Anda di halaman 1dari 20

Laporan Praktikum Kimia Anorganik

SINTESIS BIS-ETILENDIAMIN NIKEL(II) KLORIDA DIHIDRAT

KISWAN SETIAWAN MAJID


H031191015

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
LAPORAN PRAKTIKUM

SINTESIS BIS-ETILENDIAMIN NIKEL(II) KLORIDA DIHIDRAT

Disusun dan diajukan oleh

KISWAN SETIAWAN MAJID

H031191015

Laporan praktikum telah diperiksa dan disetujui oleh:

Makassar, 2 November 2020

Asisten Praktikan

EKA PRATIWI KISWAN SETIAWAN MAJID


NIM. H031171022 NIM. H031191015
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Reaksi asam-basa Lewis di mana suatu kation logam (penerima pasangan

elektron) bergabung dengan suatu basa Lewis (penyumbang pasangan elektron) akan

menghasilkan pembentukan ion kompleks. Ion kompleks adalah suatu ion yang

mengandung kation logam pusat yang berikatan dengan satu atau lebih molekul atau

ion. Ion kompleks penting dalam banyak proses kimia dan biologi (Chang, 2005).

Kompleks Ni(II) oktahedral sering dimanfaatkan untuk menentukan kekuatan

medan ligan karena kompleks ini tidak dipengaruhi oleh keadaan spin dan warna

kompleks berada pada daerah sinar tampak dan inframerah dekat. Kekuatan medan

ligan ditentukan berdasarkan energi pembelahan orbital d menjadi t2g dan eg yang

dinyatakan sebagai ∆o. Untuk medan ligan kuat, energi pembelahan tersebut

lebih besar dibandingkan dengan energi untuk memasangkan elektron (P). Nilai ∆o

diperoleh dari spektrum elektronik larutan kompleks dan karena itu kekuatan

ligan dapat disusun dalam susunan yang disebut deret spektrokimia. Senyawa

kompleks bis-Etilendiaminnikel(II)kloridadihidrat mempunyai atom pusat Ni2+

dengan mengikat ligan yang terdiri atas dua ligan en dan dua ligan Cl, serta dua

hidrat yang berfungsi sebagai counter ion (Lisdiana dan Onggo, 2017).

Berdasarkan beberapa uraian di atas maka dilakukanlah percobaan ini dengan

maksud untuk mempelajari dan memahami cara sintesis dari senyawa kompleks

bis-etilendiamin nikel(II) klorida dihidrat dan karakterisasi senyawa kompleks yang

dibentuk.
1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

1.2.1 Maksud Percobaan

Maksud dalam percobaan ini adalah untuk mempelajari dan memahami

sintesis senyawa kompleks [Ni(NH2C2H4NH2)2Cl2].2H2O.

1.2.2 Tujuan Pecobaan

Tujuan dari percobaan ini adalah:

1. menyintesis senyawa kompleks [Ni(NH2C2H4NH2)2Cl2].2H2O.

2. menghitung rendamen kristal senyawa kompleks dalam etanol.

1.3 Prinsip Percobaan

Prinsip dalam percobaan ini adalah menyintesis senyawa kompleks

[Ni(NH2C2H4NH2)2Cl2].2H2O dengan cara pencampuran larutan NiCl2.6H2O dengan

larutan etilendiamin, pemanasan, penyaringan, dan pengkristalan. Serta

mengidentifikasi senyawa kompleks [Ni(NH2C2H4NH2)2Cl2].2H2O dengan cara

spektrofotometri pada panjang gelombang maksimum.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Senyawa Kompleks

Senyawa kompleks banyak digunakan untuk tes spesifik untuk ion-ion,

masking atau pemisahan dan meningkatkan kelarutan. Beberapa reaksi pembentukan

kompleks dapat digunakan untuk uji kualitatif ion-ion. Jenis-jenis senyawa kompleks

untuk analisis kualitatif antara lain kompleks akuo, kompleks amin, kompleks

hidroksida, dan kompleks halida (Sulistryani, 2017).

Kompleks akuo terbentuk oleh ion-ion logam yang umum terdapat dalam

larutan atau air dalam kristal terhidrat. Kompleks amin terbentuk jika pada larutan

yang mengandung ion logam ditambahkan dengan larutan NH4OH berlebih. Pada

kompleks hidroksida, ion-ion seperti Zn2+, Al3-, Pb2+, dan Sn2+ dalam suatu larutan

bila ditambahkan larutan NaOH, maka mula-mula akan membentuk endapan, dimana

endapan ini akan segera larut jika ditambahkan NaOH berlebih menjadi kompleks.

