Anda di halaman 1dari 21

Laporan Praktikum Kimia Anorganik

SINTESIS BIS-ETILENDIAMIN NIKEL (II) KLORIDA DIHIDRAT

SRI RESTYATI M

H031 19 1018

KELOMPOK IV

LABORATORIUM KIMIA ANORGANIK


DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK

SINTESIS BIS-ETILENDIAMIN NIKEL (II) KLORIDA DIHIDRAT

Disusun dan diajukan oleh:

SRI RESTYATI M

H031 19 1018

Laporan praktikum telah diperiksa dan disetujui oleh:

Makassar, November 2020

Asisten Praktikan

EKA PRATIWI SRI RESTYATI M


H031 17 1022 H031 19 1018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Logam transisi memiliki sifat-sifat khas logam, yakni keras, konduktor panas

dan listrik yang baik juga menguap pada suhu tinggi. Logam transisi digunakan luas

dalam kehdupan sehari-hari. Logam transisi yang biasanya kita jumpai adalah besi,

nikel, tembaga, perak, emas, platina, dan titanium. Unsur-unsur transisi termasuk

unsur yang konfigurasinya berakhir pada subkulit d atau f yang tidak terisi penuh

(dapat membentuk kation) sehingga unsur transisi dapat menjadi atom pusat dalam

pembentukan senyawa kompleks [ CITATION Tar04 \l 1057 ].

Suatu kompleks akan terbentuk antara suatu kation atau logam dengan

beberapa molekul netral atau ion donor elektron. Kation atau logam tersebut

berfungsi sebagai ion pusat sedangkan molekul netral atau ion donor elektron

berfungsi sebagai gugus pelindung atau sering disebut ligan. Ikatan kovalen

koordinasi dalam senyawa kompleks ini terjadi karena donasi pasangan elektron dari

ligan ke dalam orbital kosong ion pusat. Pada umumnya, ion pusat memiliki orbital-

orbital d yang masih belum terisi penuh elektron sehingga dapat berfungsi sebagai

akseptor pasangan elektron tersebut (Hermawatia dkk., 2016).

Sintesis merupakan uji nyata kemampuan dalam menggunakan dan

mengendalikan reaksi kimia. Sintesis dilakukan dengan tujuan untuk menemukan

senyawa atau zat baru yang belum diketahui sebelumnya tapi diramalkan akan

mempunyai sifat berguna baik untuk menguji teori ataupun penciptaan produk kimia

baru. Oleh karena itu dilakukan percobaan sintesis senyawa kompleks untuk

mengetahui terbentuknya senyawa kompleks bis-etilendiamin nikel (II) klorida

dihidrat dari suatu logam transisi dan ligan pengompleks.


1.2 Maksud dan Tujuan

1.2.1 Maksud Percobaan

Maksud dari percobaan ini yaitu untuk mempelajari dan memahami sintetsis

senyawa kompleks [Ni(NH2C2H4NH2)2Cl2].2H2O.

1.2.2 Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan ini yaitu:

1. untuk mengetahui sintesis senyawa kompleks [Ni(NH2C2H4NH2)2Cl2].2H2O

2. untuk menghitung rendamen kristal senyawa kompleks dalam pelarut etanol

1.3 Prinsip Percobaan

Prinsip dalam percobaan ini adalah menyintesis senyawa kompleks

[Ni(NH2C2H4NH2)2Cl2].2H2O dengan cara mereaksikan larutan NiCl2.6H2O dengan

larutan etilendiamin, pemanasan, penyaringan, dan pengkristalan. Serta

mengidentifikasi senyawa kompleks [Ni(NH2C2H4NH2)2Cl2].2H2O dengan cara

spektrofotometri pada panjang gelombang maksimum.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sintesis

Sintesis berarti kegiatan beroperasi pada abstraksi tertentu menggunakan

proses yang melibatkan evaluasi dan seleksi untuk mengembangkan desain pada

level tersebut. sintesis adalah proses dimana keadaan pengetahuan yang terstruktur

dengan baik dihasilkan dari pengetahuan yang tidak terstruktur atau dapat disebut

percobaan yang dilakukan untuk memperbarui suatu ilmu atau metoda dengan

menggabungkan dua atau lebih elemen menjadi sesuatu yang baru. Pada bidang

kimia khusunya bidang industri, sintesis terbagi menjadi 2 yaitu sintesis bahan

anorganik dan sintesis bahan organik [ CITATION Ama01 \l 1057 ].

