Anda di halaman 1dari 5

1.

Seorang wanita berusia 32 tahun, G3P2A0, datang ke dokter untuk konsultasi


kesehatan. Pasien merasa ketakutan karena ibunya menderita diabetes melitus. Saat
ini pasien tidak ada keluhan. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan gula darah
puasa 120 mg/dl dan gula darah sewaktu 180 mg/dl.
Apakah pemeriksaan yang selanjutnya dilakukan?
a. Gula darah puasa ulang
b. HbA1c
c. Tes toleransi gula oral
d. Gula darah sewaktu ulang
e. Glukosa urin
Jawaban : C

2. Tn.A, 55 tahun,datang ke klinik dengan mengeluh penglihatan terganggu di kedua


mata sejak 1 bulan yang lalu.Kadang-kadang terlihat bintik gelap dan lingkaran
lingkaran cahaya.Tn.A juga mengalami penurunan berat badan terus menerus selama
beberapa bulan terakhir,namun nafsu makan tidak menurun dan sering merasa lapar
serta haus.Pada pemeriksaan fisik didapatkan: sadar,tidak demam,BB: 80 kg,TB: 165
cm.Lain-lain dalam batas normal.
Hasil laboratorium glukosa darah puasa 250 mg/dl,glukosa 2 jam setelah makan 340
mg/dl,HbA1c 10,2 g/dl. Berapa nilai normal gula darah puasa,gula darah 2 jam post-
prandial,gulah darah sewaktu,dan HbA1c?
a. gula darah puasa: < 140 mg/dl , gula darah 2 jam post-prandial: < 200 mg/dl
(setelah diberi 75 gram glukosa) , gula darah sewaktu ≤ 200 mg/dl , HbA1c < 6,5
g/dl
b. gula darah puasa: > 140 mg/dl , gula darah 2 jam post-prandial: > 200 mg/dl
(setelah diberi 75 gram glukosa) , gula darah sewaktu ≤ 210 mg/dl , HbA1c < 7,5
g/dl
c. gula darah puasa: < 140 mg/dl , gula darah 2 jam post-prandial: < 200 mg/dl
(setelah diberi 75 gram glukosa) , gula darah sewaktu ≤ 200 mg/dl , HbA1c > 6,5
g/dl
d. gula darah puasa: < 140 mg/dl , gula darah 2 jam post-prandial: < 200 mg/dl
(setelah diberi 75 gram glukosa) , gula darah sewaktu ≤ 210 mg/dl , HbA1c <
7,5 g/dl
e. gula darah puasa: > 140 mg/dl , gula darah 2 jam post-prandial: >200 mg/dl
(setelah diberi 75 gram glukosa) , gula darah sewaktu ≤ 200 mg/dl , HbA1c > 6,5
g/dl
Jawaban : A
(PERKENI, 2015, Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia,
PERKENI, Jakarta.)
3. Laki-laki, 45 tahun, datang ke praktek dengan keluhan mudah lapar, banyak
minum, sering kencing, dan berat badan mulai turun. Saat ini berat badan 90 kg,
tinggi badan 155 cm. Gdp 128 mg/dl, G2PP 240 mg/dl. Apakah diagnosis dari pasien
ini ?
a. Normal
b. Toleransi glukosa terganggu
c. Glukosa darah puasa terganggu
d. Diabetes tipe 2
e. Dislipidemia
Jawaban : D
Diabetes melitus ditegakkan apabila ada gangguan klasik (polifagi, polidipsi, poliuri,
penurunan BB tanpa penyebab yang jelas) ditambah hasil pemeriksaan glukosa darah puasa
lebih dari sama dengan 126 mg/dl dan glukosa darah sewaktu lebih dari sama dengan 200
mg/dl.
Referensi : PERKENI 2011. Konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes mellitus tipe 2
di Indonesia. Jakarta: PB Perkeni; hlm 1-36
4. Tn. X, usia 60 tahun, BB 85kg datang ke RSDZA, mengeluhkan 1 bulan yang lalu
mengalami luka yang tidak sembuh di bagian jari jempol. Dari anamesis Tn.X
mengeluhkan sering terbangun malam hari untuk pipis dan rasa haus yang sering. Di
tambah lagi terjadi penurunan berat badan yang signifikan padahal jadwal makan
Tn.X bertambah seharinya menjadi 5 kali. Dari hasil pemeriksaan lab HbA1c 12g/dl,
dan di diagnosis diabetes melitus. Menurut anda apa yang terjadi pada Tn.X
a. Retensi insulin akibat degenerative
b. Retensi insulin akibat autoimun
c. Mutasi gen pada kromoson sel alfa pancreas
d. Retensi glukagon akibat mutasi gen
e. Hipersensitivitas glukagon
Jawaban : A
