Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Sesungguhnya manusia diciptakan oleh Allah SWT adalah paling sempurna

dibandingkan dengan makhluk yang lainya, termasuk diantaranya Malaikat, Jin, Iblis,
Binatang, dan lainnya. Tetapi kita sendiri sebagai manusia tidak tahu atau tidak kenal akan
diri kita sendiri sebagai manusia. Untuk itu marilah kita pelajari diri kita ini sebagai manusia,
Siapa diri kita ini? Dari mana asalnya? Mau kemana nantinya? Dan yang paling penting
adalah bagaimana kita menempuh kehidupan didunia ini supaya selamat didunia dan achkirat
nanti?
Sebenarnya manusia itu terdiri atas 3 unsur yaitu:
1.

Jasmani
Terdiri dari Air, Kapur, Angin, Api dan Tanah.

2.

Ruh

Terbuat dari cahaya (NUR). Fungsinya hanya untuk menghidupkan jasmani saja.
3. Jiwa. (An Nafsun/rasa dan perasaan).
Terdiri atas 3 unsur:
a.
Syahwat/Lawwamah (darah hitam), dipengaruhi sifat Jin, sifatnya adalah: Rakus, pemalas,
b.

Serakah, dll (kebendaan/materialis)- menjadi beban masyarakat.


Ghodob/Ammarah ( Darah merah ), dipengaruhi oleh sifat Iblis, Sifatnya adalah:

c.

Merusak, Angkara murka dll (Menentang)-Menjadi pengacau masyarakat.


Natiqoh/Muthmainah (darah Putih), Dipengarui sifat malaikat, Sifatnya adalah: Bijaksana,

Sombong,

Tenang, Berbudi luhur, Berachlak Tinggi dan Mulia- Menciptakan kedamaian dan kasih
sayang.
Alat dari pada Jiwa yaitu otak, yang terdiri atas 3 bagian juga:
1. Akal (timbangan) haq atau bathil
2.

Pikir (hitungan) Untung rugi

3.

Zikir (ingatan) Ingat Allah


Jadi kalau diibaratkan mobil maka jasmani ini adalah Body dari pada mobil

sedangkan Ruh sebagai Accu yang sifatnya hanyalah sebagai yang menghidupkan saja dan

Jiwa adalah sopir atau yang mengendalikan dari pada mobilnya dimana dialah yang
bertanggung jawab atas keselamatan dari pada mobil itu sendiri. Jadi Disini jelaslah bahwa
yang dikatakan manusia itu adalah Jiwanya dimana dialah yang bertanggung jawab atas
perbuatanya.
B. Permasalahan
Dalam makalah ini permasalahan yang kami tinjau adalah :
1. Bagaimanakah cara pandang Islam mengenai manusia ?
2. Hal-hal apa sajakah yang ada dalam manusia itu sendiri ditinjau dalam sisi agama Islam?
3. Apakah kedudukan manusia dalam Islam dan Fungsi Pencipta?
BAB II
ISI
A.

Manusia Menurut Pandangan Islam


Sesunguhnya manusia itu diciptakan oleh Allah dalam bentuk yang sempurna dan

bagus, dan manusia diciptakan sebagai kholifah Allah di Bumi, dan telah dijadikan Bumi
seisinya untuk tunduk kepada manusia.
Allah Befirman :

(" ) Sungguh Kami telah ciptakan

manusia dalam bentuk yang sempurna" (At Tiin :5).


Manusia diciptakan Allah dari tanah (thin), Allah berfirman,

( (" ) Shod : 71)


Ilmu pengetahuan telah membuktikan bahwa benar adanya jika manusia itu sebenarnya dari
tanah. Tanpa adanya tanah tidak mungkin manusia bisa tumbuh. semua makanan yang ada,
pada awalnya adalah dari tanah.
Manusia adalah hewan yukang bertanya maksudnya adalah manusia itu berbeda dengan
hewan, manusia itu concerned ( menaruh minat yang sangat ) mengenai asal mulanya dan
akhirnya, mengenai maksud dan tujuannya, mengenai makna dan hakikat kenyataan. Hanya
dengan manusia sajalah yang membedakan antara keindahan dan kejelekan, dan antara lebih
baik dan lebih buruk. Mungkin saja dia adalah salah satu anggota margasatwa, namun dia

