Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

MIKROBIOLOGI
“INTRODUKSI DUNIA
KEDOKTERAN”

KELAS : A-02
KETUA : M. SHADIQUL ZIKRI
ANGGOTA :
ARIEF YANDA
DINDA AYU PUSPITA
FADHILATUR RAIHAN
INTAN NABUILA AYUNI
JAUZA AQILA GIANTY
KHAIRATUNMUTHMAINNANH
SILMINA KHILFI
SYAZA AZRA
YOGA ICHLASSUL AMAL

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2018/2019
A. TINJAUAN PUSTAKA

Mikrobiologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari makhluk hidup berukuran


mikroskopik (mikroba) meliputi bakteri, algae, protozoa, fungi dan virus.
(Hajoeningtijas, 2012)

Mikrobiologi adalah sebuah cabang dari ilmu biologi yang mempelajari


mikroorganisme. Objek kajiannya biasanya adalah semua makhluk hidup yang perlu
dilihat dengan mikroskop, khususnya bakteri, fungi, alga, protozoa dan archaea.
(Zulkarnain, 2012)

Mikrobiologi berasal dari bahasa Yunani mikros = kecil, bios = hidup dan logos =
ilmu. Ilmuwan menyimpulkan bahwa mikroorganisme sudah dikenal lebih kurang 4 juta
tahun yang lalu dari senyawa organik kompleks yang terdapat di laut, atau mungkin dari
gumpalan awan yang sangat besar yang mengelilingi bumi. Sebagai makhluk hidup
pertama di bumi, mikroorganisme diduga merupakan nenek moyang dari semua
makhluk hidup.

Awal perkembangan ilmu mikrobiologi pada pertengahan abad 19 oleh beberapa


ilmuwan dan telah membuktikan bahwa mikroorganisme berasal dari mikroorganisme
sebelumnya bukan dari tanaman ataupun hewan yang membusuk. Selanjutnya ilmuwan
membuktikan bahwa mikroorganisme bukan berasal dari proses fermentasi tetapi
merupakan penyebab proses fermentasi, misalnya buah anggur menjadi minuman yang
mengandung alkohol. Ilmuwan juga menemukan bahwa mikroba tertentu menyebabkan
penyakit tertentu. Pengetahuan ini merupakan awal pengenalan dan pemahaman akan
pentingnya mikroorganisme bagi kesehatan dan kesejahteraan manusia. Awal abad 20
ahli mikrobiologi telah meneliti bahwa mikroorganisme mampu menyebabkan berbagai
macam perubahan kimia baik melalui penguraian maupun sintesis senyawa organik yang
baru. Hal inilah yang disebut dengan biohemial divesity atau keaneka ragaman biokimia
yang menjadi ciri khas mikroorganisme. Disamping itu, yang penting lainnya adalah
mekanisma perubahan kimia oleh mikroorganisme sangat mirip dengan unity in
biochemistry  yang artinya bahwa proses biokimia pada mikroorganisme adalah sama
dengan proses biokimia pada semua makhluk hidup termasuk manusia. Bukti yang lebih
baru menunjukkan bahwa informasi genetik pada semua organisme dari mikroba hingga
manusia adalah DNA. Pengambilan informasi genetika dari mikrorganisme karena
sifatnya sederhana dan perkembangbiakan yang sangat cepat serta adanya berbagai
variasi metabolisma. Saat ini mikroorganisme diteliti secara insentif untuk mengetahui
dasar fenomena biologi.
(Nanda Afra Ayu.2016)

Infeksi terjadi jika mikroorganisme bertumbuh dan mengalahkan mekanisme


pertahanan tubuh. Jika mikroorganisme ini merusak tubuh maka akan disebut pathogen.
Suatu pathogen harus berkembang biak dalam tubuh untuk dapat menimbulkan infeksi.
Virulensi adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan jumlah mikroorganisme yang
diperlukan untuk mengakibatkan infeksi. Mikroorganisme dapat tumbuh pada seluruh
tubuh (infeksi sistemik) atau terbatas pada area tertentu, misalnya pada abses atau bisul.
Pada infeksi sistemik, mikroorganisme menyebar melalui darah.

Beberapa mikroorganisme yang menyebabkan infeksi dapat memproduksi toksin.


