient agar juga digunakan untuk pertumbuhan bakteri. Media ini merupakan
media sederhana yang dibuat dari beef extract, pepton dan bacta agar. Kandungan
pepton dan beef extract tersebut digunakan sebagai komponen yang penting bagi
pertumbuhan bakteri karena kandungan protein hewaninya yang tinggi.
d.

Medium Nutrient Broth (NB)


Komposisi:
Pepton

5 g/L

Beef extract 3 g/L


Aquadest

1L

Nutrient broth merupakan medium sederhana yang dibuat dari beef


extract dan pepton. Nutrient broth biasanya digunakan untuk inkubasi atau
menumbuhkan bakteri dalam media cair. Berdasarkan komposisinya Nutrient
Broth termasuk medium semi aseptis yaitu medium yang komponennya sebagian
diketahui dan sebagian lagi tidak diketahui secara pasti.
Setelah diamati ternyata Nutrient Broth hampir sama dengan nutrient
agar. Namun hal yang membedakan diantara keduanya adalah nutrient broth
digunakan untuk menumbuhkan bakteri tanpa medium padat (agar).
(Mast, 1997)
2.2.3

Uraian Sampel

a.

Tanah sampah
Merupakan sampel pada tanah yang mengandung sampah atau sebagai

tempat dari pembuangan sampah. Sampah merupakan bahan padat maupun cairan
yang tidak dipergunakan lagi dan dibuang.
b.

Tanah biasa
Tanah sangat berperan penting bagi kehidupan, karena menyediakan

unsur hara yang dimanfaatkan oleh mkroorganisme dan sebagai lahan untuk
media tanaman.

c.

Air sungai
Sungai merupakan aliran air yang besar dan memanjang. Sungai sering

83

disalahgunakan oleh sebagian masyarakat untuk membuang sampah sehingga


menyebabkan air sungai menjadi tercemar.
d.

Air parit
Merupakan air yang ada diselokan, biasanya sebagai aliran membuan

limbah cairan tumah tangga. Air parit yang hitam menandakan air tersebut
tercemar.
e.

Udara
Merupakan suatu yang sangat diperlukan dalam kehidupan, khususnya

dalam proses respirasi. Udara yang tercemar dapat menjadi berbau.

BAB III
METODE KERJA

84

3.1.

Alat dan Bahan

3.1.1
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.
q.
r.
s.
3.1.2
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.
q.

Alat
Autoklaf
Batang pengaduk
Cawan petri
Driglesky
Erlenmeyer 100 mL
Gelas kimia 100 mL
Hot plate
Inkubator
Laminar Air Flow (LAF)
Lemari pendingin
Mortir dan stemper
Ose bulat
Ose lurus
Pembakar spiritus
Penjepit tabung
Rak tabung reaksi
Spuit 5 mL dan 10 mL
Spatula besi
Tabung reaksi
Bahan
Air parit
Air suling
Air sungai
Alkohol 70%
Aluminium foil
Bakteri Bacillus subtilis
Bakteri Escherichia coli
Benang godam
Etiket
Jamur Candida albicans
Medium NA (Nutrient Agar)
Medium NB (Nutrient Broth)
Medium PDA (Potato Dextrose Agar)
Medium PDB (Potato Dextrose Broth)
Tanah biasa
Tanah sampah
Udara

3.2
3.2.1

Bagan Kerja
Pembuatan medium NB (Nutrient Broth)
Ditimbang 1,2 gram NB sintetik
Dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer,
85

Ditambahkan aquades ad 50 mL
Dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer,
Dilarutkan kemudian ditutup kapas, dan aluminium foil
Diikat dengan benang godam
Disterilkan dalam autoklaf dengan suhu 121 oC selama 15 menit
Didinginkan dan disimpan dalam lemari pendingin

3.2.2

Pembuatan medium PDA (Potato Dextrose Agar)


Ditimbang 3,9 gram PDA sintetik
Dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer,
Ditambahkan aquades ad 100 mL
Dilarutkan sambil dipanaskan di atas hot plate
dan diaduk-aduk hingga mendidih

Ditutup kapas, dan aluminium foil serta diikat dengan benang godam
Disterilkan dalam autoklaf dengan suhu 121 oC selama 15 menit
Didinginkan dan disimpan dalam lemari pendingin

86

3.2.2

Pembuatan medium NA (Nutrient Agar)


Ditimbang 2 gram NA sintetik
Dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer,
Ditambahkan aquades ad 100 mL
Dilarutkan sambil dipanaskan di atas hot plate
dan diaduk-aduk hingga mendidih

Ditutup kapas, dan aluminium foil serta diikat dengan benang godam
Disterilkan dalam autoklaf dengan suhu 121 oC selama 15 menit

3.2.4

Didinginkan
danPDB
disimpan
dalam
lemariBroth)
pendingin
Pembuatan
medium
(Potato
Dextrose
Ditimbang 1,2 gram PDB sintetik

Dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer,

Ditambahkan aquades ad 50 mL
Dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer,
Dilarutkan kemudian ditutup kapas, dan aluminium foil
Diikat dengan benang godam

Disterilkan dalam autoklaf dengan suhu 121 oC selama 15 menit

87

3.2.5

Pembiakkan Mikroba
Dimasukkan 5 mL NA dan 5 mL PDA ke masing-masing tabung reaksi

Dimiringkan tabung dengan kemiringan 100, dibiarkan hingga padat

Diambil biakkan bakteri Bacillus subtilis dan Escherichia coli


dengan ose bulat lalu digores pada permukaan medium NA
Diambil biakkan jamur Candida albicans dengan ose bulat
lalu digores pada permukaan medium PDA

Dilakukan penggoresan sebanyak 3 kali pengulangan


Ditutup dengan kapas dan dibungkus

Disimpan medium NA didalam inkubator selama 1 x 24 jam


dan medium PDA pada suhu ruangan selama 2 x 24 jam
3.2.6
a.

Isolasi
Metode Lingkungan
Dimasukkan 10 mL medium NA dan PDA
kedalam masing-masing cawan petri
Dibiarkan hingga padat

Dibuka tutup cawan petri

bagian

selama 5-10 menit dan ditutup kembali


Diinkubasi medium NA pada inkubator selama 1 x 24 jam
dan medium PDA pada suhu ruangan selama 2 x 24 jam
88

b.

Metode sebar padat


Dimasukkan 10 mL medium NA dan PDA
kedalam masing-masing cawan petri

Didiamkan hingga padat, ditambahkan 1 mL sampel

Diratakan dengan driglesky

Diinkubasi medium NA pada inkubator selama 1 x 24 jam


dan medium PDA pada suhu ruangan selama 2 x 24 jam

c.

Metode sebar cair


Dimasukkan 5 mL medium NB dan PDB
kedalam masing-masing tabung reaksi

Dimasukkan 1 mL sampel dengan spuit

Dihomogenkan dengan memutar tabung reaksi, lalu dibungkus

Diinkubasi medium NB pada inkubator selama 1 x 24 jam


dan medium PDB pada suhu ruangan selama 2 x 24 jam
d.

Metode tuang
Dimasukkan 1 mL sampel pada masing-masing cawan petri
89

Dimasukkan 10 mL medium NA dan PDA


kedalam masing-masing cawan petri

Dihomogenkan dengan memutar cawan petri membentuk angka 8

Dibiarkan padat

Diinkubasi medium NA pada inkubator selama 1 x 24 jam


dan medium PDA pada suhu ruangan selama 2 x 24 jam

e.

Metode tabur
Dimasukkan 10 mL medium NA dan PDA
kedalam masing-masing cawan petri
Didiamkan hingga padat dan ditabur
sampel dalam medium
Diratakan dengan driglesky
Diinkubasi medium NA pada inkubator selama 1 x 24 jam
dan medium PDA pada suhu ruangan selama 2 x 24 jam

3.2.7
a.

Inokulasi
Metode tegak
Dimasukkan 5 mL medium NA dan PDA
kedalam masing-masing tabung reaksi
90

Didiamkan hingga padat


Diinokulasi untuk bakteri Bacillus subtilis dan Escherichia coli dengan
medium NA dan jamur Candida albicans dengan medium PDA
Ditusuk dengan ose lurus

Diinkubasi medium NA pada inkubator selama 1 x 24 jam


dan medium PDA pada suhu ruangan selama 2 x 24 jam

b.

Metode miring
Dimasukkan 5 mL medium NA dan PDA
kedalam masing-masing tabung reaksi
Diletakkan dengan kemiringan 100
Didiamkan hingga padat
Diinokulasi untuk bakteri Bacillus subtilis dan Escherichia coli dengan
medium NA dan jamur Candida albicans dengan medium PDA
Digores dengan ose bulat

Diinkubasi medium NA pada inkubator selama 1 x 24 jam


dan medium PDA pada suhu ruangan selama 2 x 24 jam
91

c.

Metode cair
Dimasukkan 5 mL medium NB dan PDB
pada masing-masing tabung reaksi

Diinokulasi untuk bakteri Bacillus subtilis dan Escherichia coli dengan


medium NB dan jamur Candida albicans dengan medium PDB

Digores dengan ose bulat

Diinkubasi medium NB pada inkubator selama 1 x 24 jam


dan medium PDB pada suhu ruangan selama 2 x 24 jam

BAB IV
HASIL PENGAMATAN
4.1

Tabel Pengamatan

4.1.1.

Isolasi Mikroorganisme

Sampel

Medium

Metode

NA

Lingkungan

Udara

Air parit

PDA

Lingkungan

NA
PDA

Sebar padat
Sebar padat

Bentuk
Bulat
Tidak
teratur
Berbenang
Berbenang
hijau
Bulat putih
Titik-titik
Titik putih

92

Ciri Koloni
Tepi
Permukaan
Utuh
Rata
Berombak

Timbul datar

Berbenang

Datar

Berbenang

Timbul datar

Utuh
Berombak
Utuh

Melengkung
Timbul datar
Timbul datar

NA

Tuang

Bulat putih
Tak teratur
Tak teratur

Utuh
Bergerigi

Melengkung
Melengkung

coklat

Berbelah

Rata

Berombak

Rata

Berombak

Timbul datar

Berbenang

Rata

merah
Bulat hijau
metalic
Tak teratur

Air
sungai

putih
Bulat

dama

kuning
PDA

Tuang

Tanah
NA

biasa

Tabur

Utuh

Berbenang

Keriting

Rata

Bulat
Bulat

Berombak

Rata

Utuh

Timbul datar

Berombak

Rata

Utuh

Rata

Berbenang

Rata

Tabur

NA

Tabur

kuning
Bulat
Titik-titik

Tabur

putih
Tak teratur

PDA

putih
Air

NB

Sebar Cair

Berserabut

Berserabut

PDB

Sebar cair

Berserabut

Berserabut

sungai
Dr.

Mencembung

Bulat putih

PDA

Tanah
sampah

kehijauan

Berserabut

Berserabut

Soetomo
4.1.2.

Inokulasi Mikroorganisme
Mikroba

Eschericia coli

Medium

Metode
Tegak
Miring
Cair
Tegak
Miring
Cair

NA
NB

Bacillus Subtilis

NA
NB

93

Bentuk Koloni
Filoform
Ekinulat
Berserabut
Papilat
Berbatang
Berserabut

Candida albicans

Tegak
Miring
Cair

PDA
PDB

4.2.

Beaded
Efus
Berserabut

Perhitungan

4.2.1.

Perhitungan Medium

a.

Nutrient Agar (NA)


Volume medium yang akan dibuat 100 mL
Komposisi NA instan 20 gram/liter
Ditimbang
Jadi ditimbang 2 gram NA instant dalam 100 mL aquades.

b.

Nuterint Bort (NB)


Volume medium yang akan dibuat 50 mL
Komposisi NB instan 24 gram/liter
Ditimbang
Jadi ditimbang 1,2 gram NB instant dalam 50 mL aquades.

c.

Potato Dextrosa Agar (PDA)


Volume medium yang akan dibuat 100 mL
Komposisi PDA instan 39 gram/liter
Ditimbang
Jadi ditimbang 3,9 gram PDA instant dalam 100 mL aquades.

d.

Potato Dextrosa Broth (PDB)


Volume medium yang akan dibuat 50 mL
Komposisi PDB instan 24 gram/liter

94

Ditimbang
Jadi ditimbang 1,2 gram PDB instant dalam 50 mL aquades.

4.3.
Gambar pengamatan
4.3.1.
Isolasi
a.
Metode Lingkungan
LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN
a. Bentuk
b. Tepi
c. Permukaan

Keterangan:
Koloni 1
a. Bulat
b. Utuh
c. Rata

Sampel : Udara
Medium : Nutrient Agar (NA)
LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

95

Keterangan:
Koloni 2
a. Tak teratur
b. Berombak
c. Timbul datar

a. Bentuk

b. Tepi

c. Permukaan

Sampel : Udara
Medium : Nutrient Agar (NA)

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN
a. Bentuk
b. Tepi
c. Permukaan

Keterangan:
Koloni 3
a. Berbenang
b. Berbenang
c. Timbul datar

Sampel : Udara
Medium : Nutrient Agar (NA)
LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

96

Keterangan:
Koloni 1
a. Berbenang
b. Berbenang
c. Timbul datar

a. Bentuk

b. Tepi

c. Permukaan

Sampel : Udara
Medium : Potato Dextrose Agar (PDA)

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN
a. Bentuk
b. Tepi
c. Permukaan

Sampel : Udara
Medium : Potato Dextrose Agar (PDA)
b.

Metode Sebar Padat


LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI

97

Keterangan:
Koloni 2
a. Bulat
b. Utuh
c. Melengkung

Keterangan:
a. Titik-titik
b. Berombak
c. Timbul datar

UNIVERSITAS MULAWARMAN
a. Bentuk
b. Tepi
c. Permukaan

Sampel : Air Parit


Medium : Nutrient Agar (NA)

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN
a. Bentuk
b. Tepi
c. Permukaan

Keterangan:
Koloni 1
a. Titik-titik
b. Utuh
c. Timbul datar

Keterangan:
Koloni 2
a. Bulat
b. Utuh
c. Melengkung

Sampel : Air Parit


Medium : Nutrient Agar (NA)
LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI

98

UNIVERSITAS MULAWARMAN
a. Bentuk
b. Tepi
c. Permukaan

Sampel : Air Parit


Medium : Potato Dextrose Agar (PDA)

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN
a. Bentuk
b. Tepi
c. Permukaan

Sampel : Air Parit


Medium : Potato Dextrose Agar (PDA)
c.

Metode Tuang
LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI

99

Keterangan:
Koloni 3
a. Tak teratur
b. Bergerigi
c. Melengkung

Keterangan:
Koloni 1
a. Tak teratur
b. Berbelah
c. Rata

UNIVERSITAS MULAWARMAN
a. Bentuk
b. Tepi
c. Permukaan

Sampel : Air Sungai Dama


Medium : Nutrient Agar (NA)

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN
a. Bentuk
b. Tepi
c. Permukaan

Keterangan:
Koloni 2
a. Bulat
b. Berombak
c. Rata

Keterangan:
Koloni 3
a. Tak teratur
b. Berombak
c. Rata

Sampel : Air Sungai Dama


Medium : Nutrient Agar (NA)
LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI

100

UNIVERSITAS MULAWARMAN
a. Bentuk
b. Tepi
c. Permukaan

Sampel : Air Sungai Dama


Medium : Nutrient Agar (NA)

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN
a. Bentuk
b. Tepi
c. Permukaan

Sampel : Air Sungai Dama


Medium : Potato Dextrose Agar (PDA)
LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI

101

Keterangan:
Koloni 1
a. Bulat
b. Berbenang
c. Rata

Keterangan:
Koloni 2
a. Bulat
b. Utuh
c. Mencembung

UNIVERSITAS MULAWARMAN
a. Bentuk
b. Tepi
c. Permukaan

Sampel : Air Sungai Dama


Medium : Potato Dextrose Agar (PDA)

d.

Metode Tabur
LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN
a. Bentuk
b. Tepi
c. Permukaan

Keterangan:
Koloni 1
a. Berbenang
b. Keriting
c. Rata

Keterangan:
Koloni 2
a. Bulat
b. Berombak
c. Rata

Sampel : Tanah biasa


Medium : Nutrient Agar (NA)
LABORATORIUM

102

MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN
a. Bentuk
b. Tepi
c. Permukaan

Sampel : Tanah biasa


Medium : Nutrient Agar (NA)

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN
a. Bentuk
b. Tepi
c. Permukaan

Keterangan:
a. Bulat
b. Utuh
c. Rata

Sampel : Tanah biasa


Medium : Potato Dextrose Agar (PDA)

Keterangan:
a. Bulat
b. Berombak
c. Rata

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI

103

UNIVERSITAS MULAWARMAN
a. Bentuk
b. Tepi
c. Permukaan

Sampel : Tanah sampah


Medium : Nutrient Agar (NA)

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN
a. Bentuk
b. Tepi
c. Permukaan

Sampel : Tanah sampah


Medium : Potato Dextrose Agar (PDA)
LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI

104

Keterangan:
Koloni 1
a. Titik-titik
b. Utuh
c. Timbul datar

Keterangan:
Koloni 2
a. Tak teratur
b. Berbenang
c. Rata

UNIVERSITAS MULAWARMAN
a. Bentuk
b. Tepi
c. Permukaan

Sampel : Tanah sampah


Medium : Potato Dextrose Agar (PDA)

e.

Metode Sebar cair


LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN
a
B

Sampel : Air Sungai Dr. Soetomo


Medium : Nutrient Broth (NB)

105

Keterangan:
a. Dilihat dari atas
b. Dilihat dari samping
Berserabut

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

Keterangan:
a. Dilihat dari atas
b. Dilihat dari samping
Berserabut

a
B

Sampel : Air Sungai Dr. Soetomo


Medium : Potato Dextrose Broth (PDB)

4.3.1
a.

Inokulasi Mikroorganisme
Metode Tegak
LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN
a
b
c
d

Mikroba : Escherichia coli


Medium : Nutrient Agar (NA)

106

Keterangan:
a. Kapas
b. Tabung reaksi
c. Tusukan filiform
d. Medium

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

Keterangan:
a. Kapas
b. Tabung reaksi
c. Tusukan papilat
d. Medium

Mikroba : Bacillus subtilis


Medium : Nutrient Agar (NA)

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

Mikroba : Candida albicans


Medium : Potato Dextrose Agar (PDA)

107

Keterangan:
a. Kapas
b. Tabung reaksi
c. Tusukan beaded
d. Medium

b.

Metode miring
LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

Keterangan:
a. Kapas
b. Tabung reaksi
c. Tusukan ekinulat
d. Medium

Mikroba : Escherichia coli


Medium : Nutrient Agar (NA)

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

Mikroba : Bacilus subtilis


Medium : Nutrient Agar (NA)

108

Keterangan:
a. Kapas
b. Tabung reaksi
c. Tusukan aboresen
d. Medium

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

Keterangan:
a. Kapas
b. Tabung reaksi
c. Tusukan epus
d. Medium

Mikroba : Candida albicans


Medium : Potato Dextrose Agar (PDA)

c.

Metode cair
LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

a
b

Mikroba : Escherichia coli


Medium : Nutrient Broth (NB)

109

Keterangan:
a. Dilihat dari atas
b. Dilihat dari
samping
Berserabut

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

Keterangan:
a. Dilihat dari atas
b. Dilihat dari
samping
Berserabut

Mikroba : Bacilus subtilis


Medium : Nutrient Broth (NB)

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

a
b

Mikroba : Candida albicans


Medium : Potato Dextrose Broth (PDB)

110

Keterangan:
a. Dilihat dari atas
b. Dilihat dari
samping
Berserabut

BAB V
PEMBAHASAN
Mikroba memiliki berbagai populasi campuran dari berbagai jenis
mikroba yang berbeda di alam. Dengan ilmu pengetahuan tentang mikrobiologi,
maka dapat dipelajari spesies mikroba yang telah dipisahkan (diisolasi), tumbuh
dalam suatu lingkungan yang bebas dari pencemaran oleh bentuk-bentuk
kehidupan lain. Untuk mempelajari kehidupan mikroba perlu dilakukan
kulturisasi (pembiakan) dan isolasi (pemisahan) mikroba yang umumnya
membutuhkan teknik-teknik tertentu.
Udara, tanah, dan air serta lingkungan sekitar juga dihuni kumpulan
mikroorganisme. Penelitian yang layak mengenai mikroorganisme dalam berbagai
habitat ini memerlukan teknik untuk memisah-misahkan populasi campuran yang
rumit ini, atau biakan campuran menjadi spesies-spesies yang berbeda-beda

111

sebagai biakan murni. Biakan murni terdiri dari suatu populasi sel yang semuanya
berasal dari satu sel induk.
Pada pratikum ini akan dibahas mengenai isolasi dan inokulasi
mikroorganisme yang ada di lingkungan sekitar.
Isolasi merupakan proses pengambilan mikroba dan medium atau
lingkungan asalnya dan menumbuhkannya dimedium buatan sehingga diperoleh
biakan yang murni. Sedangkan inokulasi adalah suatu kegiatan penanaman bibit
mikroba ke dalam media tanam yang telah dipersiapkan. Mikroba yang
dipindahkan dari satu tempat ke tempat lainnya harus menggunakan prosedur
aseptis. Aseptis berarti bebas dari sepsis, yaitu kondisi terkontaminasi karena
mikroba, atau mikroorganisme lain. Teknik aseptis ini sangat penting bila bekerja
dengan mikroorganisme. Pada proses isolasi, harus dilakukan didekat bunsen,
sedangkan pada saat proses inokulasi, pengerjaan dilakukan didalam laminar air
flow dan harus dibelakang bunsen. Apabila tidak dijalankan dengan tepat, maka
akan ada kemungkinan mikroorganisme lain untuk mengkontaminasi. Pengerjaan
dengan cara aseptis juga akan melindungi laboran maupun pratikan dan asisten
dari kontaminasi mikroba lain. Pada waktu isolasi dan ikonulasi, jarum yang
digunakan untuk memindahkan mikroba harus dipijarkan diatas api sampai pijar
sebelum dan sesudah pemindahan. Pemanasan ini menghancurkan setiap bentuk
kehidupan yang ada pada permukaan jarum atau alat pemindah.
Sampel yang digunakan pada percobaan ini adalah air parit, air sungai,
tanah biasa, tanah sampah. Pengambilan sampel ini dilakukan ditempat yang
berbeda. Sedangkan metode isolasi yang digunakan anatara lain, metode tuang,
metode tabur, metode sebar padat, metode sebar cair serta metode lingkungan.
Inokulasi mikroorganisme dilakukan dengan tiga metode berbeda , yaitu metode
tegak, miring dan cair.
Sebelum dilakukan isolasi maupun inokulasi, terlebih dahulu harus
dibuat medium yang akan digunakan untuk isolasi maupun inokulasi. Medium
yang digunakan yaitu nutrient Broth (NB), nutrient agar (NA), potato dextose
agar (PDA), serta Potato dextose Broth (PDB). Medium-medium tersebut dibuat
dengan cara ditimbang medium sintetis, kemudian dilarutkan dengan aquades,

112

setelah itu dipindahkan ke erlenmeyer kemudian diaduk sampai jernih. Khusus


untuk medium NA dan PDA perlu diaduk sambil dipanaskan dengan tujuan agar
yang terkandung dalam medium padat tersebut dapat dihomogenkan secara
sempurna.
Setelah dilakukan pembuatan medium, selanjutnya dilakukan pembiakan
mijroba yang dilakukan dengan cara, medium NA dan PDA yang telah dibuat dan
dimasukkan ke lemari pendingin, dimasukkan ke dalam air untuk menstabilkan
suhu. Setelah itu dihangatkan diatas hot plate hingga mencair kemudian
dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan dimiringkan tabung, setelah itu dibiarkan
hingga padat. Kemudian diambil biakan bakteri dengan ose bulat lalu digores
pada permukaan medium NA dan biakan jamur dengan ose bulat lalu digores pada
permukaan medium PDA. Setelah itu ditutup dengan kapas dan dimiringkan
tabung. Kemudian disimpan medium NA di dalam inkubator selama 1x24 jam
pada suhu 37 C dan disimpan medium PDA di dalam suhu ruangan selama 2x24
jam pada suhu 25-27 C.
Pengerjaan selanjutnya yaitu isolasi mikroorganisme dengan berbagai
metode. Metode yang pertama dilakukan adalah metode tuang yang dilakukan
dengan cara dimasukkan 1 ml sampel pada masing-masing cawan petri kemudian
10 ml NA dan PDA dimasukkan ke cawan petri kemudian dihomogenkan
membentuk angka 8. Tujuan dari penghomogenan ini adalah agar sampel dan
medium dapat tercampur sempurna. Setelah itu dipadatkan dan dibungkus cawan
petri dan diinkubasi medium NA pada inkubator dan PDA pada suhu ruangan.
Sampel yang digunakan pada metode tuang ini adalah air sungai dama.
Inkubasi merupakan proses dimana masa pertumbuhan mikroorganisme
diatur pada suhu tertentu. Inkubasi berfungsi menumbuhkan bakteri dan jamur,
untuk bakteri masa inkubasinya adalah 1x 24 jam dengan suhu 377 C, dan untuk
jamur masa inkubasinya ialah 2x24 jam pada suhu kamar. Perbedaan suhu dan
lama pertumbuhan antara bakteri dan jamur dapat disebabkan karena pada
masing-masing mikroba tersebut memiliki suhu dan waktu optimun untuk
pertumbuhan yang berbeda. Pada saat diinkubasi, cawan petri diletakkan dalam
posisi terbalik, karena jika tidak terbalik selama inkubasiakan terbentuk embun air

