Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

MIKROBIOLOGI
“Pengendalian Mikroorganisme”

DISUSUN OLEH :

NAMA : DIRA YUNIAR


NIM : G 701 22 106
KELAS : C

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2023
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Mikroorganisme merupakan suatu kelompok organisme yang tidak dapat
dilihat dengan menggunakan mata telanjang, sehingga diperlukan alat bantu untuk
dapat melihatnya seperti mikroskop, lup dan lain-lain. Cakupan dunia
mikroorganisme sangat luas, terdiri dari berbagai kelompok dan jenis, sehingga
diperlukan suatu cara pengelompokan atau pengklasifikasian. Hal itu nampak dari
kemampuannya menginfeksi manusia, hewan, serta tanaman, menimbulkan penyakit
yang berkisar dari infeksi ringan sampai pada kematian. Pengendalian
mikroorganisme sangat esensial dan penting di dalam industri dan produksi pangan,
obat-obatan, kosmetika dan lainnya.
Makhluk hidup memiliki ukuran yang berbeda-beda. Ukuran tersebut dalam
kehidupannya dapat dilihat oleh mata telanjang dan ada yang tidak dapat langsung
dilihat oleh mata telanjang. Oleh karena itu untuk melihat makhluk tersebut yaitu
dengan menggunakan alat pembesar misal mikroskop ataupun loop. Karena itulah
makhluk yang dilihat dengan mikroskop tersebut disebut sebagai mikroorganisme
dikarenakan ukurannya yang terlalu kecil. Tetapi biarpun ukurannya kecil,
mikroorganisme juga memiliki kebutuhan layaknya makhluk hidup yang lain.
Kebutuhan tersebut dapat berupa fisik maupun kimia. Selain itu, mikroorganisme
juga melakukan proses perkembangbiakkan. Proses perkembangbiakkan dilakukan
oleh mikroorganisme agar mereka tidak punah. Dalam pertumbuhan
mikroorganisme, mereka memiliki beberapa fase pertumbuhan sel dan pertumbuhan
mikroorganisme dapat dikendalikan oleh beberapa cara.
Mikroba tidak secara instan dapat terbunuh ketika diberi agen letal. namun
penurunan populasi sedikit konstan dengan interval konstan (kematian
eksponensial). Mikroba biasanya benar-benar mati ketika mereka tidak dapat tumbuh
pada kondisi yang secara normal biasanya mendukung pertumbuhan reproduksi.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian dan pentingnya pengendalian mikroorganisme

Pengendalian mikroba merupakan upaya pemanfaatan mikroba dalam


mengoptimalkan keuntungan peran mikroba dan memperkecil kerugiannya.
Mikroba selain memberikan keuntungan juga dapat member kerugian pada manusia
berupa penyakit atau racun. Pengendalian mikroba bertujuan mencegah penyebaran
penyakit dan infeksi, membasmi mikroorganisme pada inang yang terinfeksi dan
mencegah pengrusakan serta pembusukan bahan oleh mikroba, menghambat
pertumbuhan bakteri dan mencegah kontaminasi bakteri yang tidak dikehendaki
kehadirannya dalam suatu media.

Mikroorganisme dapat menyebabkan banyak bahaya dan kerusakan. Hal itu


nampak dari kemampuannya menginfeksi manusia, hewan, serta tanaman,
menimbulkan penyakit yang berkisar dari infeksi ringan sampai kepada kematian.
Mikroorganisme pun dapat mencemari makanan, dan dengan menimbulkan
perubahan-perubahan kimiawi di dalamnya, membuat makanan tersebut tidak dapat
dimakan atau bahkan beracun. Kerusakan yang ditimbulkan juga dapat terjadi pada
berbagai bahan seperti kain (tekstil); kulit; struktur berkayu seperti pilar jembatan,
dan rumah-rumah; insulasi listrik yang terbuat dari plastik serta bahan-bahan
organik lainnya bahkan pula bahan bakar jet. Kerugian ekonomi yang diakibatkan-
nya dapat sangat besar. Karena itu adanya prosedur untuk mengendalikan
pertumbuhan dan kontaminasi oleh mikroba merupakan suatu keharusan. Beberapa
alasan utama untuk mengendalikan mikroorganisme dapat dirangkumk secara
singkat dan padat sebagai berikut: Mencegah penyebaran penyakit dan infeksi,
Membasmi mikroorganisme pada inang yang terinfeksi, Mencegah pembusukan
dan perusakan bahan oleh mikroorganisme.

