Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH MIKROBIOLOGI

“PERANAN MIKROORGANISME DALAM BIDANG KESEHATAN”

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 8:

SRI RESTYATI M (H031191018)

ISMI SRI RAHAYU (H031191019)

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari mengenai organisme yang

sangat kecil dan pemanfaatannya oleh manusia. Dikarenakan ukurannya yang

sangat kecil maka diperlukan alat bantu pengamatan seperti mikroskop. Di zaman

modern ini telah berkembang bermacam-macam pemanfaatan mikroorganisme di

berbagai ilmu, misalnya mikrobiologi lingkungan, yang memanfaatkan

mikroorganisme untuk teknologi remediasi; yaitu menghilangkan senyawa kimia

berbahaya yang terpapar di lingkungan. Begitu pun untuk mencari barang

tambang seperti emas, tembaga; dapat dibantu dengan bantuan mikroorganisme

sebagai ‘extractor’.

Bidang kesehatan juga tidak lepas dari ilmu mikrobiologi terapan,

dikarenakan banyak mikroorganisme yang dapat mensintesis enzim,

menghasilkan produk kesehatan, maupun sebagai patogen dari berbagai penyakit.

Oleh sebab itu, penting rasanya untuk sedikit mengupas lebih dalam terkait

mikrobiologi kesehatan, yang nantinya dapat kita jadikan referensi terkait upaya

pencegahan maupun penyembuhan dari berbagai penyakit.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu mikrobologi kesehatan?

2. Bagaimana peran mikroorganisme sebagai patogen?

3. Bagaimana peran mikroorganisme sebagai vaksin dan antibiotik dalam

bidang kesehatan?
4. Bagaimana teknik mencegah tumbuhnya mikroorganisme dalam suatu

lingkungan?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengtahui pengertian mikrobiologi kesehatan

2. Untuk mengetahui peran mikrorganisme sebagai bakteri patogen

3. Untuk mengetahui peran mikroorganisme sebagai vaksin dan antibiotik

dalam bidang kesehatan

4. Untuk mengetahui teknik pencegahan tumbuhnya mikroorganisme dalam

suatu lingkungan
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Mikrobiologi Kesehatan

Mikroorganisme merupakan semua makhluk yang berukuran beberapa

mikron atau lebih kecil lagi. Yang termasuk golongan ini adalah bakteri,

cendawan atau jamur tingkat rendah, ragi yang menurut sistematik masuk

golongan jamur, ganggang, hewan bersel satu atau protozoa, dan virus yang hanya

nampak dengan mikroskop elektron. Mikroorganisme umumnya terdapat di mana-

mana, seperti di dalam tanah, di lingkungan akuatik, berkisar dari aliran air

sampai lautan, dan atmosfer.

Mikrobiologi adalah sebuah cabang dari ilmu biologi yang mempelajari

mikroorganisme. Objek kajiannya biasanya adalah semua makhluk (hidup) yang

perlu dilihat dengan mikroskop, khususnya bakteri, fungi, alga mikroskopik,

protozoa, dan Archaea. Virus sering juga dimasukkan walaupun sebenarnya tidak

sepenuhnya dapat dianggap sebagai makhluk hidup. Kesehatan adalah kondisi

umum dari seseorang dalam semua aspek. Ini juga merupakan tingkat fungsional

dan / atau efisiensi metabolisme organisme, sering secara implisit manusia.

Penerapan mikrobiologi pada masa kini masuk berbagai bidang dan tidak

dapat dipisahkan dari cabang lain karena diperlukan juga dalam bidang farmasi,

kedokteran, pertanian, ilmu gizi, teknik kimia, bahkan hingga astrobiologi dan

arkeologi. Dapat dikatakan ‘peran mikrobiologi dalam bidang kesehatan’

memiliki pengertian bahwa mikrobiologi sebagai ilmu yang mempelajari

mikroorganisme mempunyai kedudukan yang begitu pentingnya dalam rangka

menjaga kondisi optimal tubuh manusia, meliputi pencegahan dan

penanggulangan dari berbagai macam penyakit.


