Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM BIOLOGI JAMUR


“PENGENALAN ALAT”

Nama : Astrina Oktarina


NIM : 24020119130063
Kelompok : 14 A
Hari, tanggal : Selasa, 9 Maret 2021
Asisten : Ikhnu Pawestri Wardani

LABORATORIUM BIOTEKNOLOGI
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2021
LAPORAN RESMI
ACARA I
PENGENALAN ALAT

I. KOMPETENSI DASAR
Mampu menentukan dan menyediakan peralatan dasar untuk penelitian biologi jamur

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Alat-alat Gelas
Pekerjaan dalam laboratorium biasanya sering menggunakan beberapa alat
gelas. Penggunaan alat ini dengan tepat penting untuk diketahui agar pekerjaan
tersebut dapat berjalan dengan baik. Keadaan yang aman dalam suatu
laboratorium dapat kita ciptakan apabila ada kemauan dari para pekerja,
pengguna, maupun kelompok pekerja laboratorium untuk menjaga dan
melindungi diri, diperlukan kesadaran bahwa kecelakaan yang terjadi dapat
berakibat pada dirinya sendiri maupun orang lain disekitarnya. Tujuan dari
praktikum pengenalan alat ini adalah untuk mengenal beberapa macam alat gelas
yang sering digunakan dalam laboratorium dan penggunaanya (Ginting, 2010).
Alat gelas adalah peralatan laboratorium yang terbuat dari bahan gelas.
Gelas dipilih sebagai bahan pembuatan peralatan karena mempunyai sifat-sifat
yang menguntungkan. Sifat-sifat gelas yang menguntungkan tersebut, antara
lain; tembus cahaya, kaku (ligid), tidak mudah bereaksi dengan bahan kimia,
mempunyai titik didih tinggi sehingga tidak mudah meleleh saat pemanasan
biasa dibawah 100 derajat celcius dan mudah di las jika retak atau pecah.
Peralatan laboratorium yang terbuat dari bahan gelas juga tahan terhadap
perubahan suhu yang mendadak. Suatu perusahaan gelas yang mengeluarkan
merek dagang pyrex, yang merupakan peralatan gelas yang tahan panas
(Baharuddin, dkk, 2013).

Gambar 2.1 Alat-alat Gelas


(Rakhman dkk, 2017)
2.2 Alat-alat untuk Membuat Medium
Dalam mempelajari sifat mikroorganisme seperti jamur, diperlukan
suatu media pertumbuhan yang dapat mencukupi nutrisi, sumber energi dan
kondisi lingkungan tertentu. Suatu media untuk dapat menumbuhkan
mikroorganisme dengan baik diperlukan persyaratan antara lain: media harus
mempunyai pH yang sesuai, media tidak mengandung zat-zat penghambat,
media harus steril, dan media harus mengandung semua nutrisi yang mudah
digunakan mikroorganisme (Aini dan Rahayu, 2015). Medium pertumbuhan
mikroba dapat diklasifikasi berdasarkan komposisi atau susunan kimianya
menjadi 5 jenis diantaranya yaitu medium organik, medium anorganik,
medium sintesis, medium semi sintesis dan medium non sintesis. Medium
organik, yaitu medium yang susunannya disusun oleh bahan – bahan organik.
Medium anorganik yaitu medium yang susunannya terdiri dari bahan –
bahani anorganik. Medium sintetis yaitu medium yang komposisi zat
kimianya diketahui jenis dan takarannya secara pasti, misalnya glucose agar
dan mac conkey agar. Medium semi sintetis yaitu medium yang sebagian
komposisinya diketahui secara pasti dan sebagian lagi belum diketahui secara
pasti, misalnya Potato Dextrose Agar (PDA) yang mengandung dekstrosa dan
ekstrak kentang. Medium non sintetis yaitu medium yang dibuat dengan
komposisi yang tidak pasti dan biasanya langsung diekstrak dari bahan
dasarnya, misalnya tomato juice agar dan brain heart infusion agar
(Ambarwati dkk, 2012).
Neraca analitik merupakan suatu alat yang sering digunakan dalam
laboratoriumyang berfungsi menimbang bahan yang akan digunakan. Bahan
yang ditimbang biasanya berbentuk padatan, namun tidak menutup
kemungkinan untuk menimbang suatu bahan yang berbentuk cairan. Neraca
analitik yang digunakan dalam laboratorium merupakan instrumen yang
akurat yang mempunyai kemampuan mendeteksi bobot pada kisaran 100gram
sampai dengan kurang lebih 0,0001 gram (Choirunnisa, 2016). Teknik
penggunaanya yaitu pertama menresetnya kemudian memasukkan bahan pada
timbangan ini dan melihat ukuran timbangannya (Aditia, 2014). Hot plate
stirrer dan Stirrer bar (magnetic stirrer) berfungsi untuk menghomogenkan
suatu larutan dengan pengadukan. Pelat (plate) yang terdapat dalam alat ini
dapat dipanaskan sehingga mampu mempercepat proses homogenisasi.
Pengadukan dengan bantuan batang magnet, hot plate, dan magnetic stirrer
mampu menghomogenkan sampai sangat lambat sampai 1600 rpm dan dapat
dipanaskan sampai 425oC (Periadnadi et al., 2015).
Gambar 2.2 Alat-alat untuk Membuat Medium
(Widodo, 2020)