113

dibagian tutup cawan yang akan menetes ke permukaan medium sehinga


menghasilkan air yang menggenang pada permukaan yang dapat menyebabkan
permbentukan koloni terganggu atau hancur.
Setelah diinkubasi, dilakukan pengamatan mengenai ciri-ciri mikroba
yang meliputi bentuk koloni , permukaan koloni dan bentuk tepi pada koloni.
Bentuk koloni dilihat dari atas, tepi koloni dilihat dari atas dan permukaan koloni
dilihat dari samping. Dari hasil pengamatan, didapatkan hasil bahwa terdapat tiga
koloni yang tumbuh pada medium NA metode tuang dan dua koloni pada medium
PDA. Koloni pertama pada medium NA yaitu berbentuk tak teratur, tepi berbelah
dan permukaan rata ; koloni kedua berbentuk bulat hijau metalic, tepi berombak
dan permukaan timbul datar ; koloni ketiga berbentuk benang, tepi berbenang dan
permukaan datar. Sedangkan pada medium PDA koloni pertama berbentuk bulat
kuning, tepi berbenang dan permukaan rata ; koloni kedua berbentuk bulat putih,
tepi utuh dan permukaan mencembung.
Pengerjaan selanjutnya yaitu isolasi metode tabur, sebar padat dan
lingkungan pengerjaannya hampir sama yaitu dimasukkan 10 ml medium NA dan
PDA ke masing-masing cawat petri kemudian diputar membentuk angka 8.
Setelah itu medium dipadatkan. Setelah padat, sampel yang digunakan pada
metode tabur adalah tanah biasa dan tanah sampah yang telah digerus halus
dimasukkan ke medium. Sedangkan sampel yang digunakan pada metode sebar
padat adalah air parit yang dimasukkan ke medium dan diratakan dengan
drigelsky. Sampel yang digunakan pada metode lingkungan adalah udara yang
diambil dengan cara dibuka cawan petri sepertiga bagian selama 15 menit. Tutup
cawan petri hanya dibukan sepertiga bagiannya agar terdapat udara yang
terperangkap pada sebagian tutup cawan petri. Setelah itu, ditutup cawan petri dan
dibungkus kemudian diinkubasi.
Dari hasil pengamatan didapatkan hasil bahwa koloni bakteri yang
tumbuh pada medium NA metode tabur terdapat dua koloni, yaitu bentuk bulat,
tepi berombak dan permukaan rata ;koloni kedua yaitu bentuk berbenang, tepi
keriting dan permukaan rata. Pada medium PDA metode tabur bentuknya
permukaan bulat kuning, tepi utuh dan permukaan timbul di atas. Hasil tersebut

114

adalah untuk tanah biasa. Untuk tanah sampah mendium NA metode tabur, koloni
yang tumbuh yaitu 2 koloni yaitu berbentuk bulat, tepi berombak, permukaan rata
dan koloni kedua bentuk titik-titik putih, tepi utuh dan permukaan rata. Pada
medium PDA metode tabor dan untuk sampel tanah sampah, terdapat 1 koloni
yaitu bentuknya tak teratur putih, tepi berbenang dan permukaan rata.
Pada medium NA metode sebar padat dan menggunakan sampel air parit,
koloni bakteri yang tumbuh yaitu bentuk titik-titik, tepi berombak dan permukaan
timbul datar. Sedangkan pada medium PDA, koloni jamur yang tumbuh ada 3,
yaitu koloni pertama berbentuk titik putih, tepi putih dan permukaan timbul datar ;
koloni kedua berbentuk bulat putih, tepi utuh dan permukaan melengkung ; koloni
ketiga berbentuk tidak teratur, tepi bergerigi dan permukaan melengkung.
Pada medium NA metode lingkungan dan menggunkan sampel udara,
koloni bakteri yang tumbuh ada tiga, yaitu koloni pertama berbentuk bulat, tepi
utuh dan permukaan rata ; koloni kedua berbentuk tidak teratur, tepi berombak
dan permukaan timbul datar ; koloni ketiga yaitu bentuk berbenang, tepi
berbenang dan permukaan datar. Pada medium PDA metode lingkungan, terdapat
2 koloni jamur yang tumbuh yaitu koloni pertama bentuk berbenang, tepi
berbenang dan permukaan timbul datar; koloni kedua yaitu bentuk bulat putih,
tepi utuh dan permukaan melengkung.
Pengerjaan selanjutnya yaitu isolasi metode sebar cair yang dilakukan
dengan cara dimasukkan 5 ml medium NB dan PDB kemasing-masing tabung
reaksi, kemudian dimasukkan sampel air sungai Dr.Soetomo setelah itu
dihomogenkan dengan memutar tabung reaksi. Kemudian ditutup dengan kapas
dan dibungkus lalu diinkubasi. Dari hasil pengamatan, didapatkan hasil bahwa
pada medium NB terdapat koloni bakteri yang tumbuh dengan cirri koloni
berserabut dan pada medium PDB terdapat koloni jamur yang tumbuh dengan
koloni berserabut pula.
Inokulasi mikroorganisme dapat dilakukan dengan metode yaitu dengan
media agar miring, tegak dan cair dan sampel yang digunakana dalah Escherichia
coli, Bacillus subtilis dan Candida albicans. Escherichia coli merupakan bakteri
golongan berflagella. Bakteri ini dapat hidup dalam saluran manusia dan hewan

115

berdarah panas dan bersifat fakultatif aerobic .Bacillus subtilis merupakan bakteri
dengan bentuk sel batang, sebagian besar berukuran 0,3-2,2 m. Flagaleum khas
letral membentuk endospore dan Candida albicans merupakan jamur kelas
ascomycetes yang memiliki ciri berbentuk yang merupakan tempat dihasilkannya
akspora. Akspora merupakan spora bersel satu yang berbentuk.
Pada percobaan ini dilakukan inokulasi dengan tiga metode yaitu metode
tegak, miring, dan metode cair.Pada metode tegak, medium yang digunakan
adalah NA dan PDA. NA dan PDA dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan
didiamkan hingga padat. Setelah itu diinokulasikan bakteri Eschericia coli dan
Bacillus subtilis pada medium NA dan jamur Candida albicans pada medium
PDA, ditusuk dengan oselurus. Setelah itu dibungkus tabung reaksi dan
diinkubasi. Dari hasil pengamatan di dapatkan hasil bahwa Escherichia coli pada
medium NA bentuk koloninya memiliki permukaan yang tebal dan meruncing
hingga ke bawah pada tusukan disebut bentuk filiform, sedangkan Bacillus
subtilis pada medium NA bentuk koloninya lurus rata tidak ada lekukan ditepi
tusukan disebut bentuk papilat, dan Candida albicans pada medium PDA bentuk
koloninya menyerupai filiform tetapi pada bekas tusukan tidak penuh, berupa titik
titik disebut beaded. Metode tegak merupakan salah satu cara pembiakan
mikroorganisme terutama untuk media yang bersifat anaerobik.
Pada metode miring, medium yang digunakan adalah NA dan PDA.NA
dan PDA dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan di diamkan hingga padat,
namun sebelum memadat, medium NA dan PDA diletakkan pada kemiringan 10 o.
Setelah padat, diinokulasikan bakteri Escherichia coli dan Bacillus subtilis pada
medium NA dan jamur Candica albicans pada medium PDA, ditusuk atau
digoreskan secara zig-zag pada permukaan dengan menggunakan ose bulat.
Metode miring merupakan metode yang dilakukan untuk pembiakkan
mikroorganisme termasuk mikroorganisme yang bersifat aerobik dan anaerobik
fakulatif. Dari hasil pengamatan di dapatkan hasil bahwa bakteri Escherichia coli
dan Bacillus subtilis pada medium NA bentuk koloninya dari bawah keatas
menebal dan berduri-duri disebut bentuk koloni ekinulat atau berduri, sedangkan
jamur Candida albicans pada medium PDA bentuk koloninya dari bawah keatas

116

menebal tetapi berupa titik-titik disebut bentuk koloni efus atau titik-titik.
Pada metode cair, medium yang digunakan adalah NB dan PDB. NB dan
PDB dimasukkan pada tabung reaksi, kemudian diinokulasikan bakteri
Escherichia coli dan Bacillus subtilis pada medium NB sedangkan jamur Candida
albicans pada medium PDB. Diinokulasikan dengan menggunakan ose bulat. Dari
hasil pengamatan di dapatkan hasil bahwa bakteri Escherichia coli pada medium
NB berbentuk koloni berserabut yaitu tersebar merata disemua bagian dan
menumpuk dibagian permukaan karena E. coli merupakan bakteri fakultatif
aerob.Bacillus subtilis pada medium cair tersebar merata di seluruh bagian, dan
bagianyang menumpuk terdapat di bagian bawah medium.Secara teori, dalam
medium cair bakteri ini akan bersifat aerob dan memiliki bentuk koloni yang
mengumpul di permukaan medium. Hanya bakteri yang bersifat fakultatif anaerob
yang memiliki bentuk koloni seperti ini. Bentuk koloni Bacillus subtilis dapat
menjadi tersebar dalam medium disebabkan terjadinya penggojogan medium
ketika melakukan pengamatan. Jamur Candida albicans pada medium PDB
berbentuk koloni berserabut. Metode cair merupakan metode pembiakan
mikroorganisme untuk melihat sifat dari mikroorganisme terhadap udara dan sifat
koloninya dengan memperhatikan bagian permukaan atas pada medium.

117

BAB VI
PENUTUP
6.1.

Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan

bahwa:
a.

Pada sampel udara, yang dilakukan dengan metode isolasi lingkungan


dengan medium NA didapatkan 3 bentuk koloni yaitu koloni pertama
bulat, utuh dan rata. Koloni kedua tak teratur, berombak, timbul datar dan

b.

koloni ketiga berbenang hijau, berbenang dan timbul datar.


Pada sampel udara, pada medium PDA dengan metode lingkungan
didapatkan 2 bentuk koloni yang berbenang hijau dan timbul datar serta

c.

bulat putih, utuh dan melengkung


Pada sampel air sungai Dama di medium NA dengan metode tuang
didapatkan 3 koloni yaitu tak teratur berwarna coklat merah, berbelah

118

dan rata (koloni I), bulat hijau metallic, berombak, dan rata (koloni II),
d.

tak teratur putih, berombak dan timbul datar (koloni III)


Pada sampel air sungai Dama medium PDA dengan metode tuang
didapatkan 2 koloni yaitu bulat kuning kehijauan, berbenang dan rata

e.

(koloni I) dan bulat putih, utuh dan mencembung (koloni II)


Pada sampel tanah biasa dengan medium NA dan metode tabor
didapatkan 2 koloni bakteri yaitu berbenang, keriting, rata (koloni I) dan

f.

bulat, berombak, rata (koloni II)


Pada sampel tanah biasa dengan medium PDA dan metode tabur

g.

didapatkan koloni yang bulat kuning, utuh dan timbul datar


Pada sampel tanah sampah di medium NA dengan metode tabor

h.

didapatkan koloni yang bulat, berombak dan rata


Pada sampel tanah sampah di medium PDA didapatkan 2 bentuk koloni
yang titik-titik putih, utuh, rata (koloni I) dan tak teratur putih, berbenang

i.

dan rata (koloni II)


Pada sampel air sungai Dr. Soetomo pada medium NB dan PDB dengan

j.

metode sebar cair didapatkan koloni yang berserabut


Inokulasi Escherichia coli pada NA tegak memiliki koloni berbentuk

k.

filiform, pada NA miring berbentuk ekinulat dan pada NB cair berserabut


Inokulasi Bacillus subtillis pada NA tegak koloninya berbentuk papilat,
pada NA miring bentuknya berbatang dan pada NB cair bentuknya

l.

berserabut
Inokulasi Candida albicans pada PDA tegak koloninya berbentuk beaded,
pada PDA miring berbentuk efus dan pada PDB cair bentuknya
berserabut

6.2

Saran
Sebaiknya setiap praktikum diharuskan untuk bisa mengisolasi dan

menginokulasikan biakan mikroba ke berbagai jenis media pada praktikum ini


sehingga setiap praktikan mampu dan mahir dalam percobaan ini

119

BAB I
PENDAHULUAN
4.2. Maksud dan Tujuan Percobaan
4.2.1. Maksud percobaan
Maksud dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui dan memahami cara
mengidentifikasi suatu uji biokimia.
4.2.2. Tujuan Percobaan
a.
Untuk mengetahui

dan

memahami

cara

uji

biokimia

dalam

mengidentifikasi suatu bakteri.


b.

Untuk mengetahui pengaruh uji biokimia terhadap pertumbuhan bakteri.

4.3.

Prinsip Praktikum
Kemampuan mikroba untuk mengurai senyawa tertentu dan mensintesis

senyawa yang baru yang merupakan sifat khas masing-masing organisme. Reaksi
metabolisme berbeda untuk setiap mikroba. Hal inilah yang menentukan sifat
yang sangat penting untuk mikroorganisme. Melalui reaksi biokimia dapat
dilakukan hidrolisis polisakarida protein lemak, fermentasi karbohidrat, produksi
H2S, produksi indiol pencarian gelatin, uji katalase, uji oksidase, deaminasi asam

120

amino, uji penggunaan sitrat, uji methyl red dan tes voges proskaur.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.

Uraian Umum
Biokimia dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan tentang dasar

kimiawi kehidupan. Sel adalah unit struktural makhluk hidup. Oleh karena itu,
biokimia dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan tentang konstituen kimiawi sel
hidup serta reaksi dan proses yang dialami konstituen-konstituen tertentu. Jutaan
reaksi kimia dikatalis oleh enzim, enzim merupakan katalis reaksi kimia yang
memungkinkan berlangsungnya kehidupan seperti yang kita kenal.
(Murray, 2009)
Tiap proses fermentasi mendayagunakan aktivitas biokimia suatu mikroba
tertentu atau campuran dari beberapa spesies mikroba. Dipandang dari sudut
industri, mikroba merupakan pabrik kimia yang merubah bahan bakku menjadi
berbagai produk baru. Produk tersebut dapat merupakan hasil dari proses
katabolisme atau hasil proses anabolisme.
Dari segi biokimia, fermentasi adalah aktivitas mikroba untuk memperoleh
energi melalui pemecahan substrat atau katabolisme yang berguna untuk
keperluan metabolisme bahan pembentuk sel dan produk metabolisme.

121

Metabolisme dalam sel hidup melibatkan banyak reaksi-reaksi biokimia yang


berlangsung karena aktivitas metabolisme mikroba yang berlangsung karena
aktivitas metabolisme mikroba yang sangat berguna bagi manusia karena
senyawa-senyawa antara maupun produk akhir yang terbentuk adalah dibentuk
untuk berbagai kebutuhan manusia.
Energi diperlukan bagi sel hidup untuk berbagai keperluan yaitu untuk
sintesis enzim, asam nukleat, senyawa-senyawa makromolekul dan senyawasenyawa kimia lainnya. Energi juga diperlukan untuk pemeliharaan dan
pertumbuhan mikroba sehingga bakteri dalam kondisi lingkungan yang optimum
dapat mencerna sejumlah nutrien yang beratnya sama dengan beratnya sendiri
dalam beberapa detik untuk dapat memenuhi jumlah energi yang dibutuhkan.
(Narlisa, 2009)
Berdasarkan aktivitas biokimia mikroorganisme, mikroorganisme dapat
dipisahkan dan diidentifikasi karena berbagai alasan yaitu determinasi patogen
yang bertanggung jawab terhadap penyakit menular. Seleksi dan isolasi strain
mikroorganisme fermentatif yang penting untuk industri penghasil alkohol,
pelarut, vitamin asam organik, antibiotik dan industri enzim, isolasi dan
perkembangan strain mikroorganisme yang cocok untuk pabrik dan peningkatan
bahan-bahan makanan tertentu serta dapat membandingkan aktivitas biokimia
untuk kepentingan taksonomi. Untuk melakukan kegiatan identifikasi tersebut
sama halnya manusia yang memiliki suatu karakteristik dan seperangkat sidik jari
yang khas, mikroorganisme juga memiliki sifat tersebut untuk dapat menanggapi
bioenergik, biosintesis dan biodegradasi. Jumlah total semua reaksi kimia
ditetapkan sebagai metabolisme sel dan transformasi biokimia yang terjadi diluar
dan dalam sel serta dibangun oleh katalis bbiologi yang disebut sebagai enzim
dimana hampir semua aktivtas biokimia dalam sel mikroorganisme yang
melibatan peran katalis biologi enzim terutama dalam reaksi-reaksi reduksi dan
oksidasi, hidrolisis dan transfer energi (Kusnadi, 2011).
Identifikasi mikroorganisme dapat dilakukan dengan mengamati hasil reaksi
biokimia yang terjadi pada bakteri. Beberapa uji ini mudah dilakukan dan hanya

122

untuk mengetahui apakah mikroorganisme dapat menyebabkan perubahan kimia


pada substansi khusus atau tidak, sebagai contoh mengubah karbohidrat menjadi
amino-amino (Pelczar, 1986).
Beikut ini merupakan beberapa uji biokimia yang digunakan untuk dapat
mengidentifikasi bakteri atau mikroorganisme antara lain :
a.

Uji Katalase
Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan hidrogen peroksida yang

ditetesi sebanyak 2-3 tetes pada usapan bakteri. Apabila terbentuk gelembung
udara maka uji katalase dinyatakan positif. Bakteri aerob tidak menunjukkan
reaksi yang positif (Narlisa, 2009).
b.

Uji Methyl Red


Pengujian ini bertujuan untuk menetapkan kemampuan mikroorganisme

mengoksidasi glukosa dan menghasilkan suatu asam membedakan antara


mikroorganisme saluran cerna yang mengoksidasi glukosa, terutama Escherichia
coli dan Enterobacter aerogenes.
Prinsip dari pengujian ini adalah suatu monosakarida heksosa adalah zat
yang dioksidasi oleh suatu organisme saluran cerna untuk mendapatkan energi.
Hasil aliran dari proses ini berbeda-beda tergantung kepada kerja enzim yang
spesifik yang terdapat pada bakteri yang bersangkutan. Dalam pengujian ini
indikator pH metil merah mendeteksi adanya sejumlah asam sebagai produk akhir.
Walaupun mikroba saluran cerna menguraikan glukosa dengan terbentuknya
sejumlah asam organik, uji ini berguna untuk membedakan antara Escherichia
coli dan Enterobacter aerogenes (Kartodarmo, 2003).
c.

Uji Gelatin
Pengujian ini akan menentukan jumlah mikroba cair untuk mendeteksi

mikroorganisme yang mencairkan gelatin. Mikroorganisme yang mendegradasi


gelatin yang disebabkan oleh pencairan medium kultur di sekeliling koloni
d.

Pengujian Fermentasi Karbohidrat


Pengujian fermentasi karbohidrat dilakukan dengan mengambil masing-

masing satu ose koloni bakteri dan diinokulasikan dalam masing-masing media.
Masing-masing media diinkubasi pada suhu 37 C selanjutnya diamati perubahan

123

warna yang terjadi warna kuning menunjukkan media bersifat asam (hasil positif
untuk uji fermentasi karbohidrat) sedangkan warna merah muda menunjukkan
media yang bersifat basa.
e.

Pengujian Hidrolisa Zat Pati


Pengujian hidrolisa zat pati dilakukan dengan cara menginokulasikan

dengan cara menggoreskan satu ose koloni bakteri pada media. Media yang telah
diinokulasikan diinkubasi pada suhu 37 C selama 2x24 jam. Uji positif
ditunjukkan dengan terbentuknya zona jernih di sekitar koloni sebaliknya uji
negatif ditunjukan dengan tidak terbentuk zona jernih.
f.

Produksi Sulfur dan Uji Motilitas


Pengujian ini dapat dilakukan dengan menginokulasikan satu ose koloni

bakteri dengan metode tusukan pada media. Media yang telah diinkubasi pada
suhu 37 C lalu diamati ada atau tidaknya pembentukan sulfur dan motilisasi
koloni bakteri. Hasil sulfur positif ditandai dengan terbentuknya warna hitam pada
media. Kekeruhan yang menyebar sepanjang bekas tusukan menunjukkan reaksi
positif terhadap motilitas bakteri.
g.

Pengujian Sitrat sebagai Sumber Karbon


Pengujian ini dilakukan dengan cara menginokulasikan koloni bakteri

pada media Simmon Citrate. Media diinkubasi pada suhu 37 C selama 24 jam.
Warna biru menunjukkan raksi positif dan wana hijau menunjukkan reaksi negatif
pada media Simmon Citrate.
(Jayanti, 2010)
2.2.

Uraian Khusus

2.2.1. Uraian Bakteri


a.

Escherichia Coli
Kingdom : Procaryota
Divisi
Kelas

: Graciliates
: Seatubacteria

Ordo

: Eubacteriales

Famili

: Enteobacteriaceae

Genus

: Escherichia

124

Spesies

: Escherichia Coli
(Juliantina, 2010)

Escherichia Coli merupakan bakteri gram negatif yang berbentuk batang


dan termasuk dalam kelompok Enterobacteriacae. Escherichia coli mempunyai
ukuran dengan panjang 2,0-6,0 mikron dan lebar 1,1-1,3 mikron (Djide, 2008).
b.

Staphylococcus aureus
Kingdom : Procaryota
Divisi

: Famicelos

Kelas

: Bacilus

Ordo

: Baciliales

Famili

: Staphylococeae

Genus

: Staphylococcus

Spesies

: Staphylococcus aureus
(Juliantina, 2010)

Staphylococcus aureus memiliki sel berbentuk bola dengan garis tengah


0,01-1 mikron yang tersusun atas komponen utama yaitu peptidoglikon, asam
theikoat dan protein A yang dapat menyebabkan penyakit seperti infeksi pada
folikel rambut, kelenjar keringat, meningitis, pneumonia, dan bisul.
(Entjang, 2003)
c.

Salmonella thyposa
Kingdom : Bacteria
Divisi

: Proteobacteria

Kelas

: Gamma proteobacteria

Ordo

: Enterobacteriales

Famili

: Enteobacteriaceae

Genus

: Salmonella

Spesies

: Salmonella thyposa
(Hanna, 2005)

Di alam bebas Salmonella thyposa dapat tahan hidup lama dalam air tanah
atau pada bahan makanan. Dalam fase diluar tubuh manusia menimbulkan
penyakit thypus abdominalis. Bakteri ini memiliki bentuk batang, gram negatif,

125

bergerak dengan flagel peritrich, mudah tumbuh pada pembenihan yang


mengandung empedu (Entjang, 2003).
d.

Bacillus subtilis
Kingdom : Procaryota
Divisi

: Bacteria

Kelas

: Sehyzumycetes

Ordo

: Eubacteriales

Famili

: Bacillaceae

Genus

: Bacillus

Spesies

: Bacillus subtilis
(Hanna, 2005)

Sel berbentuk batang, 0,3-22 m x 1,27-7,0 m, membentuk endospora,


tidak lebih dari satu dalam satu sel sporagium, gram positif, kemoganotrof.
Metabolisme dengan respirasi sejati atau kedua, keduanya yaitu respirasi dan
fermentasi (Entjang, 2003).
2.2.2. Uraian Medium
a.

Medium NA (Nutrient Agar)


Komposisi:
Pepton

5g

Ekstrak daging

3g

Agar-agar

12 g
(Merck, 1984)

Nutrient agar merupakan medium kompleks yang sering digunakan untuk


kerja dilaboratoriumm. NA membantu pertumbuhan jenis bakteri yang tidak dapat
mensintesis makanannya sendiri. Nutrient agar dikenal sebagai medium agar.
Nutrien ini digunakan untuk laboratorium dan digunakan untuk mempelajari
karakteristik koloni, mendeteksi bentuk pigmen, dan pengujian sensitivitas.
b.

Medium Mannitol Sait Phenol-red Agar


Komposisi:
Pepton

10 g

126

Ekstrak daging
NaCl

1g

75 mg

D-mannitol

10 g

Phenol red

0,025 g

Agar-agar

12 gram

Preparasi untuk medium ini dengan cara melarutkan 108 g/L kemudian
disterilisasi dengan menggunakan autoklaf. Medium ini diinkubasi selama tiga
hari pada suhu 121 C.
c.

Medium Milk Agar


Komposisi:
Pepton

5g

Ekstrak daging

3g

Susu bubuk

1g

Agar-agar

12 g

Preparasi medium ini dilakukan dengan melarutkan 21 g/L kemudian


disterilisasi dengan menggunakan autoklaf. Medium ini digunakan untuk
menentukan jumlah bakteri aerobik dalam susu, produk olahan, air, es krim, dan
bahan lainnya.
d.

Medium Kligger Iron Agar (KIA)


Komposisi:
Pepton dari liasein

15 g

Pepton dari daging

5g

Ekstrak daging

3g

Ekstrak ragi

3g

NaCl

5g

Lactose

10 g

D(+) glukosa

1g

Ammonium Iron (III) Citrate

5g

Na tiosulfat

0,5 g

Phenol red

0,024 g

Agar

12 g

127

Preparasi medium ini dengan cara melarutkan 35 g/L kemudian


disterilisasi dengan autoklaf. Medium ini memiliki pH 7,4 0,1.
e.

Medium Methyl Red


Komposisi:
Pepton dari daging

7g

D(+) glukosa

5g

Dipotassium hydrogen phosphate

5g

Tes kultur media untuk Methyl red yang digunakan untuk diferensial
biokimia terutama dalam kelompok coll-Aerogenes. pH medium ini adalah
6,90,1.

f.

Medium Gelatin
Komposisi:
Ekstrak daging

3g

Pepton daging

5g

Gelatin

120 g

Untuk menentukan jumlah mikroba di dalam air dan untuk mendeteksi


penguraian gelatin oleh mikroorganisme.
g.