Sintesis bahan anorganik dibuat karena struktur senyawa anorganik biasanya

lebih sederhana daripada senyawa organik dan juga sintesis senyawa anorganik telah

berkembang dengan cukup pesat dari awal kimia modern. Banyak pengusaha dan

inventor secara ekstensif mengeksplorasi sintesis berbagai senyawa yang berguna.

Dengan kata lain sintesis senyawa anorganik bermanfaat besar secara aktif dilakukan

sebelum strukturnya atau mekanisme reaksinya diklarifikasi. Beberapa contoh

sintesis senyawa anorganik ialah sintesis natrium karbonat, asam sulfat, amonia, dan

asam nitrat [ CITATION Yas062 \l 1057 ].

Sintesis senyawa organik jauh lebih sukar dari sintesis senyawa anorganik.

Kelahiran kimia organik dinisbahkan pada sintesis urea CO(NH 2)2 (suatu senyawa

organik umum) dengan memanaskan amonium sianat (senyawa anorganik) yang

pertama kali dilakukan oleh kimiawan Friedrich Wöhler (1800-1882). Reaksi yang

digunakan dalam sintesis organik dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu
pembentukan ikatan karbon-karbon dan pengubahan gugus fungsi [ CITATION

Yas062 \l 1057 ].

2.2 Senyawa Kompleks

Senyawa kompleks merupakan senyawa yang terbentuk dari ion logam yang

berikatan dengan ligan secara kovalen koordinasi. Ikatan koordinasi merupakan

ikatan kovalen dimana ligan memberikan sepasang elektronnya pada ion logam

untuk berikatan. Ikatan kovalen koordinasi dalam senyawa kompleks terjadi karena

donasi pasangan elektron dari ligan ke dalam orbital kosong ion pusat. Pada

umumnya, ion pusat memiliki orbital-orbital d yang masih belum terisi penuh

elektron sehingga dapat berfungsi sebagai akseptor pasangan elektron tersebut.

Logam-logam yang biasanya digunakan sebagai atom pusat adalah logam transisi

yang memiliki konfigurasi elektron blok d (Agustina dkk., 2013).

Logam transisi adalah unsur blok d yang membentuk senyawa di mana

elektron dari orbital d terionisasi atau terlibat dalam ikatan. Karakteristik logam

transisi yang khas meliputi; mempunyai bilangan oksidasi banyak, senyawa dengan

fitur spektroskopi dan bersifat magnetik atau struktur yang dihasilkan dari orbital d

terisi sebagian Logam transisi yang berbeda menampilkan ciri-ciri pada tingkatan

yang berbeda, tetapi sama-sama mempunyai sifat-sifat membentuk pola yang cukup

koheren. Logam transisi deret kedua dan ketiga berbilangan oksida lebih tinggi dan

lebih stabil dari pada keadaan oksidasi tinggi logam transisi deret pertama.

Contohnya meliputi tungsten heksakhlorida (WCl6), osmium tetroksida (OsO4) dan

platinum heksafluorida (PtF6). Senyawa logam transisi deret pertama dalam bilangan

oksidasi tinggi adalah oksidator kuat dan oleh karena itu mudah direduksi [ CITATION

PAC04 \l 1057 ].

