Anda di halaman 1dari 10

TUGAS MAKALAH MIKROBIOLOGI

“PENGENDALIAN MIKROORGANISME”

OLEH :

NAMA : LIA BETHA WIJAYANTI


NIM : G 701 17 045
TUGAS : MIKROFARMASI SP

KELAS : A

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kita ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
dan karunia yang telah diberikan, kami dapat menyusun makalah mengenai
“Pengedalian Mikroorganisme”. Makalah ini merupakan hasil dari membaca berbagai
referensi.
Semoga makalah ini dapat memberikan kontribusi positif dan bermakna dalam
proses belajar dan dalam kehidupan sehari-hari khusunya di bidang pelayanan
kesehatan.
Dari lubuk hati yang paling dalam,saya sangat menyadari bahwa makalah ini
masih belum sempurna. Oleh sebab itu, kritik dan saran membangun sangat kami
harapkan. Tak lupa saya ucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah yang telah
memberikan masukan dalam membuat makalah ini, serta semua orang yang telah
membantu kelancaran pembuatan makalah ini.
Amin.

PALU, APRIL 2019

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN 
1.1 Latar Belakang
Ahli bedah di pertengahan 1800-an sering melakukan praktek operasi
mengenakan pakaian sehari-hari, tanpa mencuci tangan. Para ahli bedah juga
sering menggunakan benang jahit biasa untuk menjahit luka, dan secara tidak
sengaja jarum terkena kerah mantel  mereka ketika mengopersi pasien. Padahal
pakaian bedah mereka biasanya terbuat dari kapas atau rami yang tidak digunakan
dari lantai pabrik kapas. Hal inilah yang merupakan latar belakang ilmuwan
Perancis Louis Pasteur menunjukkan bahwa mikroba yang tidak terlihat dapat
menyebabkan penyakit.
Teknik Lister efektif dalam meningkatkan tingkat operasi yang lebih aman,
tetapi teori-teorinya dianggap kontroversial karena banyak ahli bedah abad ke-19
tidak mau menerima sesuatu yang tidak bisa dilihat oleh mereka. Juga mungkin
alasan mereka sulit untuk menerima metode Lister adalah karena selama operasi
mereka harus bernapas dengan bau aerosol yang menjengkelkan dari fenol. 
1.2 Permasalahan
1. Pengertian dan pentingnya pengendalian mikroorganisme
2. Bagaimana cara steril dan sterilisasi
3. Apa saja macam-macam dan prinsip metode sterilisasi
1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa pengertian dan pentingnyapengendalian mikroorganisme
2. Mengetahui bagaimana cara mensterilkan dan cara sterilisasi ?
3. Apa saja macam-macam dan prinsip metode sterilisasi ?

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengendalian pertumbuhan Mikroorganisme.
Pengendalian mikroorganisme adalah mencegah pencebarana penyakit dan
infeksi, membasmi mikroorganisme pada inang yang terinfeksi, mencegah
pembusukan dan perusakan bahan oleh mikroorganisme. Mikroorganisme dapat
dikendalikan dengan beberapa cara dapat dengan diminimalisir, dhambat dan
dibunuh dengan sarana atau proses fisika kimia.
Istilah dalam mengendalikan jumlah populasi mikroorganisme, diantaranya
adalah sebagai berikut :
2.1.1 Cleaning (kebersihan) dan Sanitasi.
Cleaning dan Sanitasi sangat penting di dalam mengurangi jumlah
populasi mikroorganisme pada suatu ruang/tempat. Prinsip cleaning dan
sanitasi adalah menciptakan lingkungan yang tidak dapat menyediakan
sumber nutrisi bagi pertumbuhan mikroba sekaligus membunuh sebagian
besar populasi mikroba.
2.1.2 Desinfeksi.
Adalah proses pengaplikasian bahan kimia (desinfektans) terhadap
peralatan, lantai, dinding atau lainnya untuk membunuh sel vegetatif
mikrobial. Desinfeksi diaplikasikan pada benda dan hanya berguna untuk
membunuh sel vegetatif saja, tidak mampu membunuh spora.