Kompleks halida dimana ion halida dapat membentuk ikatan koordinasi dengan ion

logam membentuk ion kompleks halida yang larut dengan menambahkan ion halida

berlebih pada larutan yang mengandung ion logam. Kompleks sianida dan sianat,

dimana ion sianida membentuk kompleks yang stabil dengan sejumlah logam.

Kompleks khelat, dimana ligan-ligan dalam senyawa kompleks adalah ligan mono

dan bidendat (Sulistryani, 2017).

Senyawa kompleks lainnya yang penting adalah kompleks antara ion logam

dengan ligan senyawa organik siklis yang dikenal sebagai senyawa makrosiklis,

yakni molekul yang tersusun dari sembilan atau lebih oksigen, nitrogen dan sulfur,

membentuk senyawa tiga dimensi (Sulistryani, 2017). Senyawa kompleks pada kimia

telah mencakup sejumlah domain kimia dan telah menjadi jembatan untuk
menggabungkan kimia anorganik, kimia organik, kimia fisik, dan kimia teoritis yang

erat dan logis (Jezowska dkk., 1964).

Kimia senyawa kompleks logam transisi dengan ligan multidenat, yang

secara bersamaan mengandung beberapa atom donor, tidak hanya teoritis tetapi juga

minat praktis, karena selain sifat yang tidak biasa dari kompleks tersebut, struktur

dan jenis pengikatan ligan multidenat dengan logam yang berbeda memberikan

dorongan baru pada kimia koordinasi pengembangan secara keseluruhan. Di antara

senyawa koordinasi, kompleks yang diperoleh atas dasar biomaterial mengambil

tempat khusus. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa mereka memainkan peran

penting dalam banyak proses biokimia dan oleh karena itu banyak digunakan dalam

tumbuh tanaman, peternakan, dan farmakologi (Gahramanova dkk., 2018).

Senyawa kompleks sangat penting juga dalam kimia bioanorganik. Selama

dekade terakhir ini telah banyak kesadaran yang berkembang tentang pentingnya

berbagai elemen logam dan non logam dalam sistem biologis. Sekitar 25 elemen

yang saat ini sangat penting bagi kehidupan, sepuluh dapat diklasifikasikan sebagai

ion logam yakni, Fe, Cu, Zn, Mn, Co, Cr, Sn, V dan Ni dan empat sebagai ion logam

alkali yakni, Na, K, Mg dan Ca. Selain itu, terdapat beberapa fakta tentatif bahwa Cd

dan Pb merupakan logam yang mungkin diperlukan pada tingkat yang sangat rendah.

Ada juga yang mengkategorikan bahwa Sn, As dan Br yang juga mungkin

merupakan elemen jejak penting (Ullah dkk., 2013).

Atom pusat biasanya berupa kation. Stabilitas dari kation sangat dipengaruhi

oleh jari-jari kation dan muatan/bilangan oksidasinya. Senyawa kompleks yang

tersusun oleh ion-ion yang mempunyai muatan yang berlawanan akan memberi gaya

elektrostatik pada sistem senyawa kompleks. Oleh karena itu, senyawa kompleks

yang terjadi pada sistem ini sangat stabil (Suhartana, 2007).


Atom pusat bisa berupa logam transisi, alkali atau alkali tanah. Ion atau

molekul netral yang memiliki atom-atom donor yang dikordinasikan dengan atom

pusat disebut dengan ligan. Senyawa kompleks terbentuk akibat terjadinya ikatan

kovalen kordinasi antara atom pusat dengan suatu ligan (Lestari dkk., 2014).

