Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

INOKULASI MIKROBA PADA AIR KOLAM

PARALEL 07

Dosen Pengampu : 1. Prof. Dr. Ir. Maria Endo Mahata, MS

2. Prof. Dr. Ir. Hj. Wizna, MS

3. Dr. Zurmiati, S.Pt

Asisten Pratikum : 1. Siska Ananda 1810612086

2. Gusri Santi 1810612087

3. Fauzul Azim 1810613018

Agnes Pertiwi

2110611018

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat

dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan sebuah laporan praktikum yang

berjudul “ISOLASI BAKTERI”. Laporan ini dibuat untuk memenuhi salah satu

tugas mata kuliah Mikrobiologi.

Saya telah berusaha untuk menyelesaikan tugas ini dengan sebaik-baiknya,

namun tidak ada sesuatu di dunia ini yang sempurna. Dengan segala keterbatasan

saya berupaya untuk meminimalisir kesalahan yang ada dalam laporan ini. Dengan

segala kerendahan hati saya siap menerima kritik dan saran yang membangun agar

laporan ini menjadi lebih baik. Saya ucapkan terimakasih kepada berbagai pihak

yang telah mendukung terselesikannya laporan ini. Semoga laporan ini dapat

bermanfaat khususnya bagi penulis dan bagi pembaca.

Padang, 14 November 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………… i

DAFTAR ISI……………………………………………………………... ii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………….. 1

1.1 Latar Belakang…………………………………………………… 1

1.2 Tujuan…………………………………………………………….. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………… 3

2.1 Sterilisasi………………………………………………………….. 3

2.2 Inokulasi………………………………………………………….. 4

2.3 Inkubasi…………………………………………………………… 5

2.4 Isolasi……………………………………………………………… 6

2.5 PDA………………………………………………………………... 6

2.6 NA…………………………………………………………………. 7

2.7 MRS Agar…………………………………………………………. 8

2.8 Trichodarma Reesei………………………………………………. 9

BAB III MATERI DAN METODA……………………………………... 10

3.1 Materi …………………………………………………………….. 10

3.2 Metode……………………………………………………………. 11

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………… 13

4.1 Hasil……………………………………………………………….. 13

4.4 Pembahasan………………………………………………………. 13

ii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN …………………………………. 16

5.1 Kesimpulan……………………………………………………….. 16

5.2 Saran ……………………………………………………………… 16

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………. 17

LAMPIRAN………………………………………………………………... 18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mikrobiologi merupakan suatu bidang ilmu yang mempelajari


organisme yang berukuran sangat kecil sehingga tidak dapat dilihat langsung
dengan mata telanjang melainkan harus menggunakan bantuan mikroskop.
Menurut Ria et (2019) mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari makhluk hidup
berukuran sedemikian kecil, sehingga setiap sel individu tidak dapat dilihat oleh
mata secara langsung. Organisme yang sangat kecil ini disebut sebagai
mikroorganisme, atau sering disebut mikroba maupun jasad renik (Murwani, 2015).
Mikroba meliputi bakteri, jamur (sel ragi dan cendawan), protozoa,
virus, dan microscopic algae. Sebagian besar mikroba mempunyai peran penting
dalam memecahkan masalah kehidupan. Mikroba dapat menjaga keseimbangan
makhluk hidup dan bahan kimiawi di lingkungan (Murwani, 2015). Peranan
mikroba salah satunya dalam proses fermentasi pada makanan. Nilai gizi pada
makanan fermentasi lebih tinggi dari bahan asal karena mikroba memiliki
kemampuan memecah senyawa kompleks menjadi lebih sederhana. Hal tersebut
membuat makanan lebih mudah dicerna. Proses pembuatan pangan fermentasi
melibatkan berbagai jenis mikroorganisme sehingga pangan fermentasi
tersebut juga dapat dijadikan sumber untuk mengisolasi mikroorganisme.
Isolasi merupakan teknik memperoleh kultur murni dengan cara
memisahkan satu jenis sel mikroba dari campuran mikroba lainnya. Tujuan isolasi
dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh sebuah kultur murni
(Kusumaningrum, 2015, p.3). Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil
kultur mikroba adalah jenis media kultur, sifat mikroba dan metode atau teknik
laboratorium (Kambey, 2016, p. 6).