2.1.3 Antiseptis.
Merupakan aplikasi senyawa kimia yang bersifat antiseptis terhadap
tubuh untuk melawan infeksi atau mencegah pertumbuhan
mikroorganisme dengan cara menghancurkan atau menghambat aktivitas
mikroba.
2.1.4 Sterilisasi.
Proses menghancurkan semua jenis kehidupan sehingga menjadi
steril. Sterilisasi seringkali dilakukan dengan pengaplikasian udara

2.2 Pengendalian Mikroorganisme.


Dalam pengendalian mikroorganisme dibagi dalam teknologi fisika maupun
kimia yang banyak digunakan untuk mengendalikan pertumbuhan mikroba
(tertentu), walaupun mungkin tidak sampai sempurna steril. Namun umumnya
mencegah pembusukan makanan atau menyembuhkan penyakit menular
merupakan tujuan utama.
2.2.1 Secara Fisika.
Beberapa cara fisika dapat digunakan untuk mengendalikan populasi
mikroba. Misalnya seperti temperatur tinggi dan radiasi ionisasi. Metode
Pengendalian Mikroorganisme secara fisika adalah teknik mematikan
mikroorganisme dengan tujuan menghilangkan semua mikroorganisme
yang ada pada bahan atau alat dengan proses dan sarana fisik. Dengan cara
fisika mikroorganisme dapat dikendalikan, yaitu dibasmi, dihambat atau
ditiadakan dari suatu lingkungan.
2.2.1.1 Pemanasan Suhu Tinggi.
Pada suhu-suhu tertentu mikroorganisme dapat
dimatikan. Waktu yang diperlukan untuk membunuh tergantung
pada jumlah organisme, spesies, sifat produk yang dipanaskan, pH,
dan suhu. Autoklaf merupakan instrumen yang digunakan untuk
membunuh semua mikroorganisme dengan panas, umumnya
digunakan dalam proses  pengalengan, pembotolan, dan prosedur
pengemasan steril.
A. Pendidihan.
Pendidihan 100 o selama 30 menit dengan cara merebus
bahan yang akan disterilkan (memerlukan waktu lebih banyak di
ketinggian). Membunuh semua mikroorganisme yang patogen
maupun non patogen kecuali beberapa endospora dan dapat
menonaktifkan virus. Untuk keperluan air minum murni,
100 o selama lima menit adalah "standar" untuk di pegunungan
"meskipun ada beberapa laporan yang mengatakan Giardia kista
dapat bertahan proses ini di Teluk namun waktu pendidihan yang
lebih panjang lebih direkomendasikan. Biasanya dapat dilakukan 
pada alat-alat kedokteran gigi, alat suntik, pipet, dll.
B. Pasteurisasi
Pasteurisasi adalah penggunaan panas yang ringan
dengan suhu terkendali untuk mengurangi jumlah
mikroorganisme patogen dengan berdasarkan  waktu kematian
termal bagi tipe patogen yang paling resisten untuk
dibasmi dalam produk atau makanan. Dalam kasus pasteurisasi
susu, waktu dan suhu tergantung tujuan untuk membunuh jenis
potensial yang patogen yang terdapat dalam susu yang
diinginkan. Misalnya, staphylococcus, streptococcus, Brucella
abortus dan Mycobacterium tuberculosis . Akan tetapi setelah
pasteurisasi akan banyak terjadi pembusukan mikroorganisme
yang telah terbunuh, dan karenanya untuk meningkatkan kualitas
susu harus pada suhu dingin (2 ° C). 
Susu pasteurisasi dengan pemanasan biasanya pada suhu
63 ° C selama 30 menit (metode batch) atau pada 71 ° C selama
15 detik (metode flash), untuk membunuh bakteri dan menjaga
kualitas susu.
C. Tyndalisasi
Pemanasan yang dilakukan biasanya pada makanan dan
minuman kaleng. Tyndalisasi dapat membunuh sel vegetatif