Mikroorganisme dapat disingkirkan, dihambat atau dibunuh dengan sarana


atau proses fisik, atau bahan kimia. Tersedia berbagai teknik dan sarana yang
bekerja menurut berbagai macam cara yang berbeda-beda dan masing-masing
mempunyai keterbatasan sendiri-sendiri di dalam penerapan praktisnya. Suatu
sarana fisik dapat diartikan sebagai keadaan atau sifat fisik yang menyebabkan
suatu perubahan. Beberapa contoh sarana fisik ialah suhu, tekanan, radiasi dan
penyaringan. Suatu proses fisik ialah suatu prosedur yang mengakibatkan
perubahan, misalnya sterilisasi, pembakaran dan sanitasi. Suatu bahan kimia ialah
suatu substansi (padat, cair, atau gas) yang dicirikan oleh komposisi molekular yang
pasti dan menyebabkan terjadinya reaksi; contoh-contohnya ialah senyawa-
senyawa fenolik, alkohol, klor, iodium, dan etilen oksida.

Mikroba umumnya ada yang bersifat baik maupun buruk. Mikroba yang
membawa dampak buruk tersebut harus dikendalikan perkembangannya. Sehingga
tidak dapat menganggu makhluk hidup lainnya. Pengendalian pertumbuhan
mikroba dilakukan dengan berbagai cara. Pengendalian tersebut memiliki 3 tujuan
khusus, yaitu mencegah penyebaran penyakit dan infeksi, membasmi
mikrorganisme pada inang yang terinfeksi, dan mencegah pembusukan dan
perusakan bahan oleh mikroorganisme. Dengan demikian, maka mikroorganisme
tidak dapat mengganggu kelangsungan makhluk hidup lainnya.

B. Cara pengendalian Mikroorganisme

Mikroorganisme dapat dikendalikan dengan beberapa cara, dapat dengan


diminimalisir, dihambat dan dibunuh dengan sarana atau proses fisika atau bahan
kimia.
Ada beberapa cara untuk mengendalikan jumlah populasi mikroorganisme,
diantaranya adalah sebagai berikut :

a) Cleaning (kebersihan) dan Sanitasi


Cleaning dan Sanitasi sangat penting di dalam mengurangi jumlah
populasi mikroorganisme pada suatu ruang/tempat. Prinsip cleaning dan sanitasi
adalah menciptakan lingkungan yang tidak dapat menyediakan sumber nutrisi
bagi pertumbuhan mikroba sekaligus membunuh sebagian besar populasi
mikroba.
b) Desinfeksi
Adalah proses pengaplikasian bahan kimia (desinfektans) terhadap
peralatan, lantai, dinding atau lainnya untuk membunuh sel vegetatif mikrobial.
Desinfeksi diaplikasikan pada benda dan hanya berguna untuk membunuh sel
vegetatif saja, tidak mampu membunuh spora.

c) Antiseptis
Merupakan aplikasi senyawa kimia yang bersifat antiseptis terhadap tubuh
untuk melawan infeksi atau mencegah pertumbuhan mikroorganisme dengan cara
menghancurkan atau menghambat aktivitas mikroba.