2.2 Peran Mikroorganisme dalam Bidang Kesehatan

2.3.1 Mikroorganisme yang Merugikan

Seperti yang telah dikatakan bahwa sebagian besar mikroorganisme dapat

menimbulkan berbagai macam penyakit atau dapat dikatakan bersifat patogen.

Adapun derajat kemampuan suatu mikroba sehingga menyebabkan infeksi disebut

virulensi. Semakin besar derajat virulensi suatu mikroba menandakan bahwa

mikroba tersebut besar pula peluangnya untuk menimbulkan infeksi/penyakit pada

manusia ataupun makhluk hidup lainnya. Penyakit yang berasal dari

mikroorganisme dapat tersebar melalui berbagai macam media, diantaranya:

1. Melalui udara

Berikut contoh dari mikroba dan penyakit yang dibawanya melalui

perantaraan udara:

 Corynebacterium diphtheriae; menyebabkan penyakit difteri

 Streptococcus pyogenes; menyebabkan penyakit faringitis, demam rematik,

dan glomerulonefritis

 Mycobacterium tuberculosis; menyebabkan TBC

 Streptococcus pneumonia; menyebabkan pneumonia

 Neisseria meningitis; menyebabkan meningitis/radang selaput otak

 Bordetella pertussis; menyebabkan penyakit saluran pernapasan akut

 Rhinovirus; menyebabkan salesma

 Influenzavirus; menyebabkan influenza

2. Melalui makanan

Adapun contoh dari mikroba dan penyakit yang dibawanya melalui

perantaraan makanan:

 Salmonelosis
 Staphilococcus aureus

 Clostridium botolinum; penyebab penyakit botulisme

 Clostridium perfringens; penyebab perfringens

 Vibrio parahaemolyticus; terdapat pada seafood

 Bacillus cereus pada nasi basi, E.Coli, dan Proteus sp

 Genus Aspergillus yang menghasilkan alfatoksin

3. Melalui air

Berikut beberapa contoh dari penyebaran penyakit dari mikroorganisme

melalui perantaraan air:

 Salmonella typhi; menyebabkan demam tifoid

 Shigella sp; menyebabkan disentri basiler

 Vibrio cholerae; menyebabkan kolera

 Entamoeba histolytica; menyebabkan disentri amoeba

4. Melalui serangga

Adapun contoh dari mikroba dan penyakit yang dibawanya melalui

perantaraan serangga:

 Trypanosoma gambiaense; menyebabkan penyakit tidur

 Plasmodium vivax, Plasmodium malariae; menyebabkan penyakit malaria

 Togavirus; menyebabkan demam dengue

2.3.2 Mikroorganisme yang Menguntungkan

Perlu kita sadari, dikarenakan begitu banyaknya penyakit yang

ditimbulkan dari keberadaan mikroorganisme di lingkungan sekitar kita. Oleh

karena itu kita selayaknya melakukan pencegahan dari adanya mikroorganisme


patogen agar potensi dari penyakit yang mungkin timbul dapat kita hindari. Ada

banyak teknik yang dilakukan untuk mencegah keberadaan mikroorganisme di

lingkungan atau dalam istilah mikrobiologi disebut teknik aseptik. Teknik aseptik

dapat dibagi lagi menjadi beberapa bagian, diantaranya:

1. Sterilisasi

Sterilisasi berfungsi mencegah keberadaan mikroorganisme di lingkungan.

Ada berbagai macam teknik sterilisasi yang telah digunakan saat ini, yaitu:

 Secara fisik; dapat dibagi lagi menjadi tiga bagian utama, diantaranya sistem

basah seperti dengan autoklaf, perebusan, dan udara panas; sistem kering

seperti dengan oven, api langsung, filtrasi; sistem radiasi dengan sinar UV, X-

Rays, dan sinar gamma.