Senyawa ion logam yang berkoordinasi dengan ligan disebut dengan senyawa

kompleks. Sebagian besar ligan adalah zat yang bersifat netral dan anionik. Contoh
ligan netral, seperti amonia (NH3), air (H2O), nitrogen monoksida (NO), atau karbon

monoksida (CO) dalam keadaan bebas pun merupakan molekul yang stabil,

sementara ligan anionik, seperti Cl-, CN-, SCN-, atau C5H5-, distabilkan hanya jika

dikoordinasikan ke atom logam pusat [ CITATION Tar04 \l 1057 ].

2.3 Bis-etilendiamin Nikel (II) Klorida Dihidrat

Etielendiamin (IUPAC: 1,2-diaminoetana), atau disingkat dengan en,

merupakan ligan khelat yang cukup banyak dikenal, mudah membentuk senyawa

kompleks dengan logam transisi, misalnya [Co(en)3]3+. Senyawa kompleks

etilendiamin relatif mudah disintesis, yaitu dengan mereaksikan larutan logam dan

larutan en pada berbagai rasio. Banyaknya ligan en yang digunakan dalam reaksi

berpengaruh terhadap senyawa yang dihasilkan. Selain itu, keberadaan asam akan

mempengaruhi kestabilan spesi en di dalam larutan sehingga en dapat relatif mudah

terlepas atau bahkan sulit berikatan dengan ion logam pusat (Harsojo dkk., 2017)..

Senyawa kompleks dari ligan etilendiamin ialah bis-etilendiaminnikel(II)

klorida dihidrat yang terdiri atas atom pusat Ni2+ yang mengikat beberapa ligan yaitu

dua ligan en dan dua ligan Cl, serta dua hidrat yang berfungsi sebagai counter ion.

Nikel adalah komponen yang ditemukan banyak dalam meteorit dan menjadi ciri

komponen yang membedakan meteorit dari mineral lainnya. Nikel tergolong dalam

grup logam besi-kobal yang dapat menghasilkan alloy yang sangat berharga.

Kompleks Ni(II) oktahedral sering dimanfaatkan untuk menentukan kekuatan medan

ligan karena kompleks ini tidak dipengaruhi oleh keadaan spin dan warna kompleks

berada pada daerah sinar tampak dan inframerah dekat. Kekuatan medan ligan

ditentukan berdasarkan energi pembelahan orbital d menjadi t2g dan eg yang

dinyatakan sebagai ∆o (Lisdiana dan Onggo, 2017). Klorida tersebar luas di alam,

umumnya sebagai garam natrium (NaCl) dan kalium (KCl) yang terdapat sekitar

0,05% dari litosfer. Klorida adalah salah satu anion anorganik dalam air. Klorida

dalam bentuk anion di perairan alami, umumnya terbuat dari pemisahan garam,
seperti natrium klorida atau kalsium klorida. Klorida hadir baik di air tawar maupun

air asin, dan sangat penting bagi elemen kehidupan. Klorida terbentuk ketika unsur

klor (halogen) memperoleh elektron atau ketika senyawa seperti hidrogen klorida

larut dalam air atau pelarut polar lainnya (Pal dan Charkabotty, 2017).

2.4 Nikel (II) Klorida Heksahidrat

Nikel merupakan logam transisi dengan konfigurasi elektron [Ar] 4s2 3d8.

Logam tersebut dapat terionisasi menjadi nikel(II) dengan cara melepaskan dua

elektron pada orbital 4s. Garam-garam nikel (II) seperti Ni(NO3)2.6H2O, NiCl2.6H2O,

NiSO4.6H2O, dan Ni(CH3COO)2.4H2O mudah larut dalam air membentuk kompleks

[Ni(H2O)6]2+ yang berwarna hijau (Lisdiana dan Onggo, 2017).