1
1.2 Tujuan Praktikum
Pratikum ini dilakukan dengan tujuan:
1. Untuk mengetahui bagaimana cara pembuatan media pertumbuhan
bakteri/NA (Nutrient Agar)
2. Untuk mengetahui bagaimana teknik isolasi bakteri dengan media air kolam
3. Untuk mengetahui total koloni bakteri dari air kolam pada pengenceran 3
dan 5.
1.3 Manfaat Pratikum:
Berasarkan tujuan pratikum yang ingin dicapai maka manfaat yang ingin
dicapai pada pratikum ini adalah mengetahui alat dan bahan yang digunakan
dalam isolasi, inokulasi dan peritungan total koloni bakteri serta mengetahui
dan memahami pembuatan media dan larutan pengencer.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sterilisasi
Sterilisasi merupakan cara untuk membebaskan alat ataupun bahan dari
segala bentuk kehidupan terutama mikroorganisme. Dalam praktikum mikrobiologi
sterilisasi dapat dilakukan secara fisik dan kimia, pemilihan cara sterilisasi
tergantung pada jenis bahan yang akan disterilkan ataupun bentuk bahan/sediaan
yang akan disterilkan (Yusmaniar,Wardiyah & Nida, 2017). Macam-Macam
Sterilisasi, yaitu : sterilisasi secara fisik, sterilisasi secara fisik dapat dilakukan
dengan pemanasan dan pemijaran. Pemijaran (dengan api langsung): membakar
alat pada api secara langsung, contoh alat : jarum inokulum, pinset, batang L dan
lain-lain. Sterilisasi panas kering : sterilisasi dengan oven umumnya pada suhu160-
1700C selama 1-2 jam. Sterilisasi panas kering cocok untuk sterilisasi serbu yang
tidak stabil terhadap uap air, alat yang terbuat dari kaca misalnya erlenmeyer,
tabung reaksi dan lain-lain. Sterilisasi uap panas : konsep ini mirip dengan
mengukus. Sterilisasi dengan menggunakan uap panas dibawah tekanan dengan
menggunakan autoklaf. Pada sterilisasi ini umumnya dilakukan dalam uap jenuh
dalam waktu 15 menit dengan suhu 121℃; sterilisasi kimia, biasanya sterilisasi
secara kimiawi menggunakan senyawa desinfektan antara lain alkohol. Antiseptik
kimia biasanya dipergunakan dan dibiarkan menguap seperti halnya alkohol. Proses
sterilisasi antiseptik kimia ini biasanya dilakukan dengan cara langsung
memberikan pada alat atau media yang akan disterilisasi. Pemilihan antiseptik
terutama tergantung pada kebutuhan dari tujuan tertentu serta efek yang
dikehendaki; sterilisasi mekanik (filtrasi), sterilisasi secara mekanik (filtrasi)
menggunakan suatu saringan yang berporisangat kecil (0.22 mikron atau 0.45
mikron) sehingga mikroba tertahan padasaringan tersebut. Proses ini ditujukan
untuk sterilisasi bahan yang peka panas, misalnya larutan serum, enzim, toksin
kuman, ekstrak sel dan lain-lain (Fauzi, 2013).
Ada banyak cara untuk melakukan sterilisasi yang efektif. Beberapa cara
juga didukung dengan alat-alat yang dapat membuat proses sterilisasi jadi lebih
optimal. Cara pertama ini dilakukan dengan menggunakan oven dengan uap yang
sangat tinggi. Biasanya digunakan untuk mensterilkan benda-benda yang terbuat