Saat bakteri tumbuh, eksotoksin disekresi dari bakteri. Toksin ini dapat menyebabkan
kerusakan pada tubuh yang jauh dari lokasi infeksi awal karena toksin ini dapat
menyebar, misalnya toksin tetanus yang menyebabkan paralisis spastik tetapi pada
umumnya memasuki tubuh melalui luka tusuk. Endotoksin adalah bagian dari dinding sel
bakteri Gram negative dan hanya dilepaskan saat sel mati, misalnya toksin Salmonela.

Jalan masuk infeksi (tranmisi)


- Kontak
Tangan, peralatan, pakaian yang terkontaminasi.

- Aerosol
Inhalasi debu, kulit yang terkelupas di udara, droplet air dari alat nebulizer atau
pelembab udara.

- Darah
Inokulasi secara tidak sengaja, dari ibu ke bayi (prenatal), aktivitas seksual.

- Makanan/air
Tertelannya virus dan bakteri atau toksinnya dari makanan atau air.

- Serangga
Kecoa pembawa pathogen dapat mengkontaminasi barang yang steril
atau makanan.

Infeksi dapat berasal dari diri sendiri jika jaringan terinfeksi akibat infeksi dari
lokasi yang berbeda pada tubuh pasien, misalnya saluran pernapasan atas, saluran
pencernaan, dan kulit.

Infeksi silang terjadi dari orang yang menderita infeksi atau karier yang tidak
bergejala atau dari suatu reservoar infeksi. Reservoar infeksi adalah tempat
mikroorganisme dapat bertahan hidup dan berkembang biak, dan dapat berupa pasien itu
sendiri (infeksi terhadap diri sendiri) atau dari pasien lainnya, pengunjung, atau staf
rumah sakit (infeksi silang).
( Joyce James, 2008 )

Faktor yang Mempengaruhi Proses Infeksi


- Sumber Penyakit
- Sumber penyakit dapat mempengaruhi apakah infeksi berjalan cepat atau lambat.

- Kuman penyebab
- Kuman penyebab dapat menentukan jumlah mikroorganisme, kemampuan
mikroorganisme masuk ke dalam tubuh, dan virulensinya.

- Cara membebaskan sumber dari kuman


- Cara membebaskan kuman dapat menentukan apakah proses infeksi cepat teratasi
atau diperlambat, seperti tingkat keasaman (pH), suhu, penyinara (cahaya), dan lain-
lain.

- Cara penularan
- Cara penularan seperti kontak langsung, melalui makanan atau udara, dapat
menyebabkan penyebaran kuman ke dalam tubuh.

- Cara masuknya kuman


Proses penyebaran kuman berbeda, bergantung pada sifatnya.
( Yulrina Ardhiyanti, 2014 )

PENCEGAHAN INFEKSI

1. Mencuci tangan ( Hand Hygiene )


Mencuci tangan merupakan rutinitas yang murah dan penting dalam prosedur
pengontrolan infeksi, dan merupakan metode terbaik untuk mencegah transmisi
mikroorganisme. Telah terbukti bahwa tindakan mencuci tangan secara signifikan
menurunkan infeksi pada ICU dan infeksi saluran pencernaan. Kulit yang rusak pada
tangan mengandung pathogen yang lebih banyak, yang banyak menyebabkan infeksi
nosokomial. Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat dari rumah sakit.

Faktor penting untuk mempertahankan hygiene yang baik dan mempertahankan


integritas kuliat adalah :
 Lama mencuci tangan.
 Paparan semua area tangan dan pergelangan tangan ke alat yang digunakan.
 Menggosok dengan keras hingga terjadi friksi.
 Pembilasan menyeluruh.
 Memastikan tangan telah dikeringkan.

Hampir semua bakteri transien dapat dihilangkan dengan sabun dan air, tetapi
bakteri residen akan tetap tinggal. Pencuci tangan bakterisida, misalnya Hibiscrub®,
Povidone-iodine®, membuat prosedur ini lebih efektif karena menghilangkan bakteri
residen. Yang perlu perhatian khusus saat mencuci adalah area tempat berkumpulnya
mikroorganisme, seperti di sela-sela jari.
( Joyce James, 2008 )