Kimia koordinasi hidrazon merupakan bidang kimia yang intensif dan banyak

kompleks logam transisi dari ligan-ligan ini telah diteliti. Perkembangan bidang

kimia bioanorganik telah meningkatkan minat pada kompleks basa Schiff, karena

telah diakui bahwa banyak dari kompleks ini dapat berfungsi sebagai model untuk

spesies yang penting secara biologis. Salah satu penelitian, senyawa koordinasi yang

berasal dari araylhydrazones telah dilaporkan karena anti-tuberkulosis, antimikroba

dan penghambat korosi. Sifat kimia dan kompleksasi dari dioxotetraamines

makrosiklik juga diselidiki. Makrosiklus ini mengandung dua amino nitrogen dan

dua amida. Seperti siklam dan siklon, amino nitrogen dengan gugus koordinasi

tambahan membentuk ligan heksadentat karena mampu mengikat logam seperti

tembaga(II) dan nikel(II) dengan disosiasi simultan dari dua proton amida, sehingga

ikatan logam sangat sensitif terhadap pH dan reversibel (sifat yang sangat berguna

untuk aplikasi penginderaan logam). Kompleks senyawa dari sistem trans yang

difungsikan pada pH netral dan basa, dan menemukan struktur yang sangat berbeda

sesuai dengan hanya satu atau kedua amida yang terdeprotonasi (Ullah dkk., 2013).

2.2 Senyawa bis-Etilendiaminnikel(II)kloridadihidrat

Etielendiamin (IUPAC: 1,2-diaminoetana), atau disingkat dengan en,

merupakan ligan khelat yang cukup banyak dikenal, mudah membentuk senyawa

kompleks dengan logam transisi, misalnya [Co(en) 3]3+. Senyawa kompleks


etilendiamin relatif mudah disintesis, yaitu dengan mereaksikan larutan logam dan

larutan en pada berbagai rasio. Banyaknya ligan en yang digunakan dalam reaksi

tersebut berpengaruh terhadap senyawa yang dihasilkan. Selain itu, keberadaan asam

akan mempengaruhi kestabilan spesi en di dalam larutan sehingga en dapat relatif

mudah terlepas atau bahkan sulit berikatan dengan ion logam pusat (Sittig, 1991).

Nikel adalah komponen yang ditemukan banyak dalam meteorit dan menjadi

ciri komponen yang membedakan meteorit dari mineral lainnya. Nikel berwarna

putih keperak-perakan dengan pemolesan tingkat tinggi. Bersifat keras, mudah

ditempa, sedikit ferromagnetis, dan merupakan konduktor yang baik terhadap panas

dan listrik. Nikel tergolong dalam grup logam besi-kobal yang dapat menghasilkan

alloy yang sangat berharga (Lisdiana dan Onggo, 2017).

Kompleks Ni(II) oktahedral sering dimanfaatkan untuk menentukan kekuatan

medan ligan karena kompleks ini tidak dipengaruhi oleh keadaan spin dan warna

kompleks berada pada daerah sinar tampak dan inframerah dekat. Kekuatan medan

ligan ditentukan berdasarkan energi pembelahan orbital d menjadi t2g dan eg yang

dinyatakan sebagai ∆o. Untuk medan ligan kuat, energi pembelahan tersebut lebih

besar dibandingkan dengan energi untuk memasangkan elektron(P). Nilai ∆o

diperoleh dari spektrum elektronik larutan kompleks dan karena itu kekuatan ligan

dapat disusun dalam susunan yang disebut deret spektrokimia. Senyawa kompleks

bis-Etilendiaminnikel(II) kloridadihidrat mempunyai atom pusat Ni2+ dengan

mengikat ligan yang terdiri atas dua ligan en dan dua ligan Cl, serta dua hidrat yang

berfungsi sebagai counter ion (Lisdiana dan Onggo, 2017).


2.3 Ligan

Ligan adalah suatu anion atau molekul yang memiliki pasangan elektron

bebas, yang bisa didonorkan pada atom pusat atau kation. Banyak faktor pada ligan

yang mempengaruhi kestabilan kompleks misalnya besar dan muatan ligan, sifat basa,

faktor pembentukan khelat, dan faktor geometri suatu ligan (Suhartana, 2007). Dari

spektrum ultra ungu dan sinar tampak didapatkan informasi mengenai serapan yang

diberikan oleh ligan dan transisi yang terjadi pada senyawa kompleks. Transisi pada

orbital d dalam senyawa kompleks akan menimbulkan warna spesifik yang dapat

diketahui pada daerah sinar tampak (Sudjana dkk., 2002).

Ligan sebagai entitas yang mengikat kuat ke spesies sentral. Definisi umum

yang luas ini memungkinkan perluasan konsep di luar kimia. Ligan adalah molekul

atau ion yang membawa kelompok donor yang sesuai kemampuan mengikat ke atom

pusat. Atom sentral ini yang merupakan fokus koordinasi ligan paling sering adalah

logam (Lawrance, 2011).