adalah juga warga duniaidea dan nilai. Pendapat ini dikemukakan oleh Prof. Dr R.F.
Beerling. Beliau adalah guru besar filsafat.
Manusia adalah hewan yang berfikir. Dalam Ilmu Manthiq ( = logika ) kita temukan
sebuah rumusan tentang manusia yang juga sekaligus membedakannya dari hewan, yaitu :
Al-Insanu Hayawanun Nathiqun, yang artinya: insan itu adalah hewan ( bukan khewan
ataupun chewan! ) yang nathiq, yang berkata-kata dan mengeluarkan pendapat dengan
berdasarkan pikirannya; tegasnya: manusia itu adalah hewan yang berfikir.
Kesimpulannya maka manusia adalah hewan yang berfikir. Berfikir adalah bertanya.
Bertanya adalah mencari jawaban. Mencari jawaban adalah mencari kebenaran. Mencari
jawaban tentang Tuhan, alam dan manusia, artinya mencari kebenaran tentang Tuhan, alam
dan manusia. Jadi pada akhirnya: Manusia adalah makhluk pencari kebenaran.
B. Hakikat Manusia dan Asal-usul Penciptanya
Hakikat Manusia.
Ketika berbicara tentang manusia, Al-Quran menggunakan tiga istilah pokok.
Pertama, menggunakan kata yang terdiri atas huruf alif, nun, dan sin, seperti kata insan, ins,
naas, dan unaas. Kedua, menggunakan kata basyar. Ketiga, menggunakan kata Bani Adam
dan dzurriyat Adam.
Menurut M. Quraish Shihab, kata basyar terambil dari akar kata yang bermakna
penampakan sesuatu dengan baik dan indah. Dari akar kata yang sama lahir kata basyarah
yang berarti kulit. Al-Quran menggunakan kata basyar sebanyak 36 kali dalam bentuk
tunggal dan sekali dalam bentuk mutsanna untuk menunjuk manusia dari sudut lahiriahnya
serta persamaannya dengan manusia seluruhnya. Dengan demikian, kata basyar dalam AlQuran menunjuk pada dimensi material manusia yang suka makan, minum, tidur, dan jalanjalan. Dari makna ini lantas lahir makna-makna lain yang lebih memperkaya definisi
manusia. Dari akar kata basyar lahir makna bahwa proses penciptaan manusia terjadi secara
bertahap sehingga mencapai tahap kedewasaan.[6]
Allah swt. berfirman:


Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan kamu dari tanah,
kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang berkembang biak. (Q.S. ar-Rum [30]: 20)
Sementara itu, kata insan terambil dari kata ins yang berarti jinak, harmonis, dan
tampak. Musa Asyarie menambahkan bahwa kata insan berasal dari tiga kata: anasa yang

berarti melihat, meminta izin, dan mengetahui; nasiya yang berarti lupa; dan al-uns yang
berarti jinak. Menurut M. Quraish Shihab, makna jinak, harmonis, dan tampak lebih tepat
daripada pendapat yang mengatakan bahwa kata insan terambil dari kata nasiya (lupa) dan
kata naasa-yanuusu (berguncang). Dalam Al-Quran, kata insaan disebut sebanyak 65 kali.
Kata insaan digunakan Al-Quran untuk menunjuk kepada manusia dengan seluruh
totalitasnya, jiwa dan raga. Bahkan, lebih jauh Bintusy Syathi menegaskan bahwa makna
kata insaan inilah yang membawa manusia sampai pada derajat yang membuatnya pantas
menjadi khalifah di muka bumi, menerima beban takliif dan amanat kekuasaan.
Dua kata ini, yakni basyar dan insaan, sudah cukup menggambarkan hakikat manusia
dalam Al-Quran. Dari dua kata ini, kami menyimpulkan bahwa definisi manusia adalah
makhluk Allah yang paling sempurna, yang diciptakan secara bertahap, yang terdiri atas
dimensi jiwa dan raga, jasmani dan rohani, sehingga memungkinkannya untuk menjadi wakil
Allah di muka bumi (khaliifah Allah fii al-ardl).
Asal-usul Penciptanya
Al-Quran telah memberikan informasi kepada kita mengenai proses penciptaan
manusia melalui beberapa fase: dari tanah menjadi lumpur, menjadi tanah liat yang dibentuk,
menjadi tanah kering, kemudian Allah swt. meniupkan ruh kepadanya, lalu terciptalah Adam
a.s.[14] Hal ini diisyaratkan Allah dalam Surah Shaad [38] ayat 71-72.

(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat, Sesungguhnya Aku akan


menciptakan manusia dari tanah. Maka, apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan
Kutiupkan kepadanya ruh (ciptaan)-Ku, maka hendaklah kamu menyungkur dengan bersujud
kepadanya. (Q.S. Shaad [38]: 71-72.)
Perhatikan juga firman Allah dalam Surah al-H{ijr [15] ayat 28-29.

Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, Sesungguhnya Aku akan
menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang
diberi bentuk. Maka, apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan
ke dalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud. (Q.S. alHijr [15]: 28-29)
Dalam Al-Quran, kata ruh (ar-ruh) mempunyai beberapa arti. Pengertian ruh yang
disebutkan dalam ayat-ayat yang menjelaskan penciptaan Adam a.s. adalah ruh dari Allah
swt. yang menjadikan manusia memiliki kecenderungan pada sifat-sifat luhur dan mengikuti
kebenaran. Hal ini yang kemudian menjadikan manusia lebih unggul dibanding seluruh
makhluk yang lain. Karakteristik ruh yang berasal dari Allah ini menjadikan manusia
cenderung untuk mengenal Allah swt. dan beribadah kepada-Nya, memperoleh ilmu
pengetahuan dan menggunakannya untuk kemakmuran bumi, serta berpegang pada nilai-nilai
luhur dalam perilakunya, baik secara individual maupun sosial, yang dapat mengangkat
derajatnya ke taraf kesempurnaan insaniah yang tinggi. Oleh sebab itu, manusia layak
menjadi khalifah Allah swt.
Ruh dan materi yang terdapat pada manusia itu tercipta dalam satu kesatuan yang saling
melengkapi dan harmonis. Dari perpaduan keduanya ini terbentuklah diri manusia dan
kepribadiannya. Dengan memperhatikan esensi manusia dengan sempurna dari perpaduan
dua unsur tersebut, ruh dan materi, kita akan dapat memahami kepribadian manusia secara
akurat.
Kemudian, dalam ayat lain juga disebutkan mengenai permulaan penciptaan manusia yang
berasal dari tanah.

.
Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka
(ketahuilah) sesungguhnya kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes
mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna
kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar kami jelaskan kepada kamu dan kami tetapkan
dalam rahim, apa yang kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian kami
keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah kepada
kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) di antara kamu yang
dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatu pun yang
dahulunya telah diketahuinya. Dan, kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah kami
turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam
tumbuh-tumbuhan yang indah. (Q.S. al-Hajj [22]: 5)

.



.
Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang
kokoh (rahim). Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah
itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang-belulang,
lalu tulang-belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk
yang (berbentuk) lain. Maka, Mahasuci-lah Allah, Pencipta yang paling baik. (Q.S. alMuminuun [23]: 13-14)
Itulah di antara sekian banyak ayat Al-Quran yang menjelaskan tentang asal-usul
penciptaan manusia. Penciptaan manusia yang bermula dari tanah ini tidak berarti bahwa
manusia dicetak dengan memakai bahan tanah seperti orang membuat patung dari tanah.
Akan tetapi, penciptaan manusia dari tanah tersebut bermakna simbolik, yaitu saripati yang
merupakan faktor utama dalam pembentukan jasad manusia. Penegasan Al-Quran yang
menyatakan bahwa manusia diciptakan dari tanah ini merujuk pada pengertian jasadnya. Oleh

karena itu, Al-Quran menyatakan bahwa kelak ketika ajal kematian manusia telah sampai,
maka jasad itu akan kembali pula ke asalnya, yaitu tanah.
Secara komprehensif, Umar Shihab memaparkan bahwa proses penciptaan manusia
terbagi ke dalam beberapa fase kehidupan sebagai berikut. Pertama, fase awal kehidupan
manusia yang berupa tanah. Manusia berasal dari tanah disebabkan oleh dua hal: (1) manusia
adalah keturunan Nabi Adam a.s. yang diciptakan dari tanah; (2) sperma atau ovum yang
menjadi cikal bakal manusia bersumber dari saripati makanan yang berasal dari tanah. Kedua,
saripati makanan yang berasal dari tanah tersebut menjadi sperma atau ovum, yang disebut
oleh Al-Quran dengan istilah nutfah. Ketiga, kemudian sperma dan ovum tersebut menyatu
dan menetap di rahim sehingga berubah menjadi embrio (alaqah). Keempat, proses
selanjutnya, embrio tersebut berubah menjadi segumpal daging (mudlghah). Kelima, proses
ini merupakan kelanjutan dari mudlghah. Dalam hal ini, bentuk embrio sudah mengeras dan
menguat sampai berubah menjadi tulang belulang (idzaam). Keenam, proses penciptaan
manusia selanjutnya adalah menjadi daging (lahmah). Ketujuh, proses peniupan ruh. Pada
fase ini, embrio sudah berubah menjadi bayi dan mulai bergerak. Kedelapan, setelah
sempurna kejadiannya, akhirnya lahirlah bayi tersebut ke atas dunia.
C. Fitrah Manusia
Fitrah merupakan kata yang diderivasi dari kalimat Bahasa Arab fatara, artinya
ciptaan, suci dan seimbang. Arti fitrah dalam segi bahasa dapat diartikan sebagai kondisi awal
suatu penciptaan atau kondisi awal manusia yang memiliki potensi mengetahui dan
cenderung kepada kebenaran.
Fitrah dalam arti penciptaan tidak hanya dikaitkan dengan arti persiapan fisik,
melainkan juga dalam arti persiapan rohaniah, yaitu sifat-sifat dasar manusia yang baik.
Karena itu, fitrah disebutkan dalam konotasinilai yang dapat membawa manusia pada
pencpaian derajat kemuliaan yang tinggi, yaitu derajat keinsaniyahan dan bukan ke
bayariyahan yang bersifat fisik.
Dalam fitrahnya manusia itu memiliki
1.