Medium Urea Agar


Komposisi:
Pepton daging

1g

D(+) glukosa

1g

NaCl

5g

Kalium dihidrogen fosfat 2 g


Fenol merah

0,012 g

Agar

12 g

Urea

20 g

Preparasi medium ini dilakukan denngan melarutkan 21 g. Urea agar


hingga 100 mL dengan aquades, kemudian disterilisasi dengan menggunakan
autoklaf. pH dari medium ini adalah 6,80,1.

128

h.

Medium Lysine Iron Agar (LIA)


Komposisi:
Pepton daging

5g

Ekstrak daging

3g

D(+) glukosa

1g

L- Lysine monohidroklorida

10 g

Na-tiosulfat

0,04 g

Bromokresol ungu

0,02 g

Agar

12,5 g

Uji ini digunakan untuk mendeteksi dekarboksilase urin (LDC) dan


hidrogen sulfida untuk mengidentifikasi Enterobacteriaceae terutama Salmonella
dan Arizona.
i.

Medium Simmons Citrate Agar (SCA)


Komposisi:
Ammonium dihydrogen phosphate

1g

Dipotassium hydrogen phosphate

1g

NaCl

5g

Na2SO3

2g

MgSO4

0,2 g

Brum thymol blue

0,08 g

Agar

12 g

Uji agar sintetik yang diusulkan oleh Simmons untuk mengidentifikasi


mikroorganisme (terutama Enterobacteriaceae dan jamur tertentu) atas dasar sitrat,
sitrat sebagai sumber karbohidratnya.
(Merck, 1988)
2.2.3. Uraian Sampel
a.

Air Sungai Karang Mumus


Air Sungai Karang Mumus sudah tidak layak dipakai atau digunakan oleh

warganya yang berada pada bantaran sungai tersebut karena sudah tercemar
dengan tingkatan diatas ambang batas. Biasanya air sungai ini digunakan untuk
mencuci dan mandi dimana air sungai ini dapat mengganggu kesehatan karena

129

kondisi air sungai berwarna hitam dan mengeluarkan bau yang tidak sedap
ditambah banyaknya zat kimia dan sampah rumah tangga yang dibuang.
b.

Air Sungai Dama


Air Sungai Dama merupakan air sungai yang biasanya digunakan

masyarakat setempat untuk mandi dan mencuci baju serta mecuci peralatan
masak. Hal ini dapat mengganggu kesehatan karena biasanya masyarakat sekitar
juga membuang limbah rumah tangga ke sungai Dama tersebut.
c.

Air Sungai Mahakam


Air sungai Mahakam merupakan air sungai yang berada di Samarinda.

Biasanya air sungai ini digunakan masyarakat untuk mandi, mencuci baju dan
mencuci peralatan masak. Warna dari air sungai ini adalah kuning kecoklatan
dimana air ini mengganggu kesehatan saay digunakan sebagai air untuk memasak.
BAB III
METODE KERJA
3.1.

Alat dan Bahan

3.1.1. Alat
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.
q.
r.
s.
t.
u.
v.

Autoclave
Batang pengaduk
Cawan petri
Drigel sky
Erlenmeyer 100 mL; 250 mL
Hot plate
Inkubator
Jarum ose bulat
Jarum ose lurus
Laminar Air Flow (LAF)
Lemari Pendingin
Object glass
Oven
Pembakar spiritus
Penjepit tabung
Pipet tetes
Pinset
Rak tabung
Sendok tanduk
Spoid 1 mL; 5 mL; dan 10 mL
Tabung Durham
Tabung reaksi

130

w.
3.1.2.
a.
b.
c.
1)
2)
3)
4)
d.
e.
f.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
g.
1)
2)
3)

Timbangan analitik
Bahan
Alumunium foil
Aquades
Bakteri
Bacillus subtilis
Escherichia coli
Salmonella thyposa
Staphylococcus aureus
H2O2 3%
Kapas
Medium
Gelatin
Kliger Iron Agar (KIA)
Lysine Iron Agar (LIA)
Manitol
Methyl Red
Milk Agar
Nutrient Agar (NA)
Simmons Citrate Agar (SCA)
Urea Agar
Sampel
Air sungai Dama
Air sungai Karang Mumus
Air sungai Mahakam

3.2. Bagan Kerja


3.2.1. Pembuatan Medium
a.
Nutrient Agar (NA)
Ditimbang 2 gram NA instan, lalu dimasukkan bahan ke dalam labu
Erlenmeyer.
Ditambahkan aquades hingga 100 mL dan dihomogenkan.

Dilarutkan sambil dipanaskan di atas hot plate hingga mendidih.

Didinginkan kemudian labu Erlenmeyer ditutup dengan kapas


dan alumunium foil dan diikat dengan benang godam.
Disterilisasi dengan autoclave dengan suhu 121 oC pada tekanan 2 atm.
131

Didinginkan dan disimpan dalam lemari pendingin.


b.

Milk Agar
Ditimbang 2,4 gram Milk Agar instan, lalu dimasukkan bahan
ke dalam labu Erlenmeyer.

Ditambahkan aquades hingga 100 mL dan dihomogenkan.

Dilarutkan sambil dipanaskan di atas hot plate hingga


mendidih.

Didinginkan kemudian labu Erlenmeyer ditutup dengan kapas dan


alumunium foil dan diikat dengan benang godam.
Disterilisasi dengan autoclave dengan suhu 121 oC pada
tekanan 2 atm.

c.

Manitol

Didinginkan dan disimpan dalam lemari pendingin.

Ditimbang 16,2 gram Manitol instan, lalu dimasukkan bahan ke dalam


labu Erlenmeyer.

Ditambahkan aquades hingga 100 mL dan dihomogenkan

Dilarutkan sambil dipanaskan di atas hot plate hingga mendidih

132

Didinginkan kemudian labu Erlenmeyer ditutup dengan kapas dan


alumunium foil dan diikat dengan benang godam

Disterilisasi dengan autoclave dengan suhu 121 oC pada tekanan 2 atm

Didinginkan dan disimpan dalam lemari pendingin


d.

Kliger Iron Agar (KIA)


Ditimbang Kliger Iron Agar instan sebanyak 5,5 gram lalu dimasukkan
bahan ke dalam labu Erlenmeyer

Ditambahkan aquades hingga 100 mL dan dihomogenkan

Dilarutkan sambil dipanaskan di atas hot plate hingga mendidih

Didinginkan kemudian labu Erlenmeyer ditutup dengan kapas dan


alumunium foil dan diikat dengan benang godam

Disterilisasi dengan autoclave dengan suhu 121 oC pada tekanan 2 atm

Didinginkan dan disimpan dalam lemari pendingin


133

e.

Gelatin
Ditimbang Gelatin sebanyak 15 gram, lalu dimasukkan bahan ke dalam
labu Erlenmeyer
Ditambahkan aquades hingga 100 mL dan dihomogenkan
Ditutup mulut labu Erlenmeyer dengan kapas dan alumunium foil dan
diikat dengan benang godam
Disterilisasi dengan autoclave dengan suhu 121 oC pada tekanan 2 atm

f.

Methyl Red

Didinginkan dan disimpan dalam lemari pendingin

Ditimbang Methyl Red instan sebanyak 2,55 gram, lalu dimasukkan


bahan ke dalam labu Erlenmeyer
Ditambahkan aquades hingga 150 mL dan dihomogenkan
Ditutup mulut labu Erlenmeyer dengan kapas dan alumunium foil dan
diikat dengan benang godam
Disterilisasi dengan autoclave dengan suhu 121 oC pada tekanan 2 atm
Didinginkan dan disimpan dalam lemari pendingin
g.

Urea Agar
Ditimbang Urea Agar instan sebanyak 2,52 gram, lalu dimasukkan
bahan ke dalam labu Erlenmeyer

Ditambahkan aquades hingga 100 mL dan dihomogenkan


134

Dilarutkan sambil dipanaskan di atas hot plate hingga mendidih

Didinginkan kemudian labu Erlenmeyer ditutup dengan kapas dan


alumunium foil dan diikat dengan benang godam

Disterilisasi dengan autoclave dengan suhu 121 oC pada tekanan 2 atm

Didinginkan dan disimpan dalam lemari pendingin


h.

Simmons Citrate Agar (SCA)


Ditimbang Simmons Citrate Agar instan sebanyak 2,3 gram, lalu
dimasukkan bahan ke dalam labu Erlenmeyer

Ditambahkan aquades hingga 100 mL dan dihomogenkan

Dilarutkan sambil dipanaskan di atas hot plate hingga mendidih

Didinginkan kemudian labu Erlenmeyer ditutup dengan kapas dan


alumunium foil dan diikat dengan benang godam
Disterilisasi dengan autoclave dengan suhu 121 oC pada tekanan 2 atm

j.

Didinginkan dan disimpan dalam lemari pendingin


Lysine Iron Agar (LIA)
Ditimbang Lysin Iron Agar instan sebanyak 3,4 gram, lalu dimasukkan
bahan ke dalam labu Erlenmeyer
135

Ditambahkan aquades hingga 100 mL dan dihomogenkan


Dilarutkan sambil dipanaskan di atas hot plate hingga mendidih
Didinginkan kemudian labu Erlenmeyer ditutup dengan kapas dan
alumunium foil dan diikat dengan benang godam
Disterilisasi dengan autoclave dengan suhu 121 oC pada tekanan 2 atm

Didinginkan dan disimpan dalam lemari pendingin


i.

Simmons Citrate Agar (SCA)


Ditimbang Simmons Citrate Agar instan sebanyak 2,3 gram, lalu
dimasukkan bahan ke dalam labu Erlenmeyer

Ditambahkan aquades hingga 100 mL dan dihomogenkan

Dilarutkan sambil dipanaskan di atas hot plate hingga mendidih

Didinginkan kemudian labu Erlenmeyer ditutup dengan kapas dan


alumunium foil dan diikat dengan benang godam

Disterilisasi dengan autoclave dengan suhu 121 oC pada tekanan 2 atm

k.

Didinginkan dan disimpan dalam lemari pendingin


Pembuatan larutan H2O2 3 %
Diambil larutan H2O2 50 % sebanyak 0,6 mL

136

Dimasukkan dalam labu takar 10 mL

Ditambahkan aquades hingga tanda batas

Dihomogenkan larutan
3.2.2. Isolasi Mikroorganisme dari Sampel
a.
Air Sungai Dama (Metode Sebar Cair)
Disiapkan sampel air sungai Dama

Disiapkan cawan petri yang telah disterilisasi

Dimasukkan 10 mL NA ke dalam cawan petri

Dimasukkan sampel sebanyak 1 mL dengan menggunakan spoid

Dihomogenkan dan ditunggu hingga medium memadat

Ditutup cawan petri dan dibungkus lalu diinkubasi dalam inkubator selama
b.

1x24 jam pada suhu 37 oC


Air Sungai Mahakam (Metode Tuang)
Disiapkan sampel air sungai Mahakam

Disiapkan cawan petri yang telah disterilisasi

Dimasukkan 1 mL sampel ke dalam cawan petri

137

Dimasukkan medium NA sebanyak 10 mL dengan menggunakan spoid

Dihomogenkan dan ditunggu hingga medium memadat

Ditutup cawan petri dan dibungkus lalu diinkubasi dalam inkubator selama
c.

1x24 jam pada suhu 37 oC


Air Sungai Karang Mumus (Metode Tuang)
Disiapkan sampel air sungai Karang Mumus

Disiapkan cawan petri yang telah disterilisasi sebelumnya

Dimasukkan 1 mL sampel ke dalam cawan petri

Dimasukkan medium NA sebanyak 10 mL dengan menggunakan spoid

Dihomogenkan dan ditunggu hingga medium memadat

Ditutup cawan petri dan dibungkus lalu diinkubasi dalam inkubator selama
1x24 jam pada suhu 37 oC
3.2.4. Pembiakan Bakteri
a.
Escherichia coli
Dicairkan medium NA lalu dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak
5 mL

Dimiringkan tabung reaksi dan ditunggu hingga medium memadat

Disiapkan biakan murni Escherichia coli

138

Dilakukan seluruh pengerjaan pada Laminar Air Flow (LAF)

Digoreskan secara zig-zag dengan ose bulat steril pada biakan murni,
kemudian digoreskan pada tabung reaksi yang berisi medium agar miring

Ditutup tabung reaksi dengan kapas dan alumunium foil

b.

Letakkan tabung reaksi pada inkubator selama 1x24 jam pada suhu 37 oC
Bacillus subtillis
Dicairkan medium NA lalu dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak
5 mL

Dimiringkan tabung reaksi dan ditunggu hingga medium memadat

Disiapkan biakan murni Bacillus subtilis

Dilakukan seluruh pengerjaan pada Laminar Air Flow (LAF)

Digoreskan secara zig-zag dengan ose bulat steril pada biakan murni,
kemudian digoreskan pada tabung reaksi yang berisi medium agar miring

Ditutup tabung reaksi dengan kapas dan alumunium foil

c.

Letakkan tabung reaksi pada inkubator selama 1x24 jam pada suhu 37 oC
Staphylococcus aureus
Dicairkan medium NA lalu dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak
5 mL

139

Dimiringkan tabung reaksi dan ditunggu hingga medium memadat

Disiapkan biakan murni Staphylococcus aureus

Dilakukan seluruh pengerjaan pada Laminar Air Flow (LAF)

Digoreskan secara zig-zag dengan ose bulat steril pada biakan murni,
kemudian digoreskan pada tabung reaksi yang berisi medium agar miring

Ditutup tabung reaksi dengan kapas dan alumunium foil

d.

Letakkan tabung reaksi pada inkubator selama 1x24 jam pada suhu 37 oC
Salmonella thyposa
Dicairkan medium NA lalu dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak
5 mL

Dimiringkan tabung reaksi dan ditunggu hingga medium memadat

Disiapkan biakan murni Salmonella thyposa

Dilakukan seluruh pengerjaan pada Laminar Air Flow (LAF)

Digoreskan secara zig-zag dengan ose bulat steril pada biakan murni,
kemudian digoreskan pada tabung reaksi yang berisi medium agar miring

Ditutup tabung reaksi dengan kapas dan alumunium foil

140

Letakkan tabung reaksi pada inkubator selama 1x24 jam pada suhu 37 oC
3.2.5. Pembiakan Sampel
a.
Air Sungai Dama
Dicairkan medium NA lalu dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak
5 mL

Dimiringkan tabung reaksi dan ditunggu hingga medium memadat

Disiapkan biakan dari hasil isolasi sampel air sungai Dama

Digoreskan secara zig-zag dengan ose bulat steril pada biakan murni,
kemudian digoreskan pada tabung reaksi yang berisi medium agar miring

Ditutup tabung reaksi dengan kapas dan alumunium foil

b.

Letakkan tabung reaksi pada inkubator selama 1x24 jam pada suhu 37 oC
Air Sungai Mahakam
Dicairkan medium NA lalu dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak
5 mL

Dimiringkan tabung reaksi dan ditunggu hingga medium memadat

Disiapkan biakan dari hasil isolasi sampel air sungai Mahakam

Digoreskan secara zig-zag dengan ose bulat steril pada biakan murni,
kemudian digoreskan pada tabung reaksi yang berisi medium agar miring

141

Ditutup tabung reaksi dengan kapas dan alumunium foil

c.

Letakkan tabung reaksi pada inkubator selama 1x24 jam pada suhu 37 oC
Air Sungai Karang Mumus
Dicairkan medium NA lalu dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak
5 mL

Dimiringkan tabung reaksi dan ditunggu hingga medium memadat

Disiapkan biakan dari hasil isolasi sampel air sungai Karang Mumus

Digoreskan secara zig-zag dengan ose bulat steril pada biakan murni,
kemudian digoreskan pada tabung reaksi yang berisi medium agar miring

Ditutup tabung reaksi dengan kapas dan alumunium foil

Letakkan tabung reaksi pada inkubator selama 1x24 jam pada suhu 37 oC
3.2.6. Prosedur Uji Biokimia
a.
Uji Fermentasi Karbohidrat
Disiapkan 7 tabung reaksi lalu diisi dengan medium manitol sebanyak
5 mL

Dimiringkan 10o dan ditunggu hingga medium memadat

Digoreskan biakan atau sampel menggunakan ose bulat pada tabung reaksi
(3 bakteri uji yaitu Escherichia coli, Staphylococcus aureus dan Bacillus

142

subtilis; 3 sampel yaitu air sungai Dama, air sungai Mahakam dan air
sungai Karang Mumus; dan 1 kontrol)

Diinkubasi selama 2x24 jam pada suhu 37 oC

Diamati reaksi positif bila terjadi perubahan warna medium menjadi


b.

bening dibandingkan kontrol


Uji Hidrolisis Polisakarida, Protein, dan Lemak
Disiapkan 3 cawan petri kemudian diisi dengan medium Milk Agar
sebanyak 10 mL

Dibagi atau ditandai menjadi dua bagian setiap cawan petri, lalu sampel
(air sungai Dama, air sungai Mahakam dan air sungai Karang Mumus) dan
biakan bakteri (Escherichia coli dan Bacillus subtilis) digoreskan secara
zig-zag dengan ose bulat steril pada medium

Ditutup cawan petri dan dibungkus

Diinkubasi dalam inkubator selama 2x24 jam pada suhu 37 oC

Diamati reaksi positif bila terdapat daerah bening di sekeliling biakan pada
cawan petri
c.

Uji Katalase
Disiapkan object glass lalu digoreskan biakan bakteri (Escherichia coli,
Staphylococcus aureus, dan Bacillus subtilis) atau sampel (air sungai
Dama, air sungai Mahakam dan air sungai Karang Mumus) pada object
glass tersebut

Ditetesi larutan H2O2 3% (2-3 tetes) pada object glass

143

d.

Diamati reaksi positif bila terdapat gelembung O2


Uji Pencairan Gelatin
Ditimbang Methyl Red instan sebanyak 2,55 gram, lalu dimasukkan
bahan ke dalam labu Erlenmeyer

Disiapkan 7 tabung reaksi dan dimasukkan medium gelatin 15%


sebanyak 5 mL.

Ditanamkan biakan bakteri atau sampel uji dengan ose bulat pada
tabung yang berisi medium cair gelatin (3 sampel yaitu air sungai
Dama, air sungai Mahakam dan air sungai Karang Mumus; 3 biakan
bakteri yaitu Escherichia coli, Staphylococcus aureus, dan Bacillus
subtilis; dan kontrol).
Diinkubasi selama 2x24 jam pada suhu 37 oC.
Dimasukkan ke dalam freezer selama 15 menit sampai 1x24 jam, lalu
dikeluarkan dari freezer.
Diamati reaksi positif bila medium gelatin menjadi cair dibandingkan
dengan kontrol.
e.

Uji Methyl Red


Disiapkan 5 tabung reaksi yang telah berisi medium Methyl Red
sebanyak 5 mL dan tabung Durham.

Ditanamkan biakan pada medium (2 bakteri yaitu Escherichia coli


144 yaitu air sungai Mahakam dan air
dan Bacillus subtilis; 2 sampel

sungai Karang Mumus; dan 1 kontrol).

Diinkubasi selama 5-7x24 jam dengan suhu optimum 37 oC.

Diinkubasi selama 5-7x24 jam dengan suhu optimum 37 oC.


Diamati reaksi positif bila warna medium menjadi lebih kuning
f.

dibandingkan dengan kontrol.


Uji Tes Utilisasi Citrate
Disiapkan 6 tabung reaksi dan dimasukkan medium SCA
(Simmons Citrate Agar) sebanyak 5 mL.

Dibuat medium miring dan ditunggu hingga medium memadat.

Digoreskan biakan bakteri atau sampel dengan ose bulat (zig-zag) pada
tabung reaksi (3 sampel yaitu air sungai Dama, air sungai Mahakam dan
air sungai Karang Mumus; 2 bakteri yaitu Escherichia coli dan
Staphylococcus aureus; dan 1 kontrol).

Diinkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 oC.

Diamati reaksi positif bila terjadi perubahan warna medium menjadi


warna biru tua atau biru (deep blue).

145

g.

Uji Tes Urease


Disiapakan 5 tabung reaksi dan dimasukkan medium urea
agar sebanyak 5 mL.

Ditunggu hingga medium memadat.

Ditusuk biakan bakteri atau sampel uji dengan ose lurus pada medium
di tabung reaksi (3 sampel yaitu air sungai Dama, air sungai Mahakam
dan air sungai Karang Mumus; 3 bakteri yaitu Escherichia coli,
Staphylococcus aureus dan Bacillus subtilis; dan 1 kontrol).

Diinkubasi 24 jam pada suhu 37 oC.

Diamati bila reaksi positif terjadi perubahan warna menjadi merah dan
dibandingkan dengan kontrol.
i.

Uji Tes Lysine Decarboxylase


Disipakan 6 tabung reaksi dan dimasukkan medium LIA (Lysine Iron
Agar) sebanyak 5 mL.
Dibuat medium tegak dan biarkan hingga medium memadat.

Ditusukkan biakan sampel atau bakteri dengan ose lurus pada tabung
reaksi (3 sampel yaitu air sungai Dama, air sungai Mahakam dan air
146

sungai Karang Mumus; 2 bakteri yaitu Escherichia coli dan Salmonella


thyposa; dan 1 kontrol).

Diinkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 oC.


Diamati reaksi positif bila ada tusukan violet dipermukaan dan kuning
disekitar tusukan di dalam medium.

BAB IV
HASIL PENGAMATAN
4.1.

Tabel Hasil Pengamatan

4.1.1. Medium

147

Warna Medium
Sebelum Sterilisasi
Sesudah Sterilisasi
Kuning
Kuning
Merah
Merah
Merahgelap
Violet
Merah
Merah
Kuning
Kuning
Kuning
Kuning
Kuning
Kuning
Hijaugelap
Hijau gelap
Jingga
Jingga

Nama Medium
Gelatin
Kligger Iron Agar
Lysine Iron Agar
Mannitol Agar
Methyl Red
Milk Agar
Nutrient Agar
Simmons Citrate Agar
Urea Agar
4.1.2. Uji Biokimia
a.

Uji Fermentasi Karbohidrat

No.
Bakteri / Sampel
Hasil
Keterangan
1.
Kontrol
Merah
2.
Air sungai Dama
Kuning
+
3.
Air sungai Mahakam
Kuning
+
4.
Air sungai KarangMumus
Kuning
+
5.
Escherichia coli
Kuning
+
6.
Staphylococcus aureus
Kuning
+
7.
Bacillus subtilis
Kuning
+
Keterangan : + = Terjadi perubahan warna dari merah menjadi
kuning atau bening
- = Tidak terjadi perubahan warna atau tetap merah

b.

Uji Hidrolisa Polisakarida, Protein, dan Lemak

No.
Bakteri / Sampel
Hasil
1.
Kontrol
Tidak ada zona bening
2.
Air sungai Dama
Tidak ada zona bening
3.
Air sungai Mahakam
Tidak ada zona bening
4.
Air sungai Karang Mumus
Tidak ada zona bening
5.
Escherichia coli
Tidak ada zona bening
6.
Bacillus subtilis
Tidak ada zona bening
Keterangan : + = Terdapat zona bening di sekeliling biakan

Keterangan
-

- = Tidak terdapat zona bening


c.
No.
1.

Uji Produksi H2S


Bakteri / Sampel
Kontrol

Hasil
Merah

148

Keterangan
-

2.
Air sungai Dama
Hitam
+
3.
Air sungai Mahakam
Hitam
+
4.
Air sungai Karang Mumus
Hitam
+
5.
Escherichia coli
Hitam
+
6.
Staphylococcus aureus
Hitam
+
7.
Salmonella thyposa
Hitam
+
Keterangan : + = Terjadi perubahan warna dari merah menjadi hitam di
sepanjang tusukan
- = Tidak terjadi perubahan warna atau tetap merah
d.

Uji Katalase

No.
Bakteri / Sampel
Hasil
1.
Air sungai Dama
Ada gelembung
2.
Air sungai Mahakam
Ada gelembung
3.
Air sungai Karang Mumus
Ada gelembung
4.
Escherichia coli
Ada gelembung
5.
Staphylococcus aureus
Ada gelembung
6.
Bacillus subtilis
Ada gelembung
Keterangan :
+ = terdapat gelembung O2

Keterangan
+
+
+
+
+
+

- = jumlah gelembung banyak


e.

Uji Methyl Red

No.
Bakteri / Sampel
Hasil
Keterangan
1.
Kontrol
Kuning
2.
Air sungai Mahakam
Lebih kuning
+
3.
Air sungai Karang Mumus
Lebih kuning
+
4.
Escherichia coli
Lebih kuning
+
5.
Bacillus subtilis
Lebih kuning
+
Keterangan : + = Terjadi perubahan warna kuning menjadi lebih kuning
- = Tidak terjadi perubahan warna atau tetap kuning
f.

Uji Pencairan Gelatin

No.
Bakteri / Sampel
Hasil
Keterangan
1.
Kontrol
Medium beku
2.
Air sungai Dama
Medium cair
+
3.
Air sungai Mahakam
Medium cair
+
4.
Air sungai KarangMumus
Medium cair
+
5.
Escherichia coli
Medium beku
6.
Staphylococcus aureus
Medium beku
7.
Bacillus subtilis
Medium cair
+
Keterangan : + = Medium tetap cair setelah disimpan di Freezer
- = Medium menjadi padat setelah disimpan di Freezer
g.

Tes Urease
149

No.
Bakteri / Sampel
Hasil
Keterangan
1.
Kontrol
Jingga
2.
Air sungai Dama
Merah
+
3.
Air sungai Mahakam
Merah
+
4.
Air sungai Karang Mumus
Merah
+
5.
Escherichia coli
Merah
+
6.
Staphylococcus aureus
Jingga
7.
Bacillus subtilis
Merah
+
Keterangan : + = Terjadi perubahan warna dari jingga menjadi merah
- = Tidak terjadi perubahan warna atau tetap jingga
h.