Molekul netral yang dapat berperan yakni sebagai basa Lewis atau ion logam

disebut ligan. Kata ini berasal dari bahasa latin ligare yang artinya mengikat. Atom

dalam ligan yang memberikan pasangan elektronnya kepada ion logam disebut atom

donor dan ion logam disebut sebagai akseptor. Karena pembentukan kompleks dapat

dipandang melalui pembentukan ikatan kovalen koordinat dari ligan kepada ion

logam. Ligan dalam kompleks merupakan anion atau molekul netral mengandung

satu atau lebih atom yang minimal mempunyai satu pasang elektron bebas yang

diberikan pada ion logam (Nuryono, 2018).


BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Bahan Percobaan

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah padatan NiCl 2.6H2O,

etanol, etilendiamin, akuades, es batu, dan kertas saring Whatmann No. 42.

3.2 Alat Percobaan

Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah sendok tanduk, batang

pengaduk, pipet tetes, gelas kimia 100 mL, gelas piala, corong, neraca analitik, pipet

volume, bulb, erlenmeyer, desikator, dan hotplate.

3.3 Prosedur Percobaan

A. Sintesis Senyawa Kompleks [Ni(NH2C2H4NH2)Cl2].2H2O

Disiapkan alat dan bahan. Dilarutkan 4 gram padatan NiCl2.6H2O dalam 35

mL etanol di dalam gelas kimia 100 mL, lalu dipanaskan di atas penangas air,

kemudian didinginkan pada suhu ruang. Setelah itu, ditambahkan 4 mL etilendiamin

tetes demi setetes sambil diaduk. Kemudian didinginkan campuran dalam penangas

es selama 15-30 menit. Dikumpulkan kristalnya dan disaring dengan menggunakan

corong, lalu endapannya dicuci dengan 10 mL etanol. Kemudian endapan

dikeringkan dalam desikator. Setelah kering, endapan direkristalisasi dengan cara

dilarutkan dalam etanol panas selama 5 menit. Ditimbang berat kristal dan dihitung

rendamennya.

B. Identifikasi Senyawa Kompleks [Ni(NH2C2H4NH2)Cl2].2H2O

Untuk identifikasi, pertama kadar Ni ditentukan dari garam yang dibentuk

yaitu bis-Etilendiaminnikel(II) kloridadihidrat. Kemudian ditentukan kadar Ni dalam


NiCl2.6H2O lalu bandingkan dengan garam kompleks yang dihasilkan. Setelah itu,

dilarutkan kristal hasil dalam 20% v/v etanol-air (kelarutan 0,865 gram/25 mL). Lalu

ditentukan λmaks pada daerah 300-700 nm.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Tabel 1. Hasil pengamatan sintesis senyawa kompleks


Kristal Pengamatan
Pertumbuhan 1 hari
Warna Ungu
Bentuk Tidak beraturan/butiran
Berat endapan 4,70 gram
Rendamen 102,822 %

Tabel 2. Identifikasi senyawa kompleks


Identifikasi Pengamatan
Kadar Ni(II) 23 %
Panjang gelombang maks 340 nm

4.2 Reaksi

4.3 Perhitungan

H2O
NiCl2.6H2O + 2 C2H4(NH2)2 [Ni(NH2C2H4NH2)2Cl2].2H2O
A: 0,016 mol 0,032 mol -

R: 0,016 mol 0,016 mol 0,016 mol

S: - 0,016 mol 0,016 mol


Berat NiCl2.6H2O = 4,00 gram

Mr [Ni(NH2C2H4NH2)2Cl2].2H2O = 285,17 g/mol

Berat kertas saring = 1,31 gram

Berat kertas saring + Kristal = 6,01 gram

Berat Kristal (praktek) = 4,70 gram

Berat Teori = 0,016 mol x 285,7 g/mol

= 4,571 gram

Berat praktek = (Berat kertas saring + endapan) – berat kertas saring kosong

= (6,01 – 1,31) gram

= 4,70 gram

berat praktek
% Rendamen = x 100%
berat teori

, gram
= x 100%
, gram

= 102,822 %

4.4 Pembahasan

Percobaan ini bertujuan untuk menyintesis senyawa kompleks. Langkah

pertama adalah dilarutkan padatan NiCl2.6H2O dalam etanol sehingga menghasilkan

larutan berwarna hijau, lalu dipanaskan. Kemudian campuran didinginkan pada suhu

ruang. Setelah itu, ditambahkan etilendiamin tetes demi setetes sambil diaduk.