3
dari bahan logam. Oven dengan fungsi sterilisasi ini biasanya digunakan di
laboratorium penelitian ilmiah atau di rumah sakit untuk mensterilkan alat-alat
operasi dan sejenisnya. Dengan memanfaatkan uap panas, Anda bisa mematikan
mikroorganisme yang terdapat pada alat-alat tersebut agar barang jadi steril
sebelum siap untuk digunakan kemudian. Cara kedua untuk melakukan sterilisasi
adalah dengan menggunakan lampu yang memancarkan sinar UV. Lampu sinar UV
ini biasanya dipasang pada suatu ruang atau bilik untuk melakukan sterilisasi secara
menyeluruh pada obyek-obyek yang ukurannya juga cukup besar. Penggunaannya
juga disarankan tidak lebih dari lima belas menit, jadi tidak begitu lama agar tidak
membahayakan. Cara berikutnya menggunakan autoclave kering, yakni alat
sterilisasi yang menggunakan uap bertekanan sangat tinggi dalam ruangan tertutup.
Sementara autoclave basah biasanya menggunakan air mendidih untuk
mensterilkan substansi-substansi tertentu dalam beberapa menit. Cara yang terakhir
ini juga yang paling banyak ditiru untuk melakukan proses sterilisasi mandiri di
rumah dengan barang-barang tertentu. Hal ini dikarenakan cara ini termasuk cara
yang cukup mudah, hanya dengan merebus substansi tertentu dalam air yang sedang
mendidih selama 15-20 menit untuk mensterilkan benda tersebut. Cara ini mampu
memastikan tidak ada lagi bakteri dan kuman atau mikroorganisme lain pada benda
tersebut, sehingga benar-benar bersih dan dapat digunakan kembali.
2.2 Inokulasi
Inokulasi adalah pekerjaan memindahkan bakteri dari medium yang lama
ke medium yang baru dengan tingkat ketelitian yang sangat tinggi. Untuk
melakukan penanaman bakteri (inokulasi) terlebih dahulu diusakan agar semua alat
yang ada dalam hubungannya dengan medium agar tetap steril, hal ini agar
menghindari terjadinya kontaminasi. Penanaman bakteri atau inokulasi bakteri
dilakukan dengan metode spread plate (cawan tebar), pour plate, gores, dan teknik
pengenceran. Penanaman bakteri dilakukan dengan cara menanam bakteri dengan
pengenceran dari setiap pengenceran diambil 0,1 ml dengan menggunakan
pipetsteril dan dimasukkan kedalam petri dish. Setelah itu diinkubasikan selama
1x24 jam pada suhu ruang. ( Yunita et all, 2015). Inokulasi adalah menanam
inokula secara aseptik ke dalam media steril.Inokula adalah bahan yang
mengandung mikroba atau biakan mikroba, baik dalamkeadaan cair maupun padat

4
( Henny dan Seprianto, 2019).
Teknik inokulasi terbagi 3 yaitu:
1. Teknik Tuang, teknik ini bertujuan untuk menentukan perkiraan jumlah
bakteri hidup dalam suatu cairan. Hasil perhitungan jumlah bakteri pada
cara penuangan dinyatakan dalam koloni (Irianto, 2012).
2. Teknik Sebar, Isolasi dengan cara penyebaran diawali dengan pengenceran
sampel. Pengenceran sampel dilakukan sama seperti pada cara penuangan.
Medium yang telah dipersiapkan dituangkan ke dlm cawan petri steril
tunggu hingga memadat, setelah itu suspensi sampel dituangkan di atas
permukaan agar. Penyebaran suspensi sampel dilakukan dengan
menyebarkan suspensi dengan batang drugalsky yang telah dipanaskan
terlebih dahulu (Waluyo, 2007).
3. Teknik gores, Isolasi bakteri dengan cara penggoresan bertujuan membuat
garis sebanyak mungkin pada permukaan medium pembiakkan, dengan
jarum ose yang terlepas pada garis-garis tersebut semakin lama semakin
sedikit, sehingga pada garis terakhir koloni yang terbentuk akan terpisah
agak jauh (Irianto, 2012).
2.3 Inkubasi
Pada proses pengolahan bakteri, bakteri tersebut harus dikembang biakkan
terebih dahulu. Untuk mengembangbiakannya membutuhkan suhu yang cocok
dengan kondisi biologis dan fisik bakteri dengan waktu tertentu. Bakteri tersebut
dikembangbiakkan menggunakan sebuah alat penginkubasi bakteri (incubator
bakteri)(Anonim, 2015). Inkubasi bakteri merupakan proses pemeliharaan kultur
bakteri selama jangka waktu tertentu dengan temperatur tertentu untuk melihat
perkembangan suatu bakteri. Setiap spesies bakteri tumbuh pada kisaran suhu
tertentu. Atas dasar ini maka bakteri dapat diklarifikasi sebagai: psikrofil, yang
tumbuh pada 0 sampai 30˚C; mesofili, yang tumbuh pada suhu 25˚-40˚C; dan
termofilik, yang suhu 50˚ atau lebih. Suhu inkubasi yang memungkinkan
pertumbuhan tercepat selama periode waktu yang singkat (12-24 jam) dikenal
sebagai suhu pertumbuhan optimum (Pelczar et al, 2008).
Pada inkubator bakteri juga dibutuhkan pengatur waktu sebagai proses
inkubasi bakteri, karena setiap spesies bakteri memerlukan waktu