Tes Lisin Dekarboksilase

No.
Bakteri / Sampel
Hasil
Keterangan
1.
Kontrol
Violet dan kuning
+
2.
Air sungai Dama
Violet dan kuning
+
3.
Air sungai Mahakam
Violet dan kuning
+
4.
Air sungai Karang Mumus
Violet dan kuning
+
5.
Escherichia coli
Violet dan kuning
+
6.
Salmonella thyposa
Violet dan kuning
+
Keterangan : + = Terjadi perubahan warna violet di permukaan tusukan
dan kuning di daerah tusukan dalam medium
- = Tidak terjadi perubahan warna atau tetap
i.

Tes Utilisasi Sitrat

No.
Bakteri / Sampel
Hasil
Keterangan
1.
Kontrol
Hijau
2.
Air sungai Dama
Biru tua
+
3.
Air sungai Mahakam
Biru tua
+
4.
Air sungai Karang Mumus
Biru tua
+
5.
Escherichia coli
Biru tua
+
6.
Staphylococcus aureus
Biru tua
+
Keterangan : + = Terjadi perubahan warna dari hijau menjadi biru tua
atau biru (deep blue)
- = Tidak terjadi perubahan warna atau tetap hijau
4.2.

Perhitungan

4.2.1. Pembuatan Medium


a.

Medium Simmons Citrate Agar (SCA)

150

= 2,3 gram
Jadi, dilarutkan 2,3 gram SCA instan ke dalam 100 mL aquades.
b.

Medium Kligger Iron Agar (KIA)

5,5 gram

Jadi, dilarutkan 5,5 gram KIA instan ke dalam 100 mL aquades.


c.

Medium Mannitol

= 16,2 gram
Jadi, dilarutkan 16,2 gram manitol instan ke dalam 150 mL aquades.
d.

Medium Milk Agar (MA)

2,4 gram

Jadi, dilarutkan 2,4 gram MA instan ke dalam 100 mL aquades.


e.

Medium Nutrient Agar (NA)

2 gram

Jadi, dilarutkan 2 gram NA instan ke dalam 100 mL aquades.


f.

Medium Methyl Red

2,55 gram

Jadi, dilarutkan 2,55 gram methyl red instan ke dalam 150 mL aquades.
g.

Medium Urea Agar

2.52 gram

Jadi, dilarutkan 2,52 gram urea agar instan ke dalam 100 mL aquades.

151

h.

Medium Gelatin

= 15 gram
Jadi, dilarutkan 15 gram gelatin instan ke dalam 100 mL aquades.
i.

Medium Lysine Iron Agar (LIA)

3,4 gram

Jadi, dilarutkan 3,4 gram LIA instan ke dalam 100 mL aquades.


4.2.2 Pembuatan H2O2 3%
C1. V1

= C2. V2

3 % x 10 mL = 50% x X
30

= 50X

= 0,6 mL

Jadi, diambil 0,6 mL H2O2 50% ke dalam 10 mL aquades.

152

4.3. Gambar Pengamatan


4.3.1. Pembuatan Medium
LABORATORIUM

Keterangan :

MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

a. Kapas
b. Medium
c. Erlenmeyer

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
a
UNIVERSITAS MULAWARMAN

ac

Medium : Lysine Iron Agar (LIA)


Warna
b sterilisasi : Merah gelap
c
Sebelum
Setelah sterilisasi : Violet
Medium: Methyl Red
Warna
Sebelum sterilisasi : Kuning
LABORATORIUM
Setelah sterilisasi
: Kuning
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN
LABORATORIUM
a
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN
b

c
a

Medium : Gelatin
Warna
b sterilisasi : Kuning
Sebelum

Medium : Urea Agar


Warna
Sebelum sterilisasi : Jingga
Setelah sterilisasi : Jingga

153

Keterangan :
a. Kapas
Keterangan
b. Medium:
c. Kapas
Erlenmeyer
a.
b. Medium
c. Erlenmeyer
Keterangan :
a. Kapas
b. Medium
c. Erlenmeyer

Setelah sterilisasi : Kuning


LABORATORIUM

Keterangan :

MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

a. Kapas
b. Medium
c. Erlenmeyer

Medium : Milk Agar


Warna
Sebelum sterilisasi : Kuning
Setelah sterilisasi : Kuning
LABORATORIUM

Keterangan :

MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

Medium: Mannitol
Warna
Sebelum sterilisasi : Merah
Setelah sterilisasi : Merah

154

a. Kapas
b. Medium
c. Erlenmeyer

LABORATORIUM

Keterangan :

MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

a. Kapas
b. Medium
c. Erlenmeyer

Medium : Simmons Citrate Agar


Warna
Sebelum sterilisasi : Hijau gelap
Setelah sterilisasi : Hijau gelap
LABORATORIUM

Keterangan :

MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

Medium: Klinger Iron Agar (KIA)


Warna
Sebelum sterilisasi : Merah

155

a. Kapas
b. Medium
c. Erlenmeyer

Setalah sterilisasi : Merah

LABORATORIUM

Keterangan :

MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

a. Kapas
b. Medium
c. Erlenmeyer

Medium : Nutrient Agar (NA)


Warna
Sebelum sterilisasi : Kuning
Setelah sterilisasi : Kuning
4.3.2. Uji Reaksi Biokimia
a.

Uji Fermentasi Karbohidrat


LABORATORIUM

Keterangan :

MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN
e

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI

f
UNIVERSITAS
MULAWARMAN

a. Air sungai Dama


b. Air sungai Mahakam
c. Air sungai Karang Mumus
Keterangan
d. Kontrol :
e.
a. Kapas
Bacillus subtilis
f.
reaksi aureus
b. Tabung
Staphylococcus
g.
c. Medium
Escherichia coli
d. Kapas
e. Tabung reaksi
f. Medium

g
a

Sampel : Air sungai Dama


Air sungai Mahakam
Air sungai Karang Mumus
Medium : Mannitol

156

d
e
f

b.

Bakteri : Bacillus subtilis,


Staphylococcuc aureus
Escherichia coli
Medium: Mannitol
Uji Hidrolisa Polisakarida, Protein dan Lemak
LABORATORIUM

Keterangan :

MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN
e

a.
b.
c.
d.
e.

Air sungai Mahakam


Air sungai Dama
Air sungai Karang Mumus
Cawan petri
Goresan sampel

Sampel : Air sungai Mahakam


Air sungai Dama
Air sungai Karang Mumus
Medium: Milk Agar

LABORATORIUM

Keterangan :

MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

157

a.
b.
c.
d.

Escherichia coli
Bacillus subtilis
Cawan petri
Goresan bakteri

c.

Bakteri : Escherichia coli


Bacillus subtilis
Medium : Milk Agar
Uji Produksi H2S
LABORATORIUM

Keterangan :

MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN
e
f
g
h
a

Sampel : Air sungai Dama


Air sungai Mahakam
Air sungai Karang Mumus
Medium : Klinger Iron Agar

LABORATORIUM
Keterangan
:
MIKROBIOLOGI
a. Escherichia FARMASI
coli
b. Staphylococcus aureus
UNIVERSITAS MULAWARMAN
c. Salmonella thyposa
d. Kapas
e. Medium
f. Tabung reaksi
158
g. Tusukan bakteri

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Kontrol
Air sungai Dama
Air sungai Mahakam
Air sungai Karang Mumus
Kapas
Tabung reaksi
Medium
Tusukan sampel

d
e
f
g

d.

Bakteri : Escherichia coli


Staphylococcus aureus
Salmonella thyposa
Medium : Klinger Iron Agar
Uji Pencairan Gelatin
LABORATORIUM
Keterangan
:
MIKROBIOLOGI
FARMASI
a. Air sungai Dama
b. Air sungai Mahakam
UNIVERSITAS MULAWARMAN
c. Air sungai Karang Mumus
d. Kontrol
e
e. Kapas
f. Tabung reaksi
f
g. Medium
g
a

Sampel : Air sungai Dama


Air sungai Mahakam
Air sungai Karang Mumus
Medium : Gelatin

LABORATORIUM

Keterangan :

MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

159

a.
b.
c.
d.
e.
f.

Bacillus subtilis
Escherichia coli
Staphylococcus aureus
Kapas
Tabung reaksi
medium

d
e
f
a

e.

Bakteri : Escherichia coli


Staphylococcus aureus
Bacillus subtilis
Medium : Gelatin
Uji Methyl Red
LABORATORIUM

Keterangan :

MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

a.
b.
c.
d.

d
e
f
g
a

e.
f.
g.
h.

Air sungai Mahakam


Air sungai Karang Mumus
Kontrol
Kapas
Tabung reaki
Medium
Tabung durham
Gelembung O2

Sampel : Air sungai Mahakam


Air sungai Karang Mumus
Medium: Methyl Red

LABORATORIUM

Keterangan :

MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

160

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Bacillus subtilis
Escherichia coli
Kapas
Tabung reaksi
Medium
Tabung durham
Gelembung O2

c
d
e
g
a

f.

Bakteri : Bacillus subtilis


Escherichia coli
Medium: Methyl Red
Uji Utilisasi Sitrat
LABORATORIUM

Keterangan :

MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN
e
f
g
a

Sampel : Air sungai Dama


Air sungai Mahakam
Air sungai Karang Mumus
Medium : Simmons Citrate Agar

LABORATORIUM
Keterangan
:
c

MIKROBIOLOGI
FARMASI
a. Staphylococcus
aureus
b. Escherichia coli
UNIVERSITAS MULAWARMAN
c. Kapas
d. Tabung reaksi
e. Medium
161

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Air sungai Dama


Air sungai Mahakam
Air sungai Karang Mumus
Kontrol
Kapas
Tabung reaksi
Medium

c
d
e

g.

Bakteri : Staphylococcus aureus


Escherichia coli
Medium: Simmons citrate agar
Uji Urease
LABORATORIUM

Keterangan :

MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN
e
f

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Kontrol
Air sungai Dama
Air sungai Mahakam
Air sungai Karang Mumus
Kapas
Tanung reaksi
Medium

Sampel :Air sungai Dama


Air sungai Mahakam
Air sungai Karang Mumus
Medium :Urea Agar

LABORATORIUM

Keterangan :

MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

162

a.
b.
c.
d.
e.
f.

Escherichia coli
Staphylococcus aureus
Bacillus subtilis
Kapas
Tabung reaksi
Medium

d
e
f
a

h.

Bakteri : Escherichia coli


Staphylococcus aureus
Bacillus subtilis
Medium : Urea Agar
Uji Lisin Dekarboksilasi
LABORATORIUM

Keterangan :

MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN
e
f
g
a

Sampel : Air sungai Dama


Air sungai Mahakam
Air sungai Karang Mumus
Medium : Lysin Iron Agar

LABORATORIUM
Keterangan
:
MIKROBIOLOGI
FARMASI
a. Salmonella thyposa
b. Escherichia coli
UNIVERSITAS MULAWARMAN
c. Kapas
d. Tabung reaksi
e. Medium
163

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Air sungai Dama


Air sungai Mahakam
Air sungai Karang Mumus
Kontrol
Kapas
Tabung reaksi
Medium

c
d
e
a
b
LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI
FARMASI
Bakteri
: Salmonella thyposa
UNIVERSITAS
MULAWARMAN
Escherichia
coli
Medium: Lysin Iron Agar
i.

Keterangan :
Air sungai Dama
Air sungai Mahakam
b.
Air sungai Karang Mumus
c.
a
b
e
Kontrol
d.
UjiObject
Katalase
glass
e.
Gelembung O2
f.
a.

Sampel : Air sungai Dama


Air sungai Mahakam
Air sungai Karang Mumus
Medium : Nutrient Agar
LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN
a

BAB

Keterangan :
a.
b.
c.
d.
e.

Escherichia coli
Staphylococcus aureus
Bacillus subtilis
Object glass
Gelembung O2

V
PEMBAHASAN
c

Bakteri : Escherichia coli


164
Staphylococcus aureus
Bacillus subtilis
Medium : Nutrient Agar

Biokimia merupakan ilmu yang mempelajari tentang senyawa-senyawa


yang ada di dalam sistem hidup, penyusunan senyawa-senyawa tersebut ke dalam
sel-sel dan interaksi kimia yang terjadi. Sel-sel pada makhluk hidup tersusun dari
biomolekul. Untuk dapat mempertahankan hidup, sel-sel mengalami metabolisme
(reaksi pada sel). Dalam metabolisme, sel menyerap energi dari makanan atau
nutrisinya, energi ini digunakan untuk membentuk biomolekul penyusun sel.
Karakterisasi dan klasifikasi sebagian besar mikroba seperti bakteri berdasarkan
pada reaksi enzimatik ataupun biokimia. Mikroba dapat tumbuh pada beberapa
tipe media, memproduksi tipe metabolit tertentu yang di deteksi dengan interaksi
mikroba dengan reagen tes yang menghasilkan warna reagen. Reaksi-reaksi dalam
sel akan teridentifikasi dengan melakukan pengujian-pengujian tertentu. Sel akan
memberikan respon sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya, misalnya
menghasilkan enzim katalase, enzim gelatinase atau kemamupuan untuuk
menghidrolisis lemak.
Uji biokimia adalah pengujian larutan atau zat-zat kimia dari bahan-bahan
dan proses-proses yang terjadi dalam tubuh makhluk hidup, sebagai upaya untuk
memahami proses kehidupan dari sisi kimia. Biokimia bertujuan untuk memahami
bagaimana interaksi biomolekul satu dengan lainnya yang membawa sifat-sifat
kehidupan ini. Belum pernah dalam pengamatan logika molekul sel hidup, kita
menemukan suatu pelanggaran terhadap hukum-hukum yang telah dikenal, seiring
dengan itu pula, kita belum pernah memerlukan pendefinisian hukum baru. Mesin
organik lunak sel hidup berfungsi di dalam kerangka hukum-hukum yang sama
mengatur mesin buatan manusia. Akan tetapi, reaksi-reaksi kimia dan proses
pengaturan sel telah maju demikian pesat, melampaui kemampuan kerja mesin
buatan manusia.
Pengujian yang dilakukan dalam percobaan ini adalah uji fermentasi
karbohidrat, uji hidrolisa polisakarida, protein dan lemak, uji katalase, uji
produksi H2S, uji methyl red, uji tes utilisasi sitrat, uji tes urease dan uji tes lisin
dekarboksilase. Sampel yang digunakan adalah air sungai Mahakam, air sungai
Dama dan air sungai Karang Mumus. Bakteri yang digunakan adalah Bacillus
subtiis, Escherichia coli, Staphylococcus aureus dan Salmonella thyposa.

165

Pengujian pertama adalah uji fermentasi karbohidrat yang dilakukan


dengan membuat medium manitol miring pada tabung reaksi yang setelah
memadat langsung digoreskan biakan dan sampel, lalu diinkubasi selama 2x24
jam pada suhu 37 oC dan diamati. Sampel dan bakteri yang digunakan adalah air
sungai Dama, air sungai Mahakam, Staphylococcus aureus, Escherichia coli,
Bacillus subtilis, serta kontrol. Hasil positif adalah warna medium menjadi bening
atau kuning. Pengujian bertujuan untuk mengetahui kemampuan dari mikroba
dalam menghidrolisis karbohidrat. Fermentasi adalah proses produksi energi
dalam sel dalam keadaan anaerob (tanpa oksigen). Secara umum, fermentasi
adalah salah satu bentuk respirasi anaerob akan tetapi, terdapat definisi yang lebih
jelas yang mendefinisikan fermentasi sebagai respirasi dalam lingkungan
anaerobik dengan tanpa akseptor elektron eksternal. Pengujian ini menggunakan
manitol yang mengandung pepton, ekstrak daging dan natrium klorida. Hasil
positif terjadi pada semua sampel dan biakan, tetapi pada beberapa sampel pada
bagian atasnya tetap berwarna merah, yaitu air sungai Dama, air sungai Mahakam
dan Staphylococcus aureus. Hal ini dikarenakan pada saaat menggores tidak
sampai atas, sehingga pada bagian atas tidak mengalami perubahan warna.
Sedangkan pada kontrol juga terjadi perubahan warna, hal ini disebabkan
pengerjaan yang tidak steril sehingga menyebabkan kontaminasi. Bakteri yang
mungkin terkandung dalam sampel adalah Staphylococcus epidermis dan
Staphylococcus aureus.
Pengujian kedua adalah uji hidrolisa polisakarida, protein dan lemak
dilakukan dengan membuat medium milk agar yang dipadatkan di cawan petri,
kemudian digoreskan biakan dan sampel, lalu diinkubasi selama 2x24 jam pada
suhu 37oC dan diamati. Sampel dan bakteri yang digunakan adalah air sungai
Dama, air sungai Mahakam, air sungai Karang Mumus, Escherichia coli, Bacillus
subtilis. Hasil positif adalah daerah bening di sekitar goresan. Tujuan dari
pengujian ini adalah mengetahui kemampuan mikroorganisme dalam memecah
polisakarida, protein dan lemak menjadi bentuk yang lebih sederhana. Hasil yang
telah diamati adalah pada semua sampel dan biakan negatif karena tidak adanya
daerah bening di sekitar goresan.

166

Pengujian ketiga adalah uji katalase. Uji katalase digunakan untuk


mengetahui aktivitas katalase pada bakteri yang diuji. Kebanyakan bakteri
memproduksi enzim katalase yang dapat memecah H2O2 menjadi H2O dan O2.
Enzim katalase diduga penting untuk pertumbuhan aerobik karena H 2O2 yang
dibentuk dengan pertolongan berbagai enzim pernafasan bersifat racun terhadap
sel mikroba. Hasil positif dari uji ini adalah adanya gelembung O 2, hal tersebut
terjadi pada semua biakan dan sampel, tetapi pada sampel air sungai Mahakam
dan Karang Mumus, terbentuk gelembung yang lebih sedikit. Mekanisme enzim
katalase memecah H2O2 yaitu saat melakukan respirasi, bakteri menghasilkan
berbagai macam komponen salah satunya H2O2. Bakteri yang memiliki
kemampuan memecah H2O2 dengan enzim katalase maka segera membentuk
suatu sistem pertahanan dari toksik H2O2 yang dihasilkannya sendiri. Bakteri
katalase positif akan memecah H2O2 menjadi H2O dan O2 dimana parameter yang
menunjukkan adanya aktivitas katalase tersebut adalah adanya gelembunggelembung oksigen seperti pada percobaan yang telah dilakukan.
Pengujian keempat adalah uji produksi H2S. Pembentukan H2S positif
ditandai dengan adanya warna hitam, warna ini terbentuk karena bakteri mampu
mendesulfurasi asam amino dan methion yang akan menghasilkan H2S, dan H2S
akan bereaksi dengan Fe2+ yang terdapat pada media dan menghasilkan warna
hitam. Dan pada beberapa biakan, bagian bawah tabung berwarna kuning serta
ada sisi yang kosong. Hal ini menyatakan bahwa mikroorganisme dapat
menghasilkan asam dan menghasilkan gas. KIA atau TSIA mengandung laktosa
dan sukrosa dalam konsentrasi 1%, glukosa 0,1% dan phenol red sebagai
indikator yang menyebabkan perubahan warna dari merah orange menjadi kuning
dalam suasana asam. TSIA juga mengandung natrium trisulfat, yaitu suatu
substrat untuk penghasil H2S, ferro sulfat menghasilkan FeS (presipitat), bewarna
hitam untuk membedakan bakteri H2S dengan bakteri-bakteri lainnya. Hasil
positif terjadi pada seluruh sampel dan biakan, karena menghasilkan gas dan asam
dengan medium yang berubah menjadi kuning. Bakteri yang mungkin terkandung
adalah S. paratyphi B, S. typhi murium.

167

Pengujian kelima adalah uji pencairan gelatin. Bertujuan untuk


mengetahui apakah suatu bakteri memiliki enzim gelatinase yang mampu
menghidrolisis gelatin. Hasil positif ditandai dengan adanya pencairan medium
gelatin. Hasil negatif terjadi pada Escherichia coli, Staphylococcus aureus dan
kontrol. Tidak semua bakteri dapat mencairkan gelatin (memadat), hal ini dapat
terjadi karena tidak memiliki enzim gelatinase sehingga tidak dapat mencerna
medium gelatin. Karena untuk dapat mencerna gelatin, bakteri membutuhkan
enzim gelatinase. Gelatin protein merupakan polimer besar asam amino yang
terlalu besar untuk masuk ke dalam membran sel. Untuk memanfaatkan gelatin,
exozim proteolitik bakteri mensekresi gelatinase dan peptidase untuk mencerna
gelatin luar sel.
Pengujian keenam adalah uji Methyl Red. Uji metil merah bertujuan untuk
mengetahui kemampuan suatu bakteri untuk menghasilkan asam-asam campuran,
sehingga dapat mengubah indikator metil merah menjadi kuning. Medium yang
digunakan adalah Methyl Red, hasil positif ditandai dengan adanya warna kuning.
Sebagai contoh beberapa jenis bakteri mampu membentuk asam tetapi tidak
cukup banyak untuk mengubah indikator dan penurunan pH sampai 5,0. Pada
umumnya untuk menghambat kelangsungan hidup mikroorganisme. Sedangkan
bakteri seperti Escherichia coli dapat memberikan hasil pengujian positif karena
dapat menurunkan pengujian positif dan dapat menurunkan pH sampai di bawah
4,5. Hasil positif terjadi pada Escherichia coli, Bacillus subtilis, air sungai
Mahakam dan air sungai Karang Mumus. Bakteri yang mungkin terdapat dalam
sampel adalah Enterobacter aerogenes dan Enterobacter cloacea.
Pengujian ketujuh adalah uji tes utilisasi sitrat. Hasil positif dari pengujian
ini adalah medium berubah menjadi biru tua atau deep blue. Tujuan pengujian ini
adalah untuk mengetahui jenis bakteri yang dapat mengutilisasi sitrat. Hasil
positif terjadi pada semua sampel air sungai dan Escherichia coli. Bakteri
menggunakan sitrat sebagai sumber karbon tunggal, dengan bantuan enzim sitrat
permease maka bakteri akan menyebarkan sitrat ke dalam sel. Selain itu bakteri
mengubah amonium dihidrogen fosfat menjadi amonium hidroksida (NH 3) dan
amoniak yang bersifat basa. SCA (Simmons Citrate Agar) mengandung natrium

168

sitrat yang berfungsi sebagai sumber karbon dan natrium dihidrogen fosfat yang
berfungsi sebagai sumber nitrogen dan nutrien yang lainnya. Bakteri yang
mungkin terkandung dalam sampel adalah Citrobacter, Enterobacter, S. Paratyphi
B, S. enteritidis, S. typhimurium, Arizona, Klebsiella dan Serratia.
Pengujian kedelapan adalah uji tes urease. Urea agar merupakan media
differensial yang dapat membedakan bakteri penghasil eksoenzim yaitu enzim
urease (untuk menghidrolisa urea menjadi amonia karbodioksida). Fungsi urea
agar adalah untuk membedakan bakteri genus Proteus terutama Proteus
morganella

dan

Proteus

providential

dari

golongan

bakteri

enteric

lain. Kandungan urea agar adalah buffer, urea, sedikit nutrient, indicator phenol
red dan agar. Phenol red berubah jadi kuning dalam lingkungan asam, dan
berubah fuchsia dalam lingkungan basa. Media urea terdegradasi menjadi
amoniak menyebabkan lingkungan basa, maka media menjadi pink. Sebagian
besar bakteri golongan enteric dapat mendegrasi urea, tetapi lambat. Bakteri yang
mungkin ada dalam sampel yang positif adalah Proteus, Klebsiella, dan spesies
dari Enterobacter serta Citrobacter.
Pengujian terakhir adalah uji tes lisin dekarboksilase. Hasil positif jika
terbentuk warna ungu atau kuning pada medium. Hasil positif pada Escherichia
coli, Salmonella thyposa, air sungai Dama dan kontrol. Tujuan dilakukan
pengujian ini adalah untuk mengetahui jenis bakteri yang memiliki enzim lisin
dekarboksilase. Bakteri yang mungkin terkandung dalam sampel adalah
Escherichia coli, Salmonella dan Arizona.

BAB VI
PENUTUP

169

6.1. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa:
a.

Pada

uji

fermentasi

karbohidrat,

bakteri

uji

(Escherichia

coli,

Staphylococcus aureus dan Bacillus subtilis) dan sampel (air sungai Dama,
air sungai Mahakam dan air sungai Karang Mumus) menunjukkan hasil
b.

positif.
Pada uji hidrolisa polisakarida, protein, dan lemak, sampel (air sungai
Dama, air sungai Mahakam dan air sungai Karang Mumus) dan biakan

c.

bakteri (Escherichia coli dan Bacillus subtilis) menunjukkan hasil negatif.


Pada uji katalase, biakan bakteri (Escherichia coli, Staphylococcus aureus,
dan Bacillus subtilis) dan sampel (air sungai Dama, air sungai Mahakam

d.

dan air sungai Karang Mumus) menunjukkan hasil positif.


Pada uji produksi H2S, biakan bakteri (Escherichia coli, Staphylococcus
aureus, dan Salmonella thyposa) dan sampel (air sungai Dama, air sungai

e.

Mahakam dan air sungai Karang Mumus) menunjukkan hasil positif.


Pada uji pencairan gelatin, seluruh sampel (air sungai Dama, air sungai
Mahakam dan air sungai Karang Mumus) dan bakteri Bacillus subtilis
memberikan hasil positif sedangkan Escherichia coli dan Staphylococcus

f.

aureus memberikan hasil negatif.