d) Sterilisasi
Proses menghancurkan semua jenis kehidupan sehingga menjadi steril.
Sterilisasi seringkali dilakukan dengan pengaplikasian udara panas. Ada dua
metode yang sering digunakan, yaitu :
1) Panas lembab dengan uap jenuh bertekanan. Sangat efektif untuk sterilisasi
karena menyediakan suhu jauh di atas titik didih, proses cepat, daya tembus
kuat dan kelembaban sangat tinggi sehingga mempermudah koagulasi protein
sel-sel mikroba yang menyebabkan sel hancur. Suhu efektifnya adalah 121oC
pada tekanan 5 kg/cm2 dengan waktu standar 15 menit. Alat yang digunakan
: pressure cooker, autoklaf (autoclave) dan retort.
2) Panas kering, biasanya digunakan untuk mensterilisasi alat-alat laboratorium.
Suhu efektifnya adalah 160oC selama 2 jam. Alat yang digunakan pada
umumnya adalah oven.
e) Pengendalian Mikroba dengan Suhu Panas lainnya
a) Pasteurisasi :
Proses pembunuhan mikroba patogen dengan suhu terkendali
berdasarkan waktu kematian termal bagi tipe patogen yang paling resisten
untuk dibasmi. Dalam proses pasteurisasi yang terbunuh hanyalah bakteri
patogen dan bakteri penyebab kebusukan namun tidak pada bakteri lainnya.
Pasteurisasi biasanya dilakukan untuk susu, rum, anggur dan makanan asam
lainnya. Suhu pemanasan adalah 65oC selama 30 menit.

b) Tyndalisasi :
Pemanasan yang dilakukan biasanya pada makanan dan minuman
kaleng. Tyndalisasi dapat membunuh sel vegetatif sekaligus spora mikroba
tanpa merusak zat-zat yang terkandung di dalam makanan dan minuman yang
diproses. Suhu pemanasan adalah 65oC selama 30 menit dalam waktu tiga
hari berturut-turut.
c) Boiling :
Pemanasan dengan cara merebus bahan yang akan disterilkan pada
suhu 100oC selama 10-15 menit. Boiling dapat membunuh sel vegetatif
bakteri yang patogen maupun non patogen. Namun spora dan beberapa virus
masih dapat hidup. Biasanya dilakukan pada alat-alat kedokteran gigi, alat
suntik, pipet, dll.
d) Red heating :
Pemanasan langsung di atas api bunsen burner (pembakar spiritus)
sampai berpijar merah. Biasanya digunakan untuk mensterilkan alat yang
sederhana seperti jarum ose.
e) Flaming :
Pembakaran langsung alat-alat laboratorium diatas pembakar
bunsen dengan alkohol atau spiritus tanpa terjadinya pemijaran.

f) Pengendalian Mikroba dengan Radiasi


Bakteri terutama bentuk sel vegetatifnya dapat terbunuh dengan penyinaran
sinar ultraviolet (UV) dan sinar-sinar ionisasi.

a) Sinar UV :
Bakteri yang berada di udara atau yang berada di lapisan permukaan
suatu benda yang terpapar sinar UV akan mati.
b) Sinar Ionisasi :
Sinar ionisasi adalah sinar X, sinar alfa, sinar beta dan sinar gamma.
Sterilisasi dengan sinar ionisasi memerlukan biaya yang besar dan biasanya
hanya digunakan pada industri farmasi maupun industri kedokteran.
- Sinar X : Daya penetrasi baik namun perlu energi besar.
- Sinar alfa : Memiliki sifat bakterisidal tetapi tidak memiliki daya
penetrasi.
- Sinar beta : Daya penetrasinya sedikit lebih besar daripada sinar X.
- Sinar gamma : Kekuatan radiasinya besar dan efektif untuk sterilisasi
bahan makanan.
g) Pengendalian Mikroba dengan Filtrasi
Ada dua filter, yaitu filter bakteriologis dan filter udara.
a) Filter bakteriologis biasanya digunakan untuk mensterilkan bahan-bahan
yang tidak tahan terhadap pemanasan, misalnya larutan gula, serum,
antibiotika, antitoksin, dll. Teknik filtrasi prinsipnya menggunakan
penyaringan, dimana yang tersaring hanyalah bakteri saja. Diantara jenis
filter bakteri yang umum digunakan adalah : Berkefeld (dari fosil diatomae),
Chamberland (dari porselen), Seitz (dari asbes) dan seluosa.
b) Filter udara berefisiensi tinggi untuk menyaring udara berisikan partikel
(High Efficiency Particulate Air Filter atau HEPA) memungkinkan
dialirkannya udara bersih ke dalam ruang tertutup dengan sistem aliran udara
laminar (Laminar Air Flow)