DM tipe 2 biasanya terjadi akibat degeneratif. Semakin meningkatnya usia seseorang maka
akan menurunkan fungsi tubuh termasuk kepekaan sel terhadap insulin ditambah adanya
faktor resiko seperti obesitas dan pola hidup yang salah
Sumber : BUKU AJAR IPD JILID II
5. Seorang laki-laki berumur 42 tahun datang ke RSUDZA dengan keluhan sering buang
air kecil, sering merasa lapar dan haus, serta terjadi penurunan berat badan. BB 70 kg,
TB 168 cm. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan nilai HbA1c 8 gr/dL. Dokter
mendiagnosis Diabetes Mellitus dan menyarankan untuk memodifikasi gaya hidup
serta memberikan terapi farmakokinetik.
Mekanisme kerja dari obat yang diberikan adalah dengan menurunkan glukosa darah.
Obat apa yang dimaksud?
a. Sulfonilurea
b. Glinid
c. Metformin
d. Penghambat alfa glukosidase
e. Golongan incretin
Jawaban : C
Metformin adalah obat dari golongan biguanid. Mekanisme kerjanya dengan menurunkan
glukosa darah melalui pengaruhnya terhadap kerja insulin pada tingkat seluler, distal reseptor
insulin dan menurunkan produksi glukosa hati. Metformin meningkatkan pemakaian glukosa
oleh sel usus sehingga menurunkan glukoksa darah dan juga diduga menghambat absorpsi
glukosa di usus sesudah asupan makan.
(Sumber : Buku Ilmu Penyakit Dalam Jilid 3)
6. Seorang pria berusia 60 tahun datang ke klinik penyakit dalam dengan keluhan luka
dikaki kanan yang tiddak sembuh sejak 1 bulan yang lalu. Awalnya luka tersebut
disebabkan karena tertusuk duri saja dan sudah diobati oleh mantra kesehatan di
kampong. Satu minggu kemudian luka bertambah luas. Berdasarkan anamnesis
didapatkan bahwa pasien merupakan perokok berat sejak 10 tahun yang lalu. Pasien
juga mengeluhkan banyak makan,sering kencing serta penurunan berat badan.
Setelah dilakukan pemeriksaan fisik dan laboraturium darah didapatkan hasil
gula darah puasa 130 mg/dl dan gula darah sewaktu 190 mg/dl. Apa faktor resiko
pada penyakit pasien tersebut?
a. Makanan manis
b. Kurang tidur
c. Genetik
d. Merokok
e. Sindrom metabolik
Jawaban : D
Diabetes Mellitus Tipe 2 merupakan penyakit hiperglikemi akibat insensivitas sel terhadap
insulin. Faktor resiko terjadinya DM Type 2, yaitu obesitas, keturunan, dislipidemia,
hipertensi, konsumsi alkohol dan merokok.
(Sumber: Restyana.2015.jurnal majority DM Type 2 vol. 4 no. 2)
7. Ny. X berusia 60 tahun datang ke rumah sakit zainal abidin dengan keluhan
penurunan berat badan selama 3 bukan terkahir. Setelah di anamnesis, ny.x juga
mengaku terjadi peningkatan dalam buang air kecil di bandingkan biasanya . Setelah
di lakukan pemeriksaan laboratorium, di dapatkan HbA1c dari ny. X adalah 7,5.
Seluruh tanda vital pasien dalam batasan yang normal. Penatalaksanaan yang tepat
untuk ny. X adalah?
a. Modifikasi gaya hidup saja tanpa pemberian obat-obatan oral
b. Pemberian insulin injeksi kerja cepat
c. Pemberian obat obatan oral disertai dengan injeksi insulin
d. Modifikasi gaya hidup disertai dengan pemberian 2 jenis obat oral
e. monoterapi dengan obat obatan DM
Jawaban : D
Pada pasien dengan Hba1c lebih dari sama dengan 7,5 maka penatalaksanaan yang dilakukan
adalah modifikasi gaya hidup disertai dengan pemberian kombinasi 2 obat DM. Jika dalam 3
bulan belum tercapai HbA1c < 7, maka dapat di lakukan kombinasi 3 jenis obat obatan.
Sumber : PERKENI 2019
8. Tn. A datang ke RSUDZA dengan keluhan seing buang air kecil pada malam hari,
merasa lapar terus menerus dan sering merasa haus. Pasien memiliki berat badan
berlebih dan tidak pernah berolahraga, pasien juga penyuka makanan manis.pada