sekaligus spora mikroba tanpa merusak zat-zat yang terkandung
di dalam makanan dan minuman yang diproses. Suhu pemanasan
adalah 65oC selama 30 menit dalam waktu tiga hari berturut-
turut.
D. Autoklaf
Autoklaf adalah alat sterilisasi yang mempergunakan uap
dan tekanan yang diatur. Autoklaf merupakan ruang uap
berdinding rangkap yang diisi dengan uap jenuh bebas udara
dan dipertahankan pada suhu serta yang ditentukan selama
periode waktu yang dikehendaki. Pada alat ini bahan-bahan yang
akan disterilkan dipanaskan sampai 121 oC selama 15 sampai 20
menit pada tekanan uap 15 pon per inci persegi (kirakira 1,5
atmosfir). Uap air jenuh memanaskan bahan-bahan tadi
sehingga dengan cepat disterilkan dengan melepaskan panas
yang laten. Dengan kondensasi sejumlah 1600 ml uap pada
100 oC dan tekanan 1 atmosfir, akan terjadi embun sejumlah 1
ml dengan melepaskan 518 kalori. Air yang mengembun tadi
akan menyebabkan keadaan lembab yang cukup utuk
membunuh kuman.
2.2.1.2 Pendinginan dan pembekuan.
Umumnya  mikroorganisme hanya tumbuh sangat sedikit
atau tidak sama sekali pada suhu 0 o C. Makanan akan tahan lama
jika disimpan di temperatur rendah untuk memperlambat laju
pertumbuhan dan pembusukan akibat adanya mikroorganisme
(misalnya susu). Tetapi suhu rendah tidak berarti bebas bakteri.
Kasus psychrotrophs, dari psychrophiles memang benar merupakan
penyebab pembusukan yang biasa pada makanan pada makanan
yang didinginkan. Meskipun beberapa mikroba masih dapat tumbuh
dalam suhu sangat dingin serendah minus 20 o C, unutuk
kebanyakan makanan diawetkan untuk mencegah pertumbuhan
mikroba dalam freezer rumah tangga.
2.2.1.3 Pengeringan (pengangkatan H 2 O).
Sebagian besar mikroorganisme tidak dapat tumbuh pada
keadaan kekurangan air(A w <0.90). Pengeringan sering digunakan
untuk mengawetkan makanan (misalnya buah-buahan, biji-bijian,
dll). Metode ini melibatkan penghilangan air dari produk oleh panas,
penguapan, beku-pengeringan, dan penambahan garam atau
gula. Pengeringaan sel mikroba serta lingkungannya sangat
mengurangi atau menghentikan aktivitas metabolik. Diikuti dengaan
sejumlaah sel. Pada umumnya lamanya mikroorganisme bertahan
hidup setelah pengeringan bervariasi tergantung dari faktor-faktor
yang mempengaruhinya. Yaitu :
A. Jenis mikroorgaanissme.
B. Bahan pembawa yang akan dipakai untuk mengeringkan
mikroorganisme.
C. Kesempurnaan proses pengeringan.
D. Kondisi fissik (cahaya, suhu, kelembaban yang dikenakan pada
organisme yaang dikeringkan.
Pengeringan di udara dapat membunuh sebagian besar
kuman. Namun spora tidak terpengaruh oleh pengeringan,
karena itu merupakan cara yang kurang memuaskan.
2.2.1.4 Radiasi (UV, x-ray, radiasi gamma)
Banyak mikroorganisme pembusukan dapat segera dibunuh
oleh radiasi. Di beberapa negara bagian Eropa, buah-buahan dan
sayuran yang diradiasi untuk meningkatkan umur penyimpanan
hingga 500 persen. Praktek ini dapat digunakan untuk pasteurisasi
jus buah dengan mengalirkan jus di atas sumber cahaya ultraviolet
intensitas cahaya tinggi. Sistem UV untuk penggunaan air tersedia
pribadi, perumahan dan komersial untuk dapat digunakan dalam
pengendalian bakteri, virus dan kista protozoa.