2.3 Alat-alat Sterilisasi


Setiap proses baik fisik, kimia, dan mekanik yang membunuh semua
organisme di dalam suatu benda, terutama mikroorganisme disebut dengan
sterilisasi. Sterilisasi dapat dilakukan secara fisik, mekanik, dan kimia
(Suwastika, 2016). Sterilsasi adalah pembebasan suatu material bahan ataupun
alat dari berbagai mikroorganisme hidup atau stadium istirahatnya. Sel –sel
vegetatif bakteri dan fungi dapat dimatikan pada suhu 60°C dan dalam waktu 5–
10 menit (Saputera, 2018). Bahan ataupun alat yang digunakan di dalam
mikrobiologi, harus dalam keadaan steril. Cara pensterilan masing-masing alat
tentunya berbeda-beda tergantung pada jenis alatnya. Adapun pengelompokan
alat-alat dalam laboratorium mikrobiologi adalah alat sterilisasi terdiri dari
autoklaf, oven, lampu spirtus (Hardyanti, 2015).
Autoklaf adalah alat untuk mensterilkan berbagai macam alat dan bahan
yang digunakan dalam mikrobiologi menggunakan uap air panas bertekanan.
Tekanan yang digunakan pada umumnya 15 Psi atau sekitar 2 atm dan dengan
suhu 121ºC (250ºF). Prinsip kerja alat ini yaitu dengan menggunakan uap air
panas bertekanan untuk membunuh dan menghilangkan kotoran dan mikroba
yang terdapat pada alat atau bahan yang akan digunakan dalam praktikum atau
percobaan. Oven berfungsi untuk mensterilkan alat-alat gelas yang tahan
terhadap panas. Digunakan pada sterilisasi udara kering dengan membebaskan
alat-alat dari segala macam kehidupan (mikroba) tanpa kelembaban. Cara
menggunakannya yaitu dengan memasukkan alat-alat yang telah dibungkus
dengan kertas yang akan disterilkan ke dalam oven dan menyusunnya pada rak,
kemudian memanaskannya diatas api. Pembakar bunsen /pembakar Spirtus,
prinsip kerjanya yaitu dengan menyalakannya dengan membakar bagian sumbu
(pada pembakar spirtus) dengan korek api atau dengan memberi api pada bagian
atas (dari pembakar bunsenyang berbahan bakar gas). Bunsen ini ada yang
berbahan bakar gas atau methanol. Fungsi untuk menciptakan kondisi yang
steril. Api yang menyala dapat membuat aliran udara karena oksigen dikonsumsi
dari bawah dan diharapkan kontaminan ikut terbakar dalam pola aliran udara
tersebut. Juga alat ini dapat digunakan untuk mensterilkan jarum ose atau yang
lainnya (Andriani, 2016).
Gambar 2.3 Alat-alat Sterilisasi
(Yulianti, 2017)