2. Sterilisasi
Sterilisasi adalah pembebasan suatu material bahan ataupun alat dari berbagai
mikroorganisme hidup atau stadium istirahatnya. Sel –sel vegetatif bakteri dan fungi
dapat dimatikan pada suhu 60 °C dan dalam waktu 5 – 10 menit. Namun spora fungi
dapat mati pada suhu di atas 80 °C dan spora bakteri baru mati di atas suhu 120 °C
selama 15 menit. Sterilisasi dan pasteurisasi dapat di capai dengan cara pemanasan
lembab, pemanasan kering, filtrasi, penyinaran, atau bahan kimia. Semakin tinggi tingkat
kontaminasi mikroorganisme pada suatu alat ataupun bahan maka jumlah spora semakin
banyak yang termos resisten sehingga di perlukan waktu pemanasan yang lebih lama.
(Schlegel, 1994)

Macam – macam Sterilisasi :

1. Sterilisasi Fisik

a. Pemanasan Kering
 Udara Panas Oven
Bahan yang karakteristik fisikanya tidak dapat disterilisasi dengan uap destilasi
dalam udara panas - oven. Yang termasuk dalam bahan ini adalah minyak lemak,
paraffin, petrolatum cair, gliserin, propilen glikol. Serbuk steril seperti talk kaolin
dan ZnO, dan beberapa obat yang lain. Sebagai tambahan sterilisasi panas kering
adalah metode yang paling efektif untuk alat-alat gelas dan banyak alat-alat
bedah.
 Minyak dan penangas lain
Bahan kimia dapat disterilisasi dengan mencelupkannya dalam penangas yang
berisi minyak mineral pada suhu 162 °C. larutan jenuh panas dari natrium atau
ammonia klorida dapat juga digunakan sebagai pensterilisasi. Ini merupakan
metode yang mensterilisasi alat-alat bedah. Minyak dikatakan bereaksi sebagai
lubrikan, untuk menjaga alat tetap tajam, dan untuk memelihara cat penutup.

 Pemijaran langsung
Pemijaran langsung digunakan untuk mensterilkan spatula logam, batang gelas,
filter logam bekerfield dan filter bakteri lainnya. Mulut botol, vial, dan labu ukur,
gunting, jarum logam dan kawat, dan alat-alat lain yang tidak hancur dengan
pemijaran langsung. Papan salep, lumping dan alu dapat disterilisasi dengan
metode ini.

b. Panas lembab
 Uap bertekanan
Stelisisasi dengan menggunakan tekanan uap jenuh dalam sebuah autoklaf. Ini
merupakan metode sterilisasi yang biasa digunakan dalam industri farmasi.
 Uap panas pada 100 °C
Uap panas pada suhu 100 °C dapat digunakan dalam bentuk uap mengalir atau air
mendidih. Metode ini mempunyai keterbatasan penggunaan uap mengalir
dilakukan dengan proses sterilisasi bertingkat untuk mensterilkan media kultur.
 Pemanasan dengan bakterisida
Pemanasan ini menghadirkan aplikasi khusus dari pada uap panas pada 100 °C.
adanya bakterisida sangat meningkatkan efektifitas metode ini. Metode ini
digunakan untuk larutan berair atau suspensi obat yang tidak stabil pada
temperatur yang biasa diterapkan pada autoklaf.
 Air mendidih
Penangas air mendidih mempunyai kegunaan yang sangat banyak dalam
sterilisasi jarum spoit, penutup karet, penutup dan alat-alat bedah. Bahan-bahan
ini harus benar-benar tertutupi oleh air mendidih dan harus mendidih paling
kurang 20 menit. Setelah sterilisasi bahan-bahan dipindahkan dan air dengan
pinset yang telah disterilisasi menggunakan pemijaran. Untuk menigkatkan
efisiensi pensterilan dari air, 5 % fenol, 1 – 2 % Na-carbonat atau 2 – 3 % larutan
kresol tersaponifikasi yang menghambat kondisi bahan-bahan logam.

c. Cara Bukan Panas


 Sinar ultraviolet
Sinar ultraviolet umumnya digunakan untuk membantu mengurangi kontaminasi
di udara dan pemusnahan selama proses di lingkungan. Sinar yang bersifat
membunuh mikroorganisme (germisida) diproduksi oleh lampu kabut merkuri
yang dipancarkan secara eksklusif pada 253,7 nm.
 Aksi letal
Ketika sinar UV melewati bahan, energi bebas ke elektron orbital dalam atom-
atom dan mengubah kereaktivannya. Absorpsi energi ini menyebabkan
meningginya keadaan tertinggi atom-atom dan mengubah kereaktivannya.