 Secara kimiawi; menggunakan senyawa kimia untuk pencegahan keberadaan

mikroorganisme seperti alkohol, klorin, formaldehyde, peroxides, iodin, dan

yang lainnya.

2. Desinfeksi

Desinfeksi berfungsi membunuh keberadaan mikroorganisme dengan

menggunakan senyawa kimia seperti klorin.

3. Sanitasi

Sanitasi berfungsi menghambat pertumbuhan mikroorganisme langsung di

dekat sumber pencemar seperti penggunaan tangki septik di rumah tangga atau

instalasi pengolahan limbah baik secara komunal ataupun terpusat.

Di samping keberadaannya sebagai patogen (penyebab dari penyakit)

seperti yang disebutkan tadi, sebenarnya mikroorganisme memiliki berbagai

manfaat juga di bidang kesehatan, diantaranya:

1. Produksi penisilin
Seperti yang telah kita ketahui bahwa penisilin merupakan bahan baku

pembuatan antibiotik (zat yang dapat menghambat keberadaan bakteri) yang

berguna dalam upaya penyembuhan dari berbagai penyakit. Perlu kita ketahui

sebenarnya penisilin dihasilkan oleh mikroorganisme sejenis kapang (Penicillium

notatum) yang telah diteliti oleh Alexander Fleming. Adapun dalam skala industri,

pembuatan penisilin melalui berbagai tahapan, diantaranya:

 Pembuatan medium; yang nantinya digunakan sebagai medium tumbuh dan

berkembang bagi kapang Penicillium notatum.

 Pembuatan inokulum; biakan murni haruslah didapatkan agar produksi

penisilin dapat berlangsung maksimal.

 Fermentasi; biakan yang telah ditanamkan pada medium dibiarkan pada suhu

optimal tumbuh mikroorganisme pada waktu tertentu.

 Penyaringan penisilin; penisilin yang telah dihasilkan dari biakan disaring

melalui filter agar mendapatkan penisilin murni yang nantinya diolah menjadi

antibiotik.

Penicillium chrysogenum ditumbuhkan dalam 100.000 liter fermentor

selama 200 jam. Mula-mula suspensi spora P. chrysogenum ditumbuhkan dalam

larutan media bernutrisi. Kultur diinkubasi selama 24 jam pada temperatur 24 °C

dan selanjutnya ditransfer ke tangki inokulum. Tangki inokulum digojlok teratur

untuk mendapatkan aerasi yang baik selama satu hingga dua hari.

Pada proses produksi penisilin, media bernutrisi yang mengandung gula

asam fenilasetat ditambahkan ke secara kontinu. Asam fenilasetat ini digunakan

untuk membuat rantai samping benzil pada penisilin G. Penisilin G diekstraksi

dari filtrat dan dikristalisasi. Untuk membuat penisilin semisintetik, penisilin G

dicampur dengan bakteri yang mensekresi enzim asilase. Enzim ini akan melepas
gugus benzil dari penisilin G dan mengubahnya menjadi 6-aminopebicillanic

acid (6-APA). Aminopenicilanic acid adalah molekul yang digunakan untuk

membuat penisilin jenis lain. Bebagai gugus kimia ditambahkan

pada aminopenicillanic

2. Pembuatan vaksin

Penggunaan vaksin sangat penting untuk mencegah berbagai penyakit.

Pengembangan dan produksi vaksin merupakan salah satu tugas penting industri

farmasi. Produksi vaksin meliputi pengkulturan mikroorganisme yang memiliki

properti antigenikyang diperlukan untuk meluncurkan respons imun primer.

Vaksin diproduksi oleh strain mutan patogen virulen tanpa menghilangkan

antigen yang diperlukan untuk menimbulkan respons imun. Perkembangan bidang

bioteknologi memungkinkan produksi seluruh seluruh vaksin baru. Beberapa

vaksin baru ini ditujukan bagi target baru, dan beberapa lagi lebih efektif dan

memiliki efek samping lebih sedikit  dibandingkan vaksin tradisional yang ada

saat ini.