5
perkembangbiakan yang berbeda. Contohnya bakteri yang membutuhkan waktu 24
jam untuk berkembangbiak, apabila diberi waktu lebih dari itu maka bakteri
tersebut akan mati (pelczar et al, 2008; Purbonoto et all, 2011). Oleh sebab itu
pengaturan waktu dalam proses inkubasi menjadi faktor penting keberhasilan
perkembangbiakan bakteri. Dalam penelitian ini dikembangkan incubator bakteri
yang dilengkapi dengan pengatur waktu.
2.4 Isolasi
Isolasi bakteri merupakan proses pengambilan bakteri dari medium atau
lingkungan asalnya, dan menumbuhkan pada medium buatan sehingga diperoleh
biakan atau kultur murni yang merupakan hasil dari isolasi tersebut. Isolasi bakteri
dapat mempelajari sifat biakan, morfologi, dan sifat aslinya, maka organisme yang
akan dipelajari harus dapat dipisahkan menjadi biakan murni yang hanya
mengandung satu jenis bakteri saja. Pemurnian isolat bertujuan untuk mendapakan
biakan murni. Biakan murni merupakan biakan yang hanya mengandung satu jenis
bakteri saja. Dengan pengisolasian terhadap bakteri, akan dapat ditemukan dan
diketahui ukuran koloni bakteri, bentuk koloni bakteri, bentuk bagian tepian koloni,
dan warna koloni bakteri (Fitri dan Yasmin, 2011).

2.5 Potato Dextrose Agar

Potato dextrose agar merupakan salah satu media yang baik digunakan
untuk membiakkan suatu mikroorganisme, baik itu berupa cendawan/fungsi,
bakteri, maupunsel mahluk hidup. Media PDA merupakan jenis media biakan dan
memiliki bentuk/ konsistensi padat (solid). Potato dextrose agar merupakan paduan
yang sesuai untuk menumbuhkan biakan (Winda, 2009). Fungsi dari Komposisi
Media PDA (Potato Dextrose Agar), yaitu potato extract, potato extract atau ekstrak
kentang merupakan sumber karbohidrat atau makanan bagi biakan pada media PDA
(Potato Dextrose Agar); dextrose, dextrose atau gugusan gula baik itu
monosakarida maupun polisakarida merupakan penambah nutrisi bagi biakan pada
media PDA (Potato Dextrose Agar); agar, agar merupakan bahan media/tempat
tumbuh bagi biakan yang baik, karenamengandung cukup air. Fungsi Media PDA
(Potato Dextrose Agar) di Mikrobiologi. Dalam mikrobiologi media PDA (Potato
Dextrose Agar) digunakan untuk menumbuhkan atau mengidentifikasi yeast dan

6
kapang. Dapat juga digunakan untuk enumerasi yeast dan kapang dalam suatu
sampel atau produk makanan. PDA mengandung sumber karbohidrat dalam jumlah
cukup yaitu terdiri dari 20% ekstrak kentang dan 2% glukosa sehingga baik untuk
pertumbuhan kapang dan khamir tetapi kurang baik untuk pertumbuhan bakteri.