Logam paduan nikel telah dikenal di Cina lebih dari 2000 tahun yang lalu

yang penambang-penambang Saxon biasa kenal dengan biji NiAs yang berwarna

kemerahan, secara sekilas mirip dengan Cu2O. Pada tahun 1751 A.F. Constedt

mengisolasi logam tak murni dari biji yang berasal dari Swedia dan

mengidentifikasinya dengan komponen logam kupfernikel sebagai logam baru

dengan nama nikel. Akhirnya pada tahun 1804 J. B. Richter berhasil mengisolasi

logam nikel dengan hasil yang lebih murni dan mengidentifikasi sifat-sifatnya. Biji

nikel yang penting dalam perdagangan ada dua tipe yaitu laterit, yang merupakan biji

oksida silikat seperti garnerit (NiMg)6Si4O10(OH)8 dan sulfida seperti pentaladit

(NiFe)9S8 yang tercampuri tembaga dan kobalt (Sugiyarto dan Suyanti, 2010).

Klorin (Cl) berwarna hijau pucat, gas berbau tajam. Unsur klorin sangat

beracun, tetapi beberapa senyawa sangat berguna. klorin digunakan untuk membuat

produk industri dan konsumen yang tak terhitung jumlahnya, termasuk plastik,

pelarut, pembersih, pewarna dan insestisida. senyawa klorin yang paling awal dikenal

adalah natrium klorida (NaCl) juga disebut halit atau garam meja. Pada tahun 1774,
Carl Wilhelm Scheele seorang peneliti asal German-Swedia adalah orang pertama

yang mengisolasi klor murni tanpa disadari. Scheele mngkombinasikan mineral

pirolusit atau mangan dioksida (MnO2) dengan asam klorida (HCl) menghasilkan gas

hijau pucat yang memungkinkan mengandung oksigen [ CITATION Gre10 \l 1057

].

2.5 Etilendiamin

Etilendiamin (secara sederhana dilambangkan dengan en) memiliki fungsi

sebagai pengeklat dan kapasitas untuk bertindak sebagai jembatan ligan. Berbagai

polimer koordinasi telah dilaporkan sejauh ini dengan menghubungkan pusat logam

tetangga seperti; Kobalt (Co), Zink (Zn), atau Argentum (Ag). Contoh etilendiamin

yang dihubungkan dengan pusat Cd (II), baik secara eksklusif atau bersama-sama

dengan jenis ligan penghubung lainnya (Putaj dkk., 2013).

Etilendiamin memiliki banyak sifat yang mungkin bermanfaat untuk

selektivitas pertukaran ion. Relativitas kalor penguapan yang tinggi (11,2 kkal/mol

pada 20 °C) menunjukkan pembentukan yang cukup besar dalam keadaan cair.

Banyak garam yang larut dalam etilendiamin dan kemampuannya untuk membentuk

kompleks kordinasi dapat menyebabkan kecenderungan membentuk ion tertentu

pada fase larutan. Karakter bidentat dari etilendiamin dapat menyebabkan bentuk

kompleks yang secara sterik terhalang pada bentuknya. Etilendiamin memiliki

konstanta dialektrik 14,2 pada 20 °C yang relatif tinggi untuk pelarut organik, masih

jauh lebih rendah dari air dan dapat menyebabkan selektivitas yang berbeda karena

adanya pembentukan ion (Harsojo dkk., 2017).

Etilen diamintetraasetat (EDTA) adalah senyawa turunan dari etilendiamin,

merupakan asam lemah polibasa (memiliki 4 nilai pka), sekaligus ligan poilidentat

yang membentuk senyawa berbentuk cincin/kelat sehingga dapat disebut kelator atau
chelant. Senyawa kompleks logam EDTA merupakan senyawa kompleks berupa

kelat dengan dasar interaksi banyak pasangan elekton atom N dan O pada EDTA.

Kelator EDTA sangat banyak dipakai karena mampu membentuk senyawa kompleks

yang sangat stabil dengan banyak ion logam yang tercermin dari nilai tetapan

kestabilan kompleks [ CITATION Him19 \l 1057 ].

BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Bahan

Bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu NiCl2.6H2O, etanol p.a.,

larutan EDTA, akuades, es batu dan kertas saring Whatman No. 40.