pemeriksaan fisik didapatkan lingkar pinggang pasien 92 cm. Lain-lain dalam batas
normal. Apakah pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk menegakkan
diagnosa pasien?
a. SGPT
b. USG
c. CT-Scan
d. GDS,GDP dan HbA1c
e. LDL, HDL, dan TG
Jawaban : D
Menurut algoritma DM dikutip dari perkeni. Konsensus pengelolaan dan pencegahan DM
tipe 2 di Indonesia 2011. Dalam buku kapita selekta kedokteran dikatakan Pemeriksaan
penunjang yang perlu dilakukan untuk menegakkan diabetes melitus adalah pemeriksaan
gula darah sewaktu > 200, pemeriksaan gula darah puasa> 126 dan HbA1c > 6,5.
(Tanto, Chris.,Frans Liwang., dkk.2016.Kapita Selekta Kedokteran Ed IV cetakan II. Jakarta.
Media Aesculapius)
9. Laki-laki, 30 tahun datang ke praktek dokter umum karena khawatir terkena
penyakit seperti ibunya. Ibu pasien adalah seorang penyandang DM. Apakah
tindakan pertama yang harus dilakukan dokter tersebut?
a. Menyarankan pasien untuk minum obat diabetes oral
b. Menyarankan pasien untuk memeriksakan kadar glukosa darah
c. Tidak perlu khawatir karena usia pasien masih muda
d. Menyarankan pasien untuk olaharaga minimal 1 jam setiap 3x seminggu
e. Menyarankan pasien untuk diet rendah karbohidrat
Jawaban : B
10. Tn.A usia 35 tahun BB= 75kg memiliki kebiasaan kurang aktivitas fisik datang ke
faskes untuk melakukan konsultasi. Ia mengeluhkan perasaan cemas setelah melihat
kondisi ayahnya yang bertubuh gemuk dan menderita DMT2 dan beberapa penyakit
lainnya. Ia tidak ingin apa yang terjadi pada ayahnya terjadi pada dirinya. Dari
anamnesis Tn.A tidak ada ditemukan gejala. Dari pemeriksaan lab: KGD
puasa=105mg/dL. Sebagai dokter, apa yang bisa disarankan pada Tn.A untuk
mencegah hal yah tidak diinginkan tersebut?
a. Membentuk program penurunan berat badan, latihan fisik, asupan makanan
b. Melakukan rehabilitasi kepada Tn.A dan ayahnya
c. Menyarankan minum obat diabetes oral tidak secara teratur untuk mengendalikan
kgd
d. Tidak perlu merasa cemas, karena Tn.A baik2 saja
e. Rujuk ke faskes yang lebih tinggi
Jawaban : A
(PERKENI, 2015. Konsensus pengelolaan dan pencegahan DMT2 di Indonesia 2015)
11. Seorang wanita 28 tahun datang ke rumah sakit dengan tanda dan gelaja
Rasa lapar, berkeringat, gelisah, palpitasi, Pucat, takikardia. Dari hasil pemeriksaan
didapatkan bahwa GDS pasien adalah 80mg/dL. Apa yang terjadi pada pasien tersebut
dan derajat keparahannya ?
a. Hipoglikemia berat
b. Hipoglikemia simtomatik
c. Hipoglikemia asimtomatik
d. Hipoglikemia relative
e. Probable hipoglikemi
Jawaban : D
Tanda dan Gejala Hipoglikemia pada Orang Dewasa
- Autonomik : Rasa lapar, berkeringat, gelisah, paresthesia, palpitasi, Tremulousness Pucat,
takikardia, widened pulsepressure
- Neuroglikopenik : Lemah, lesu, dizziness, pusing, confusion, perubahan sikap, gangguan
kognitif, pandangan kabur, diplopia Cortical-blindness, hipotermia, kejang, koma
Hipoglikemia dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa bagian terakit dengan derajat
keparahannya, yaitu :
 Hipoglikemia berat: Pasien membutuhkan bantuan orang lain untuk pemberian
karbohidrat, glukagon, atau resusitasi lainnya.
 Hipoglikemia simtomatik apabila GDS < 70mg/dL disertai gejala hipoglikemia.
 Hipoglikemia asimtomatik apabila GDS 70mg/dL dengan gejala hipoglikemia.
 Hipoglikemia relatif apabila GDS > 70mg/dL dengan gejala hipoglikemia.
 Probable hipoglikemia apabila gejala hipogllikemia tanpa pemeriksaan GDS.\
(PERKENI, 2015. Konsensus pengelolaan dan pencegahan DMT2 di Indonesia 2015)

Anda mungkin juga menyukai