Selama penambahan etilendiamin ini terjadi perubahan warna dari hijau menjadi

ungu. Penambahan etilendiamin ini berfungsi sebagai pengompleks. Kemudian

didinginkan campuran di atas penangas yang berisi es batu selama 15-30 menit,

dengan tujuan supaya terbetuk kristal. Setelah itu, dikumpulkan kristalnya dan
disaring dengan menggunakan corong, lalu endapannya dicuci dengan 10 mL etanol.

Pemilihan etanol karena ligan etilendiamin larut dalam pelarut polar dan semipolar.

Hal ini berdasarkan prinsip like dissolve like yaitu senyawa yang bersifat polar akan

larut dalam pelarut polar juga. Kemudian endapan dikeringkan dalam desikator

untuk menghilangkan kadar airnya.

Setelah kering, endapan direkristalisasi dengan cara dilarutkan dalam etanol

yang telah dipanaskan sampai suhu 80 oC selama 5 menit, setelah itu larutan

didiamkan pada suhu kamar sampai terbentuk kembali endapan kristal. Proses

rekristalisasi dilakukan untuk mengetahui bahwa kristal yang telah terbentuk

sebelumnya merupakan kristal yang mengandung logam nikel. Endapan kristal

kemudian disaring dengan kertas saring yang telah diketahui bobotnya, lalu

didinginkan di dalam desikator. Proses rekristalisasi ini adalah proses pemurnian

suatu zat padat dari campuran atau zat pengotornya dengan cara mengkristalkan

kembali zat tersebut setelah dilarutkan dalam pelarut yang cocok. Prinsip

rekristalisasi adalah perbedaan kelarutan antara zat yang akan dimurnikan dengan

kelarutan zat pencampur atau pencemarnya. Larutan yang terjadi dipisahkan satu

sama lain, kemudian larutan zat yang diinginkan dikristalkan dengan cara

menjenuhkannya. Setelah kering, kristal kemudian ditimbang dan dihitung

rendamennya.

Berdasarkan hasil percobaan, senyawa [Ni(NH2C2H4NH2)2Cl2].2H2O berhasil

disintesis dengan berat praktek sebesar 4,70 gram, sehingga diketahui persentase

rendamennya sebesar 102,822 %. Penurunan konsentrasi yang terjadi diasumsikan

bahwa logam Ni sudah berikatan dengan ligan pada senyawa kompleks. Hasil

sintesis logam Ni dengan ligan etilendiamin dalam etanol menghasilkan endapan

berwarna ungu.
Adapun pada proses identifikasi senyawa kompleks, didapatkan kadar Ni

sebesar 23% dengan panjang gelombang 340 nm. Hasil ini membuktikan bahwa

senyawa kompleks yang dibentuk murni mengandung logam nikel. Oleh karena itu,

percobaan ini dapat dikatakan berhasil.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari perobaaan ini adalah:

1. sintesis senyawa kompleks logam Ni dengan ligan etilendiamin menghasilkan

senyawa kompleks [Ni(NH2C2H4NH2)2Cl2].2H2O.

2. hasil rendamen senyawa kompleks [Ni(NH2C2H4NH2)2Cl2].2H2O dalam pelarut

etanol sebesar 102,822 %.

5.2 Saran

5.2.1 Saran Untuk Laboratorium

Sebaiknya suhu di dalam laboratorium lebih sejuk sehingga praktikan bisa

lebih fokus. Alat dan bahan percobaan sebaiknya dilengkapi, misalnya hot plate agar

kegiatan praktikum dapat berjalan lancar. Ruangan di laboratorium juga sebaiknnya

lebih ditingkatkan lagi fasilitasnya sehingga meningkatkan kenyamanan saat

praktikum.

5.2.2 Saran Untuk Percobaan

Sebaiknya alat spektrofotometer diperbaiki dan dikalibrasi terlebih dahulu

agar praktikan dapat menggunakan alat tersebut dan memperoleh hasil yang akurat.