Pada uji Methyl Red, bakteri uji Escherichia coli dan Bacillus subtilis serta
sampel air sungai Mahakam dan air sungai Karang Mumus memberikan

g.

hasil positif.
Pada uji tes utilisasi sitrat, seluruh sampel (air sungai Dama, air sungai
Mahakam dan air sungai Karang Mumus) dan bakteri Escherichia coli
memberikan hasil positif sedangkan bakteri Staphylococcus aureus

h.

memberikan hasil negatif.


Pada uji tes urease seluruh sampel (air sungai Dama, air sungai Mahakam
dan air sungai Karang Mumus) dan bakteri Bacillus subtilis serta bakteri
Escherichia

i.

coli

memberikan

hasil

positif

sedangkan

bakteri

Staphylococcus aureus memberikan hasil negatif.


Pada uji tes Lysine Dekarboksilase sampel (air sungai Dama, air sungai
Mahakam dan air sungai Karang Mumus) dan bakteri uji (Escherichia
coli dan Salmonella thyposa) menunjukan hasil positif.

170

6.2. Saran
Sebaiknya pengerjaan dilakukan dengan kondisi yang steril agar bakteri
maupun sampel yang digunakan tidak terjadi kontaminasi dan menyebabkan hasil
menjadi tidak valid.

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Maksud dan Tujuan Praktikum
1.1.1. Maksud Praktikum

171

Maksud dari praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui caracara pewarnaan suatu mikroorganisme dan mengetahui cara membedakan gram
positif dan gram negatif.
1.1.2. Tujuan Praktikum
Untuk mengetahui cara-cara pengecatan bakteri dan pewarnaan gram,
pengecatan sederhana, dan pengecatan negatif serta mengetahui morfologi dari
bakteri.
1.2.

Prinsip Praktikum
Prinsip praktikum ini adalah melakukan pengecatan bakteri sehingga dapat

diketahui morfologi bakteri tersebut dengan pewarnaan gram, pewarnaan


sederhana dan pewarnaan negatif.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.

Uraian Umum
Pemeriksaan mikroskopis terhadap spesimen yang di cat atau tidak di cat

172

relatif sederhana tetapi merupakan metode yang kurang peka dibandingkan biakan
untuk pendeteksian bakteri dalam jumlah sedikit.Media cair yang mengandung
105 organisme permililiter tidak tampak kasat mata (Brooks, 2005).
Mikroorganisme

hanya

dapat

diamati

dengan

menggunakan

mikroskop.Mikroskop memungkinkan suatu objek kecil dapat dilihat melalui


peningkatan resolusi atau daya pisah dan kontras.
Resolusi atau daya pisah adalah kemampuan sistem lensa.Mikroskop
untuk dapat memisahkan 2 titik yang berdekatan pada spesimen atau
objek.Kontras adalah perbedaan pada intensitas pengamatan antara bagian-bagian
gambar yang berbeda.
Mikroskop terdiri dari lensa-lensa yang diatur sedemikian rupa sehingga
gambar dan spesimen yang diperbesar yang dapat dilihat oleh pengamat. Lensa
mikroskop yaitu objektif dan okuler.
Mikroskop yang umum digunakan dalam laboratorium mikrobiologi
adalah mikroskop cahaya, yaitu mikroskop yang menggunakan cahaya tampak
(visible light) sebagai sumber cahaya. Selain itu, ada pula mikroskop medan gelap
(dark fieldmicroscope), mikroskop pendar (fluorosence), mikroskop fase kontras,
dan mikroskop elektron.
Pewarnaan mikroorganisme pada dasarnya adalah prosedur mewarnai
mikroorganisme dengan menggunakan zat warna yang dapat menonjolkan
struktur tertentu dari mikroorganisme.Pewarna (stain) merupakan garam-garam
yang tersusun atas ion positif dan negatif yang salah satunya berwarna dan disebut
kromofor.Bila kromofor berada pada ion positif disebut pewarna basa (basic dye)
dan bila kromofor berada pada ion negatif disebut pewarna asam (acidic
dye).Prosedur pewarnaan dinding sel bakteri yang tidak berwarna diamati dengan
latar belakang pewarna negatif disebut pewarnaan negatif.
Ada 3 macam prosedur pewarnaan, yaitu pewarnaan sederhana (simple
stain), pewarnaan differensial (differential stain), dan pewarnaan khusus (spesial
stain).Pada pewarnaan sederhana hanya digunakan satu macam pewarna dan
bertujuan mewarnai seluruh sel mikroorganisme sehingga bentuk seluler dan
struktur dasarnya dapat terlihat.Pewarnaan differensial menggunakan lebih dari

173

satu pewarna dan memiliki reaksi yang berbeda untuk setiap bakteri, sehingga
dapat digunakan untuk membedakan bakteri.Pewarnaan differensial yang sering
digunakan adalah pewarnaan gram (Pratiwi, 2008).
Bakteri diwarnai dengan suatu zat warna violet dan yodium, dibilas
dengan alkohol dan kemudian diwarnai sekali lagi dengan zat warna merah. Zat
warna violet yang digunakan dalam pewarnaan gram sangat mudah dibilas dari
bakteri gram negatif, akan tetapi selnya tetap menahan zat warna merah.
(Campbell, 2003)
Bakteri yang tetap berwarna ungu digolongkan ke dalan gram positif
sedangkan bakteri yang berwarna merah digolongkan ke dalam gram
negatif.Perbedaan warna antara gram negatif dan gram positif disebabkan oleh
adanya perbedaan struktur pada dinding selnya.Dinding bakteri gram positif
banyak mengandung peptidoglikan sedangkan dinding bakteri gram negatif
banyak mengandung lipopolisakarida.
Kompleks crystal violet-iodin yang masuk ke dalam sel bakteri gram
positif tidak dapat tercuci oleh alkohol karena adanya lapisan peptidoglikan yang
kokoh pada dinding sel sedangkan pada bakteri gram negatif, alkohol akan
merusak lapisan lipopolisakarida. Kompleks crystal violet-iodin pada bakteri gram
negatif yang tercuci dan menyebabkan sel bakteri transparan, yang akan berwarna
merah setelah diberi safranin.
Jenis pewarnaan differensial yang lain adalah pewarnaan tahan asam atau
dikenal juga sebagai pengecatan Ziehl-Neelsen. Zat warna tahan asam ini akan
terikat kuat hanya pada bakteri yang memiliki kandungan lilin pada dinding
selnya.
Pewarnaan khusus digunakan untuk mewarnai dan mengisolasi bagian
spesifik dari mikroorganisme, misalnya endospora, kapsul, dan flagela.Endospora
bakteri tidak dapat diwarnai dengan metode pewarnaan sederhana seperti pada
pewarnaan gram. Hal ini disebabkan karena endospora memiliki selubung yang
kompak sehingga zat warna sulit mempenetrasi dinding endospora dan diperlukan
pemanasan dan mordant untuk mengikat zat warna.
Pada pewarnaan flagel digunakan kombinasi carbol fuchsin dan mordant.

174

Mordant digunakan untuk memperbesar diameter flagela sehingga dapat terlihat di


bawah mikroskop pada pewarnaan dengan carbol fuchsin.
Pada pewarnaan kapsul bakteri digunakan zat warna yang tidak dapat
mempenetrasi material kapsul, misalnya tinta Cina, nigrosin, atau Congo red
sehingga memudahkan pengamatan kapsul bakteri (Pratiwi, 2008).
2. 2 Uraian Khusus
2.2.1

Uraian Mikroba

a.

Bacillus subtilis
Kingdom

: Bacteria

Filum

: Farmicutes

Kelas

: Bacilli

Ordo

: Bacillales

Famili

: Bacillaceae

Genus

: Bacillus

Spesies

: Bacillus subtilis

Bacillus subtilis, bakteri yang terdapat di udara, air dan debu. Tidak
patogen dan dapat menyebabkan degenerasi protein, tidak menimbulkan bau yang
tidak sedap.Bakteri ini membentuk spora dalam lemak minyak, termasuk paraffin
cair dan dapat bertahan hingga 2 tahun (Trenggono, 2007).
Bacillus subtilis merupakan bakteri gram positif yang berbentuk batang,
dan secara alami sering ditemukan di tanah dan vegetasi.Dinding sel bakteri ini
terdiri dari membran tunggal yang dilapisi peptidoglikan yang tebal.
(Sutedjo, 1991)
b.

Eschericia coli
Kingdom

: Bacteria

Divisi

: Protophyta

Kelas

: Schizomycetes

Ordo

: Eubacteriales

Famili

: Eubacteriaceae

Genus

: Eschericia

175

Spesies

: Eschericia coli

Eschericia

coli

adalah

salah

satu

grup

koliform

yang

dapat

memfermentasikan laktosa dengan menghasilkan asam dan gas pada suhu


370C.Biakan Eschericia coli bersifat aerob atau fakultatif anaerob dan tumbuh
pada pembenihan biasa.
Eschericia coli adalah bakteri gram negatif berbentuk batang yang tidak
membentuk spora yang merupakan flora normal di usus.Dinding sel bakteri ini
banyak mengandung lipopolisakarida (Juliantina, 2012).
c.

Staphylococcus aureus
Kingdom

: Procaryota

Divisi

: Firmicutes

Kelas

: Bacilli

Ordo

: Bacillales

Famili

: Staphylococcaceae

Genus

: Staphylococcus

Spesies

: Staphylococcus aureus

Staphylococcus aureus berbentuk bulat atau lonjong, merupakan jenis


bakteri yang tidak bergerak, tidak berspora, bakteri gram positif dan tersusun
dalam kelompok.Staphylococcus aureus hanya mempunyai membran plasma
tunggal yang dikelilingi dinding sel tebal berupa peptidoglikan. Sekitar 90 % dari
dinding sel tersebut tersusun atas peptidoglikan sedangkan sisanya berupa
molekul lain bernama asam teikhoat (Juliantina, 2011).
d.

Streptococcus mutans
Kingdom

: Monera

Divisi

: Firmicutes

Kelas

: Bacilli

Ordo

: Lactobacilalles

Famili

: Streptococcaceae

Genus

: Streptococcus

Spesies

: Streptococcus mutans

Streptococcus mutans merupakan gram positif, tidak bergerak, aktif, tidak

176

membentuk spora, mempunyai susunan rantai dua atau tiga lebih. Berbentuk bulat
dengan diamater 0,5-0,7 mm.
Streptococcus mutans merupakan bakteri gram positif karena memiliki
membran plasma tunggal yang dikelilingi dinding sel tebal berupa peptidoglikan
bersifat non motil (tidak bergerak), bakteri anaerob fakultatif.
(Bidarisugma, 2012)
e.

Pseudomonas aeruginosa
Kingdom

: Bacteria

Divisi

: Proteobacteria

Kelas

: Gamma Proteobacteria

Ordo

: Pseudomonadales

Famili

: Pseudomonadaceae

Genus

: Pseudomonas

Spesies

: Pseudomonas aeruginosa

Pseudomonas aeruginosa adalah bakteri gram negatif dengan kandungan


peptidoglikan yang lebih tipis pada dinding selnya. Berbentuk batang, bergerak
dengan flagela dan bersifat aerob.Pseudomonas aeruginosa mempunyai pili type
IVyang berfungsi sebagai adhesin untuk mengikatsel host (Hidayati, 2009).
2.2.2

Uraian Medium

a.

Medium NA (Nutrient Agar)


Komposisi per liter :
Pepton

10 g

Agar

20 g

Ekstrak daging

10 g

NaCl

5 g

Medium NA dibuat dengan menambahkan semua komponen ke dalam air


deionisasi hingga 1 L. Campur semua bahan dan panaskan.Masukkan ke dalam
wadah dan sterilisasi selama 15 menit pada tekanan 1210C (Syder, 2006).

177

BAB III
METODE KERJA
3.1

Alat dan Bahan

3.1.1

Alat

178

a.

Autoclave

b.

Batang pengaduk

c.

Cover glass

d.

Freezer

e.

Hot plate

f.

Inkubator

g.

Laminar Air Flow

h.

Labu Erlenmeyer

i.

Mikroskop kamera

j.

Mikroskop elektrik

k.

Object glass

l.

Osebulat

m.

Pembakar spiritus

n.

Pipet tetes

o.

Sendok tanduk

p.

Timbangan analitik

3.1.2 Bahan
a.

Aquades

b.

Bakteri Bacillus subtilis

c.

Bakteri Escherichia coli

d.

Bakteri Pseudomonas aeruginosa

e.

Bakteri Staphylococcus aureus

f.

Bakteri Streptococcus mutans

g.

Benang godam

h.

Kapas

i.

Methylen blue

j.

Nigrosin

k.

Nutrient Agar (NA)

l.

Pewarna gram A (Crystal violet)

m. Pewarna gram B (Mordant Lugol Iodine)


n.

Pewarna gram C (Etanol 96%)

179

o.

Pewarna gram D (Safranin)

3.2

Bagan Kerja

3.2.1

Pembuatan Medium Nutrient Agar (NA)


Ditimbang 6 gram Nutrient Agar sintetik

Dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer

Dilarutkan dengan aquades secukupnya, kemudian


ditambahkan

aquades hingga 300 mL dan dihomogenkan

Dipanaskan dengan hot plate hingga mendidih

Didinginkan dan ditutup dengan kapas lalu dibungkus

Disterilisasi dalam autoclave pada suhu 121oC selama 15 menit


3.2.2

Pembiakkan Mikroba

Disiapkan biakan murni bakteri (Bacillus subtilis, Escherichia coli,


Streptococcus mutans, Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa)
Disiapkan tabung reaksi yang telah berisi medium Nutrient agar miring

Digoreskan secara zig-zag dengan ose bulat steril pada biakan murni
bakteri kemudian digoreskan pada medium Nutrient agar miring

180

Ditutup tabung reaksi dengan kapas lalu dibungkus

Diinkubasi dalam inkubator selama 1x24 jam pada suhu 37oC


3.2.3

Pengecatan Sederhana
Disterilkan object glass dengan alkohol

Difiksasi di atas pembakar spiritus hingga kering

Digoreskan

bakteri

Streptococcus

uji

mutans,

(Bacillus

subtilis,

Staphylococcus

aureus,

aeruginosa) menggunakan ose bulat

Difiksasi object glass

Ditetesi dengan methylen blue sebanyak 2-3 tetes

Ditutup dengan cover glass (jangan ada gelembung)

Diamati dengan mikroskop pada perbesaran 100 kali


3.2.4

Pengecatan Negatif

181

Escherichia

coli,

Pseudomonas

Disterilkan object glass dengan alkohol

Difiksasi di atas pembakar spiritus hingga kering

Digoreskan bakteri uji (Staphylococcus aureus dan


Pseudomonas aeruginosa) menggunakan ose bulat

Difiksasi object glass

Ditetesi dengan nigrosin sebanyak 2-3 tetes

Ditutup dengan cover glass (jangan ada gelembung)

Diamati dengan mikroskop pada perbesaran 100 kali


3.2.5

Pengecatan Gram
Disterilkan object glass dengan alkohol

Difiksasi di atas pembakar spiritus hingga kering


Digoreskan bakteri uji (Escherichia coli, Streptococcus mutans
dan Pseudomonas aeruginosa) menggunakan ose bulat

Ditambahkan pewarna gram A (crystal violet),

182

dibiarkan selama 1 menit

Dibilas dengan aquades dan dikeringkan

Ditambahkan pewarna gram B (Mordant Lugol Iodine),


dibiarkan selama 1 menit

Dibilas dengan aquades dan dikeringkan

Ditambahkan pewarna gram C (Etanol 96%),


dibiarkan selama 30 detik

Dibilas dengan aquades dan dikeringkan

Ditambahkan pewarna gram D (Safranin),


dibiarkan selama 2 menit

Dicuci dengan aquades dan dikeringkan


Ditutup dengan cover glass (jangan ada gelembung)

Diamati pada perbesaran 100 kali

183

BAB IV
HASIL PENGAMATAN
4.1.

Tabel Pengamatan

4.1.1. Pengecatan sederhana

184

Hasil
Warna Bakteri
Warna Latar
Biru
Tidak Berwarna
Biru
Tidak Berwarna

Biakan Bakteri
Bacillus subtilis
Escherichia coli
Pseudomonas
aeruginosa
Staphylococcus
aureus
Streptococcus
mutans

Biru

Tidak Berwarna

Biru

Tidak Berwarna

Biru

Tidak Berwarna

Morfologi
Bentuk batang
Bentuk batang
Bentuk batang
Bentuk bulat
anggur
Bentuk bulat
rantai

4.1.2. Pengecatan negatif


Hasil
Warna Bakteri
WarnaLatar

Biakan Bakteri
Pseudomonas
aeruginosa
Staphylococcus
aureus

Morfologi

Tidak Berwarna

Hitam

Bentuk batang

Tidak Berwarna

Hitam

Bentuk bulat

4.1.3. Pewarnaan gram


Morfologi
Bentuk Batang

Kesimpulan
Bakteri Gram

berwarna merah
Sel bakteri

Bentuk Batang

Negatif
Bakteri Gram

berwarna merah
Sel Bakteri

Bentuk bulat

Negatif
Bakteri Gram

berwarna Ungu

rantai

Negatif

Biakan Bakteri
Pseudomonas

Hasil
Sel bakteri

aeruginosa
Escherichia coli
Streptococcus mutans

4.2.

Perhitungan

4.2.1. Pembuatan Medium NA


Dibuat NA 20 g/L Dalam 300 mL
NA =
=6g

185

Jadi, ditimbang 6 g NA instan, dilarutkandalam 300 mL aquadest.

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

4.3.

Gambar
Pengamatan
4.3.1. Pengecatan
sederhana
Keterangan:
a. Latar transparan
b. Sel bakteri gelap

a
b

186

Bakteri:Escherichia coli
Bentuk: Batang (bacill)

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

Bakteri:Staphylococcus aureus
Bentuk: Bulat (kokus)

187

Keterangan:
a. Latar transparan
b. Sel bakteri gelap

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

Keterangan:
a. Latar transparan
b. Sel bakteri gelap

a
b

Bakteri:Pseudomonas aeruginosa
Bentuk: Batang (bacill)
LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

a
b

Bakteri:Bacillus subtilis
Bentuk: Batang (bacill)

Keterangan:
a. Latar transparan
b. Sel bakteri gelap

188

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

Keterangan:
a. Latar transparan
b. Sel bakteri gelap

a
b

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN
Bakteri:Streptococcus mutans
Bentuk: Bulat (kokus)
a
4.3.2. Pengecatan
negatif
Keterangan:
a. Latar gelap
b. Sel
bakteri

189

Bakteri: Pseudomonas aeruginosa


Bentuk: Batang (bacill)

gelap

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN
a
b

Bakteri:Staphylococcus aureus
Bentuk: Bulat (kokus)
transparan

190

Keterangan:
a. Latar gelap
b. Sel
bakteri

4.3.3. Pewarnaan gram


LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN
a

Keterangan:
a. Sel bakteri berwarna
merah

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

Bakteri:Escherichia coli
Bentuk: Batang (bacill)
Bakteri:Streptococcus mutans
Bentuk: Bulat (kokus)
Keterangan:
a. Sel bakteri berwarna ungu

191

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

Keterangan:
a. Sel bakteri gelap

Bakteri: Pseudomonas aeruginosa


Bentuk: Batang (bacill)

BAB V
PEMBAHASAN
Praktikum ini membahas mengenai pengecatan dan morfologi bakteri,

192

yang bertujuan untuk mengetahui cara-cara pengecatan bakteri dan pewarnaan


gram, pengecatan sederhana, dan pengecatan negatif serta untuk mengetahui
morfologi dari bakteri. Selain itu juga untuk mengetahui sifat fisiologisnya, yaitu
reaksi dinding sel bakteri melalui serangkaian pengecatan.
Mikroorganisme yang ada di alam mempunyai morfologi, struktur dan
sifat-sifat yang khas, termasuk bakteri. Bakteri yang hidup hampir tidak berwarna
dan kontras dengan air. Salah satu cara untuk melihat dan mengamati bentuk sel
bakteri dalam keadaan hidup sangat sulit, sehingga untuk mengidentifikasi suatu
bakteri dapat melalui metode pengecatan atau pewarnaan sel bakteri, sehingga sel
dapat terlihat jelas dan mudah teramati. Mikroba sulit dilihat dengan cahaya
karena mikroba tidak dapat mengadsorpsi atau membiaskan cahaya. Dengan
metode pengecatan maka kontras warna yang ada disekeliling mikroba dapat
ditingkatkan dan mikroba dapat terlihat jelas.
Pewarnaan mikroorganisme adalah prosedur mewarnai mikroorganisme
dengan menggunakan zat warna yang dapat menonjolkan struktur tertentu dari
mikroorganisme yang ingin diamati. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
pewarnaan bakteri yaitu fiksasi, peluntur warna, subtrat, intensifikasi pewarnaan
dan penggunaan zat warna penutup. Teknik pewarnaan dalam percobaan ini
adalah pengecatan negatif, pengecatan sederhana, dan pengecatan gram.
Pengecatan negatif adalah pewarnaan yang ditujukan pada bakteri yang
sulit diwarnai. Pada umumnya dalam pengecatan negatif digunakan larutan zat
warna yang tidak meresap ke dalam sel-sel bakteri melainkan melatarbelakangi
sehingga Nampak sebagai bentuk-bentuk kosong tak berwarna (negatif). Teknik
ini berguna untuk menentukan morfologi dan ukuran sel. Pewarna yang digunakan
dalam pengecatan negatif adalah pewarna asam yakni nigrosin. Pewarna asam
memiliki negatif charge kromogen, tidak akan berpenetrasi ke dalam sel. Oleh
karena itu, sel tidak berwarna mudah dilihat dengan latar belakang gelap.
Pertama-tama dilakukan fiksasi yang bertujuan untuk dapat melekatkan sel bakteri
pada object glass, membunuh bakteri, melepaskan granula (bakteri) protein
menjadi gugusan reaktif (NH3) membuat sel-sel lebih kuat, mencegah terjadinya
otolisis sel, mengubah afinitas. Berdasarkan hasil pengamatan menunjukkan pada

193

bakteri Pseudomonas aeruginosa memiliki bentuk batang dan memiliki latar


belakang yang berwarna hitam. Sedangkan pada bakteri Staphylococcus aureus
memiliki bentuk bulat anggur dengan latar belakang hitam. Hal ini sesuai dengan
teori yang menghubungkan pewarna nigrosin yang bersifat asam dan memiliki
muatan negatif. Dimana dalam kondisi pH mendekati netral maka dinding sel
cenderung bermuatan negatif sehingga pewarna asam akan ditolak oleh dinding
sel. Oleh karena itu sel menjadi tidak berwarna atau warna hitam yang terbentuk
sebagai latar belakang sel bakteri karena bakterinya tidak menyerap zat warna.
Pengecatan sederhana adalah pewarnaan dengan menggunakan satu
macam zat warna dengan tujuan untuk melihat bentuk, ukuran partikel sel bakteri
serta membedakan sel bakteri dengan benda mati lainnya. Pewarnaan sederhana
merupakan teknik pewarnaan yang paling banyak digunakan. Zat warna yang
digunakan dalam pengecatan ini adalah methylen blue. Pertama-tama dilakukan
fiksasi pada object glass yang bertujuan untuk melekatkan bakteri pada object
glass dengan menggunakan pembakar spiritus, lalu digores dengan ose bulat. Lalu
diteteskan methylen blue, ditutup dengan cover glass dan diamati dengan
mikroskop. Berdasarkan hasil pengamatan didapat bentuk dari bakteri Bacillus
subtilis adalah batang. Bentuk bakteri dari Escherichia coli adalah batang. Bentuk
bakteri dari Streptococcus mutans adalah bulat rantai. Bentuk dari bakteri
Staphylococcus aureus adalah bulat anggur. Bentuk bakteri dari Pseudomonas
aeruginosa adalah batang. Hasil dari pengamatan yang dilakukan telah sesuai
dengan teori yang ada. Mekanisme terbentuknya warna biru pada sel bakteri
ketika ditambahkan pewarna methylen blue karena pada umumnya bakteri mudah
bereaksi dengan pewarna-pewarna sederhana karena sitoplasmanya bersifat
basofilik (suka dengan basa), sedangkan zat-zat warna yang banyak digunakan
untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkalin (komponen kromoforiknya
bermuatan positif). Pewarnaan sederhana merupakan suatu cara yang tepat untuk
melihat morfologi bakteri secara umum.
Pewarnaan

gram

merupakan

pewarnaan

yang

digunakan

untuk

menggelompokkan bakteri gram negatif dan bakteri gram positif berdasarkan sifat
kimia dan sifat fisik dinding selnya. Dalam pewarnaan gram diperlukan empat

194

pewarna. Pewarna A adalah zat warna utama yaitu kristal violet yang berfungsi
membentuk ikatan Mg-Ribonucleid acid pada membrane atau dinding sel bakteri
sehingga membentuk kompleks Mg-Ribonucleid acid- krystal violet. Pewarna B
yaitu larutan lugols iodine yang digunakan mengintensifkan warna utama.
Pewarna C yaitu alkohol yang merupakan pelarut organik yang melunturkan zat
warna utama. Pewarna D yaitu safranin digunakan untuk mewarnai kembali selsel yang telah kehilangan cat utama setelah perlakuan dengan alkohol. Perlakuan
pertama adalah memfiksasi dengan tujuan agar bakteri lebih melekat pada objek
glass, lalu digores dengan bakteri. Lalu ditambahkan pewarna A, didiamkan
beberapa menit dan dibilas dengan aquadest. Ditambahkan pewarna B agar dapat
menyatu dengan kristal violet yang membentuk kompleks dengan sel, sehingga
sel tetap berwarna ungu lalu didiamkan, dibilas dengan aquadest dan dikeringkan.
Ditambahkan pewarna C yakni alkohol 96% untuk melakukan penetrasi ke dalam
dinding sel dan melunturkan pewarnaan ungu dari kompleks kristal violet dan
iodin. Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh bahwa bakteri Streptococcus
mutans termasuk bakteri gram positif. Bakteri Eschericia coli termasuk bakteri
gram negatif dan bakteri Pseudomonas aeruginosa termasuk bakteri gram negatif.
Bakteri gram positif akan mengalami dehidrasi pada dinding selnya dan poriporinya menciut karena daya rembes dinding sel dan membran menurun sehingga
kristal violet-iodin tidak dapat keluar dari sel dan tetap berwarna ungu. Sedangkan
pada bakteri gram negatif yang memiliki kandungan lipid yang tinggi, sehingga
lipid akan tereksitasi keluar dari dinding sel dan pori-pori mengembang. Hal ini
menyebabkan kompleks kristal violet-iodin keluar dari sel dan sel menjadi tidak
berwarna atau warna ungu luntur karna peluruhan dinding sel. Penambahan
safranin yang merupakan cat sekunder atau kontras berfungsi untuk mewarnai
gram negatif yang semula telah luntur pewarnaannya menjadi warna merah.
Perbedaan dasar antara bakteri gram positif dan bakteri gram negatif
adalah komponen dinding selnya. Kompleks kristal violet-iodium terperangkap
antara dinding sel dan membran sitoplasma bakteri gram positif, sedangkan
penyingkiran zat lipid dari dinding sel bakteri gram negatif dengan pencucian
alcohol memungkinkan kompleks kristal violet-iodin hilang dari sel. Dimana

195

alcohol bersifat semi polar dan dinding sel bersifat polar dan semi polar karena
dinding sel mengandung lipid, sehingga saat berinteraksi maka alcohol dapat
melunturkan warna dinding sel. Bakteri gram positif memiliki membran tunggal
yang dilapisi peptidonglikan yang tebal (25-50 mm). Sedangkan bakteri gram
negatif lapisan peptidonglikannya tipis (1-3 mm). Peptidonglikan adalah suatu
bahan yang terkandung di dalam sel bakteri. Peptidonglikan terdiri dari polimer
modifikasi gula-gula yang diikat langsung dengan polipeptida pendek yang
berbeda dari satu species ke species lainnya.
Jenis bakteri, baik bakteri gram positif ataupun bakteri gram negatif tidak
berpengaruh pada hasil pengecatan sederhana dan pengecatan negatif. Hal ini
dikarenakan, hasil yang didapatkan pada pengecatan sederhana dan negatif adalah
morfologi bakteri, yakni bentuk atau ciri-ciri fisik bakteri. Pengujian yang
dipengaruhi oleh jenis bakteri adalah pewarnaan gram, karena pewarnaan gram
bertujuan untuk membedakan antara bakteri gram positif dan bakteri gram negatif.
Mekanisme alcohol dalam melunturkan dinding sel bakteri adalah dengan
cara mengdehidrasi dinding sel. Alkohol akan berpenetrasi ke dalam dinding sel,
sehingga lipid tereksitasi dari dinding sel dan pori-pori dinding sel bakteri
menjadi mengembang. Akibatnya kompleks kristal violet-iodin akan keluar dari
dinding sel sehingga sel menjadi tidak berwarna.