 Radiasi pengion
Radiasi pengion adalah energi tinggi yang terpancar dari radiasi isotop radioaktif
seperti kobalt-60 (sinar gamma) atau yang dihasilkan oleh percepatan mekanis
elektron sampai ke kecepatan den energi tinggi (sinar katode, sinar beta). Sinar
gamma mempunyai keuntungan mutlak karena tidak menyebabkan kerusakan
mekanik. Namun demikian, kekurangan sinar ini adalah di hentikan dari mekanik
elektron akselerasi (yang dipercepat) keuntungan elektron yang dipercepat adalah
kemampuannya memberikan output laju doisis yang lebih seragam

2. Sterilisasi Kimiawi

Sterilisasi kimiawi bisa diklasifikasikan atas 3 golongan, yaitu:


1. Golongan zat yang menyebabkan kerusakan membran sel.
2. Golongan zat yang menyebabkan denaturasi protein.
3. Golongan zat yang mampu mengubah grup protein dan asam amino yang fungsional

Sterilisasi Secara kimia dapat dilakukan dengan cara sterilisasi gas digunakan dalam
pemaparan gas atau uap untuk membunuh mikroorganisme dan sporanya. Meskipun gas
dengan cepat berpenetrasi ke dalam pori dan serbuk padat, sterilisasi adalah fenomena
permukaan dan mikroorganisme yang terkristal akan dibunuh.
Faktor-faktor yang mempengaruhi sterilisasi ini termasuk kelembaban, konsentrasi gas,
suhu dan distribusi gas dalam chamber pengsterilan. Penghancuran bakteri tergantung
pada adanya kelembaban, gas dan suhu dalam bahan pengemas, penetrasi melalui bahan
pengemas, pada pengemas pertama atau kedua, harus dilakukan, persyaratan desain
khusus pada bahan pengemas.
(Hadada, A W, 2009).

3. Sterilisasi Mekanik

Sterilisasi Mekanik adalah sterilisasi bahan yang tidak tahan panas, seperti misalnya
ekstrak tanaman, media sintetik tertentu, dan antibiotik dilakukan dengan penyaringan.
Dasar metode ini semata - mata ialah proses mekanis yang membersihkan larutan atau
suspensi dari segala organisme hidup dengan melewatkannya pada suatu saringan,
misalnya menggunakan saringan Seitz.
(Elektromedik, 2011).
B. ALAT DAN BAHAN

Alat
• 3 cawan Petri berisi media Nutrient Agar (NA)
• 3 Cotton swab steril
• 1 lampu spiritus

Bahan
• Media cair Nutrient Broth (NB)
• Sabun cuci tangan
• Air mengalir
• Antiseptik tangan berbahan dasar alkohol atau Larutan Alkohol 70%

C. PROSEDUR KERJA
I. Sebelum mencuci tangan
Teknik pengambilan sampel sebelum mencuci tangan adalah sebagai berikut:
1. Celupkan kapas lidi steril ke dalam media NB
2. Oleskan kapas lidi ke permukaan telapak tangan sebanyak 3 kali
3. Oleskan kapas lidi pada permukaan media NA pada cawan Petri
4. Inkubasi pada suhu 37 °C selama 18-24 jam
5. Amati pertumbuhan koloni

II. Setelah mencuci tangan tujuh langkah


A. Prosedur mencuci tangan
Kedua telapak tangan dibasuh dengan air mengalir/air kran, lalu gunakan
sabun hingga menutupi permukaan telapan tangan. Kegiatan pencucian
dilanjutkan dengan melakukan prosedur mencuci tangan tujuh langkah
(Gambar 1) menurut WHO (2009), yaitu:
1. Gosok kedua telapak tangan secara bergantian sehingga kedua telapak
tangan terkena sabun.
2. Gosok kedua punggung tangan secara bergantian dan gosok diantara jari
jemari tangan secara bergantian sehingga kena sabun.
3. Gosok kedua telapak tangan dan diantara jari jemari secara bergantian
sehingga kena sabun.
4. Gosok punggung jari yang saling mengunci pada telapak satunya,secara
bergantian.
5. Gosok jempol,dan jari jari tangan lainnya , secara memutar bergantian di
kedua tangan.
6. Gosok gosoklah ujung ujung kuku pada telapak tangan, sehingga busa sabun
masuk kedalam sela sela kuku,secara bergantian dikedua tangan.
7. Pegang pergelangan tangan kiri dengan tangan kanan & sebaliknya, gerakan
memutar gosok pergelangan tangan secara memutar dari pergelangan tangan
sampai siku secara bergantian.