PDA (potato dextrose agar) merupakan media yang umum digunakan dalam
kultivasi bakteri. Dalam pembuatan PDA disetiap prosesnya harus selalu steril, baik
alat-alat yang digunakan untuk proses pembuatan haruslah steril. Contohnya:
tangan, dalam proses ini tangan harus disterilkan oleh alkohol sebelum melakukan
pembuatan PDA ini. Tujuannya yaitu agar PDA yang dibuat tidak ditumbuhi
mikroorganisme yang tidak diinginkan. Media biakan adalah media steril untuk
menumbuhkan mikroorganisme. Dalam pembuatan PDA, peranan agar-agar
sebagai media tempat tumbuhdari jamur. Sedangkan kentang yang mengandung
karbohidrat berperan untuk memberikan energi bagi mikroorganisme.

2.6 Nutrient Agar

Nutrient Agar (NA) adalah salah satu contoh media yang sering digunakan
untuk menumbuhkan dan mengembangbiakkan bakteri. Nutrient Agar (NA)
merupakan media biakan yang dibuat dari ekstrak beef, pepton, dan agar.
karbohidrat sangat dibutuhkan oleh bakteri karena karbohidratmerupakan substrat
utama untuk metabolisme bakteri. Hampir setengah beratkering suatu bakteri
merupakan unsur karbon. Karbon dapat ditemukan dalamsenyawa karbohidrat,
sehingga karbohidrat sangat berperan penting untuk mendukung pertumbuhan
bakteri.Nutrient Agar (NA) merupakan suatu medium yang berbentuk padat, yang
merupakan perpaduan antara bahan alamiah dan senyawa-senyawa kimia. NA
dibuat dari campuran ekstrak daging dan peptone dengan menggunakan agar
sebagai pemadat. Dalam hal ini agardigunakan sebagai pemadat, karena sifatnya
yang mudah membeku dan mengandung karbohidrat yang berupa galaktam
sehingga tidakmudah diuraikan oleh mikroorganisme. Dalam hal ini ekstrak beef
dan pepton digunakan sebagai bahan dasar karena merupakan sumber protein,
nitrogen, vitamin serta karbohidrat yang sangat dibutuhkan oleh mikroorganisme
untuk tumbuh dan berkembang. Medium NutrientAgar (NA) merupakan medium
yang berwarna coklat muda yang memiliki konsistensi yang padat dimana medium

7
ini berasal dari sintetikdan memiliki kegunaan sebagai medium untuk
menumbuhkan bakteri (Radji,2011).

Media NA (Nutrient Agar) modifikasi adalah media tanam bakteri yang


terbuat dari ekstrak daging, daging yang di gunakan untuk membuat media ini
adalah daging ayam boiler, ayam buras, kambing gibas, dan sapi lokal. NA
merupakan salah satu mediayang umum digunakan dalam prosedur bakteriologi
seperti uji biasa dari air, sewage,produk pangan, untuk membawa stok kultur, untuk
pertumbuhan sampel pada uji bakteri, dan untuk mengisolasi organisme dalam
kultur murni. Media NA dibuat dengan cara menimbnag bubuk media NA sebanyak
11,5 g dan dilarutkan dengan 500ml aquadest, kemudian diaduk dan dihomogenkan
dengan bantuan pemanasan kompor listrik, dicek pH media NA yakni 7,4. Setelah
itu media disterilisasi dengan autoclave selama 15 menit dalam suhu 121ºC dan bila
media tidak akan segera digunakan sebaiknya media disimpan dalam kulkas, dan
jika media hendak digunakan untuk pemeriksaan bakteriologi ,media dipanaskan
dahulu dengan kompor listrik dan dituang kedalam petridisk. Media Nutrient agar
adalah medium pertumbuhan mikrobiologiyang umum digunakan untuk budidaya
mikroba. Media ini biasanya mengandung : 0,5% Peptone; 0,3% ekstrak; daging
sapi/ekstrak ragi 1,5% agar; 0,5% NaCl. Nutrient Agar (NA) adalah salah satu
contoh media yang sering digunakan untuk menumbuhkan dan
mengembangbiakkan bakteri. Media NA (Nutrient Agar) berdasarkan bahan yang
digunakan termasuk dalam kelompok media semi alami, media semi alami
merupakan media yang terdiri dari bahan alami yang ditambahkan dengan senyawa
kimia. Berdasarkan kegunaanya media NA (Nutrient Agar) termasuk kedalam jenis
media umum, karena media ini merupakan media yang peling umum digunakan
untuk pertumbuhan sebagian besar bakteri. Bedasarkan bentuknya media ini
berbentuk padat, karena mengandung agar sebagai bahan pemadatnya. Media padat
biasanya digunakan untuk mengamati penampilan atau morfologi koloni bakteri
(Munandar, 2016:84).