BAB VI
PENUTUP
6.1.

Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan

196

bahwa :
a.

Pada metode pengecatan sederhana, bakteri berwarna biru dan latar belakang
tidak berwarna dengan bakteri Eschericia coli memiliki bentuk batang,
bakteri Bacillus subtilis berbentuk batang, bakteri Staphylococcus aureus
berbentuk bulat anggur, Streptococcus mutans berbentuk bulat berantai
dan bakteri Pseudomonas aeruginosa berbentuk batang

b.

Pada metode pengecatan negatif, bakteri tidak berwarna dan latar belakang
berwarna hitam dengan bakteri Staphylococcus aureus memiliki bentuk
bulat anggur dan bakteri Pseudomonas aeruginosa memiliki bentuk batang

c.

Pada metode pengecatan gram, bakteri Eschericia coli memiliki bentuk


batang dan berwarna merah yang menandakan bakteri gram negatif,
bakteri Streptococcus mutans memiliki bentuk bulat rantai dan berwarna
ungu yang menandakan bakteri gram positif sedangkan bakteri
Pseudomonas aeruginosa memiliki bentuk batang dan berwarna merah
yang menandakan bakteri gram negatif

6.2.

Saran
Diharapkan untuk praktikan agar kedepannya dapat mempelajari dan

memahami lebih banyak metode mengenai pewarnaan bakteri sehingga lebih


menguasai metode pewarnaan bakteri.

BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Maksud dan Tujuan Percobaan
1.1.1 Maksud Percobaan
Maksud dari praktikum ini adalah mengetahui apakah koloni bakteri atau

197

jamur yang terdapat di dalam sampel uji masuk dalam range yang diperbolehkan
sesuai yang tertera di dalam SNI.
1.1.2

Tujuan Percobaan
Mengetahui dan memahami cara perhitungan mikroorganisme dalam suatu

sampel dengan metode ALT dan MPN.


1.1.3

Prinsip Percobaan
Prinsip dari praktikum ini yaitu menghitung suatu mikroorganisme dalam

sampel dengan metode ALT (Angka Lempeng Tertinggi) dan MPN (Most
Probable Number). Metode ALT merupakan metode yang digunakan untuk
menghitung angka lempeng tertinggi pada sampel sedangkan metode MPN
merupakan metode yang digunakan untuk menghitung angka kemungkinan
tertinggi jumlah koloni mikroorganisme yang terdapat di dalam sampel. Samoel
yang digunakan yaitu air galon, cappuccino cincau, kuah bakso, keripik singkong,
air the dan opak.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Uraian Umum
Mikroorganisme dipelajari di laboratorium untuk banyak tujuan. Derajat

198

perincian untuk mempelajarinya itu bergantung pada maksud pemeriksaan


laboratorium tersebut. Ada beberapa diantara prosedur yang digunakan oleh
mikrobiologiwan dalam menelaah mikroorganisme yang ditekankan pada
mikroskopi dan metode-metode mikroskopik.
Mikroskop adalah instrumen yang paling banyak digunakan dan paling
bermanfaat di laboratorium mikroskopi. Dengan alat ini diperoleh perbesaran
sehingga memungkinkan untuk melihat organisme dan struktur yang tak tampak
dengan mata bugil. Mikroskop memungkinkan perbesaran dalam kisaran luas dan
seratus kali sampai ratusan ribuan kali (Pelczar, 2010).
Penentuan

jumlah

angka

mikroorganisme

sangat

penting

untuk

menetapkan keamanan suatu sediaan farmasi dan makanan. Berbagai metode


telah dikembangkan untuk menghitung jumlah mikroorganisme. Metode ini
menghitung jumlah sel, massa sel, atau isi sel yang sesuai dengan jumlah sel. Ada
empat cara yang umum digunakan untuk memperkirakan kisaran mikroorganisme,
yaitu:
a.

Perhitungan

langsung

(direct

count)

jumlah

sel

atau

biomassa

mikroorganisme, sel dihitung langsung di bawah mikroskop atau dengan


penghitung partikel elektronik (electronic particle counter).
b.
Pengukuran langsung (direct measurement) biomassa mikroorganisme,
massa sel ditentukan dengan menimbang atau mengukur berat seluruh sel,
biomassa dapat dikorelasikan dengan jumlah sel dengan membandingkannya pada
kurva standar.
c.
Perhitungan tidak langsung (indirect count) jumlah sel, mikroorganisme
dalam sampel dikonsentrasikan dan ditanam pada media yang sesuai pertumbuhan
mikroorganisme. Contohnya pembentukan koloni dalam pelat agar digunakan
untuk memperkirakan jumlah mikroorganisme yang terdapat di dalam sampel.
d.
Perkiraan tidak langsung (indirect estimate) biomassa mikroorganisme,
diperkirakan dengan mengukur komponen biokimia sel mikroorganisme yang
relatif konstan, seperti Adenosine Triphosphate (ATP), lipopolisakarida, murein,
dan klorofil. Biomassa juga dapat diperkirakan secara tidak langsung dengan
mengukur kekeruhan. Perkiraan tidak langsung biomassa mikroorganisme dapat
dikorelasikan dengan jumlah sel dengan membandingkannya pada kurva standar.

199

Cara yang paling umum digunakan untuk menghitung jumlah bakteri


adalah perhitungan jumlah bakteri hidup. Dengan metode ini pengenceran bakteri
dari sampel yang mengandung mikroorganisme ditanam pada media yang sesuai.
Suspensi dapat ditebarkan pada permukaan pelat agar (spread plate method) atau
dicampur dengan agar cair, yang kemudian dituangkan ke dalam cawan petri dan
dibiarkan memadat. Pelat agar tersebut kemudian diinkubasi pada kondisi yang
memungkinkan mikroorganisme bereproduksi membentuk koloni yang terlihat
tanpa bantuan mikroskop. Diasumsikan bahwa setiap koloni bakteri akan muncul
dari 1 sel bakteri. Oleh karena itu, dengan menghitung jumlah koloni dan
memperhitungkan faktor pengenceran, jumlah bakteri pada sampel asal
ditentukan.
Kelemahan utama metode tersebut adalah keselektifannya sehingga hasil
perhitungan kadang kala menjadi bias. Kondisi pertumbuhan kuman, termasuk
komposisi media yang digunakan, waktu inkubasi, suhu dan pH sangat
menentukan jenis bakteri yang dapat tumbuh dari seluruh populasi yang ada, tidak
ada satu kondisi yang universal untuk membuat seluruh organisme dapat tumbuh
dengan baik.
Metode agar tuang (pour plate method), seperti halnya metode perhitungan
jumlah kuman hidup lainnya dilakukan dengan mencampurkan sampel pada
media padat yang mendukung pertumbuhan mikroorganisme dan kemudian
menginkubasi pelat sehingga setiap sel bakteri dapat membelah dan membentuk
koloni. Dengan demikian, jumlah koloni yang tumbuh tersebut dapat dihitung.
Penyiapan pengenceran berseri hampir selalu dibutuhkan untuk memastikan
bahwa kita akan mendapatkan pengenceran dengan jumlah bakteri yang dapat
dihitung (Harmita, 2008).
Koloni bakteri yang dominan yang dicari dengan mengamati secara
morfologis dari bentuk yang seragam dan dari warnanya. Setelah itu dihitung
jumlah ekonomi yang dominan dengan pengenceran yang mengandung jumlah
koloni antara 30-300 (Sari, 2013).
Metode sebar pelat diatas pelat agar adalah teknik dengan menyebarkan
sampel yang telah diencerkan) di atas permukaan pelat agar dalam cawan petri.

200

Umumnya antara 0,1 mL dan 1 mL sampel disebarkan di permukaan media padat


dengan menggunakan tangkai gelas steril (batang pengaduk). Cawan kemudian
diinkubasi dan jumlah koloni yang tumbuh dihitung.
Cara perhitungan mikroorganisme secara langsung menggunakan ruang
penghitung (direct count using counting chamber) relatif mudah, tetapi tidak
dapat membedakan antara sel yang hidup dengan sel yang mati. Sampel
ditebarkan atau diteteskan pada alat (alat berupa lempengan kaca kecil yang berisi
kasa-kasa). Alat yang biasa dipakai adalah kamar hitung model Petroff Housser
dan Levy. Cara langsung ini digunakan di bidang mikrobiologi makanan untuk
mengetahui adanya pencemaran mikroorganisme, dan juga sering digunakan
untuk menghitung jumlah sel darah dalam hematologi (Harmita, 2008).
Prinsip dari metode TPC (Total Plate Count) dengan suatu cara tuang
(pour plate) adalah apabila sel bakteri yang masih hidup ditumbuhkan di media,
maka sel tersebut akan berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat
dilihat langsung dengan mata tanpa menggunakan mikroskop. Pengujian coliform
menggunakan metode MPN (Most Probable Number) dengan 3 seri tabung
dengan mencocokkan kombinasi hasil tabung positif dengan tabel MPN.
(Santoso, 2012)
2.2

Uraian Khusus

2.2.1 Uraian medium


a.

Medium Nutrient Agar (NA)


Komposisi:
Pepton daging

5g

Ekstrak daging

3g

Agar-agar

12 g

Preparasi medium dilakukan dengan cara melarutkan 20 g Nutrient Agar


dalam 1 L air, lalu diinkubasi dengan autoklaf. pH dari medium adalah 7,0 0,2.
b.

Medium Potato Dexstrose Agar (PDA)


Komposisi:
Infusa kentang (dari 200 g kentang)

201

4g

D (+) glukosa

20 g

Agar-agar

5g

Karbohidrat dari infusa kentang mendukung pertumbuhan ragi dan jamur


dimana pada pH rendah dapat menghambat pertumbuhan flora bakteri yang
menyertainya. Apabila medium tersebut ingin digunakan untuk jamur, maka pH
disesuaikan menjadi sekitar 3,5.
c.

Medium Lactose Broth (LB)


Komposisi:
Pepton dan gelatin

5g

Ekstrak daging

3g

Laktosa

5g

Preparasi medium dilakukan dengan menggunakan 13 gram Lactose Broth


dalam 1 liter air, kemudian dimasukkan ke dalam tabung dengan tabung durham
yang telah terpasang pada tabung reaksi, lalu diinkubasi dalam autoklaf, pH 6,9 +
0,1.
(Merck, 1981)
2.2.2 Uraian sampel
a.

Keripik singkong
Makanan ringan ini merupakan makanan yang berasal dari singkong yang

diiris tipis, kemudian digoreng hingga kering. Makanan ini banyak terdapat di
pasaran.

b.

Air Teh
Air teh merupakan minuman yang dibuat dari daun teh dan banyak

digemari oleh masyarakat luas. Proses pembuatan teh menjadi faktor yang harus
diperhatikan

karena

tidak

menutup

kemungkinan

mengandung mikroorganisme dalam jumlah tertentu.


c.

Cappucino Cincau

202

bahwa

minuman

ini

Minuman ini merupakan campuran antara cappucino yang ditambahkan


cincau. Minuman ini banyak digemari karena selain rasanya yang enak, minuman
ini menyegarkan.
d.

Kuah Bakso
Makanan ini sangat populer di kalangan masyarakat. Bakso terbuat dari

daging yang telah dihaluskan.


e.

Air Galon
Dalam kehidupan sehari-hari, air merupakan komponen yang paling

penting. Air mempunyai banyak fungsi di dalam tubuh diantaranya membantu


proses metabolisme tubuh.
f.

Opak
Makanan ini merupakan makanan ringan yang biasa dikonsumsi oleh

masyarakat umum. Makanan ini terbuat dari olahan singkong yang diolesi dengan
gula merah.

203

BAB IV
HASIL PENGAMATAN
4.1. Tabel Pengamatan
4.1.1. Tabel ALT/SPC Bakteri
Pengenceran
10-2
10-3
10-4
1. Cappucino Cincau
55
50
spr
2. Air Galon
4 spr
12
7
3. Air Teh
32
26
20
4. Keripik Singkong
66
spr
TBUD
5. Kuah Bakso
9 spr
13
4
Keterangan : TBUD (Tidak Bisa Untuk Dihitung)
4.1.2. Tabel ALT/SPC Jamur
No

Sampel

Pengenceran
10-1
10-2
1. Cappucino Cincau
536
67
2. Air Galon
530
3
3. Keripik Singkong
10
27
4. Opak
92
3
5. Kuah Bakso
16
6
Keterangan : TBUD (Tidak Bisa Untuk Dihitung)
4.1.3. Tabel MPN
No

Sampel

No

Sampel

1.
2.
3.
4.

Cappucino Cincau
Air Galon
Air The
Keripik Singkong

10-3
14
3
3
24
3

Pengenceran
10
10-3
10-4
+++
+++
+++
+++-+-+++
+++
+++
+--+-+-2

5. Opak
+++
+++
+++
6. Kuah Bakso
+++
-++
+++
Keterangan : TBUD (Tidak Bisa Untuk Dihitung)
4.2. Perhitungan
4.2.1. Pembuatan Medium
a.
Medium Nutrient Agar (NA)
NA =
b.

= 4 gram
Medium Potato Dextrose Agar (PDA)

204

Pelaporan
(Koloni/g)
5,5 x 10-3
4,0 x 102 spr
3,2 x 10-3
6,6 x 10-3
9,0 x 10-3spr

Nilai SNI
(Koloni/g)
1,0 x 102
1,0 x 101
3,0 x 103
1,0 x 10-4
1,0 x 10-4

Pelaporan
(Koloni/g)
6,7 x 103
3,0 x 102
1,0 x 102
5,3 x 103
1,6 x 103

Nilai SNI
(Koloni/g)
1,0 x 102
1,0 x 101
1,0 x 10-4
1,0 x 104
1,0 x 10-4

Nilai MPN
(per 100 mL)
> 2400
20

Pelaporan
(Koloni/g)
1,2 x 103

28
1,1 x 104
>2400
93

NA =
c.

= 7,8 gram
Medium Lactose Broth
NA =
= 4,5 gram

4.2.2. Metode ALT/SPC


a.
Bakteri
1)
Cappucino cincau
Terdapat 2 cawan petri yang jumlah koloninya masuk rentang, maka
dilaporkan pengenceran pada cawan secara beruntun yaitu dari
pengenceran tertinggi dibanding pegenceran terendah.

Jumlah Koloni =

=
= 9,09 (>2)
Maka dilaporkan cawan yang masuk ke rentang dengan pengenceran
terendah.
Jumlah Koloni = 55 x

= 55 x
= 55 x 10-2
= 5,5.103 koloni/mL
2)

Air galon
Tidak ada cawan yang jumlah koloninya masuk rentang maka dilaporkan.
Jumlah Koloni = 4.102 spr (< 3,0.102)
205

3)

Air Teh
Terdapat satu cawan yang koloninya masuk rentang, maka :
Jumlah Koloni =

4)

koloni/mL

Keripik singkong
Terdapat satu cawan yang jumlah koloninya masuk rentang maka
dilaporkan
Jumlah Koloni =
koloni/g

5)

Kuah Bakso
Terdapat satu cawan yang jumlah koloninya masuk rentang maka
dilaporkan

koloni/mL
b.
1)

Jamur
Cappucino cincau
Terdapat satu cawan yang jumlah koloninya masuk rentang maka
dilaporkan

koloni/mL
2)

Air Galon
Tidak ada cawan yang jumlah koloninya masuk rentang maka dilaporkan
Jumlah Koloni = 3,0.102 koloni/mL

206

3)

Keripik singkong
Terdapat 3 cawan petri yang jumlah koloninya dapat dihitung, maka
dilaporkan jumlah koloni pada cawan dengan pengenceran terendah dan
pengenceran tengah.

Diambil faktor pengenceran terendah


Jumlah Koloni =

koloni/g
4)

Opak
Terdapat 3 cawan yang jumlah koloninya melebihi rentang maka
dilaporkan jumlah koloni pada cawan dengan pengenceran tinggi dan
pengenceran tengah.

Diambil faktor pengenceran terendah

207

Jumlah Koloni =
5)

koloni/g

Kuah Bakso
Terdapat satu cawan yang jumlah koloninya masuk rentang maka
dilaporkan jumlah koloni pada cawan tersebut,

koloni/mL
4.2.3. Metode MPN
a.
Cappucino cincau
Jumlah Koloni =

tengah

koloni/g
b.

Air galon
Jumlah Koloni =

tengah
koloni/g

c.

Keripik Singkong
Jumlah Koloni =

tengah

koloni/g
d.

Opak
Jumlah Koloni =

tengah

208

koloni/g
e.

Air Teh
Jumlah Koloni =

tengah

koloni/g
f.

Kuah Bakso
Jumlah Koloni

tengah

koloni/g

4.2. Gambar Pengamatan


4.2.1. Metode ALT/SPC
b. Bakteri
LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN
a

e
Sampel : Cappucino cincau

Medium : NA (Nutrient Agar)

209

Keterangan:
a. Koloni bakteri
b. Medium NA
c. Cawan petri
d. Pengenceran 10-2
e. Pengenceran 10-3
f. Pengenceran 10-4

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN
b

Keterangan:
a. Koloni bakteri
b. Medium NA
c. Cawan petri
d. Pengenceran 10-2
e. Pengenceran 10-3
f. Pengenceran 10-4

d
LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN
e
f
Sampel : Air gallon
Medium : NA (Nutrient Agar)
c

b
Keterangan:
a. Koloni bakteri
b. Medium NA
c. Cawan petri

d
a

e
f
Sampel : Kripik singkong
Medium : NA (Nutrient Agar)

210

d. Pengenceran 10-2
e. Pengenceran 10-3
f. Pengenceran 10-4

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

Keterangan:
a. Koloni bakteri
b. Medium NA
c. Cawan petri
d. Pengenceran 10-2
e. Pengenceran 10-3
f. Pengenceran 10-4

LABORATORIUM
e MIKROBIOLOGI FARMASI
f
UNIVERSITAS
MULAWARMAN
Sampel : Air the
Medium : NA (Nutrient Agar)
c

a
b

e
Sampel : Kuah bakso
Medium : NA (Nutrient Agar)

211

Keterangan:
a. Koloni bakteri
b. Medium NA
c. Cawan petri
d. Pengenceran 10-2
e. Pengenceran 10-3

f. Pengenceran 10-4

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

Keterangan:
a. Koloni bakteri
b. Medium PDA
c. Cawan petri
d. Pengenceran 10-1
e. Pengenceran 10-2
f. Pengenceran 10-3

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
e
f
UNIVERSITAS
MULAWARMAN
Sampel : Air gallon
Medium : PDA (Potato Dextrosa Agar)
c

b
a
Keterangan:
a. Koloni bakteri
b. Medium PDA
c. Cawan petri
d. Pengenceran 10-1
e. Pengenceran 10-2

e
Sampel : Opak

f
212

Medium : PDA (Potato Dextrosa Agar)

f. Pengenceran 10-3

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN
b

Keterangan:
a. Koloni bakteri
b. Medium PDA
c. Cawan petri
d. Pengenceran 10-1
e. Pengenceran 10-2
f. Pengenceran 10-3

e
Sampel : Kuah bakso

Medium : PDA (Potato Dextrosa Agar)


LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN
b

e
f
Sampel : Cappuccino cincau

213

Medium : PDA (Potato Dextrosa Agar)

Keterangan:
a. Koloni bakteri
b. Medium PDA
c. Cawan petri
d. Pengenceran 10-1
e. Pengenceran 10-2
f. Pengenceran 10-3

Keterangan:
a. Koloni bakteri
b. Medium PDA
c. Cawan petri
d. Pengenceran 10-1
e. Pengenceran 10-2
f. Pengenceran 10-3

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

e
Sampel : Kripik singkong

Medium : PDA (Potato Dextrosa Agar)


LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

4.2.2. Metode
MPN

b
c
g

a
d

f
e
h
214

Sampel : Air the


Medium : LB (Lactose Broth)

Keterangan:
a. Kapas
b. Tabung reaksi
c. Medium LB
d. Tabung durham
e. Gelembung gas
f. Pengenceran 10-2
g. Pengenceran 10-3
h. Pengenceran 10-4

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN
a

b
c

d
e
f

Sampel : Kripik singkong


Medium : LB (Lactose Broth)

215

Keterangan:
a. Kapas
b. Tabung reaksi
c. Medium LB
d. Tabung durham
e. Gelembung gas
f. Pengenceran 10-2
g. Pengenceran 10-3
h. Pengenceran 10-4

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN
a
b

c
e

Sampel : Cappucino cincau


Medium : LB (Lactose Broth)

216

Keterangan:
a. Kapas
b. Tabung reaksi
c. Medium LB
d. Tabung durham
e. Gelembung gas
f. Pengenceran 10-2
g. Pengenceran 10-3
h. Pengenceran 10-4

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN
a
a
d

c
b
e

Sampel : Air gallon


Medium : LB (Lactose Broth)

217

Keterangan:
a. Kapas
b. Tabung reaksi
c. Medium LB
d. Tabung durham
e. Gelembung gas
f. Pengenceran 10-2
g. Pengenceran 10-3
h. Pengenceran 10-4

BAB V
PEMBAHASAN
Praktikum ini membahas mengenai perhitungan mikroorganisme yang
bertujuan untuk mengetahui cara perhitungan suatu mikroorganisme dalam suatu
sampel dengan metode ALT (Angka Lempeng Total) dan metode MPN (Most
Probible Number). Dimana sampel yang diujikan berupa makanan dan minuman
yang biasa dikomsumsi, antara lain capucino cincau, teh, air galon, kuah bakso,
opak, dan keripik singkong. Medium yang digunakan dalam praktikum ini adalah
Lactose Broth, Nutrient Agar, dan Potato Dextrose Agar.
Praktikum ini menggunakan prinsip perhitungan terhadap jumlah koloni
mikroorganisme baik bakteri maupun jamur yang ada dalam sampel dengan
menggunakan metode MPN (Most Probable Number) dan metode ALT (Angka
Lempeng Total) atau mrtode hitung cawan. Pada bakteri dilakukan pada
pengenceran yang dimulai dari 10-2, 10-3, 10-4, sedangkan pada jamur dilakukan
pengenceran yang dimulai dari 10-1, 10-2,10-3.
Pengenceran untuk bakteri dimulai dari pengenceran 10-2, 10-3, 10-4 adalah
karna bakteri tidak akan tumbuh pada pengenceran 10 -1. Sebab pada pengenceran
10-1 masih terdapat pengawet, dimana bakteri tidak akan tumbuh apabila terdapat
pengawet. Oleh karena itu, untuk bakteri dimulai dari pengenceran kedua, karena
diharapkan pada pengenceran kedua sudah tidak terdapat pengawet dan bakteri
dapat tumbuh. Sedangkan, pada jamur dapat dimulai dari pengenceran pertama
karena jamur dapat tumbuh dengan ada atau tidaknya pengawet.
Medium yang digunakan dalam percobaan ini adalah medium Nutrient
Agar untuk bakteri, Potato Dextrose Agar untuk jamur, dan untuk medium