Hanief
Artinya jalan yang lurus / kebenaran

2.

Akal
Dalam Al-Quran diartikan dengan kebijaksanaan intelegensia dan pengertian. Dengan
demikian di dalam Al-Quran akal diletakan bukan hanya pada ranah rasio, tetapi juga rasa ,

bahkan lebih jauh dari itu, akal juga diartikan sebagai hikmahatau kebijaksanaan.
3. Qolb

Al-Qolb berasal dari qalaba yang berarti berubah, berpindah atau berbalik. Musa Asy ari
menyebutkan arti Al-Qalb dalam dua pengertian, yang pertama pengertian kasar atau fisik,
yaitu segumpal daging berbentuk bulat panjang ( Jantung ) dan yang arti yang kedua adalah
pengertian yang halus, bersifat ketuhanan dan keruhanian, yaitu hakikat manusia yang dapat
menangkap segala pengertian berpengetahuan dan arif.
4. Nafsu
Nafsu adalah kekuatan yang mampu mendorong manusia mencapai keinginannya.
Dorongan dorongan ini sering disebut dengan dorongan primitif, karena sifatnya yang
bebastanpa mengenal baik dan buruk dan sering disebut juga dorongan kehendak
bebas.
D.

Kedudukan Manusia dan Fungsi Penciptaan


Fungsi dan kedudukan manusia di dunia ini adalah sebagai khalifah di bumi. Tujuan

penciptaan manusia di atas dunia ini adalah untuk beribadah. Sedangkan tujuan hidup
manusia di dunia ini adalah untuk mendapatkan kesenangan dunia dan ketenangan akhirat.
Jadi, manusia di atas bumi ini adalah sebagai khalifah, yang diciptakan oleh Allah dalam
rangka untuk beribadah kepada-Nya, yang ibadah itu adalah untuk mencapai kesenangan di
dunia dan ketenangan di akhirat.
Apa yang harus dilakukan oleh khalifatullah itu di bumi? Dan bagaimanakah manusia
melaksanakan ibadah-ibadah tersebut? Serta bagaimanakah manusia bisa mencapai
kesenangan dunia dan ketenangan akhirat tersebut? Banyak sekali ayat yang menjelaskan
mengenai tiga pandangan ini kepada manusia. Antara lain seperti disebutkan pada Surah AlBaqarah ayat 30:
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi. Mereka berkata: Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau? Tuhan berfirman: Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui. (Q.S. Al-Baqarah: 30)
Khalifah adalah seseorang yang diberi tugas sebagai pelaksana dari tugas-tugas yang
telah ditentukan. Jika manusia sebagai khalifatullah di bumi, maka ia memiliki tugas-tugas
tertentu sesuai dengan tugas-tugas yang telah digariskan oleh Allah selama manusia itu
berada di bumi sebagai khalifatullah.
Di samping peran dan fungsi manusia sebagai khalifah Allah, ia juga sebagai hamba
Allah. Seorang hamba berarti orang yang taat dan patuh kepada perintah tuhannya, Allah

SWT. Esensi dari Abd adalah ketaatan, ketundukan dan kepatuhan. Ketaatan, ketundukan
dan kepatuhan manusia itu hanya layak diberikan kepada Allah yang dicerminkan dalam
ketaatan, ketundukan dan kepatuhan kepada kebenaran dan keadilan.

BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Dari penjelasan-penjelasan diatas dapat kita simpulkan bahwa :
1.

Manusia dalam perspektif Islam adalah makhluk yang paling sempurna dibandingkan

dengan makhluk-makhluk ciptaan Allah yang lainnya.