h) Pengendalian Mikroba dengan Bahan Kimia


Saat ini, telah banyak agen kimia yang berpotensi untuk membunuh atau
menghambat mikroba. Penelitian dan penemuan senyawa kimia baru terus
berkembang. Agen kimia yang baik adalah yang memiliki kemampuan
membunuh mikroba secara cepat dengan dosis yang rendah tanpa merusak bahan
atau alat yang didisinfeksi.
Pada prinsipnya, cara kerja agen kimia ini digolongkan menjadi :
a) Agen kimia yang merusak membran sel mikroba.
b) Agen kimia yang merusak enzim mikroba.
c) Agen kimia yang mendenaturasi protein.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi efektivitas agen kimia di dalam
mengendalikan mikroba, yaitu :
a) Konsentrasi agen kimia yang digunakan. Semakin tinggi konsentrasinya
maka efektivitasnya semakin meningkat.
b) Waktu kontak. Semakin lama bahan tersebut kontak dengan bahan yang
disterilkan maka hasilnya akan semakin baik.
c) Sifat dan jenis mikroba. Mikroba yang berkapsul dan berspora lebih resisten
dibandingkan yang berkapsul dan berspora.
d) Adanya bahan organik dan ekstra. Adanya bahan-bahan organik dapat
menurunkan efektivitas agen kimia.
e) pH atau derajat keasaman. Efektivitas bahan kimia dapat berubah seiring
dengan perubahan pH.

a) Agen Kimia yang merusak membran sel


1. Golongan Surfaktans (Surface Active Agents), yaitu golongan anionik,
kationik dan nonionik.
2. Golongan fenol.

b) Agen Kimia merusak enzim


1. Golongan logam berat seperti arsen, perak, merkuri, dll.
2. Golongan oksidator seperti golongan halogen, peroksida hidrogen dan
formaldehid.

c) Agen Kimia yang menyebabkan denaturasi protein


Agen kimiawi yang menyebabkan terjadinya koagulasi dan presipitasi
protoplasma, seperti alkohol, gliserol dan bahan-bahan asam dan alkalis.

C. Macam dan Prinsip metode sterilisasi

Pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu secara mekanik,
fisik dan kimiawi.
1. Sterilisai secara mekanik (filtrasi)

Di dalam sterilisai secara mekanik (filtrasi), menggunakan suatu saringan


yang berpori sangat kecil (0.22 mikron atau 0.45 mikron) sehingga mikroba
tertahan pada saringan tersebut. Proses ini ditujukan untuk sterilisasi bahan yang
peka panas, misal nya larutan enzim dan antibiotik.

Jika terdapat beberapa bahan yang akibat pemanasan tinggi atau tekanan
tinggi akan mengalami perubahan atau penguraian, maka sterlisasi yang
digunakan adalah dengan cara mekanik, misalnya dengan saringan. Didalam
mikrobiologi penyaringan secara fisik paling banyak digunakan adalah dalam
penggunaan filter khusus misalntya filter berkefeld, filter chamberland, dan
filter seitz. Jenis filter yang dipakai tergantung pada tujuan penyaringan dan
benda yang akan disaring.

Penyaringan dapat dilakukan dengan mengalirkan gas atau cairan melalui


suatu bahan penyaring yang memilki pori-pori cukup kecil untuk menahan
mikroorganisme dengan ukuran tertentu. Saringan akan tercemar sedangkan
cairan atau gas yang melaluinya akan steril. Alat saring tertentu juga
mempergunakan bahan yang dapat mengabsorbsi mikroorganisme. Saringan yang
umum dipakai tidak dapat menahan virus. Oleh karena itu, sehabis penyaringan
medium masih harus dipanasi dalam otoklaf. Penyaringan dilakukan untuk
mensterilkan substansi yang peka tehadap panas seperti serum,enzim,toksin
kuman,ekstrak sel,dsb.

• Menyaring cairan

Hal dapat dilakukan dengan berbagai filter seperti saringan Seitz, yang
menggunakan saringan asbestos sebagai alat penyaringannya; saringan
berkefeld, yang mempergunakan filter yang terbuat dari tanah diatom; saringan
chamberland, yang mempergunakan filter yang terbuat dari porselen; dan
fritted glass filter, yang mempergunakan filter yang terbuat dari serbuk gelas.
Saringan asbes lebih mudah dan lebih murah daripada saringan porselen.
Saringan asbes dapat dibuang setelah dipakai, sedangkan saringan porselen
terlalu mahal bila dibuang, tetapi terlalu sulit untuk dibersihkan.