2.4 Alat-alat Transfer


Jarum inokulum merupakan alat yang berfungsi untuk memindahkan atau
mentransfer biakan untuk ditanam/ ditumbuhkan ke media baru. Jarum inokulum
biasanya terbuat dari kawat nichrome atau platinum sehingga dapat berpijar jika
terkena panas. Bentuk ujung jarum dapat berbentuk lingkaran (loop) dan disebut
ose atau inoculating loop/transfer loop, dan yang berbentuk lurus disebut
inoculating needle/transfer needle. Inoculating loop cocok untuk melakukan
streak di permukaan agar, sedangkan inoculating needle cocok digunakan untuk
inokulasi secara tusukan pada agar tegak (stab inoculating). Jarum inokulum ini
akan sangat bermanfaat saat membelah agar untuk preparasi Heinrich’s Slide
Culture (Artanti dkk., 2018).
Jarum ose adalah alat berupa kawat baja berujung tajam atau membulat
yang digunakan untuk mengambil mikroba yang akan diinkubasi, diisolasi atau
ditransfer ke media kultur lain. Prinsip kerjanya yaitu ose disentuhkan pada
bagian mikroba kemudian menggosokkan pada kaca preparat untuk diamati
(Dermawan, 2013). Ose berfungsi untuk mengambil atau memindah mikroba
atau jamur. Cara kerjanya yaitu jarum ose disterilkan dengan memanaskan
ujungnya sampai berpijar, kemudian membiarkan ujung ose dingin sebelum
digunakan untuk mencegah matinya bakteri, disentuhkan pada bagian mikroba
kemudian menggosokkan pada kaca preparat untuk diamati (Hendaryono &
Wijayani, 2012).

Gambar 2.4 alat-alat Transfer


(Yusmaniar dkk, 2017)
2.5 LAF (Laminar Air Flow)
Laminar Air Flow Cabinet di laboratorium Mikrobiologi khususnya pada
penanganan mikroorganisme memang sangat dibutuhkan keberadaannya. Alat
ini biasa digunakan sebagai tempat untuk inokulasi berbagai mikroorganisme
seperti bakteri ataupun jamur. Namun, hasil penggunaan dari alat ini dirasa
masih kurang maksimal karena sering masih terkontaminasi oleh mikroba lain
yang tidak dikehendaki juga dilihat dari segi keamanan dan tingkat resiko
kecelakaan lebih besar. Sarana tempat penanaman mikroorganisme mengalami
penyempurnaan dan modifikasi dari tahun ke tahun. Laminar Air Flow (LAF)
sendiri merupakan suatu tempat atau meja kerja yang steril untuk melakukan
kegiatan mulai dari persiapan bahan tanam, inokulasi atau penanaman dan
pemindahan tanaman dari satu tempat ke tempat lain dalam satu kultur (Harjanto
& Raharjo, 2017).
Laminar Air Flow adalah meja kerja steril untuk melakukan kegiatan
inokulasi/ penanaman. Laminar Air Flow merupakan suatu alat yang digunakan
dalam pekerjaan persiapan bahan tanaman, penanaman, dan pemindahan
tanaman dari sutu botol ke botol yang lain dalam kultur in vitro. Alat ini diberi
nama Laminar Air Flow Cabinet, karena meniupkan udara steril secara kontinue
melewati tempat kerja sehingga tempat kerja bebas dari, debu dan spora-spora
yang mungkin jatuh kedalam media, waktu pelaksanaan penanaman. Aliran
udara berasal dari udara ruangan yang ditarik ke dalam alat melalui filter
pertama (prefilter), yang kemudian ditiupkan keluar melalui filter yang sangat
halus yang disebut HEPA (High efficiency Particulate Air Filter), dengan
menggunakan blower (Artanti dkk, 2018).

Gambar 2.5 LAF (Laminar Air Flow)


(Jain et al., 2020)