2. Di dalam Al-Quran terdapat dua kata yakni basyar dan insaan. Dari dua kata ini, kami
menyimpulkan bahwa definisi manusia adalah makhluk Allah yang paling sempurna, yang
diciptakan secara bertahap, yang terdiri atas dimensi jiwa dan raga, jasmani dan rohani,
sehingga memungkinkannya untuk menjadi wakil Allah di muka bumi.
3. Fitrah manusia terdiri dari hanief, akal, qolb dan nafsu.
4. Kedudukan manusia dimuka bumi adalah sebagai Kholifah yang selalu taat, tunduk dan
patuh kepada Allah SWT.
B. Saran
Saran yang dapat kami berikan kepada para mahasiswa dan mahasiswi universits
syiah kuala tentang makalah ini adalah semoga dengan para pendengar sekalian membaca
makalah ini dapat menambah sedikit ilmu pengetahuan, tidak hanya mengerti tetapi
diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, serta saran yang diberikan kepada para pendengar
mengenai isi makalah ini diharapkan kita sebagai manusia selalu ingat kedudukan kita di
dunia yaitu sebagai kholifah yang patuh, tunduk dan taat kepada Allah SWT.

1. Klasifikasi Agama
Agama dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam, yaitu :
a. Agama Samawi atau agama wahyu (revealed religion),
Yaitu agama yang dipercayai diwahyukan Tuhan melalui malaikat-Nya kepada utusan-Nya
yang dipilih dari manusia. Agama samawi mempunyai ciri-ciri:
1) Agama wahyu dapat dipastikan kelahirannya

2) Disampaikan melalui utusan atau Rasul Allah yang bertugas menyampaikan dan menjelaskan
lebih lanjut wahyu yang diterimanya dengan berbagai cara dan dan upaya
3) Memiliki kitab suci yang keotentikannya bertahan tetap
4) Ajaran nya serba tetap,tetapi tafsiran dan pandangannya dapat berubah dengan perubahan
akal.
5) Konsep ketuhanannya monoteisme mutlak
6) Sistem nilai ditentukan oleh Allah sendiri yang diselaraskan dengan ukuran dan hakekat
kemanusiaan.
7) Melalui agama wahyu Allah memberi petunjuk, pedoman, tuntunan dan peringatan kepada
manusia dalam pembentukan insan kamil (sempurna) yang bersih dari dosa.
b. Agama budaya (cultural religion)/ non wahyu disebut juga dengan agama bumi yang artinya
bersandar semata-mata kepada ajaran seorang manusia yang dianggap memiliki pengetahuan
tentang kehidupan dalam berbagai aspeknya secara mendalam.Ciri-cirinya adalah:
1) Agama budaya tidak dapat dipastikan kelahirannya
2) Tidak disampaikan oleh utusan Tuhan (Rasul)
3) Umumnya tidak memiliki kitab suci
4) Ajarannya dapat berubah-ubah, sesuai dengan perubahan akal pikiran penganutnya.
5) Konsep ketuhanannya: dinamisme, animisme, politheisme, dan paling tinggi
adalahonotheisme nisbif.
6) Nilai agama ditentukan oleh manusia sesuai dengan cita-cita, pengalaman dan penghayatan
masyarakat penganutnya
7) Pembentukan manusia disandarkan pada pengalaman dan penghayatan masyarakat
penganutnya yang belum tentu diakui oleh masyarakat lain.(Muhammad Baud Ali, 1997:72)
Perbedaan ke2 agama ini dikemukakan Al Masdoosi dalam Living Religious of the
World sebagai berikut:
1. Agama wahyu berpokok pada konsep keesaan Tuhan, sedangkan agama budaya
tidak demikian
2. Agama wahyu beriman kepada Nabi, sedangkan agama budaya tidak
3. Agama wahyu sumber utamanya adalah kitab suci yang diwahyukan, sedangkan
agama budaya kitab suci tidak penting
4. Semua agama wahyu lahir di Timur Tengah, sedangkan agama budaya lahir di luar itu
5. Agama wahyu lahir di daerah-daerah yang berada di bawah pengaruh ras simetik
6. Agama wahyu memberikan arah yang jelas dan lengkap baik spiritual maupun
material,sedangkan agama budaya lebih menitik beratkan aspek spiritual saja.
7. Ajaran agama wahyu jelas dan tegas, sedangkan agama budaya kabur dan elastis
Sementara itu, dalam kajian keilmuan (scientific aproach), para ilmuwan membedakan agama
menjadi dua kelompok besar yaitu Spiritualisme dan Materialisme.