2.7 MRS Agar

Media MRSA merupakan media yang digunakan untuk mendukung


pertumbuhan bakteri asam laktat termasuk genus Lactobacillus, mengandung

8
pepton, beef extract, yeast extract, dekstrosa, tween 80, ammonium sitrat,
magnesium sulfat, mangan sulfat, dipotassium fosfat dan sodium asetat (Goktepe,
et al., 2005 hal 54). Media MRSA merupakan media selektif yang hanya dapat
menumbuhkan bakteri asam laktat (BAL) tetapi kedua media ini digunakan pada
tujuan yang berbeda. Media MRSA digunakan untuk menumbuhkan dan
mengisolasi isolat bakteri asam laktat yang tumbuh berkoloni.

2.8 Trichoderma Reesei

Trichoderma reesei adalah produsen selulolitik yang paling banyak


digunakan untuk enzim pendegradasi selulosa dan hemi selulosa dan digunakan
sebagai tempat produksi untuk enzim dalam aplikasi industri. Banyaknya enzim
aktif karbohidrat yang dihasilkan oleh T. reesei membentuk sistem kompleks yang
diatur oleh berbagai faktor lingkungan dan fisiologis. Ditemukan Trichoderma
reesei strain QM6 menjadi penghasil enzim hypercellulolytic yang baik, (RUT-
C30), meskipun selulase tingkat tinggi juga diproduksi pada spesies lain dari genus
ini (Kubicek dkk, 2019). Trichoderma reesei menghasilkan selulase, yang
digunakan terutama untuk pembuatan malt, pemanggangan, dan produksi alkohol
biji-bijian. Biomassa lignoselulosa digunakan untuk produksi biofuel, misalnya
etano, industri kertas, dan tekstil.

9
BAB III
MATERI DAN METODA
3.1 Materi
3.1.1 Alat-Alat:
1. Mikroskop + object &cover glass n
2. Autoklaf
3. Kompor listrik
4. Magnetic stirrer
5. Timbangan analitik
6. Jarum ose
7. Cawan petri
8. Vortex
9. Rak tabung reaksi
10. Tabung reaksi
11. Colony counter
12. Mikro pipet
13. Pipet tetes
14. Pipet seukuran
15. Pipet beukuran / pipet volume
16. Pipet filler / rubber bulb
17. Inkubator
18. Mortar / pestle
19. Spatula & batang pengaduk
20. Indikator kertas pH
21. Batang penyebar
22. Bunsen
23. Beaker glass
24. Gelas ukur
25. Erlenmeyer
26. Botol cuci

10
3.1.2 Bahan:
1. Aluminium foil
2. Karet
3. Alkohol
4. Spirtus
5. Aquades 150ml
6. Potato Dextrose Agar (PDA)
7. Nutrient Agar (NA) 3 gram/150ml
8. Air kolam
3.2 Metoda
3.2.1 pembuatan media NA/Nutrient Agar
1. Timbanglah NA masukan kedalam sebanyak 3 gram
masukan kedalam Erlenmeyer, tambahkan aquadest 150ml
dan aduk dengan pengaduk sampai larut
2. Panaskan larutan media tersebut diatas kompor listrik.
3. Setelah dipanaskan tutup dengan alumunium foil
4. Sterilkan dengan autoklaf selama 30-40 menit dengan suhu
121°
5. Bila waktu sterilisasi telah selesai dan suhu autoklaf sudah
menunjukan angka nol keluarkan media
6. Sterilkan laminar air flaw dengan menyemprotkan alcohol
lalu letakan media
7. Buka penutup media dan biarkan beberapa menit sambil
mempersiapkan alat-alat dan bahan untuk melakukan
pengenceran
3.2.2 Penanaman mikroba/bakteri yang ada didalan air kolam (teknik tuang)
1. Siapkan 5 buah tabung reaksi dalam rak tabung, beri label
pada masing-masing tabung reaksi no 1 sampai 5
2. Lalu masukkan aquades sebanyak 9 ml pada masing-masing
tabung reaksi dengan menggunakan pipet berukuran
3. Setelah itu tambahkan yakult sebanyak 1 ml ke dalam tabung
reaksi pertama dengan menggunakan pipet berukuran, lalu