218

Lactose Broth untuk pengujian MPN. Lactose broth digunakan sebagai media
untuk mendeteksi kehadiran koliform dalam air, makanan, dan produk susu,
sebagai kaldu pemerkaya untuk Salmonellae dan dalam mempelajari fermentasi
laktosa oleh bakteri pada umumnya. Pepton dan ekstrak beef menyediakan nutrien
esensial untuk memetabolisme bakteri. Laktosa menyediakan sumber karbohidrat
yang dapat difermentasi untuk organisme koliform. Pertumbuhan dengan
pembentukan gas adalah presumptive test untuk koliform. Lactose broth dibuat
dengan komposisi 0,3% ekstrak beef; 0,5% pepton; dan 0,5% laktosa.
Nutrient agar adalah medium umum untuk uji air dan produk dairy. NA
juga digunakan untuk pertumbuhan mayoritas dari mikroorganisme yang tidak
selektif, dalam artian mikroorganisme heterotrof. Media ini merupakan media
sederhana yang dibuat dari ekstrak beef, pepton, dan agar. Nutrient agar
merupakan salah satu media yang umum digunakan dalam prosedur bakteriologi
seperti uji biasa dari air, sewage, produk pangan, untuk membawa stok kultur,
untuk pertumbuhan sampel pada uji bakteri, dan untuk mengisolasi organisme
dalam kultur murni. Untuk komposisi nutrien agar adalah eksrak beef 10 g, pepton
10 g, NaCl 5 g, air destilat 1.000 ml dan 15 g agar/L. Agar dilarutkan dengan
komposisi lain dan disterilisasi dengan autoklaf pada 121C selama 15 menit.
Potato

Dextrose

Agar

digunakan

untuk

menumbuhkan

atau

mengidentifikasi yeast dan kapang. Dapat juga digunakan untuk enumerasi yeast
dan kapang dalam suatu sampel atau produk makanan. PDA mengandung sumber
karbohidrat dalam jumlah cukup yaitu terdiri dari 20% ekstrak kentang dan 2%
glukosa sehingga baik untuk pertumbuhan kapang dan khamir tetapi kurang baik
untuk pertumbuhan bakteri. Cara membuat PDA adalah mensuspensikan 39 g
media dalam 1 liter air yang telah didestilasi. campur dan panaskan serta aduk.
Didihkan selama 1 menit untuk melarutkan media secara sempurna. Sterilisasi
pada suhu 121C selama 15 menit.
Praktikum ini menggunakan analisis kuantitatif, yakni analisis yang
berdasarkan perhitungan dan data berupa numerik. Metode MPN serta hitung
cawan merupakan beberapa cara contoh dari analisis kuantitatif. Metode MPN
(Most Probable Number) merupakan perkiraan terdekat jumlah bakteri koliform,

219

yang ditandai dengan kemampuan bakteri tersebut menggunakan laktosa menjadi


asam dan gas dalam media yang disediakan. Pada umumnya, bila diinkubasi
dalam suhu 37 0C selama 48 jam, maka terdapat kemungkinan terdapat bakteri
genus Enterobacter, Eschericia, sedangkan pada suhu 45 0C selama 24 jam
kemungkinan bakteri yang tumbuh adalah koliform tinja. Pada metode ini
digunakan medium cair dengan tabung durham. Digunakan tabung durham,
bertujuan sebagai indikator untuk melihat ada atau tidaknya bakteri koliform yang
tumbuh. Pertumbuhan bakteri ditandai dengan gelembung gas dan perubahan
warna. Dimana bakteri akan menggunakan lactose sebagai nutrisi untuk
pertumbuhan, bakteri akan memfermentasikan lactosa menjadi asam laktat dan
karbondioksida. Gelembung udara yang dihasilkan pada tabung durham
disebabkan oleh adanya aktivitas respirasi mikroorganisme. Sedangkan perubahan
warna menjadi keruh adalah karena adanya bakteri aerob yang tumbuh yang
membutuhkan oksigen. Perhitungan didasarkan atas jumlah tabung reaksi yang
positif, yaitu yang ditumbuhi oleh mikroorganisme setelah dilakukan inkubasi
pada suhu dan waktu tertentu, biasanya hasil positif dapat dilihat dari perubahan
warna yang terjadi dari medium asli serta akan terbentuk gas dalam tabung
durham yang diletakkan dengan cara yang baik. Dalam metode ini terdapat
beberapa seri tabung, selain itu sampel yang berupa cairan sangat cocok dengan
metode MPN (Most Probable Number). Namun metode MPN juga dapat
digunakan pada sampel padat.
Metode ALT atau metode hitung cawan merupakan metode yang
digunakan apabila ada satu sel dari mikroorgabisme yang masih hidup. Dimana
bakteri atau jamur ditumbuhkan pada medium yang sesuai, kemudian sel tersebut
akan berkembang biak. Pengamatan yang dilakukan berupa pengamatan
kuantitatif, hanya dengan visual (penglihatan). Setelah diinkubasi akan terbentuk
koloni yang dapat dihitung yaitu untuk bakteri 30-300, sedangkan untuk jamur 10150 per cawan petri
Hasil percobaan yang telah dilakukan didapatkan hasil melalui metode
ALT, perhitungan koloni bakteri dengan menggunakan medium Nutrient Agar.
Pada sampel cappucino cincau dilaporkan 5,5x103 koloni/mL. Pada sampel air

220

galon, dilaporkan 4,0x10-2 koloni/mL dengan nilai SNI 1,0x10 -1 koloni/mL. Pada
sampel air teh dilaporkan 3,2x10-3 koloni/mL dengan nilai SNI 3,0x10-3
koloni/mL. Pada sampel keripik singkong dilaporkan 6,6x10 -1 koloni/g dengan
nilai SNI 1,0x104 koloni/g. Pada sampel kuah bakso dilaporkan 9,0x10-3 koloni/mL
dengan nilai SNI 1,0x104 koloni/mL. Pada metode ALT, perhitungan koloni jamur
didapat hasil, bahwa pada sampel cappucino cincau dilaporkan 6,7x103 koloni/mL
dengan nilai SNI 1,0x102 koloni/mL. pada air galon dilaporkan 3,0x10 2 koloni/mL
dengan nilai SNI 1,0x105 koloni/mL. Pada sampel keripik singkong dilaporkan
1,0x102 koloni/g dengan nilai SNI 1,0x104 koloni/g. Pada sampel opak dilaporkan
5,3x102 koloni/g dengan nilai SNI 1,0x104 koloni/g. Pada sampel kuah bakso
dilaporkan 1,6x103 koloni/mL dengan nilai SNI 1,0x104 koloni/mL.
Faktor yang menyebabkan perbedaan jumlah koloni pada sampel tidak
sama, dapat diakibatkan oleh beberapa hal. Hal ini dapat terjadi karena beberapa
faktor, yakni dari makanan itu sendiri yang memang tidak higenis atau dari
pengerjaan saat praktikum yang tidak aseptis. Sehingga jamur atau bakteri yang
tumbuh bisa jadi karena kontaminan dari saat praktikum. Bila jumlah koloni yang
tumbuh lebih besar dari tabel SNI, hal ini menandakan makanan atau minuman
yang dijadikan sampel tersebut tidak layak untuk dikomsumsi.
Pengujan dengan metode MPN, dengan pengenceran 10 -2, 10-3, 10-4. Pada
sampel capucino cincau dilaporkan jumlah bakteri koliformnya adalah 1,2x105
koloni/mL. Pada air galon dilaporkan jumlah bakteri koliformnya adalah 1,0x103
koloni/mL. Pada sampel keripik singkong dilaporkan jumlah bakteri koliformnya
adalah 5,5x102 koloni/mL. Pada sampel opak

dilaporkan jumlah bakteri

koliformnya adalah 1,2x105 koloni/mL. Pada sampel teh

dilaporkan jumlah

bakteri koliformnya adalah 1,4x103 koloni/mL. Pada sampel kuah bakso


dilaporkan jumlah bakteri koliformnya adalah 4,65x103 koloni/mL. Pada
pengujian ini digunakan medium Lactose Broth, dengan hasil positif apabila
terbentuk gelembung udara dan warna medium menjadi keruh. Warna medium
menjadi keruh karna mikroba memiliki kemampuan untuk mengubah laktosa
menjadi asam dan gas sebagai nutrisi untuk berkembang biak.
Sampel bahan makanan atau bahan minuman harus bebas dari semua jenis

221

bakteri koliform. Semakin tinggi tingkat kontaminasi bakteri koliform, semakin


tinggi pula risiko kehadiran bakteri-bakteri patogen lain yang biasa hidup dalam
kotoran manusia dan hewan. Bakteri koliform ini menghasilkan zat ethionine
yang pada penelitian menyebabkan kanker. Bakteri-bakteri pembusuk ini juga
memproduksi bermacam-macam racun seperti Indole, skatole yang dapat
menimbulkan penyakit bila berlebih di dalam tubuh.
BAB IV
PENUTUP
6.1.

Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa:

a.

Jumlah koloni dalam cappucino cincau pada metode ALT dalam medium
Nutrient Agar (NA) dilaporkan 5,5 x 103 koloni/mL dan medium Potato
Dextrose Agar (PDA) dilaporkan 6,7 x 103 koloni/mL, serta pada metode
MPN dilaporkan 2,4 x 106 koloni/mL.

b.

Jumlah koloni dalam air galon pada metode ALT dalam medium Nutrient
Agar (NA) dilaporkan dilaporkan 4,0 x 102 koloni/mL dan medium Potato
Dextrose Agar (PDA) dilaporkan 3,0 x 103 koloni/mL, serta pada metode
MPN dilaporkan 2,4 x 104 koloni/mL.

c.

Jumlah koloni dalam air teh pada metode ALT dalam medium Nutrient
Agar (NA) dilaporkan dilaporkan 3,2 x 10 3 koloni/mL, serta pada metode
MPN dilaporkan 2,4 x 106 koloni/mL.

d.

Jumlah koloni dalam keripik singkong pada metode ALT dalam medium
Nutrient Agar (NA) dilaporkan dilaporkan 6,6 x 103 koloni/mL dan
medium Potato Dextrose Agar (PDA) dilaporkan 1,0 x 102 koloni/mL,
serta pada

e.

metode MPN dilaporkan 1,1 x 104 koloni/g.

Jumlah koloni dalam opak pada metode ALT dalam medium Nutrient
Agar (NA) dilaporkan dilaporkan 5,3 x 103 koloni/mL , serta pada metode
MPN dilaporkan 2,8 x 104 koloni/g.

f.

Jumlah koloni dalam kuah bakso pada metode ALT dalam medium

222

Nutrient Agar (NA) dilaporkan dilaporkan 9,0 x 103 koloni/mL dan


medium Potato Dextrose Agar (PDA) dilaporkan 1,6 x 102 koloni/mL,
serta pada
6.2.

metode MPN dilaporkan 5,3 x 104 koloni/mL.

Saran
Diharapkan untuk praktikum ke depannya praktikan bisa lebih teliti lagi

dalam mengisolasi mikroorganisme dalam sampel yang diuji.


BAB I
PENDAHULUAN
1.1
1.1.1
khamir
1.1.2
a.
b.
c.
d.

Maksud dan Tujuan Percobaan


Maksud Percobaan
Untuk mengetahui bentuk morfologi dan cara pengujian pada kapang dan
Tujuan Percobaan
Mengetahui morfologi kapang dan khamir
Mengetahui dan membedakan spesies kapang dan khamir
Mengetahui ciri-ciri kapang dan khamir
Mengetahui dan melakukan prosedur pengujian morfologi kapang dan
khamir

1.2

Prinsip Percobaan
Prinsip dari percobaan ini adalah mengamati secara makroskopik dan

mikroskopik dengan menggunakan mikroskop secara langsung dan tidak langsung


sehingga dapat terlihat morfologi kapang dan khamir dari sampel roti berjamur,
nasi berjamur, labu berjamur,singkong berjamur, keladi berjamur, Penicillium
requiforti, dan Saccharomyces cereviciae serta medium yang digunakan adalah
Potato Dextrose Agar (PDA). Prinsip uji makroskopik adalah menentukan jenis
fungi pada sampel dengan menanam jamur pada medium PDA dengan
menggunakan metode gores. Prinsip uji mikroskopik langsung adalah melihat
bagian-bagian dari jamur pada sampel secara langsung dengan menggunakan
mikroskop. Prinsip uji mikroskopik tak langsung adalah menumbuhkan terlebih
dahulu biakan jamur pada medium kemudian diamati dengan mikroskop.

223

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.

Uraian Umum
Mikroorganisme adalah makhluk hidup yang sangat kecil ukurannya

sehingga sulit untuk dapat dilihat tanpa alat-alat pembesaran. Yang tergolong
dalam mikroorganisme adalah bermacam-macam bakteri, khamir, kapang (jamur)
algae, protozoa, mycoplasma danvirus (Djide, 2008).
Kapang adalah mikroorganisme non-fotosintesis, bersel jamak, aerobik,
bercabang, berfilamen yang memetabolisme

makanan terlarut. Bakteri dan

kapang dapat memetabolisme bahan organik dari jenis yang sama. Kapang tidak
aktif dalam sistem anaerobik karena sel-sel kapang berisi lebih sedikit nitrogen
daripada sel bakteri (Rahayu, 1993).
Kapang adalah mikroba yang tidak dapat memenuhi kebutuhan
nutriennya secara autotrof sehingga hidup secara saprofit atau parasit pada
organisme lain. Kapang dapat tumbuh pada berbagai substrat terutama yang
mengandung karbohidrat dan dapat hidup pada kondisi asam. Bahan pangan alami
yang telah terkontaminasi kapang dapat menghasilkan racun yang menyebabkan
bahan pengan tersebut bahaya untuk dikonsumsi (Putri, 2003).
Banyak kapang atau jamur digunakan dalam industri fermentasi seperti
pembuatan asam organik, antibiotika, pembuatan alkohol dan sebagainya. Jamur
benang tumbuh seperti benang-benang yang disebut hifa dan hifa-hifa tersebut
bercabang-cabang membentuk satu kumpulan yang disebut miselium(miselia).
Hifa ada dua macam yaitu hifa fertil dan hife vegetatif. Hifa fertil adalah hifa yang
dapat membentuk sel-sel reproduksi atau spora-spora. Hifa vegetatif adalah hifa
yang berfungsi untuk menyerap makanan dan substrat. Hifa ada yang bersepta dan
ada pula yang tidak bersepta. Hifa yang tidak bersepta memanjang mengandung
banyak inti yang disebut hifa soenistik (Djide, 2008).

224

Khamir merupakan fungi uniseluler dan dapat bersifat dimorfistik yaitu


memiliki dua fae dalam siklus hidupnya yang bergantung pada keadaan
lingkungan, yaitu fase hifa (membentuk miselium) dan fse khamir (membentuk
sel tuggal). Khamir dapat membentuk hifa palsu (pseudomycelium) yang tumbuh
menjadi miselium palsu dan ada pula khamir yang membentuk miselium sejati.
Pseudomycelium adalah sel-sel tunas khamir yang memanjang dan tidak
melepaskan diri dari sel induknya sehingga saling berhubungan membentuk
rantai.
(Gandjar, 2006)
Ada beberapa bentuk dari khamir mulai dari bentuk bulat (spherpoid),
elips atau bulat telur, bentuk batang atau silindris, seperti buah jeruk, sosis dan
lain-lain. Bentuk dari sel khamir tersebut membantu dalam identifikasi khamir.
Beberapa khamir dalam keadaan tertentu mengalami dimorfisme yaitu fase Y
(fase khamir bentuk sel tunggal) dan fase F (fase filamen bentuk benang). Faktor
dari fase F antara lain faktor luar seperti suhu rendah sedangkan, pada fase Y
disebabkan oleh unsur-unsur tertentu seperti glukosa, darah, senyawa yang
bergugus SH (Djide, 2008).
Untuk identifikasi kapang, pengamatan dilakukan secara makroskopis
dan mikroskopis. Pengamtan makroskopis meliputi warna, bentuk, tekstur dan
diameter koloni, pigmen dan warna sebalik koloni. Pengamatan mikroskopis
meliputi ada atau tidaknya sekat pada hifa, miselia jernih atau gelap, tipe spora
seksual dan aseksual (Putri, 2003).
Pengamatan koloni secara makroskopik dilakukan berdasarkan kriteria
warna, permukaan dan tepian koloni, kriteria yang sama dianggap sebagai isolat
yang sama dan kriteria yang menunjukkan perbedaan dianggap sebagai isolat
yang berbeda. Pengamatan morfologi dilakukan setelah inkubasi 5-7 hari. Apabila
ditemukan pertumbuhan koloni yang berbeda secara makroskopis, dilakukan
pemisahan lagi hingga diperoleh isolat murni.
Pengamatan morfologi kapang endofit secara mikroskopis dilakukan
dengan meletakkan kertas saring pada dasar cawan petri, kemudian diletakkan
diatasnya batang gelas berbentuk U dan kaca objek. Cawan petri disterilkan dlam

225

autoklaf suhu 121C, tekanan 15 atm selama 15 menit. Diteteskan air suling steril
pada kertas saring dalam cawan petri. Kemudian diambil sedikit miseliumdengan
ose bulat dan diletakkan diatas kaca objek. Ditutup kaca objek dengan kaca
penutup, lalu cawan petri diinkubasi pada suhu kamar (27 - 29C) selama 72 jam.
(Kumala, 2008)
Banyak cara mengisolasi khamir bergantung dari lingkungan dan dari
substrata pa isolasi tersebut akan dilakukan. Khamir dapat diisolasi dari tanah,
buah-buahan, bunga, daun dan ranting tumbuhan, makanan atau minuman
fermentasi, selai buah, buah kering, madu, ragi pasar dan air. Medium umum uang
digunakan untuk mengisolasi khamir adalah Yeast Malt Agar (YMA) atau Potato
Dextrose Agar (PDA). Kedua medium ini juga umum digunakan untuk pemurnia
dan pemeliharaan khamir hasil isolasi.
Isolasi dan pemurnian khamir dari buah-buahan. Buah yang digunakan
untuk mengisolasi khamir sebaiknya dipilih yang telah ranum. Khamir yang hidup
pada buah-buahan umumnya menyukai gula, melakukan fermentasi secara aktif
dan termasuk kelompok Ascomycetes. Cara isolasi dapat dilakukan dengan
mengusap jarum ose pada permukaan atau daging buah, kemudian jarum ose
tersebut langsung digoreskan pada medium YMA dalam cawan petri atau jarum
ose dicelupkan dalam medium YMB dalam labu Erlenmeyer labu dikocok
kemudian dilakukan penggorengan pada medium agar.
Khamir dapat hidup pada makanan atau minuman yang memiliki
konsentrasi gula 40-70 % sehingga dikelompokkan kedalam khamir osmofil.
Medium yang digunakan untuk isolasi dan pemeliharaan umunya Yeast Extract
Peptone Agar yang ditambahkan dengan glukosa 30 % sampai 70 %.
(Gandjar, 2006)
2.2.

Uraian Khusus

2.2.1.

Uraian Medium

a.

Medium Potato Dextrose Agar (PDA)


Komposisi:
Kentang

200 g

226

Dektrosa

20 g

Agar

15 g

Air

1L

Medium tumbuh bibit jamur adalah suatu bahan yang terdiri dari
campuran nutrisi (zat makanan) yang digunakan untuk menumbuhkan miselium
jamur. Prinsip pembuatan media adalah mencampurkan bahan-bahan, mengatur
pH, sterilisasi media.
(Sumarsih, 2010)
2.2.2.

Uraian Mikroba

a.

Penicillium chrysogenum
Penicillium hidup sebagai saprofit diberbagai tempat, terutama pada

substrat yang mengandung gula seperti nasi, roti dan buah yang telah ranum.
Penicillium yang hidup pada roti, buah, atau nasi tampak sebagai noda biru atau
kehijauan.

Penicillium

requiforti

bermanfaat

memberi

cirri

rasa

atau

mengharumkan keju dengan cara menurunkan kadar kasein pada keju.


(Sudjadi, 2006)
b.

Saccharomyces cerevisiae
Klasifikasi:
Super kingdom = Eukariota
Filum

= Fungi

Kelas

= Saccharomycetes

Ordo

= Saccharomycetales

Famili

= Saccharomycetaceae

Genus

= Saccharomyces

Spesies

= Saccharomyces cerevisiae

Saccharomyces cerevisiae merupakan khamir sejati yang tergolong


eukariota yang secara morfologi hanya membentuk blastospora berbentuk bulat
lonjong, silindris, oval atau bulat telur yang dipengaruhi oleh strainnya. Dapat
berkembang biak melalui membelah diri.
(Zainuddin, 2005)

227

2.2.3.

Uraian Sampel

a.

Roti
Roti terbuat dari proses fermentasi ragi roti yang merupakan bahan

bentuk kering didalamnya terdapat sel-sel Saccharomyces cerevisiae yang siap


untuk diaktifkan. Saccharomyces cerevisiae

memiliki kemampuan untuk

mengubah karbohidrat menjadi etanol.


b.

Nasi
beras atau nasi merupakan bahan makanan pokok manusia dan memiliki

banyak manfaat disamping hasil alam yang lain seperti buah-buahan atau
makanan yang sudah diolah menjadi kue atau jajanan pasar.
c.

Singkong
Singkong (Manihot esculenta) merupakan makanan pokok ketiga setelah

pagi dan jagunga bagi masyarakat Indonesia. Data BPS tahun 2008 menyatakan
bahwa pada tahun 1995 produksi singkong Indonesia mencapai 15,44 juta ton.
Produksi singkong ini meningkat menjadi 19,98 juta ton tahun 2007.
d.

Labu
Labu merupakan buah yang dihasilkan oleh sejumlah anggota suka labu-

labuan, terutama yang berukuran cukup besar dan berbentuk bulat.


e.

Keladi
Keladi atau talas adalah umbi berbentuk silindris atau lonjong sampai

agak bulat. Kulit talas berwarna kemerahan, teksturnya kasar, terdapat berkasberkas pertumbuhan akar dan warna dagingnya putih keruh. Umbi talas atau
keladi yang disimpan terlalu lama yang ditandai dengan noda-noda hitam
berjamur.

228

BAB III
METODE KERJA
3.1
3.1.1
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
3.1.2
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.

Alat dan Bahan


Alat
Autoclave
Batang pengaduk
Cawan petri
Cover glass
Hot plate
Labu Erlenmeyer
Mikroskop
Object glass
Ose bulat
Pembakar spiritus
Penjepit tabung
Pinset
Pipet tetes
Spatula
Timbangan digital
Bahan
Alkohol
Aluminium foil
Aquadest
Gliserin
Kapas
Kertas saring
Medium Potato Dextrose Agar
Methylen blue
Penicillium requiforti
Saccharomyces cereviciae
Sampel keladi berjamur
Sampel labu berjamur
Sampel nasi berjamur
Sampel roti berjamur
Sampel singkong berjamur

3.2
Bagan Kerja
3.2.1 Pembuatan Medium Potato Dextrose Agar (PDA)

229

Ditimbang 5,85 gram PDA instant, dimasukkan ke dalam Erlenmeyer


Ditambahkan aquadest secukupnya dan dihomogenkan
Ditambahkan aquadest hingga 150 mL
Dipanaskan di atas hot plate hingga mendidih dan terlihat bening
Didinginkan, ditutup dengan kapas dan aluminium foil lalu dibungkus
Disterilisasi pada autoclave suhu 121 0C, tekanan 2 atm selama 15 menit
3.2.2 Pembiakan Mikroba
a.
Penicillium requiforti
Disiapkan biakan murni jamur Penicillium requiforti
Disiapkan tabung reaksi berisi medium PDA miring
Digoreskan dengan ose bulat biakan jamur Penicillium requiforti
pada medium
Ditutup dengan kapas dan aluminium foil lalu dibungkus
Diinkubasi selama 2x24 jam pada suhu ruangan
b.

Saccharomyces cereviciae
Disiapkan biakan murni jamur Saccharomyces cereviciae
Disiapkan tabung reaksi berisi medium PDA miring
Digoreskan dengan ose bulat biakan jamur Saccharomyces cereviciae
pada medium

230

Ditutup dengan kapas dan aluminium foil lalu dibungkus


Diinkubasi selama 2x24 jam pada suhu ruangan
3.2.3

Metode Makroskopik
Disiapkan cawan petri yang telah disterilkan
Dimasukkan 10 mL medium PDA ke dalam cawan petri, diputar
angka 8 dan didiamkan hingga padat
Digoreskan masing masing warna sampel jamur
Ditutup dan dibungkus cawan petri
Diinkubasi selama 5-7 hari pada suhu ruangan
Diamati bentuk, warna dan ukurannya

3.2.4 Metode Mikroskopik Langsung


Disiapkan object glass dan disterilkan di atas pembakar spiritus
Digoreskan jamur sesuai warna pada object glas
Difiksasi
Ditetesi dengan methylen blue
Ditutup dengan cover glass
Difiksasi dan ditambahkan minyak emersi
Diamati di mikroskop
3.2.5 Metode Mikroskopik Tak Langsung

231

Disiapkan cawan petri yang dilapisi dengan kertas saring


Dimasukkan aluminium foil berbentuk V sebagai
penyangga kaca preparat
Dimasukkan cover glass dan object glass
Disterilkan di autoclave pada suhu 121 0C selama 15 menit
Ditetesi medium PDA 1 tetes pada object glass
Digoreskan 1 ose warna jamur pada object glass
Ditetesi gliserin 5-8 tetes pada kertas saring
Ditutup dengan cover glass
Dibungkus dan diinkubasi selama 5-7 hari
Diamati di mikroskop

BAB IV
HASIL PENGAMATAN
4.1.