1) Spiritualisme
Adalah agama penyembah sesuatu (zat) yang gaib yang tidak tampak secara
lahiriah, sesuatu yang tidak dapat dilihat dan tidak berbentuk. Spiritualisme ini
terbagi dalam beberapa kelompok yaitu :
a) Agama ketuhanan (theistic religion), yaitu agama yang para penganutnya menyembah Tuhan
(theos). Agama ini mempunyai keyakinan bahwa Tuhan adalah tempat manusia menaruh
kepercayaan, dan kecintaan kepada-Nya merupakan kebahagiaan. Yang masuk katagori ini
yaitu :
1) Monoteisme, yaitu bentuk religi / agama yang berdasarkan kepada kepercayaan terhadap
satu Tuhan dan yang terdiri dari upacara-upacara guna memuja Tuhan tadi.
2) Politeisme, yaitu bentuk religi yang didasarkan pada kepercayaan akan adanya banyak
Tuhan yang memiliki tradisi upacara keagamaan guna memuja Tuhan-tuhan tadi.
b) Agama penyembah ruh, yaitu kepercayaan orang primitif kepada roh nenek moyang, roh
pemimpin, atau roh para pahlawan yang telah meninggal. Yang termasuk kategori ini adalah :
1) Animisme, yaitu bentuk agama yang mendasarkan diri pada kepercayaan bahwa
disekeliling tempat tinggal manusia itu diam berbagai macam roh yang berkuasa dan terdiri
atas aktivitas pemujaan.
2) Praanimisme (dinamisme) adalah bentuk agama yang berdasarkan kepercayaan terhadap
kekuatan sakti yang ada dalam segala hal. Ada tiga bentuk penyembahan kekuatan alam yaitu
:
a) Penyembahan terhadap gejala alam, seperti hujan, guntur, gempa
bumi, dan topan.
b) Penyembahan terhadap anasir-anasir alam, seperti tanah, air, api,
angin, dan udara,
c)
Penyembahan
kepada
benda-benda
alam
sekeliling,

dalam

bentuk

(1) Animatisme, yaitu suatu kepercayaan bahwa benda-benda dan tumbuh-tumbuhan di


sekitar manusia itu berjiwa dan bisa berfikir
seperti manusia.
(2) Fetishme, yaitu suatu bentuk agama yang berdasarkan kepercayaan akan adanya jiwa
dalam benda-benda alam tertentu dan mempunyai aktivitas keagamaan guna memuja bendabenda berjiwa tadi.
(3) Agama penyembah binatang (animal worship), yaitu kepercayaan orang-orang kuno dan
orang-orang primitif yang menganggap binatang-binatang tertentu memiliki jiwa kesucian.
2) Agama Materialisme
Agama materialisme adalah agama yang mendasarkan kepercayaannya terhadap adanya
Tuhan yang dilambangkan dalam wujud benda-benda material, seperti patung-patung

manusia, binatang dan berhala-berhala atau sesuatu yang dibangun dan dibuat untuk
disembah.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep alam dalam pandangan islam
Konsep alam atau yang disebut juga pandangan dunia merupakan persoalan penting
yang harus diketahui oleh seorang muslim karena dengan memahami alam tersebut seseorang
akan mampu menangkap keseluruhan ajaran agama dimana alam tersebut sebagai tanda
sebagai eksistensi Allah SWT. Bahkan dalam pandangan logika (seperti yang dijelaskan oleh
filsafat agama), adanya alam membuktikan adanya Allah. Eksistensi Allaah sebagai pencipta
baru mendapat konfirmasi bila ciptaan-Nya ada, yakni alam semesta ini, dan begitupun
sebaliknya.
Oleh karena itu dalam pandangan islam, alam adalah eksistendi yang haqq, yaitu
sesuatu yang benar, yang sungguh-sungguh ada, nyata dan baik.
Surat Al-Zumar (39) ayat 5 :

Dia (Allah) menciptakan langit dan bumi dengan benar


Surat Al-Anbiya (21) ayat 16 :

Dan kami tidaklah menciptakan langit dan bumi serta segala sesuatu yang ada diantara
keduanya secara main-main.
Surat Shad (38) ayat 27 :

Dan kami tidaklah menciptakan langi dan bumi serta segala sesuatau yang ada diantara
keduanya itu secara bathil.
Dari ayat-ayat Al-Quran diatas terlihat bahwa islam memandang alam secara positif,
bukan sesuatu yang yang palsu atau hanya sebagai bayangan semata. Maka islam tidak
sejalan dengan ajaran manapun yang mengatakan bahwa apapun yang dialami manusia dalam
ala mini hanyalah bayangan semata.
Islam menggaris bawahi kehidupan dunia sebagai jalan untuk mencapai kebahagiaa
akhirat, seperti dalam ungkapan al-Dunya mazraat al-Akhirat (dunia adalah tempat
menanam kebahagiaan akhirat). Kebahagiaan akhirat sangat ditentukan oleh amal kebajikan
yang dilakukan di dunia, dan begitupun sebaliknya.
Dalam Al-Quran kata alam seakar dengan kata ilm (pengetahuan) dan alamah
(tanda). Persinggungan kata alam dengan ilm (pengetahuan) ini menjelaskan bahwa
kemanfaatan yang terkandung dalam alam baru bisa diperoleh bila manusia mempunyai ilmu
dan teknologi. Demikian pula persinggungan kata alam dengan alamah (tanda) yang
menekankan bahwa alam semesta menjadi ayat-ayat (tanda-tanda) sumber pelajaran dan
ajaran bagi manusia. Maka siapa yang dengan bersungguh-sungguh melakukan penelitian
terhadap alam dengan sikap apresiasi terhadap alam itu sendiri akan mengantarkannya
kepada kenyataan bahwa alam sebagai tanda-tanda adanya Allah SWT.
Surat Ali-Imron (3) ayat 190-191 :