3.2 Alat

Alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu gelas kimia 100 mL, gelas

kimia 150 mL, spatula, gelas ukur 50 mL, pengaduk, hotplate, pipet tetes, wadah

plastik, corong, penjepit tabung, desikator, dan neraca ohaus.

3.3 Prosedur Percobaan

3.3.1 Sintesis Senyawa Kompleks [Ni(NH2C2H4NH2)2Cl2].2H2O

Ditimbang 4 gram NiCl2.6H2O ke dalam gelas kimia 100 mL. Dilarutkan

dengan 35 mL etanol dan dipanaskan diatas penangas air sampai larut sempurna.

Larutan didinginkan pada suhu ruang setelah itu ditambahkan 4 mL larutan EDTA

tetes demi tetes sambil diaduk perlahan. Campuran kemudian didinginkan pada

penangas es selama 15-30 menit hingga terbentuk endapan kemudian disaring

menggunakan kertas saring Whatman No. 40. Endapan yang diperoleh dicuci dengan
10 mL etanol kemudian dikeringkan dalam desikator. Setelah kering, endapan

direkristalisasi dengan melarutkan endapan dengan etanol panas selama 5 menit.

Kemudian endapan kembali disaring menggunakan kertas saring Whatman No. 40.

Endapan yang telah disaring dicuci dengan 10 mL etanol dan dikeringkan dalam

desikator. Ditimbang kristal yang diperoleh kemudian dihitung rendamennya.

3.3.2 Identifikasi Senyawa Kompleks [Ni(NH2C2H4NH2)2Cl2].2H2O

Identifikasi senyawa kompleks dilakukan dengan cara menghitung kadar Ni

dari garam yang terbentuk yaitu bis-Etilendiaminnikel(II) klorida dihidrat dan kadar

Ni dalam NiCl2.6H2O. Dibandingkan kadar Ni yang diperoleh. Setelah itu dilarutkan

kristal yang diperoleh dalam 20% v/v etanol-air (kelarutan 0,865 g/25 mL).

Ditentukan λmaks pada daerah 300-700 nm.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Tabe. 1. Hasil pengamatan sintesis senyawa kompleks


Kristal Pengamatan
Pertumbuhan
Warna Ungu
Bentuk Butiran
Berat Endapan
Rendamen

Tabel 2. Hasil pengamatan identifikasi senyawa kompleks


Identifikasi Pengamatan
Kadar Ni (II)
λmaks

4.2 Reaksi

Cl
H2N NH2
NH2 H2O
NiCl2.6H2O + 2 H2N Ni 2H2O

H2N NH2

Cl

4.3 Perhitungan
H2O
NiCl2.6H2O + 2C2H4(NH2)2 [Ni(NH2C2H4NH2)2Cl2].2H2O

A: 0,016 mol 0,032 mol -

R: 0,016 mol 0,016 mol 0,016 mol

S: - 0,016 mol 0,016 mol

Bobot NiCl2.6H2O = 4 gram

Mr [Ni(NH2C2H4NH2)2Cl2].2H2O = 285,17 g/mol


Bobot kertas saring (a) =

Bobot kertas saring + kristal (b) =

Bobot kristal praktek (b-a) =

Berat Kristal (teori) =

bobot praktek
% Rendamen = × 100 %
bobot teori

bobot praktek
= × 100 %
bobot teori

4.4 Pembahasan

Sintesis senyawa kompleks bis-etilendiain nikel (II) klorida dihidrat bertujuan

untuk menyintesis senyawa tersebut dari senyawa NiCl 2.6H2O dengan menggunakan

pengompleks berupa etilendiamin. Padatan NiCl2.6H2O ditimbang kemudian

dilarutkan dalam etanol sehingga larutan berubah warna menjadi hijau. Setelah itu