Prosedur di atas dilakukan selama 15-20 detik. Kedua telapan tangan lalu
disiram dengan air mengalir, lalu dikeringkan menggunakan kain yang bersih.

Gambar1. Prosedur mencuci tangan tujuh langkah menurut WHO 2009.

(Sumber :http://www.who.int/gpsc/5may/Hand_Hygiene_Why_How_and_When_Brochure.pdf)

B. Prosedur pengambilan sampel setelah mencuci tangan


1. Celupkan kapas lidi steril ke dalam media NB

2. Oleskan kapas lidi ke permukaan telapak tangan sebanyak 3 kali

3. Oleskan kapas lidi pada permukaan media NA pada cawan Petri

4. Inkubasi pada suhu 37°C selama 18-24 jam


5. Amati pertumbuhan koloni

III. Setelah menggunakan antiseptik/ larutan alkohol 70%

1. Prosedur mencuci tangan dengan antiseptik tangan berbahan dasar alkohol atau
larutan alkohol 70%

a. Aplikasikan antiseptik pada permukaan tangan, hingga menutupi

permukaan.

b. Gosok kedua telapak tangan.

c. Gosok kedua punggung tangan secara bergantian dan gosok diantara jari
jemari tangan secara bergantian.

d. Gosok kedua telapak tangan dan diantara jari jemari secara bergantian
Gosok punggung jari yang saling mengunci pada telapak satunya,secara
bergantian.

e. Gosok jempol,dan jari jari tangan lainnya , secara memutar bergantian di


kedua tangan.

f. Gosok gosoklah ujung ujung kuku pada telapak tangan.

g. Pegang pergelangan tangan kiri dengan tangan kanan & sebaliknya ,


gerakan memutar gosok pergelangan tangan secara memutar dari
pergelangan tangan sampai siku secara bergantian.

2. Teknik pengambilan sampel setelah mencuci tangan dengan antiseptik/ larutan


alkohol 70%

a. Celupkan kapas lidi steril ke dalam media NB.

b. Oleskan kapas lidi ke permukaan telapak tangan sebanyak 3 kali.

c. Oleskan kapas lidi pada permukaan media NA pada cawan Petri.

d. Inkubasi pada suhu 37 C selama 18-24 jam.

e. Amati pertumbuhan koloni.


D. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

E. KESIMPULAN

Setelah praktikum ini dapat disimpulkan bahwa:

1. Hand hygiene merupakan suatu cara untuk membunuh mikroorganisme yang


ada di tangan. membersihkan tangan dengan menggunakan alkohol jauh lebih
baik daripada menggunaka sabun.
2. Teknik mencuci tangan yang baik adalah dengan mengikuti 6 langkah
mencuci tangan dengan baik menggunakan alcohol
3. Selama waktu mencuci tangan sebaik diikuti teknik cuci tangan yang baik dan
benar. Semakin lama kita mencuci tangan semakin efektif pula cuci tangan
kita dan ini sangat bergantung juga dengan bahan aktif yang terdapat dalam
sabun tersebut

Dari hasil praktikum ditemukan bahwa jumlah koloni bakteri terbanyak terdapat pada
tangan yang belum dicuci menggunakan apapun, sementara tangan yang sudah dicuci
menggunakan sabun dengan tehnik 6 langkah lebih sedikit koloni bakterinya. Hal ini
membuktikan bahwa begitu pentinganya mencuci tangan menggunakan sabun dengan
tehnik 6 langkah agar lebih maksimal untuk menjaga tubuh kita dari koloni bakteri yang
berbahaya

F. DAFTAR REFERENSI

Hajoeningtijas. O. D, 2012. Mikrobiologi Pertanian. Graha Ilmu. Yogyakarta.

James, Joyce.dkk.2008.Prinsip-Prinsip Sains untuk Keperawatan.Jakarta : Erlangga

Ayu, Nanda Afra. 2016. Jurnal Mikroobiologi tentang Isolasi Mikroorganisme.

Ardhiyanti, Yulrina.dkk.2014.Panduan Lengkap Keterampilan Dasar Kebidanan


1.Yogyakarta : Deepublish

Zulkarnain, 2012. Mikrobiologi Dasar ”Sejarah Perkembangan Mikrobiologi”.Program


Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan. Universitas Tadulako.

Hidayat, Muhammad. 2017. Sterilisasi. Semarang: Universitas Diponegoro

Anda mungkin juga menyukai