Sesungguhnya dalam penciptaan seluruh langit dan bumi (jagad raya) pastilah terdapat
ayat-ayat bagi mereka yang berakal budi. Yaitu mereka yang selalu ingat kepada Allah, baik
pada saat berdiri, pada saat duduk, maupun pada saat berbaring dan memikirkan kejadian
seluruh langit dan bumi ini (seraya berkata) : Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan
semua ini secara bathil. Maha Suci Engkau. Maka lindungilah kami dari azab neraka.
Alam diciptakan oleh Allah lengkap dengan hukum-hukum yang mengaturnya.
Matahari terbit di Barat adalah hokum yang pasti terlaksana, sebab bila perubahan terjadi
akan berakibat fatal bagi kelangsungan alam semesta ini sendiri. Inilah yang disebut dengan
taqdir dalam arti yang sebenarnya. Surat Al-Furqan (25) ayat 2 :

Dan Dia (Allah) menciptakan segala sesuatu, kemudian diaturNya secara pasti sepastipastinya.
Hukum alam yang menjadi sumber dari keteraturan dan keharmonisan alam adalah
hukum ciptaan Allah yang disebut dengan Sunnah Allah. Tetapi hukum alam yang satu dapat
diatasi dengan hukum alam yang lain. Contoh manusia tidak bisa terbang karena tidak
mempunyai sayap, namun dengan mempergunakan pesawat terbang manusia dapat
mengarungi ruang angkasa. Pada upaya menemukan hukum-hukum alam ciptaan Allah itulah
bermulanya gerak ilmu pengetahuan (sains).
Dalam upaya memahami alam semesta Allah memerintahkan manusia untuk melakukan
intidhar (pemeriksaan) untuk mengetahui sifat-sifat dan kelakuan alam semesta. Firman Allah
dalam Surat Yunus (10) ayat 101 :

Katakanlah wahai Muhammad : Periksalah dengan nadhar apa-apa yang ada dilangit dan
dibumi.
Makna intidhar disini bukan hanya sekedar mengamati dengan fikiran kosong, tetapi
melakukan pemeriksaan, eksperimen atas fenomena-fenomena alam tersebut. Karena pada
hakekatnya diartikan membaca ayat-ayat Allah
Penemuan sains mengatakan bahwa wujud bumi terjadi dari hasil evolusi sekitar 4
milyar tahun dari bentuk benda yang menyala-nyala, yang terjadi sebelumnya dari
merapatnya materi antar bintang-bintang. Materi yang muncul pertama sekali berbeda dengan
materi antar bintang yang membentuk matahari dan bumi beserta planet-planet yang lain.
Sebab materi yang menyusun bintang-bintang dalam galaxi terdiri dari molekul, nukleus, dan
elektron.
Allah menciptakan alam ini lebih rendah dari manusia. Firman Allah dalam Surat AlJatsiyah (45) ayat 13 :

Dan Dia (Allah) merendahkan (sakhkhara) bagi kamu semua apa yang ada diseluruh langit
dan apa yang ada dibumi, seluruhnya dari Dia. Sesungguhnya dalam ahal itu ada tandatanda bagi mereka yang berfikir.
Terdapat empat hal yang dapat ditarik dari penjelasan diatas :
1. Manusia adalah puncak ciptaan Allah, maka seluruh alam berada dalam martabat yang
lebih rendah dari pada manusia.
2. Alam itu sendiri adalah untuk dapat dimanfaatkan oleh manusia.
3. Manusia harus menjadikan alam itu sebagai objek kajian.

4. Dengan membuat ala mini lebih rendah dari manusia, maka alam menjadi objek yang
terbuka abagi manusia dan sikap menetukan alam lebih tinggi dari dirinya merupakan
perbuatan yang melawan manusia itu sendiri.
Apa yang sudah diobservasi dan dieksperimen pada waktu yang lalu dan yang
sedang dilaksanakan saat ini hanyalah sebagian kecil saja dari fenomena alam semesta, maka
dapat ditarik pemahaman. Pertama, bahwa kebenaran yang dicapai oleh ilmu pengetahuan
bukanlah kebenaran mutlak, tetapi kebenaran relative dan nisbi. Dan yang kedua, dalam
keseluruhan kenyataan ilmu pengetahuan yang diberikan oleh alam kepada manusia, ternyata
ilmu pengetahuan manusia itu hanya sedikit saja bila dibandingkan dengan fenomena alam
semesta yang luas
Islam mengingatkan bahwa alam sebenarnya juga makhluk Allah yang sama dengan
manusia. Firman Allah dalam Surat Al-Anam (6) ayat 38 :