Tabel hasil pengamatan

4.1.1.

Pengamatan Makroskopik

No.
1
2
3
4

Sampel
Nasi (Kuning)
Nasi (Coklat)
Nasi (Hitam)
Labu (Putih)

Bentuk
Berbenang
Berbenang
Berbenang
Berbenang

Warna
Putih
Putih
Coklat
Putih,
Bintik

232

Berhifa/Tidak Kesimpulan
Berhifa
Kapang
Berhifa
Kapang
Berhifa
Kapang
Berhifa Kecil
Khamir

5
6
7

Labu (Biru Dan


Merah)
Labu (Abu-Abu)
Labu (Coklat

Berbenang
Berbenang
Bulat,

Hitam
Hijau

Berhifa Hitam

Khamir

Tidak Berhifa

Kapang

Tidak Berhifa

Kapang

Tidak Berhifa

Kapang

Tidak Berhifa

Kapang

Tidak Berhifa

Khamir

Hitam

Tidak Berhifa

Khamir

Putih

Tidak Berhifa

Khamir

Abu-Abu

Tidak Berhifa

Khamir

Putih

Tidak Berhifa

Khamir

Berhifa Hitam

Khamir

Tidak Berhifa

Khamir

Berhifa Hitam

Kapang

Berhifa Hitam

Khamir

Tidak Berhifa

Khamir

Berhifa Hitam

Khamir

Tidak Berhifa

Khamir

Tidak Berhifa

Kapang

Tidak Berhifa
Tidak Berhifa

Kapang
Kapang

Putih
Kuning
Coklat

Muda)

Benang

Labu (Kuning)

Berbenang

Labu (Coklat

Bulat,

Tua)

Benang

10

Roti (Hijau)

Bulat

11

Roti (Hitam)

12

Roti (Kuning)

13

Roti (Abu-Abu)

14

Roti (Putih)

15

Keladi (Putih)

Bulat

16

Keladi (Hitam)
Keladi (Abu-

Bulat

Kuning
Putih

Bulat

Putih

8
9

17

Abu)

18

Keladi (Coklat)

19

Keladi (Ungu)

20

Keladi (Orange)

21

Keladi (Kuning)

22
23
24

Singkong
(Hitam)
Singkong (Putih)
Singkong (abu-

Bulat, Tak
Beraturan
Bulat, Tak
Beraturan
Bulat, Tak
Beraturan
Bulat, Tak
Beraturan

Bulat
Bulat
Kecil
Tidak

Hijau
Kuning
Putih
Kuning,
Putih

Putih,

Coklat,
Kuning
Ungu,
Putih

Beraturan
Tidak

Kuning,

Beraturan

Putih

Bulat
Bulat
Berbenang

Putih

233

25
26
27
4.1.2.

abu)
Saccharomyces

Bulat, Tak

Kuning,

Beraturan
Bulat

Putih
Putih

Cereviceae
Penicillium Sp
Singkong

Bulat
Putih
(Kuning)
Pengamatan Mikroskopik langsung

No.

Sampel

Roti Hitam

Keladi Putih

Bentuk
Kolumela
Dan apofisa
Sel Vegetatif

Tidak Berhifa

Khamir

Tidak Berhifa

Khamir

Tidak Berhifa

Kapang

Perbesaran
100x
100x

Kesimpulan
Rhizopus
Oryzae
Saccaharomyce
s Cereviceae
Aspergillus
Oryzae

Labu Coklat Tua

Konidia Dan
Konidiotor

Penicillum Sp
100x

Paeciomyces
Variotii
Curvularia

Singkong
(Abu-abu)

Nasi Hitam

Singkong Hitam

Sel

100x

Rhizoid

100x

Ramus dan
Ramulus

100x

Lunata
Saccharomyces
Cereviceae
Rhizopus
Oryzae
Penicillum Sp
Aspergillus
Oryzae

Keladi (Abu-Abu)

Konidia Dan
Konidiotor

Penicillum Sp
100x

Paeciomyces
Variotii
Curvularia

Nasi Coklat

Sporangiator

100x

Roti Kuning

Sporangium

100x

234

Lunata
Rhizopus
Oryzae
Rhizopus

10

Singkong Kuning

11

Singkong Putih

4.1.3.

Sporangiator
Ramus

Oryzae
100x

Ramulus
Sel Vegetatif

100x

Saccharomyces
Cereviceae

Pengamatan Mikroskopik tidak langsung

No.

Sampel

Labu Coklat Tua

Nasi Hitam

Roti Hijau

Singkong Kuning

Penicillium Sp

Bentuk
Sporangium

Perbesaran

Sporangiafor
Ramus dan
Ramulus
Sel Vegetatif
Ramus

100x
100x
100x
100x

Ramulus
Fialid ,
Metula dan

100x

Ramus
6

Penicillum Sp

Saccharomyces
cereviceae

Sel Vegetatif

4.2

Perhitungan

a.

Medium Potato Dextrose Agar (PDA)

100x

Kesimpulan
Rhizopus
Oryzae
Penicillium
Sp
Saccharomyce
s Cereviceae
Penicillium
Sp
Penicillium
Sp
Saccharomyce
s cereviceae

Komposi PDA instant 39 gram/1000ml


voume yang dibuat = 150 ml
PDA yang ditimbang

x 150 ml

= 5,85 gram
Jadi, ditimbang PDA sebanyak 5,85 gram lalu dilarutkan dalam 150 ml
aquades.

235

4.3

Gambar Hasil Pengamatan

a.

Pengamatan Maksroskopik
LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

Keterangan:
a. Nasi (kuning)
b. Nasi (putih)
c. Cawan petri
d. Bentuk Benang
e. Hifa
f.Medium

fNama sampel : Nasi

b
LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

236

Keterangan:
a. Nasi (hitam)
b. Cawan petri
c. Bentuk Benang
d. Hifa
e. Medium

d
Nama sampel : Nasi

e
a

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN
b

Keterangan:
a. Roti (abu-abu)
b. Roti (kuning)
c. Roti (putih)
d. Roti (hitam)
e. Cawan petri
f. Bentuk bulat
g. Bentuk tidak beraturan
h. Medium

f
g
h
Nama sampel
c : Roti

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

237

Keterangan:
a. Roti (hijau)
b. Cawan petri
c. Bentuk bulat
d. Medium

Nama sampel: Roti


a

238

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

Keterangan:
a. Keladi (putih)
b. Cawan petri
c. Bentuk bulat
d. Medium

Nama
d sampel : Keladi
LABORATORIUM
a
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN
c

Nama sampel : Keladi

239

Keterangan:
a. Keladi (hitam)
b. Keladi (abu-abu)
c. Cawan petri
d. Bentuk bulat
e. Medium

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN
g

b
f

Keterangan:
a. Keladi (coklat)
b. Keladi (jingga)
c. Keladi (kuning)
d. Keladi (ungu)
e. Bentuk bulat
f.Tak beraturan
g. Hifa
h. Medium
i.Cawan petri

h
d

Nama sampel : Keladi


LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN
c

e
d
a
Nama sampel : Labu

240

Keterangan:
a. Labu (putih)
b. Berbenang
c. Hifa
d. Medium
e. Cawan petri

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN
f
c

Keterangan:
a. Labu (biru)
b. Labu (merah)
c. Berbenang
d. Hifa
e. Medium
f.Cawan petri

d
e
a

Nama sampel : Labu


LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN
a

b
e

h
f
i
c

Nama sampel : Labu

241

Keterangan:
a. Labu (abu-abu)
b. Labu (coklat tua)
c. Labu (kuning)
d. Labu (coklat muda)
e. Bentuk bulat
f.Hifa
g. Berbenang
h. Medium
i.Cawan petri

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN
f

Keterangan:
a. Singkong (hitam)
b. Singkong (kuning)
c. Singkong (putih
d. Singkong (abu-abu)
e. Berbenang
f.Hifa
g. Medium

g
e
c

Nama sampel : Singkong


c
LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN
c

a
b

Nama sampel : Saccharomyces cerevisiae

242

Keterangan:
a. Bulat
b. Medium
c. Cawan petri

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN
b

Keterangan:
a. Bentuk bulat
b. Cawan petri
c. Medium

Nama sampel : Penicillium requiforti


b.

Pengamatan Mikroskopik Langsung


Keterangan:
LABORATORIUM
a. Roti hitam
MIKROBIOLOGI FARMASI
b. Kolumella
UNIVERSITAS MULAWARMAN
c. Apofise
b

a
Nama sampel : Roti

243

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

Keterangan:
a. Roti kuning
b. Sporangium
c. Sporangiofor

c
a
Nama sampel : Roti
LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

c
b

a
Nama sampel : Singkong

244

Keterangan:
a. Singkong abu-abu
b. Sel vegetative
c. Sel anak

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

Keterangan:
a. Singkong hitam
b. Ramus
c. Ramulus

b
c

a
Nama sampel : Singkong
LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

a
Nama sampel : Singkong

245

Keterangan:
a. Singkong kuning
b. Ramus

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

Keterangan:
a. Singkong putih
b. Sel vegetatif

a
Nama sampel : Singkong
LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

a
Nama sampel : Keladi

246

Keterangan:
a. Keladi putih
b. Sel vegetatif

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

Keterangan:
a. Keladi (abu-abu)
b. Konidia
c. Konidiofor

b
a
Nama sampel : Keladi
LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

a
Nama sampel : Nasi

247

Keterangan:
a. Nasi (hitam)
b. Rhizoid

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

Keterangan:
a. Nasi (coklat)
b. Sporangiofor

a
Nama sampel : Nasi
LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

b
a
Nama sampel : Labu

248

Keterangan:
a. Labu coklat tua
b. Kolumela
c. Konidiofor

c.

Pengamatan Mikroskopik Tak Langsung


LABORATORIUM
Keterangan:
MIKROBIOLOGI FARMASI
a. Labu coklat tua
UNIVERSITAS MULAWARMAN
b. Sporangiofor
c. Sporangium

a
Nama sampel : Labu
LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

c
b
a
Nama sampel : Nasi

249

Keterangan:
a. Nasi hitam
b. Ramus
c. Ramulus

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

Keterangan:
a. Roti (hijau)
b. Sel vegetatif
c. Sel anak

c
a

Nama sampel : Roti


LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

b
c
a
Nama sampel : Singkong

250

Keterangan:
a. Singkong kuning
b. Ramulus
c. Ramus

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

Keterangan:
a. Fialid
b. Metulla
c. Ramus

Nama sampel : Penicillium requiforti


LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN

a
Nama sampel : Saccharomyces cerevisiae

251

Keterangan:
a. Sel vegetatif

BAB V
PEMBAHASAN
Kapang merupakan anggota fungi yang biasanya tumbuh pada
permukaan makanan yang sudah basi atau terlau lama tidak diolah. sebagian besar
kapang merupakan anggota dari kelas Ascimycetes. Sedangkan Khamir adalah
fungi ekasel (uniselular) yang beberapa jenis spesiesnya umum digunakan untuk
membuat roti, fermentasi minuman beralkohol, dan bahkan digunakan percobaan
sel bahan bakar. Kebanyakan khamir merupakan anggota divisi Ascomycota,
walaupun ada juga yang digolongkan dalam Basidiomycot. Perbedaan utama dari
kapang dan khamir adalah khamir merupakan sel tunggal (uniseluler) sedangkan
kapang bersel ganda (Multiseluler). Perbedaan lainnya yaitu kapang mempunyai
filamen yang berbentuk benang dan merupakan suatu bentuk pertumbuhan,
apabila organisme tersebut merupakan saprofit dalam tanah atau dalam medium
lainnya.
Praktikum kali ini adalah pengamatan morfologi kapang dan khamir
yang bertujuan untuk mengamati morfologi kapang dan khamir dengan
menggunakan metode makroskopik, mikroskopik langsung dan tidak langsung.
Metode makroskopik pada percobaan ini digunakan metode gores.
Digunakan

metode

mengidentifikasi

iniuntuk

yang

mana

melihat

bentuk

khamir

dan

koloni

kapang

dari

jamur

berdasarkan

dan

ciri-ciri

morfologinya. Setelah diinkubasi selama 4hari.Sedangkan metode mikroskopik,


digunakan metode mikroskopik langsung dan tidak langsung untuk melihat
morfologi dari jamur nasi, singkong, labu, roti, keladi, penicilium requiforti dan
saccaromyces cereviciae yang diamati dibawah mikroskop. Pada metode
langsung, jamur diamati di bawah mikroskop tanpa diinkubasi terlebih dahulu.
Sedangkan pada metode mikroskopik tidaklangsung, jamur diinkubasi terlebih
dahulu di dalam ruangan selama 4 x 24 jam.
Pengerjaan pada metode makroskopik yaitu Pertama tama disiapkan
alat dan bahan, kemudian Dimasukkan 10 ml medium PDA pada cawan petri,
digunakan PDA karena PDA merupakan media pertumbuhan jamur, kemudian

252

PDA dibiarkan memadat agar mudah digores. Kemudian Diambil 1 ose biakan
dari warna jamur pada masing- masing sampel secara aseptis lalu Digoreskan
diatas medium PDA, kemudian diinkubasi selama 4x 24 jam, diinkubasi selama
4x24 jam kerena jamur diperkirakan akan tumbuh pada rentang waktu tersebut.
Setelah itu diamati.
Pengerjaan pada metode mikroskopik secara langsung yaitu Pertamatama Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan kemudian diambil biakan
jamur

Saccharomyces cerevisiae dan Penicilium requiforti serta jamur pada

sampel nasi, labu, keladi, singkong dan roti dengan menggunakan osebulat yang
telah dipijarkan dan diletakkan di atas objek glass. Objek glass ditetesi dengan
metilen blue agar morfologi dari jamur tersebut tampak jelas. lalu ditutup dengan
cover glass lalu Diamati di bawah mikroskop dengan pembesaran 100x.
Pengerjaan pada metode mikroskopik secara tidak langsung yaitu
Pertama-tama disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Kemudian
Dimasukkan kertas saring ke dalam cawan petri sesuai dengan lebar cawan petri.
Penggunaan kertas saring agar gliserin yang akan diberikan nanti dapat tersimpan
pad akertas saring ,karena kertas saring dapat menyerap gliserin sehingga
kelembaban tetap terjaga. kemudian dimasukkan batang V yang terbuat dari
alimunium foil kedalam cawan Petri, batang V bertujuan agar objek gelas tidak
jatuh pada saat disterilkan seta agar objek gelas tidak bersentuhan langsung
dengan kertas saring yang telah ditetesi gliserin agar fungi dapat tumbuh lebih
baik. cover dan objek glass diletakkan di atas batang V tersebut dan disterilkan.
Diambil jamur pada sampel dan biakan jamur Saccharomyces cereviciae dan
penicilium requiforti,dengan menggunakan ose bulat dan diletakkan di atasobjek
glass. Ditambahkan 1 tetes medium PDA pada objek glass tersebut kemudian
preparat tersebut ditutup dengan cover glass. Ditetesi gliserin pada kertas saring
yang berada didalam cawan Petri. Maksud dari penambahan gliserol pada kertas
saring yaitu untuk memberikan kelembaban pada cawan petri dimana jamur
ditumbuhkan. Setelah itu Cawan petri ditutup dan diinkubasi selama 4x24 jam
pada suhu kamar, setelah itu dilakukan pengamatan di bawah mikroskop.
Berdasarkan hasil pengamatan dari metode makroskopik didapatkan

253

hasil Untuk sampel nasi yang telah di jamurkan didapat jamur berwarna kuning,
coklat dan hitam. Terdapat koloni bentuk berbenang berwarna putih dan memiliki
hifa pada jamur nasi warna kuning yang diduga adalah kapang, untuk nasi warna
coklat memiliki bentuk berbenang berwarna putih dan memiliki hifa yang diduga
adalah kapang. Untuk nasi berwarna hitam memiliki bentuk koloni berbenang
berwarana coklat dan memiliki hifa yang diduga adalah kapang.
Untuk sampel labu yang telah dijamurkan didapat jamur berwarna putih,
biru, merah, abu-abu, coklat tua, coklat muda dan kuning. Terdapat koloni bentuk
berbenang

putih pada jamur labu warna putih dan memiliki hifa yang diduga

adalah kapang. Untuk sampel labu biru memiliki bentuk koloni berbenang
berwarna hijau keputihan dan berhifa yang diduga adalah kapang. Sampel labu
merah memiliki betuk koloni berbenang hijau keputihan dan berhifa yang diduga
adalah

kapang. Sampel labu abu-abu memiliki bentuk koloni berbenang

berwarana kuning dan berhifa yang diduga adalah kapang. Sampel labu coklat tua
memiliki bentuk koloni berbenang berwarna kuning dan berhifa yang diduga
adalah kapang. Sampel labu kuning memiliki bentuk koloni berbenang berwarna
kuning dan berhifa yang diduga adalah kapang, sampel labu coklat muda memiliki
bentuk koloni berbenang berwarna coklat dan berhifa yang diduga adalah kapang.
Untuk sampel roti yang telah dijamurkan didapat jamur berwarna hijau,
hitam, kuning, abu-abu, dan putih. Terdapat bentuk koloni bulat dan tak beraturan
berwarna kuning dan puth pada roti berwarna hijau dan tida berhifa yang diduga
adalah khamir. Sampel roti hitam memiliki bentuk koloni bulat, tak berarturan
berwarna putih dan tidak berhifa yang diduga adalah khamir. Sampel roti kuning
memiliki bentuk koloni bulat, tak beraturan berwarna kuning dan tak berhifa yang
diduga adalah khamir. Sampel roti abu-abu memeiliki bentuk koloni bulat, tak
beraturan berwarna kuning dan tak berhifa yang diduga adalah khamir. Sampel
roti putih memiliki bentuk koloni jamur bulat, tak beraturan berwarna putih dan
tak berhifa yang diduga adalah khamir.
Untuk sampel keladi yang telah dijamurkan didapatkan jamur berwarna
putih, coklat, orange, abu-abu, hitam, kuning dan ungu. Terdapat bentuk koloni
bulat berwarna putih dan kuning dan berhifa hitam pada sampel keladi putih yang

254

diduga kapang. Sampel keladi coklat memiliki bentuk koloni bulat kuning dan
berhifa hitam yang diduga adalah kapang. Sampel keladi orange memiliki bentuk
bulat, tak beraturan berwarna kuning dan berhifa yang diduga adalah kapang.
Sampel keladi abu-abu memiliki bentuk bulat berwarna putih dan berhifa yang
diduga adalah kapang. Keladi hitam memiliki bentuk bulat putih dan tak berhifa
yang diduga adalah khamir. Keladi kuning memilki bentuk tak beraturan berwarna
putih dan tak berhifa yang diduga khamir. Sampel keladi ungu memilki bentuk
koloni jamur bulat kecil berwarna putih dan tak berhifa yang diduga khamir.
Untuk singkong yang telah dijamurkan didapatkan jamur berwarna
hitam, kuning, putih dan abu-abu. Terdapat koloni bentuk benang putih berwarna
coklat dan berhifa yang diduga adalah kapang. Sampel singkong kuning memiliki
bentuk koloni berbenang putih dan berhifa yang diduga adalah kapang. Sampel
singkong putih memiliki bentuk koloni berbenang putuh dan berhifa yang diduga
adalah kapang. Sampel singkong abu-abu memiliki bentuk koloni berbenang putih
dan berhifa yang diduga adalah kapang.
Untuk biakan jamur Penicilinum requiforti memilki bentuk bulat dan tak
berhifa yang diduga adalah khamir, sedangkan pada jamur Saccharomyces
cereviciae memiliki bentuk bulat dan tak berhifa yang diduga adalah khamir.
Berdasarkan hasil pengamatan pada metode mikroskopik langsung
didapatkan hasil pada sampel nasi hitam terlihat rhizoid yang diduga adalah jenis
jamur Rhizopus oryzae. Sedangkan pada nasi coklat terlihat di mikroskop
sporangiofor yang diduga adalah jenis jamur Rhizopus oryzae.
Untuk sampel keladi putih telihat di mikroskop sel vegetatif yang diduga
adalah jamur jenis Saccaromyces cereviciae. Sampel keladi abu-abu terlihat
konidia dan konidiofor yang diduga adalah Saccharomyces cereviciae, Aspergilus
oryzae, Paeciomyces variotti, Culvuria lunata dan Penicilinum sp. Sampel labu
coklat tua terlihat konidia dan konidiofor yang diamati dimikroskop yang diduga
adalah jenis jamur Paeciomyces variotti, Culvuria lunata dan Penicilinum sp.
Untuk sampel roti terlihat di mikroskop terdapat kolumella dan apofisa
yang diduga jamur jenis Rhizopus oryzae, sedangkan sampel roti kuning terdapat
sporongium dan sporongiofor yang diduga jenis jamur Rhizopus oryzae.

255

Untuk sampel singkong abu-abu yang diamati di mikroskop terlihat sel


yang diduga adalah morfologi dari jenis jamur Saccharomyces cereviciae. Sampel
singkong hitam memilki ramus dan ramulus yang diduga dari jenis jamur
Penicilinum sp. Singkong kuning memilki ramus dan ramulus yang diduga dari
jenis jamur Penicilinum sp. Singkong putih memiliki sel vegetatif yang diduga
adalah jenis jamur Saccharomyces cereviciae.
Berdasarkan hasil pengamatan pada metode mikroskopik tak langsung
didapatkan pada sampel labu coklat tua memilki bentuk sporongium dan
sporangiofor yang diduga adalah jamur Rhizopus oryzae. Nasi hitam memiliki
ramus dan ramulus yang diduga adalah penicilinum sp. Roti hijau memilki bentuk
sel vegetatif dan sel anak yang diduga dari jamur Saccharomyces cereviciae.
Singkong kuning memilki bentuk ramulus dan ramus yang merupakan jamur
Penicilinum sp. Biakan jamur Penicilinum requiforti memiliki bentuk fialid dan
metula yang diduga kelompok jamur penicilinum sp sedangkan biakan
Saccaromyces cereviciae memilki sel vegetatif yang merupakan jenis jamur
Saccharomyces cereviciae.

256

BAB VI
PENUTUP
6.1.

Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan

bahwa:
a.

Pada pengamatan makroskopik sampel nasi (kuning) ,nasi (coklat),dan


nasi (hitam)

merupakan kapang. Pada pengamatan mikroskopik

langsung nasi (coklat) dan nasi (hitam) adalah Rhizopus oryzae.


Sedangkan pada pengamatan mikroskopik tak langsung nasi (hitam)
b.

adalah Penicillium Sp.


Pada pengamatan makroskopik sampel labu (putih) dan labu (biru dan
merah)merupakan khamir,sedangkan untuk labu(abu-abu),labu (coklat
tua),labu (coklat muda),dan labu(kuning) merupakan kapang.Pada
pengamatan mikroskopik langsung labu(coklat tua) dugaan sementara
adalah

Aspergillus

oryzae,penicillium

Sp,

Paeciomyces

variotii,

Curvularia lunata. Sedangkan pada pengamatan mikroskopik tak


c.

langsung labu (coklat tua) Rhizopus oryzae.


Pada pengamatan makroskopik sampel roti (hijau), roti (hitam), roti
(kuning), roti (abu-abu), roti (putih) merupakan khamir.Pada pengamatan
mikroskopik langsung

roti (hitam) dan roti (kuning) merupakan

Rhizopus oryzae. Sedangkan pada pengamatan mikroskopik tak langsung


d.

roti (hijau) merupakan Saccharomyces cereviceae.


Pada pengamatan makroskopik sampel keladi (hitam), keladi (putih),
keladi (putih), keladi (coklat), keladi (orange), keladi (kuning)
merupakan khamir, sedangkan keladi (abu-abu) merupakan kapang. Pada
pengamatan mikroskopik langsung keladi (abu-abu) dugaan sementara
adalah Aspergillus oryzae, Penicillium Sp, Paeciomyces variotii,

e.

Curvularia lunata.
Pada pengamatan makroskopik sampel singkong (hitam), singkong
(putih), singkong (kuning), dan singkong (abu-abu) merupakan kapang.
Pada pengamatan mikroskopik langsung singkong (abu-abu) dan
singkong (putih) merupakan Saccharomyces cereviceae, singkong

257

(hitam) dan singkong (kuning) merupakan Penicillium Sp. Sedangkan,


pada pengamatan mikroskopik tak langsung singkong (kuning)
f.

merupakan Penicillium Sp.


Pada pengamatan makroskopik sampel Saccharomyces cereviceae
merupakan khamir. Pada pengamatan mikroskopik

g.

tidak langsung

sampel Saccharomyces cereviceae adalah Saccharomyces cereviceae.


Pada pengamatan makroskopik sampel Penicillium requiforti merupakan
khamir. Pada pengamatan mikroskopik

tidak langsung sampel

Penicillium requiforti adalah Penicillium Sp.


6.2

Saran
Setelah mengikuti percobaan ini diharapkan agar para praktikan bekerja

lebih aseptis dan teliti agar tidak mengkontaminasi sampel sehingga menggangu
hasil pengamatan dan diharapkan agar para praktikan mampu untuk menggores
sampel ke medium tanpa merusak medium.

258

Anda mungkin juga menyukai