Untuk menghasilkan vaksin terhadap penyakit yang disebabkan oleh virus,

strain virus ditumbuhkan dengan menggunakan telur ayam tertunas. Individu yang

memiliki alergi terhadap telur ayam tidak dapat diberi vaksin yang dibuat dengan

cara seperti ini. Vaksin virus juga dapat diproduksi melalui kultur jaringan.

Misalnya, vaksin rabies tradisional diproduksi pada telur bebek tertunas dan

memiliki efek samping yang sangat menyakitkan. Vaksin ini digantikan oleh

produksi vaksin melalui kultur jaringan fibroblas manusia yang memiliki efek

samping yang lebih sedikit.

Vaksin adalah virus yang telah dilemahkan. Contoh dari vaksin seperti:

vaksin cacar (oleh Edward Jenner), vaksin kolera ayam, antrax, dan rabies (oleh
Louis Pasteur), serta masih banyak lagi vaksin yang telah ditemukan hingga saat

ini. Adapun vaksin dapat diperoleh melalui Postulat River, yaitu:

 Agen virus harus ditemukan dalam cairan tubuh sewaktu sakit atau dari sel

yang menunjukkan lesio spesifik.

 Agen virus yang diperoleh dari penderita infeksi harus dapat menimbulkan

penyakit pada individu lain dalam bentuk antibodi terhadap virus tersebut.

 Jika sudah diketahui virus spesifik, virus diisolasi di laboratorium untuk

kemudian dilemahkan kemampuannya untuk menginfeksi.

 Setelah diperoleh virus yang ‘lemah’, kemudian virus dibiakan untuk nantinya

diinjeksikan pada individu sehat agar terbentuk antibodi pada individu tersebut

sehingga dapat mencegah infeksi virus di kemudian hari.

3. Produksi enzim

Enzim yang disolasi dari mikroorganisme dapat diaplikasikan pada

berbagai macam industri. Misalnya, enzim proteose yang diisolasi dari bahan

pembersih. Protease merusak dan melarutkan protein yang mengotori pakaian.

Enzim yang dihasilkan untuk proses-proses industri meliputi protease , amilase,

glikosa isomerase, glukosa oksidase, renin, pektinase, dan lipase. Empat macam

enzim yang secara luas diproduksi oleh mikroganisme adalah protease,

glukamilase,α-amilase, dan glukosa isomerase.

Enzim yang disintesis dari mikroorganisme menggunakan teknik enzim

yang diimobilisasi, dimana teknik ini enzim ‘diikat’ (dibuat tidak mobil) pada

suatu matriks yang tidak dapat larut; kemudian substrat dilakukan pada lapisan

enzim yang diimobilisasi ini dan pada saat yang bersamaan enzim akan mengubah

substrat tersebut. Adapun keuntungan dalam penggunaan teknik imobilisasi


tersebut, yaitu: enzim dapat digunakan berulang-ulang dan tidak hilang atau rusak,

di samping itu penggunaan enzim menjadi jauh lebih panjang; serta enzim yang

dihasilkan tidak menimbulkan kontaminasi terhadap produk.

4. Pengubahan steroid

Hormon steroid sangat penting peranannya dalam dunia kesehatan.

Misalnya kortison dan steroid lain yang serupadiketahui dapat digunakan untuk

mengobati gejala yang berhubungan dengan alergi dan berbagai respons inflamasi

oral dan untuk mengobati ketidak seimbangan homonal.mSintesis steroid seperti

kotison memerlukan lebih dari 35 langkah, sehingga steroid sangat mahal untuk

diperoduksi secara kimiawi. Misalnya, kortison dapat disintesis dari asam

deoksikolat melalui 37 langkah, yang beberapa diantaranya memerlukan kondisi

temperatur dan tekanan yang ektrem, dengan biaya berkisar lebih dari $ 200

pergram. Kesulitan utama pada sintesis kortison adalah introduksi atom oksigen

pada cincin steroid nomor 11. Hal ini dapat diatasi dngan pemanfaatan

mikroorganisme. Penggunaan mikroorganisme untuk mengganti proses kimiawi

ini dikenal dengan istilah biokomversi.