11
dihomogenkan dengan cara menutup tabung reaksi bagian
atas dengan jempol dan diguncangkan hal ini disebut dengan
pengenceran pertama 10-1
4. Kemudian dari tabung reaksi yang pertama diambil
sebanyak 1 ml cairan lalu dimasukkan ke dalam tabung
reaksi kedua dan dihomogenkan kembali yang disebut
dengan pengenceran kedua 10-2
5. Lakukan hal yang sama sampai tabung reaksi ke-5 sehingga
menghasilkan pengenceran 10-5
6. Kemudian dinginkan media NA sampai suhu ±45 − 50°
7. Buka tutup tabung yang mengandung culture murni bakteri
8. Buka juga penutup cawan petri
9. Pindahkan 1ml larutan yang ada pada tabung reaksi ke 3 ke
dalam cawan petri 1 dengan cara tuang. Kemudian
tambahkan culture murni bakteri sebanyak 9ml lalu
dihomogenkan
10. Sambil dihomogenkan disterilkan dengan bunsen,
dihomogenkan dengan cara membentuk angka 8
11. Lakukan hal yang sama pada larutan yang ada pada tabung
reaksi 5, lakukan secara aseptis
12. Beri label pada cawan petri tersebut. Tunggu hingga agar
mongering
13. Setelah kering bungkus dengan plastic warp disekeliling
cawan petri
14. Biakan secara terbalik. Tunggu sampai±24
15. Cuci alat yang sudah digunakan

12
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Berdasarkan pratikum yang telah dilakukan dengan menggunakan sampel air


kolam, didapatkan hasil:

No Pengenceran Keterangan

Hasil dari isolasi bakteri dengan


media NA yang telah diinkubasi
selama 24 jam pada pengenceran
ke 3 menghasilkan koloni pada
permukan dan dasar media
berwarna putih berbentuk bulat
kecil dan tersebar dengan jumlah
total koloni 230
Gambar 1. Pengenceran ke 3

Hasil dari isolasi bakteri dengan


media NA yang telah diinkubasi
selama 24 jam pada pengenceran
ke 5 menghasilkan koloni pada
permukan dan dasar media
berwarna putih berbentuk bulat
kecil dan tersebar dengan jumlah
total koloni 234

Gambar 2. Pengenceran ke 5

13
Perhitungan:

1. Jumlah media yang digunakan:


NA= × 2 × 9 = 0,36

2. Perhitungan bakteri
a. Pengenceran ke 3
- Faktor pengenceran = pengenceran × volume yang diencerkan
= 9 ml aquades" × 1 ml air kolam" = 9
(
- Jumlah koloni/1 1/4×5× jumlah koloni cawan ke 3 ×1/FP

= ) × 5 × 230 × * = 31,94

b. Pengenceran ke 5
- Factor pengenceran = 9× 1 = 9
(
- Jumlah koloni/1 = ) × 5 × 234 × * = 32,5

4.2 Pembahasan

Isolasi merupakan metode yang digunakan untuk memindahkan


mikroorganisme yang terdapat di alam dan menumbuhkannya pada media yang
telah dibuat. Praktikum isolasi mikroba ini mengambil sampel air kolam dengan
metode pengenceran bertingkat. Tujuan dari metode pengenceran bertingkat yaitu
memperkecil atau mengurangi jumlah mikroba yang tersuspensi dalam cairan.
Penentuan besarnya atau banyaknya tingkat pengenceran tergantung kepada
perkiraan jumlah mikroba dalam sampel. Jumlah akhir mikroba pada pengenceran
akhir menentukan berhasil atau tidaknya pratikum yang dilakukan. Menurut goblet
2008, semakin tinggi suatu pengenceran maka semakin rendah jumlah koloni
bakteri yang dihasilkan.