Macam-macam radiasi yang digunakan :
A. Radiasi Ultraviolet
Ultraviolet merupakan unsur bakterisidal utama pada sinar
matahari yang meneyebabkan perubahan-perubahan di dalam
sel berupa :
1. Denaturasi protein
2. Kerusakan DNA
3. Hambatan repikasi DNA
4. Pembetukan H2O2 dan peroksida organik di dalam
pembenihan.
5. Merangsang pembentukan kolisin pada kuman kolisigenik
dengan merusak penghambatnya di dalam sitoplasma
B. Cahaya Ultraviolet
Cahaya ultraviolet dipergunakan untuk :
1. Membunuh mikrooganisme.
2. Membuat vaksin kuman dan virus.
3. Mencegah infeksi melalui udara pada ruang bedah, tempat-
tempat umum dan laboratorium bakteriologis.
C. Radiasi sinar-X dan pengion lainnya
Radiasi pengion memiliki kapasitas lebih besar untuk
menginduksikan perubahan-perubahan yang mematikan pada
DNA sel. Cara ini berguna untuk sterilisasi barang-barang sekali
pakai misalnya benang bedah, semperit sekali pakai, pembalut
lekat dan lain-lain.
Menurut FDA, radiasi tidak membuat makanan menjadi
radioaktif, juga tidak terlihat perubahan rasa, tekstur, atau
penampilan. Radiasi produk pangan untuk mengendalikan
penyakit yang terbawa makanan pada manusia umumnya telah
disahkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa Organisasi Kesehatan
Dunia dan American Medical Association. Dua bakteri penyebab
penyakit penting yang dapat dikendalikan oleh iradiasi
meliputi Escherichia coli  dan spesies Salmonella. 
2.2.1.5 Filtrasi.
Filtrasi terbagi atas dua yaitu filter bakteriologis dan filter udara :
A. Filter bakteriologis
Filter Bakteriologis biasanya digunakan untuk
mensterilkan bahan-bahan yang tidak tahan terhadap
pemanasan, misalnya larutan gula, serum, antibiotika,
antitoksin, dll. Teknik filtrasi prinsipnya menggunakan
penyaringan, dimana yang tersaring hanyalah bakteri saja.
Diantara jenis filter bakteri yang umum digunakan adalah :
Berkefeld (dari fosil diatomae), Chamberland (dari porselen),
Seitz (dari asbes) dan seluosa.
B. Filter udara
Filter udara berefisiensi tinggi untuk menyaring udara
berisikan partikel (High Efficiency Particulate Air Filter atau
HEPA) memungkinkan dialirkannya udara bersih ke dalam ruang
tertutup dengan sistem aliran udara laminar (Laminar Air Flow)
2.2.2 Secara  kimia.
A. Antimikroba 
Antimikroba adalah zat kimia yang membunuh atau
menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Antimikroba termasuk
bahan pengawet kimia dan antiseptik, serta obat yang digunakan
dalam pengobatan penyakit menular pada tanaman dan
hewan. Antimikroba didapatkan dari sintetis atau berasal  dari alam,
dan mereka memiliki efek atau sidal statis pada mikroorganisme. 
1. Antiseptik
Antiseptik cukup berbahaya jika digunakan pada kulit dan
selaput lendir, dan tidak boleh digunakan secara
internal. Contohnya seperti merkuri, perak nitrat, larutan
yodium, dan deterjen.
2. Desinfektan
Desinfektan merupakan bahan yang membunuh
mikroorganisme, tetapi tidak mencakup spora mikroorganisme,
dan tidak aman digunakan untuk jaringan hidup, desinfektan
hanya digunakan pada benda mati seperti meja, lantai,
peralatan, dll. Efeknya terhadap permukaan benda atau bahan
juga berbeda-beda. Ada yang serasi dan ada yaang bersifat