Fungi Rhizopuz arrhizus menghidroksilasi progesteron membentuk steroid

koteksolon untuk membentuk hidrokortison dengan mengintroduksi oksigen pada

posisi nomor 11. Bentuk tranformasi lain dari inti steroid dilakukan oleh

mikroorganosme melalui proses hidrogenasi, dihidrogenasi, epoksidasi, dan

penambahan serta penghilangan rantai samping. Penggunaan mikroorganismepada

produksi kortison dapat menurunkan biaya produksi sebanyak 400 kali lipat,

sehingga harga kotisondi amerika serikat kurang dari  $50 pergram, dibandingkan

harga aslinya yang sebesar $200.

5. Produksi Asam Organik


Beberapa asam organik seperti asam asetat, asam glikonat, asam sitrat,

asam giberelat, dan asam laktat dhasilkan melalui fermentasi mikroorganisme.

Asam organik antara lain digunakan dalam industri makanan, miasalnya sebagai

pengawet makanan.

Asam glukonat diperoduksi olehberbagai bakteri termasuk spesies

acetobater dan oleh beberapa fungsi seperti penisilium dan aspergillus.

Aspergillus neger mengoksidasi glukosa menjadi asam glukonat dalam reaksi

enzimatik tunggal oleh enzim glukosa  oksidase. Asam glukonat memiliki

berbagai  kegunaan, antara lain:

 Kalsium glukonat digunakan sebagai produk farmasi untuk menyuplai kalsium

dalam tubuh.

 Ferrous glukonate  digunakan sebagai asupan besi untuk mengobati anemia.

 Asam glukonat pada detergen pencuci piring mencegah noda pada permukaan

kaca akibat presipitasi garam kalsium dan magnesium

Asam sitrat diproduksi oleh aspergillusniger dengan molases sebagai

substrat fermentasinya. Asam sitrat digunakan sebagai bahan tambahan pada

makanan, terutama minuman ringan. Transformasi asam sitrat

oleh Aspergillus terreus dapat digunakan untuk memproduksi asam itokonat

dalam dua langkah reaksi. Langkah pertama merupakan perubahan asam sitrat

menjadi asam cis-akonitat melalui proses hidroksilasi, dan langkah kedua

merupakan langkah karboksilasi asam cis-akonitat menjadi asam itakonat. Proses

fermentasi ini memerlukan pH berkisar pada 2,2. Pada kisaran pH lebih tinggi,

A. terreus akan mendegradasi asam itokonat.


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Mikrobiologi kesehatan adalah ilmu yang mempelajari mikroorganisme

terkait penerapannya terhadap bidang kesehatan, meliputi penyebaran,

pencegahan, dan penanggulangan penyakit yang bersumber dari mikroorganisme.

Mikroorganisme dalam bidang kesehatan memiliki peran yang merugikan seperti

penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme, maupun peran yang

menguntungkan seperti pemanfaatannya untuk bidang kesehatan yaitu sintesis

enzim, asam, maupun antibiotik; termasuk di dalamnya terkait vaksin.


DAFTAR PUSTAKA

Hare, Ronald. 1993. Bacteriology and Immunity for Nurses. Alih Bahasa:


Praseno. Mikrobiologi dan Imunologi Untuk Perawat dan Dokter. 1993.
Yogyakarta: Yayasan Essentia Medica

Pelczar, Michael J. 1988. Elements of Microbiology. New York: McGraw-Hill


Book Company. Alih bahasa: Ratna Siri, dkk. Jakarta: UI-Press

Presscott, Lansing M. 2002. Microbiology 5th Edition. New York: McGraw-Hill


Companies

Waluyo, Lud. 2004. Mikrobiologi Umum. Malang: UMM Press


Sesi Tanya Jawab:

1. Bagaimana penularan penyakit TBC oleh mikroba Mycobacterium

tuberculosis? (Ismi Sri Rahayu, H031191018)

Jawaban:

Penularan penyakit TBC terjadi melalui udara, yaitu dari droplet atau

percikan dahak yang ke luar pada saat penderita TBC batuk, bersin, atau

berbicara. Ketika penderita batuk, bersin atau berbicara tanpa menutup mulut dan

menggunakan masker, kuman TBC otomatis akan keluar ke sekitar pasien itu.