Namun pada pratikum isolasi mikroba dengan sampel air kolam pada
kelompok kami, hasil yang didapatkan bertentangan dengan ketentuan tersebut.
Pada pengenceran ke-3 didapatkan jumlah koloni sebanyak 230, sedangkan pada
pengenceran ke-5 didapatkan total koloni sebesar 234. Hal ini berarti telah terjadi

14
penambahan jumlah koloni pada pengenceran ke-5 dimana seharusnya jumlah
koloni berkurang pada pengenceran akhir. Hal itu dapat terjadi karena beberapa
factor, diantaranya tidak menggunakan masker saat pratikum berlangsung,
sehingga memungkinkan adanya kontaminasi bakteri dari udara, dan beberapa
factor lainnya yang berkaitan dengan serilisasi alat yang digunakan. Menurut
Dwyana dan As’adi, (2012) kegagalan dalam hal pemindahan biakan dapat
menyebabkan kontaminasi dari pertumbuhan mikroba yang tidak diharapkan.

15
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

Isolasi merupakan metode yang digunakan untuk memindahkan


mikroorganisme yang terdapat di alam dan menumbuhkannya pada medium buatan.
Semakin tinggi tingkat pengenceran maka semakin sedikit jumlah mikroba yang di
hasilkan. Jika terjadi penambahan jumlah mikroba pada pengenceran yang semakin
tinggi, hal ini disebabkan oleh factor eksternal atau lingkungan sekitar yang
menyebabkan tumbuhnya mikroba yang tidak diharapkan.

Prinsip dari isolasi mikroba adalah memisahkan satu jenis mikroba


dengan mikroba lainnya yang berasal dari campuran bermacam-macam mikroba.
Ada beberapa metode untuk memperoleh biakan murni dari suatu sampel tertentu.
Dua diantaranya yang paling sering digunakan adalah teknik cawan gores dan
cawan tuang. Namun, dalam praktikum ini metode yang digunakan adalah metode
atau teknik cawan gores.

B. Saran

Diharapkan kepada praktikan untuk berhati-hati dalam menggoresi


bakteri ke dalam medium-medium tersebut. Upayakan agar selalu dalam
keadaan steril agar terhindar dari kontaminasi oleh bakteri lain

16
DAFTAR PUSTAKA

Fauzi, Hikmah .2013. Sterilisasi dan Macam-macamnya. Lembaga Sumber


Daya Informasi, IPB, Bogor.

Jawetz, Melnick. 2008. Medical Microbiology. Edisi 23. Jakarta: Penerbit


Buku.Kedokteran EGC.

Muwarni, Sri. 2015. Dasar-Dasar Mikrobiologi Veteriner. UB Press: Malang

Ria, Lilik ER, Dewi A, Mulia WA, Premi PR. 2019. Mikrobiologi Dasar Hasil
Ternak. UB Press: Malang

Putri ALO, Endang K. 2018. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Asam Laktat dari
Pangan Fermentasi Berbasis Ikan (Inasua) yang Diperjualbelikan di
Maluku-Indonesia. Jurnal Biologi Tropika Vol. 1(2):6

Munandar, Kukuh. (2016). Pengenalan Laboratorium IPA-Biologi Sekolah.


Cetakan ke-1. Bandung : Refika Aditama.

Radji, M., 2011, Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahaisiwa Farmasi &.
Kedokteran, Jakarta, Penerbit Buku kedokteran EGC, 130-194.

Winda, S. 2009. Pembuatan Media Potato Dextrose Agar. Diunduh pada


tanggal 18 November 2018. http://www.mikromedia.co.org. 21
Februari 2019.

Yusmaniar, Wardiyah, & Nida, K. (2017). Mikrobiologi dan Parasitologi.


Jakarta: kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Alam, M.S, Sarjono P.R, Aminin, A.L.N. 2013. Isolasi Bakteri Selulolitik
Termofilik Kompos Pertanian Desa Bayat, Klaten, Jawa Tengah.
Chem Info . 1:1, 190-195

17
LAMPIRAN

18

Anda mungkin juga menyukai