2.6 Inkubator
Inkubator adalah alat yang berfungsi untuk menginkubasi mikroba pada
suhu yang terkontrol. Alat ini dilengkapi dengan pengatur suhu dan pengatur
waktu. Kisaran suhu untuk inkubator produksi Heraeus B5042 misalnya adalah
10-70ºC (Andriani, 2016). Inkubator merupakan suatu peralatan yang
dipergunakan untuk proses inkubasi sesuai dengan temperatur yang diinginkan
dalam proses inkubasi tersebut. Proses inkubasi seringkali diperlukan dalam
proses ekstraksi DNA, isolasi plasmid, enzim restriksi, analisis Southern Blot,
pertumbuhan mikroba, dan sebagainya (Maftuchah, et al., 2014). Inkubator
adalah perangkat yang digunakan untuk mempertahankan pertumbuhan
mikroorganisme melalui suhu dengan mengendalikan kelembaban atau faktor-
faktor lain yang penting untuk pertumbuhan jenis tertentu mikroorganisme
(Madgy, 2014).
Inkubator adalah alat untuk menginkubasi atau memeram mikroba pada
suhu yang terkontrol. Alat ini dilengkapi dengan pengatur suhu dan pengatur
waktu digunakan untuk tumbuh dan memelihara budaya mikrobiologi atau
kultur sel. Inkubator mempertahankan suhu optimal, kelembaban dan kondisi
lain seperti karbon dioksida (CO2) dan kandungan oksigen dari atmosfer di
dalam. Inkubator sangat penting untuk banyak pekerjaan eksperimental dalam
biologi sel, mikrobiologi dan biologi molekuler dan digunakan untuk kultur
bakteri baik serta sel eukariotik. Langkah-langkah yang harus diperhatikan
dalam penggunaan incubator yakni untuk mengoperasikan incubator, colokkan
kabel inkubator pada sumber daya listrik. Siapkan sampel yang akan diinkubasi
kemudian letakkan pada rak dalam ruang inkubator kemudian tutup pintu
incubator. Jika persiapan sampel telah selesai, tekan tombol POWER pada posisi
ON, maka alat akan langsung menyala ditandai dengan display menyala. Set
TIMER dengan memutar tombol TIMER sesuai waktu yang diinginkan, di set
awal per 10 jam , jadi jika ingin menginkubasi selama 24 jam putar tombol pada
posisi 2 lebih 4 strip. Untuk set suhu, tekan tanda (<) kemudian digit hijau akan
berkedip. Naikkan atau turunkan dengan menekan (^/v) kemudian tekan MD
(enter). (Putri, dkk, 2017).

Gambar 2.6. Inkubator


(Putri, dkk, 2017)

2.7 Mikroskop
Mikroskop adalah alat yang paling khas dalam laboratorium mikrobiologi.
Mikroskop memberikan perbesaran yang membuat kita dapat melihat struktur
mikroorganisme yang tidak dapat dilihat oleh mata telanjang. Mikroskop yang
tersedia memungkinkan jangkauan perbesaran yang luas dari beberapa kali
hingga ribuan kali. Mikroskop memiliki prinsip kerja yakni dengan
memantulkan cahaya melalui cermin, lalu diteruskan hingga lensa objektif. Di
lensa objektif bayangan yang dihasilkan adalah maya, terbalik, dan diperbesar.
Kemudian bayangan akan diteruskan dan menghasilkan bayangan yang tegak,
nyata dan di perbesar oleh mata pengamat (Andriani, 2016).
Mikroskop adalah alat yang digunakan untuk melihat benda yang
berukuran sangat kecil. Berdasarkan atas sumber cahayanya, mikroskop terbagi
atas mikroskop cahaya/optik dan mikroskop elektron. Mikroskop optik/cahaya
merupakan mikroskop yang menggunakan lensa dari gelas dan cahaya matahari
atau lampu sebagai sumber penyinaran. Mikroskop optik terdiri atas 2 yaitu,
mikroskop biologi dan mikroskop stereo. Ada dua jenis mikroskop elektron,
yaitu: mikroskop elektron transmisi (trasmission electron microscope, TEM) dan
mikroskop elektron payar (scanning electron microscope, SEM) (Haryanti,
2019). Mikroskop bekerja menggunakan prinsip yang hampir sama dengan alat
optik lain, yaitu berdasarkan perbedaan indeks bias. Ketika cahaya melewati
bahan dengan kerapatan yang lebih besar, maka kecepatannya akan berubah.
Cahaya kemudian merambat dengan arah yang berbeda dari sebelumnya. Hal
tersebut memberikan kesan bahwa benda memiliki ukuran yang lebih besar atau
berada lebih dekat (Murtius, 2018).