Kemudian jatuh ke benda-benda di sekitarnya atau bahkan langsung terhirup oleh

orang lain. Bakteri yang terhirup oleh seseorang akan masuk melalui saluran

pernapasan menuju paru-paru dan dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya. Organ

lain selain paru-paru yang dapat diserang oleh kuman TBC ini adalah kelenjar di

leher, kulit, tulang, selaput otak, dan juga uterus.

2. Mengapa mikroba Trypanosoma gambiense dapat menyebabkan penyakit

tidur dan bagaimana gejalanya? (Ismi Sri Rahayu, H031191018)

Jawaban:

Trypanosoma brucei gambiense merupakan jenis parasit yang terdapat

pada Lalat Tsetse. Lalat Tsetse adalah salah satu serangga yang bertanggung

jawab atas penyebaran penyakit tidur. Lalat ini dikenal sebagai inang dari

beragam parasit, termasuk Trypanosoma brucei yang menjadi penyebab penyakit

tidur. Penyakit tidur adalah penyakit disebabkan oleh infeksi parasit berjenis

Trypanosoma, dan bisa memengaruhi kelenjar getah bening, sistem saraf, bahkan

otak manusia. Penyakit tidur terdiri dari 2 fase, yaitu:

 Fase hemolimfatik, Setelah lalat menggigit tubuh manusia, parasit

Trypanosoma akan masuk serta berlipat ganda di dalam darah dan kelenjar
getah bening. Masa inkubasi yang dibutuhkan oleh parasit hingga

menimbulkan gejala biasanya bervariasi, mulai dari beberapa hari, bulan,

hingga tahun.

 Fase meningoensefalitik, seiring dengan berjalannya waktu, parasit tersebut

dapat menyebar hingga ke otak dan menyerang sistem saraf pusat manusia.

Kondisi inilah yang cukup berbahaya dan membutuhkan pertolongan medis

sesegera mungkin.

Ada dua tahapan gejala penyakit tidur yang muncul akibat gigitan lalat

Tsetse. Pada tahap awal, gejala dapat berupa luka, ruam, atau gatal di lokasi

gigitan, lemas berkepanjangan, demam, nyeri otot, sakit kepala, serta penurunan

berat badan. Ketika parasit sudah menginfeksi sistem saraf pusat, barulah muncul

gejala tahap kedua yang lebih khas daripada gejala di tahap awal, yaitu:

 Sering mengantuk di siang hari

 Gangguan kepribadian

 Gangguan kesimbangan tubuh

 Gangguan tidur (insomnia)

 Lumpuh sebagian (kelumpuhan parsial)

3. Bagaimana upaya pengendalian terhadap bahan pangan yang terkontaminasi

oleh alfatoksin dari Aspergillus? (Sri Restyati M, H031191018)

Jawaban:

Cemaran aflatoksin pada komoditas pangan tidak dapat ditiadakan sama

sekali. Meski demikian, upaya pencegahan dan penurunan kandungan cemaran

aflatoksin pada suatu komoditas dapat dilakukan sebelum dan sesudah panen

melalui managemen Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP) pada
pengembangan GAP dan GMP dalam rantai produksi. Kegiatan pra dan

pascapanen tersebut antara lain rotasi tanaman, pengelolaan lahan berdasarkan uji

tanah yang valid, kebersihan benih, penggunaan varietas tahan A. flavus, jarak

tanam, pengendalian hama secara terpadu, pengendalian gulma, irigasi, dan

pemupukan yang memadai, pemanenan yang tepat, pengeringan, penggunaan

kemasan yang bersih, penyimpanan yang baik, dan penggunaan bahan pengawet

dan pestisida yang diizinkan

4. Bagaimana cara pembuatan vaksin? (Sri Restyati M, H031191018)

Jawaban:

Pembuatan vaksin terdiri dari 4 tahap yaitu

 Agen virus harus ditemukan dalam cairan tubuh sewaktu sakit atau dari sel

yang menunjukkan lesio spesifik.