larutan dipanaskan untuk mempercepat pelarutan NiCl2.6H2O dan didinginkan pada

suhu ruang. Kemudian larutan ditambahkan etilendiamin tetes demi setetes sambil

diaduk. Saat dilakukan penambahan etilendiamin, terjadi perubahan warna dari hijau

menjadi ungu. Penambahan etilendiamin berfungsi sebagai ligan pembentuk senyawa

kompleks. Selanjutnya campuran didinginkan pada wadah yang berisi es batu selama

15-30 menit. Pendinginan campuran bertujuan untuk mempercepat terbentuknya

kristal. Kemudian dikumpulkan kristal endapan dan disaring dengan menggunakan

kertas saring Whatman No. 40. Endapan yang diperoleh dicuci dengan 10 mL etanol.

Penggunaan etanol bertujuan untuk melarutkan endapan zat-zat pengotor yang dan

melarutkan sisa-sisa larutan induk yang terdapat pada kristal endapan. Etanol

digunakan karena ligan etilendiamin larut dalam pelarut yang bersifat polar dan
semipolar. Lalu endapan dikeringkan dalam desikator untuk menghilangkan kadar

airnya.

Setelah kering, dilakukan rekristalisasi pada endapan kristal dengan cara

dilarutkan dalam etanol yang telah dipanaskan sampai suhu 80 oC selama 5 menit.

Kemudian larutan didiamkan pada suhu kamar sampai terbentuk endapan kristal.

Pada percobaam ini, proses rekristalisasi bertujuan untuk mengetahui bahwa kristal

yang terbentuk sebelumnya merupakan kristal yang mengandung logam nikel.

Endapan yang diperoleh kemudian disaring dengan kertas saring yang diketahui

bobotnya dan didinginkan di dalam desikator. Proses rekristalisasi adalah suatu

metode untuk pemurnian senyawa padatan yang dihasilkan dari reaksi-reaksi

organik. Prinsip rekristalisasi adalah perbedaan kelarutan zat pengotornya akibat

pelepasan pelarut dari zat terlarutnya. Larutan yang diperoleh dipisahkan satu sama

lain, kemudian larutan zat yang ingin dikristalkan dijenuhkan. Setelah kering, kristal

kemudian ditimbang dan dihitung rendamennya.

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, diperoleh hasil sintesis berupa

senyawa kompleks [Ni(NH2C2H4NH2)2Cl2].2H2O yang berwarna ungu.


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:

1. sintesis senyawa logam Ni dengan ligan etilen diamin dan klorida

menghasilkan senyawa kompleks [Ni(NH2C2H4NH2)2Cl2].2H2O

2. hasil rendamen senyawa kompleks [Ni(NH2C2H4NH2)2Cl2].2H2O dalam pelarut

etanol sebesar

5.2 Saran

5.2.1 Saran untuk Laboratorium

Saran untuk laboratorium ialah sebaiknya diperhatikan kelayakan alat yang

digunakan. Kemudian sebaiknya bahan yang digunakan untuk percobaan disusun

dengan rapi dan dipisahkan dari bahan lain agar praktikan tidak kesusahan mencari

bahan sehingga waktu praktikum berjalan lancar.

5.2.2 Saran untuk Percobaan

Saran untuk percobaan yaitu saat penyaringan endapan sebaiknya dipastikan

filtrat atau larutan pencuci sudah tersaring dengan baik sehingga endapan yang

diperoleh tidak basah dan proses pengeringan dapat lebih cepat.


DAFTAR PUSTAKA

Agustina, L., Suhartana dan Sriatun, 2013, Sintesis dan Karakterisasi Senyawa
Kompleks Cu(II)-8-Hidroksikuinolin dan Co(II)-8-Hidroksikuinolin, Chem
Info, 1, (1), 150-155.

Chakrabarti, A., 2001, Engineering Design Synthesis: Understanding, Approaches


and Tools, Springer, India.

Cox, P., 2004, Inorganic Chemistry 2nd Edition, Bios Scientific Publisher, New York.