Gambar 2.7. Mikroskop


(Widodo, 2020)
III. METODE PENELITIAN
III.1 Alat
1. Alat Tulis
2. Buku Panduan Praktikum
3. Laptop/Handphone

III.2 Bahan
1. PPT dan Materi Pembelajaran
2. Video Pembelajaran

III.3 Cara Kerja


1. Alat dan bahan disiapkan
2. Materi dijelaskan oleh asisten
3. Video pembelajaran ditampilkan oleh asisten dipelajari dan dipahami
4. Laporan sementara dan resmi dikerjakan
IV. HASIL PENGAMATAN
NO Nama Gambar Keterangan
Alat /
Medium
1. Cawan Bagian-bagian:
Petri 1. Dinding cawan
2 2. Dasar cawan
11 111
3 2
22 Fungsi:
2
1 1 Sebagai wadah dalam penanaman dan
311 1
3 perkembangan jamur khususnya jamur
1 2 (Andriani, 2016) mikroskopik.
2. Kaca 32 4 Bagian-bagian:
3 4
penutup 2 1. Kaca penutup
(Cover
slip) Fungsi:
Menutup objek

(Azizah, 2016)
3. Kaca Bagian-bagian:
Benda 1. Kaca benda
(Object
glass) Fungsi:
Tempat objek
(Azizah, 2016)
4. Erlenmay Bagian-bagian:
er 1. Mulut erlenmeyer
2. Badan erlenmeyer
3. Skala
4. Dasar Erlenmeyer

Fungsi:
Tempat filtrasi, reaksi, dan sterilisasi bahan.
(Sinto, 2015)
5. Tabung Bagian-bagian:
rekasi 1. Mulut tabung
2. Badan tabung
3. Dasar tabung

Fungsi:
Menampung larutan dalam jumlah sedikit dan
(Sinto, 2015) sebagai wadah untuk penanaman jamur.
6. Neraca Bagian-bagian:
analitik 1. Pintu neraca
2. Piringan timbangan
3. Tombol mode
4. Tombol on/off
5. Tombol rezero
6. Layar
V. PEMBAHASAN
Praktikum Biologi Jamur Acara I yang berjudul Pengenalan Alat dilaksanakan pada
Rabu, 3 Maret 2021 secara online, dari pukul 13.00 WIB hingga 15.50 WIB. Tujuan
dilaksanakannya praktikum ini yaitu Mampu menentukan dan menyediakan peralatan dasar
untuk penelitian biologi jamur. Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu Laptop atau
handphone, alat tulis, buku penuntun praktikum. Adapun bahan yang digunakan yaitu PPT,
materi pembelajaran, dan video pembelajaran. Cara kerja dalam praktikum ini yaitu, alat dan
bahan disiapkan. Materi dijelaskan oleh asisten. Video pembelajaran ditampilkan oleh
asisten dipelajari dan dipahami. Laporan sementara dan resmi dikerjakan.

1.1 Alat-alat Gelas


Alat-alat gelas merupakan alat-alat laboratorium yang terbuat dari kaca yang sering
digunaka dalam praktikum di laboratorium kimia maupun biologi. Peralatan gelas
memiliki sifat tembus cahaya, ligid, tidak mudah bereksi dengan zat kimia, mempunyai
titik didih tinggi, serta tahan terhadap perubahan suhu. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Wenning (2011) yang menyatakan bahwa peralatan gelas laboratorium merujuk pada
berbagai peralatan laboratorium yang terbuat dari kaca, yang digunakan dalam percobaan
ilmiah terutama dalam laboratorium kimia, maupun biologi. Serta didukung oleh
pernyataan Baharudding dk (2018) yang menyatakan bahwa, alat gelas adalah peralatan
laboratorium yang terbuat dari bahan gelas. Gelas dipilih sebagai bahan pembuatan
peralatan karena mempunyai sifat-sifat yang menguntungkan. Sifat-sifat gelas yang
menguntungkan tersebut, antara lain; tembus cahaya, kaku (ligid), tidak mudah bereaksi
dengan bahan kimia, mempunyai titik didih tinggi sehingga tidak mudah meleleh saat
pemanasan biasa dibawah 100 derajat celcius dan mudah di las jika retak atau pecah.
Peralatan laboratorium yang terbuat dari bahan gelas juga tahan terhadap perubahan suhu
yang mendadak. Suatu perusahaan gelas yang mengeluarkan merek dagang pyrex, yang
merupakan peralatan gelas yang tahan panas.