 Agen virus yang diperoleh dari penderita infeksi harus dapat menimbulkan

penyakit pada individu lain dalam bentuk antibodi terhadap virus tersebut.

 Jika sudah diketahui virus spesifik, virus diisolasi di laboratorium untuk

kemudian dilemahkan kemampuannya untuk menginfeksi.

 Setelah diperoleh virus yang ‘lemah’, kemudian virus dibiakan untuk nantinya

diinjeksikan pada individu sehat agar terbentuk antibodi pada individu tersebut

sehingga dapat mencegah infeksi virus di kemudian hari.

5. Apakah mikroba dapat dimanfaatkan dalam sintesis insulin? Jika ya

bagaimana peran mikroba tersebut dalam produksinya? (Sri Restyati M,

H031191018)

Jawaban:

Ya, mikroba dapat dimanfaatkan dalam pembuatan hormon insulin.

Produksi insulin dapat dilakukan dengan cara mentransplantasikan gen-gen


pengendali hormon tersebut ke plasmid bakteri. Keberhasilan memindahkan gen

insulin manusia ke dalam bakteri sudah dapat diperoleh, yaitu melalui bakteri-

bakteri yang tumbuh dengan metode fermentasi

Proses Pembuatan Insulin :

 Pada proses pembuatan insulin ini, langkah pertama adalah mengisolasi

plasmid dari E. coli. Plasmid adalah salah satu bahan genetik bakteri yang

berupa untaian DNA berbentuk lingkaran kecil. Selain plasmid, bakteri juga

memiliki kromosom. Keunikan plasmid ini adalah dapat bisa keluar-masuk

tubuh bakteri, dan bahkan sering dipertukarkan antar bakteri.

 Pada langkah kedua ini plasmid yang telah diisolir dipotong pada segmen

tertentu menggunakan enzim restriksi endonuklease. Sementara itu DNA

yang di isolasi darisel pankreas dipotong pada suatu segmen untuk

mengambil segmen pengkode insulin. Pemotongan dilakukan dengan enzim

yang sama.

 DNA kode insulin tersebut disambungkan pada plasmid menggunakan

bantuan enzim DNA ligase. Hasilnya adalah kombinasi DNA kode insulin

dengan plasmid bakteri yang disebut DNA rekombinan.

 DNA rekombinan yang terbentuk disisipkan kembali ke sel bakteri. Bila

bakteri E. coli berkembang biak, maka akan dihasilkan koloni bakteri yang

memiliki DNA rekombinan.

Setelah tumbuh membentuk koloni, bakteri yang mengandung DNA

rekombinan diidentifikasi menggunakan probe. Probe adalah rantai RNA atau

rantai tunggal DNA yang diberi label bahan radioaktif atau bahan fluorescent dan

dapat berpasangan dengan basa nitrogen tertentu dari DNA rekombinan. Pada

langkah pembuatan insulin ini probe yang digunakan adalah ARNd dari gen
pengkode insulin pankreas manusia. Untuk memilih koloni bakteri mana yang

mengandung DNA rekombinan, caranya adalah menempatkan bakteri pada kertas

filter lalu disinari dengan ultraviolet. Bakteri yang memiliki DNA rekombinan

dan telah diberi probe akan tampak bersinar. Nah, bakteri yang bersinar inilah

yang kemudian diisolasi untuk membuat strain murni DNA rekombinan. Dalam

metabolismenya, bakteri ini akan memproduksi hormon insulin.

Anda mungkin juga menyukai