• Menyaring udara

Untuk menjaga suatu alat yang sudah steril agar tidak tercemar oleh
mikroba atau untuk menjaga agar suatu biakan kuman tidak tercemar oleh
kuman yang lain, maka alat-alat tersebut harus ditutup denagn kapas, karena
kapas mudah ditembus udara tetapi dapat menahan mikroorganisme. Harus
dijaga agar kapas tidak menjadi basah, oleh karena kapas yang basah
memungkinkan kuman menembus kedalam. Untuk mencegah pencemaran
oleh kuman-kuman udara pada waktu menuang perbenihan, dapat
dipergunakan suatu alat yang disebut laminar flow bench dimana udara yang
masuk kedalamnya disaring terlebih dahulu dengan suatu saringan khusus.
Saringan ini ada batas waktu pemakaiannya dan harus diganti dengan yang
baru apabila sudah tidak berfungsi lagi.

2. Sterilisasi secara fisik

Sterilisasi secara fisik dapat dilakukan dengan pemanasan & penyinaran.

· Pemanasan

a. Pemijaran (dengan api langsung): membakar alat pada api secara langsung,
contoh alat : jarum inokulum, pinset, batang L, dll.

b. Panas kering: sterilisasi dengan oven kira-kira 60-1800C. Sterilisasi panas


kering cocok untuk alat yang terbuat dari kaca misalnya erlenmeyer, tabung
reaksi dll.

c. Uap air panas: konsep ini mirip dengan mengukus. Bahan yang mengandung
air lebih tepat menggungakan metode ini supaya tidak terjadi dehidrasi.

d. Uap air panas bertekanan : menggunalkan autoklaf


· Penyinaran dengan UV

Sinar Ultra Violet juga dapat digunakan untuk proses sterilisasi, misalnya
untuk membunuh mikroba yang menempel pada permukaan interior Safety
Cabinet dengan disinari lampu UV.

2. Sterilisaisi secara kimiawi

Biasanya sterilisasi secara kimiawi menggunakan senyawa desinfektan


antara lain alkohol. Antiseptik kimia biasanya dipergunakan dan dibiarkan
menguap seperti halnya alkohol. Umumnya isopropil alkohol 70-90% adalah yang
termurah namun merupakan antiseptik yang sangat efisien dan efektif.
Penambahan yodium pada alkohol akan meningkatkan daya disinfeksinya.
Dengan atau iodium, isopropil tidak efektif terhadap spora. Solusi terbaik untuk
membunuh spora adalah campuran formaldehid dengan alkohol, tetapi solusi ini
terlalu toksik untuk dipakai sebagai antiseptik.

Pemilihan antiseptik terutama tergantung pada kebutuhan daripada tujuan


tertentu serta efek yang dikehendaki. Perlu juga diperhatikan bahwa beberapa
senyawa bersifat iritatif, dan kepekaan kulit sangat bervariasi. Zat-zat kimia yang
dapat dipakai untuk sterilisasi antara lain yaitu halogen (senyawa klorin, iodium),
alkohol,fenol,hidrogen feroksida,zat warna ungu kristal, derivat akridin,
rosanalin, detergen, logam berat (hg,Ag,As,Zn), aldehida, dll.
DAFTAR PUSTAKA

Dewick, P.M, 1999, Medicinal Natural Products, A Biosynthesis Approach, John Willey
& Sons Ltd, England.
Hogg, S., 2005, Essential Microbiology, John Willey & Sons Ltd, England
Pelczar, Michael J. 2008. Dasar-Dasar Mikrobiolgi. Universitas Indonesia: Jakarta
Sudibyo, R.S., 2002, pengendalia mikroba, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Suharni, Theresia Tri. 2007. Mikrobiologi umum. Yogyakarta :Penerbit Universitas Atma
Jaya.

Anda mungkin juga menyukai