1.1.1 Cawan Petri


Cawan petri merupakan peralatan gelas sebagai wadah menyerupai mangkuk
dengan dasar yang rata yang terdiri atas dua bagian yaitu, bagian dasar untuk
medium dan bagian penutup yang berukuran lebih besar. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Andriani (2016) bahwa cawan petri yaitu wadah yang menyerupai
mangkuk dengan dasar rata. Serta didukung oleh pernyataan Urief (2012) yang
menyatakan bahwa, cawan petri ada yang terbuat dari gelas maupun plastik.
Cawan petri terdiri dari dua bagian yaitu, bagian dasar untuk medium dan bagian
penutup yang ukurannya lebih besar. Untuk pemakaian rutin digunakan cawan
petri berdiameter 15 cm yang dapat menampung media sebanyak 15-20 ml,
sedangkan cawan berdiameter 9 cm dapat menampung media sebanyak 10 ml.
Cawan petri berfungsi sebagai wadah dalam penanaman dan perkembangan
jamur. Cawan petri khususnya digunakan sebagai wadah penanaman dan
perkembangan jamur mikroskopik. Hal ini sesuai dengan Andriani (2016) bahwa
cawan petri yaitu wadah yang menyerupai mangkuk dengan dasar rata. Cawan ini
digunakan sebagai wadah penyimpanan dan pembuatan kultur media. Prinsip
kerjanya yaitu medium dapat dituangkan ke cawan bagian bawah dan cawan
bagian atas sebagai penutup.
Cara kerja menggunakan cawan petri ialah dengan menuang media ke cawan
bagian bawah. Setelah itu, agar meminimalisasi kontaminasi, cawan bagian atas
digunakan untuk menutup. Hal ini sesuai dengan pernyataan Widodo (2020)
bahwa media dapat dituang ke cawan bagian bawah dan cawan bagian atas
sebagai penutup. Serta didukung oleh pernyataan Suryanta (2010) yang
menyatakan bahwa cawan petri selalu berpasangan, yang ukurannya agak kecil
sebagai wadah dan yang lebih besar merupakan tutupnya. Cawan ini digunakan
sebagai wadah penyimpanan dan pembuatan kultur media.

1.1.2 Erlenmeyer
Erlemayer merupakan peralatan gelas yang digunakan dalam laboratorium.
Erlenmayer memiliki bentuk mirip gelas beaker tetapi memiliki bagian leher yang
menyempit. Erlenmayer dilengkapi bagian skala di sepanjang dindingnya. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Baharuddin (2013) yang menyatakan bahwa
Erlenmeyer merupakan alat gelas yang sering digunakan di laboratorium. Bentuk
erlenmeyer mirip dengan gelas beaker, tetapi mempunyai leher yang menyempit
yang dilengkapi dengan skala di sepanjang dindingnya.
Gelas Erlenmeyer atau disebut juga labu erlenmeyer. Labu erlenmeyer
berfungsi sebagai tempat filtrasi, reaksi, dan sterilisasi bahan. Selain itu,
Erlenmayer juga memiliki fungsi lain seperti untuk menghomogenkan bahan,
meampung bahan dan kultivasi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Widodo (2020)
bahwa labu erlenmeyer berfungsi untuk menampung larutan, bahan, atau cairan.
Erlenmeyer dapat digunakan untuk meracik dan menghomogenkan bahan-bahan
komposisi media, menampung akuades, dan kultivasi mikroba dalam kultur cair.
Serta didukung pernyataan Maftuchah et al. (2014) bahwa tabung erlenmayer
berfungsi untuk tempat larutan atau zat cair yang akan dicampur pada proses
persiapan media. Prinsip kerja labu erlenmeyer jika untuk keperluan pemanasan
larutan sebaiknya digunakan Erlenmeyer yang tahan api.
Cara kerja menggunakan gelas Erlenmeyer yakni menuangkan larutan ke
dalam tabung. Dalam penuangan, dapat menggunakan corong atau secara
langsung. Cara kerja penggunaan Erlenmayer dalam pembuatan media yaitu
dengan menuangkan campuran medium yang telah mendidih kedalam Erlenmayer
kemudian Erlenmayer ditutup rapat dengan kapas atau aluminium foil. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Sulaeman (2016) bahwa cara menggunakan labu
erlenmeyer yaitu menuangkan larutan atau zat kimia secara langsung atau dengan
menggunakan corong. Serta didukung pernyataan Armaleni et al (2019) yang
menyatakan bahwa, penggunaan gelas erlenmeyer dalam pembuatan medium
King”s B adalah dengan memanaskan campuran sampai mendidih lalu
dimasukkan ke dalam Erlenmeyer dan tutup rapat dengan kapas dan aluminium
foil. Setelah itu Sterilisasi di dalam autoclave pada suhu 121˚C dan tekanan 1 atm
selama 15 menit (Modifikasi dari Klement et al., 1990). Kemudian dinginkan
medium sampai suhu 50˚C, dituangkan ke dalam cawan petri berukuran ±15cm
sebanyak 12 mL.