Hermawatia, E. S., Suhartanaa dan Taslimah, 2016, Sintesis dan Karakterisasi


Senyawa Kompleks Zn(II)-8-Hidroksikuinolin, Jurnal Kimia Sains dan
Aplikasi, 19, (3); 94-98.

Harsojo, Puspita, L., Mardiansyah, D., RotoRoto dan Triyana, K., 2017, Nanowire:
The Roles of Hydrazine and Ethylenediamine in Wet Synthesis of Cu,
Indonesia Journal Chem, 17, (1); 43-48.

Himawan, 2019, Studi Spektrum Absorpsi Senyawa Kompleks Logam-EDTA pada


Daerah Sinar Tampak, Avogadro Jurnal Kimia, 3, (1); 4-16.

Lisdiana, A. dan Onggo, D., 2017, Sintesis dan Karakterisasi Kompleks Nikel(II)
Klorida 1H-1,2,4-Triazol, PROSIDING SNIPS, 285-289.

Pal, S. dan Chakraborty, K., 2017, Different Aspects of Chloride In Freshwater: A


Review, International Journal of Current Trends in Science and Technology,
7, (8); 20295-20303.

Putaj, P., Gawe, B. dan Lasocha, W., 2013, Ethylenediamine as a Bridging Ligand:
Structure Solution of Two Cadmium(II)-Based Coordination Polymers from
Powder Diffraction Data, Powder Diffraction, 28, (3); 207-211.

Roza, G., 2010, The Halogen Element,. The Rosen Publishing Group, New York.

Saito, T., 2004, Kimia Anorganik, Diterjemahkan oleh Ismunandar, Iwanami Shoten,
Tokyo.

Sugiyanto, K. H. dan Suyanti, R. D., 2010, Kimia Anorganik, Graha Ilmu,


Yogyakarta.

Takeuchi, Y., 2006, Pengantar Kimia, Diterjemahkan oleh Ismunandar, Iwanami


Shoten, Tokyo.
Lampiran 1. Bagan Kerja

1. Sintesis Senyawa Kompleks [Ni(NH2C2H4NH2)2Cl2].2H2O

4 g NiCl2.6H2O
- Dilarutkan dengan 35 mL etanol

- Dipanaskan diatas penangas air

- Didinginkan pada suhu ruang

- Ditambahkan 4 mL larutan EDTA

- Didinginkan dalam penangas es selama 15-30 menit

- Dikumpulkan kristalnya dan disaring menggunakan kertas saring

Whatman No.40

Filtrat Endapan
- Dicuci dengan 10 mL etanol

- Dikeringkan dalam desikator

- Direkristalisasi dengan cara dilarutkan dengan

etanol panas selama 5 menit

- Didinginkan pada suhu ruang hingga terbentuk

endapan kristal

- Endpan kristal disaring dengan menggunakan

kertas saring yang telah diketahui bobotnya

Filtrat Endapan

- Dicuci dengan 10 m etanol

- Dikeringkan dalam desikator

- Ditimbang kristalnya dan dihitung

rendamennya.

Hasil
2. Identifikasi Senyawa Kompleks [Ni(NH2C2H4NH2)2Cl2].2H2O

Kristal [Ni(NH2C2H4NH2)2Cl2].2H2O NiCl2.2H2O

- Dihitung kadar Ni didalamnya

- Dibandingkan kadar Ni yang

diperoleh

Hasil

- Dilarutkan dalam 20 % etanol

- Diukur λmaks pada daerah 300-700 nm

Hasil
Lampiran 2. Dokumentasi

Gambar 1. Penambahan etilendiamin Gambar 2. Pendinginan pada penangas es

Gambar 3. Penyaringan endapan kristal Gambar 4. Endapan kristal yang


diperoleh
Gambar 5. Endapan kristal setelah Gambar 6. Penyaringan endapan hasil
dikeringkan 10 hari rekristalisasi

Gambar 7. Endapan hasil rekristalisasi

Anda mungkin juga menyukai