Untuk sampel yang digunakan bisa lebih divariasikan lagi jenisnya. Hendaknya juga
diperhatikan layak atau tidaknya sampel yang akan digunakan sehingga praktikum

dapat berjalan dengan baik.

Lampiran 1. Bagan Kerja

1. Sintesis Senyawa Kompleks [Ni(NH2C2H4NH2)2Cl2].2H2O.

4 g NiCl2.6H2O

- Dilarutkan dalam 35 mL etanol, lalu dipanaskan di atas penangas

air.

- Didinginkan pada suhu ruang.

- Ditambahkan 4 mL etilendiamin tetes demi setetes sambil diaduk.

- Didinginkan campuran dalam penangas es selama 15-30 menit.

- Dikumpulkan kristalnya dan disaring dengan menggunakan

corong.

Filtrat Endapan
- Dicuci dengan 10 mL etanol.

- Dikeringkan dalam desikator.

- Direkristalisasi dengan cara dilarutkan dalam etanol panas

selama 5 menit, kemudian didiamkan pada suhu kamar.

- Dikumpulkan kristalnya dan disaring dengan menggunakan

corong.

Filtrat Endapan
- Dicuci dengan 10 mL etanol.

- Dikeringkan dalam desikator.


- Ditimbang berat kristal dan dihitung rendamennya.
Hasil

2. Identifikasi Senyawa Kompleks [Ni(NH2C2H4NH2)2Cl2].2H2O

Kristal [Ni(NH2C2H4NH2)2Cl2].2H2O Padatan NiCl2.6H2O

- Ditentukan masing-masing

kadar Ni di dalamnya.

- Dibandingkan konsentrasinya.
Data

- Dilarutkan dalam etanol 20%.

- Diukur λmaks pada daerah 300-700 nm.

Data
DAFTAR PUSTAKA

Chang, R., 2005, Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 2,
Erlangga, Jakarta.

Gahramanova, S.I., Jalaladdinov, F.F., Munshieva, M.K., Khudaverdiev,R.A.,


Hamidov, R.H., Muradkhanov, R.M., Abdullaev, A.S., Shamilov, E.N.,
Azizov, I.V. dan Gahramanov, T.O., 2018, Synthesis and Investigation of
Complex Compounds of Divalent Manganese, Copper, Cobalt and Zinc with
Tryptophan and their Biological Activity, International Journal of Chemocal
Science, 6(3): 1-8.

Jezowska, B. dan Trzebiatowska, 1964, Theory and Structure of Complex


Compounds, The Macmillan Company, New work.

Lawrance, G.A., 2011, Introduction To Coornidation Chemistry, Wiley, Amerika.

Lestari, I., Afrida dan Sanova, A., 2014, Sintesis dan Karakterisasi Senyawa
Kompleks Kadmium(II) dengan Ligan Kufperon, Jurnal Penelitian
Universitas Jambi Seri Sains, 16(1): 1-8.

Lisdiana, A. dan Onggo, D., 2017, Sintesis dan Karakterisasi Kompleks Nikel(II)
Klorida 1H-1,2,4-Triazol, ISBN J., 2(6): 285-289.

Nuryono, 2018, Kimia Anorganik, Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.


Sittig, M., 1991, Handbook of Toxic and Hazardous Chemicals and Carcinogens
Third Edition, Noyes Publication, New Jersey US.

Sudjana, E., Abdurachman, M. dan Yuliasari, Y., 2002, Karakterisasi Senyawa


Kompleks Logam Transisi Cr, Mn dan Ag dengan Glisin Melalui
Spektrofotometri Ultraungu dan Sinar Tampak, Jurnal Bonatura, 4(2): 69-86.

Suhartana, 2007, Kemampuan Ligan Hipoxantin dan Quanin untuk Ekstraksi Kation
Perak pada Fasa Air- Kloroform, Jurnal Sains dan Matematika (JSM), 15(1):
25-32.
Sulistryani, H., 2017, Kimia Analisis Dasar Untuk Analisis Kualitatif,
UB Press, Malang.

Ullah, M.R., Nazneen, T. dan Hossain, A., 2013, The Influence of a NewSynthesized
Complex Copounds of Co(II), Zn(II) and Cd(II) Containing a Ligand Having
Tetraoxotetrahydrazin Molety on Some Pathogenic Bacteria, International
Journal Of Chemical Studies, 1(2): 94-98.

Anda mungkin juga menyukai