merusak. Oleh karena itu perlu diketahui perilaku bahan kimia
yaang akan digunakan sebagai desinfektan. Ciri-ciri Desinfektan
yang ideal :
Aktivitas antimikrobial, persyaratan yaang pertama ialah
kemampuan substansi untuk mematikan mikroorganisme. Pada
konsentrasi rendah, zat tersebut harus mempunyai aktivitas
antimikrobial dengaan spektrum luas.
A. Kelarutan, yaitu harus dapat larut dalam air atau pelarut lain.
B. Stabilitas.
C. Tidak bersifat raacun bagi manusia maupun hewan dan
tumbuhan.
D. Homogenitas, harus mempunyaai komposisi yang seragam
sehingga bahan aktifnya selalu terdapat dalam setiap aplikasi
E. Mempunyaai aktivitas antimikrobial pada suhu kamar.
F. Kemampuan untuk menembus permukaan suatu barang.
G. Tidak bergabung dengan bahan organic.
H. Tidak menimbulkan karat dan warna.
I. Kemampuan menghilangkan bau yang kurang sedap.
J. Berkemampuan sebagai deterjen
K. Contoh-contoh desinfektan seperti Hipoklorit, senyawa klorin,
senyawa alkali, tembaga sulfat, senyawa amonium kuartener,
formalin dan senyawa fenol.
1) Formaldehida.
Berguna untuk mensterilkan vaksin kuman dan untuk
menginaktifkan toksin kuman tanpa mempengaruhi sifat
antigenitasnya. Larutan formaldehida dengan kosentrasi 5
sampai 10 persen di dalam air akan membunuh sebagian
besar kuman. Formaldehida bersifat bakterisidal, sporisidal,
dan juga dapat membunuh virus.
2) Fenol
Dipergunakan untuk mensterilkan alat-alat bedah dan untuk
membunuh kuman yang tercecer di laboratorium. Larutan
yang dipakai biasanya berkadar 3 persen.
3) Sabun dan deterjen
Bersifat bakterisidal dan bakteristatik terhadap kuman Gam
negatif dan beberapa jenis kuman tahan asam. Deterjen
bekerja dengan cara berkumpul pada selaput sitoplasma
kuman sehingga mengganggu fungsi normalnya atau dengan
denaturasi protein dan enzim
4) Alkohol
Etil alkohol sangat efektif pada kadar 70 persen daripada 100
persen. Namun tidak membunuh spora.
5) Desinfektans dalam bentuk aerosol dan gas
Uap SO2, klor dan formalin dipergunakan sebagai desinfektan
berupa gas, demikian juga propilen glikol yang merupakan
desinfektan yang kuat.
 
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan.
Pengendalian mikroorganisme dapat mencegah penyebaran penyakit
dan infeksi, membasmi mikroorganisme pada inang yang terinfeksi, dan
mencegah pembusukan dan perusakan bahan oleh mikroorganisme. Dengan
cara membunuh mikroorganisme atau membuat kondisi yang membuat
mikroorgenisme tidak dapat tumbuh.  Membunuh dan membatasi
pertumbuhan mikroorganisme khususnyan sangat penting dalam penyediaan
dan pemeliharaan untuk keamanan makanan. Pengendalian mikroorganisme
juga penting pada praktek medis modern dalam menurunkan penyebaran
mikroorganisme. Mikroorganisme dapat dikendalikan dengan beberapa cara,
dapat dengan diminimalisir, dihambat dan dibunuh dengan sarana atau proses
fisika atau bahan kimia.

DAFTAR PUSTAKA
http://www.textbookofbacteriology.net/
http://rachdie.blogsome.com/2006/10/14/pengendalian-mikroorganisme/
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/
http://analismuslim.blogspot.ca/2011/10/pengendalian-pertumbuhan-
mikroorganisme.html

Anda mungkin juga menyukai