Tidak seokor pun binatang yang melata dibumi, dan tidak pula seekor pun burung yang
terbang dengan sayapnya melainkan umat-umat seperti kamu juga.
Ayat diatas pada hakekatnya sejalan dengan penegasan-penegasan Allah lainnya dalam AlQuran yang mengatakan bahwa segala sesuatu yang ada dalam alam ini, seluruhnya bertasbih
kepada Allah sebagaimana dalam Surat Al-Isra (17) ayat 44.
Berbagai krisis yang melanda bumi sekarang ini, seluruhnya akibat ulah tangan
manusia. Maka manusia seharusnya memberlakukan alam bukan hanya semata sebagai objek
eksploitasi tetapi menjadi sumber pelajaran dan ajaran. Karena dengan memperhatikan alam
dan lingkungan, keberadaan dan kebesaranNya dapat ditangkap.
2.2 Konsep Islam tentang manusia
Setiap manusia pasti ada yang menciptakannya (khalik). Menurut Ibn al-Arabi,
Allah menciptakan alam dengan tujuan agar Ia dapat melihat diriNya dan memperlihatkan
diriNya. Tujuan tersebut tidak akan tercapai tanpa ada manusia, karena manusia adalah roh
bagi alam, dan alam adalah jasad. Alam tanpa manusia adalah seperti tubuh tanpa roh.
Allah menciptakan manusia dari tanah, dalam Al-Quran disebutkan dengan istilah
( al-Anam : 2; al-Hajj : 5; al-Rum : 20; Faathir : 11; al-Mumin :67)
Allah telah memilih zat yang sangat rendah untuk dijadikan bahan asal manusia. Ini
diungkapkan Allah pada tiga istilah dalam Al-Quran, yaitu dengan ungkapan lempung
tembikar
(al-Rahman/55 :14), yaitu lempung endapan yang
kering. Pada ayat lain dengan ungkapan lumpur hitam

(al-

Hijr/15 : 26, 28), yaitu lempung busuk. Pada ayat lain dengan ungkapan tanah
(al-Muminun/23 :12) yang juga berarti lempung.
Bagaimana proses penciptaan manusia pertama secara pasti dan jelas tidak diungkapkan
oleh Allah dalam Al-Quran. Maka tidak ada yang mengetahuiNya secara pasti. Al-Quran
menyinggung proses reproduksi manusia secara global dalam beberapa surat secara terpencar
(al-Hajj : 5; Faathir : 11; al-Zumar : 6; al-Mumin : 67; al-Qiyaamah : 37-39), dan kemudian
ayat-ayat tersebut menimbulkan berbagai penafsiran.

Manusia dapat berada dalam keadaan yang serendah-rendahnya bagaikan tanah endapan
lempung, karena dalam dirinya terdapat unsure endapan lempung. Dan manusia dapat
meningkat dengan setinggi-tingginya, hal ini sesuai dengan sifat-sifat baik yang dimiliki
semua manusia, dan semua manusia selalu ingin maju. Kedua sifat yang berlawanan dari
manusia memungkinkannya untuk mempunyai kebebasan memilih antara dua pilihan yang
kemudian akan menentukan nasibnya.
Konsep manusia dalam Al-Quran dipahami juga sebagai berikut :
1.Basyar
Mengandung arti semangat, gembira, berseri-seri, langsung, kulit. Kata Mubasyir berarti
pembawa kabar gembira. Allah memakai konsep basyar sebanyak 37 kali. Salah satunya alKahfi : 110
sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti
kamu
2.Insan
Yaitu makhluk yang mampu memikul beban amanat risalah dari Allah SWT. Kata insan
disebutkan dalam Al-Quran sebanyak 65 kali, diantaranya (al-alaq : 5), yaitu
Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.
3.Al-nas
Kata al-nas disebut sebanyak 240 kali, seperti al-Zumar : 27, yaitu
Sesungguhnya telah kami buatkan bagi manusia
dalam Al-Quran ini setiap macam perumpamaan. Konsep al-nas menunjukkan kepada
semua manusia sebagai makhluk social atau secara kolektif.
4.Bani Adam
Adam mempunyai pengertian manusia dengan keturunannya yang mengandung pengertian
basyar, insan, dan al-nas. Kata bani Adam terulang sebanyak 8 kali. Diantaranya dalam surat
al-Araf/7:26,27, dan 31

Anda mungkin juga menyukai