1.1.3 Tabung reaksi


Tabung reaksi merupakan peralatan laboratorium yang tergolong sebagai alat
gelas. Tabung reaksi memiliki bentuk tabung dengan ukuran sebesar jari manusia
dewasa. Tabung reaksi terbuat dari kaca atau plastik dengan bagian atasnya
terbuka sebagai mulut tabungm dan bagian alas menyerupau huruf U. Hal ini
sesuai pernyataan Jati (2018) yang menyatakan bahwa, Tabung reaksi adalah
peralatan gelas yang umum ada di laboratoriun berbentuk tabung sebesar kira kira
jari lengan manusia dewasa. Terbuat dari kaca atau plastic, terbuka di bagian
atasnya, biasanya alasnya berbentuk huruf-U.
Tabung reaksi memiliki fungsi sebagai wadah untuk menampung larutan
dalam jumlah sedikit. Tabung Reaksi juga berfungsi sebagai wadah untuk
penanaman jamur. Selain itu, tabung reaksi juga dapat digunakan untuk uji
biokimiawi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Andriani (2016) yang menyatakan
bahwa alat-alat gelas seperti tabung reaksi yang berfungsi sebagai media
pertumbuhan dan penampungan cairan lainnya seperti pelarut selain itu juga dapat
dapat diisi dengan media padat. Hal tersebut juga didukung pernyataan Widodo
(2020), bahwa di dalam mikrobiologi, tabung raksi digunakan untuk uji-uji
biokimiawi dan menumbuhkan mikroba.
Cara kerja dalam pengunaan Tabung rekasi yaitu ketika digunakan sebagai
wadah menampung larutan atau diisi media untuk penanaman jamur dilakukan
dengan beberapa cara kerja yang perlu diperhatikan, seperti mengisi tabung
kemudian menutup bagian atas tabung ketika akan dilakukan sterilisasi
menggunakan kapas, tutup metal, aluminium foil, atau tutup plastik. Kemudian
pada saat memanaskan tabung harus dalam posisi miring diatas nyala api dan
mulut tabung tidak mengarah kepada diri kita atau orang lain. Sedangkan dalam
pembuatan media menggunkan tabung reaksi juga harus diperhatikan tentang
kemiringan media, meliputi luas permukaan yang kontak dengan udara serta
hindari jarak media dengan mulut tabung untuk mencegah terjadinya kontaminasi.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Andriani (2016) bahwa alat-alat gelas seperti
tabung reaksi yang berfungsi sebagai media pertumbuhan dan penampungan
cairan lainnya seperti pelarut selain itu juga dapat dapat diisi dengan media padat.
Prinsip kerjanya yaitu pada waktu memanaskan media yang ada di dalam tabung
reaksi, tabung reaksi harus berada dalam keadaan miring diatas nyala api dan
mulut tabung jangan sekali-kali menghadap pada diri kita atau orang lain. Tabung
reaksi yang disterilkan di dalam autoklaf harus ditutup dengan kapas atau
aluminium foil. Serta didukung pernytaan Widodo (2020), bahwa cara
menggunakan tabung reaksi yaitu tabung reaksi dapat diisi media. Tutup tabung
reaksi dapat berupa kapas, tutup metal, tutup plastik, atau alumunium foil.
Pembuatan media agar miring, perlu diperhatikan tentang kemiringan media, yaitu
luas permukaan yang kontak dengan udara tidak terlalu sempit atau tidak terlalu
lebar dan hindari jarak media yang terlalu dekat dengan mulut tabung karena
memperbesar risiko kontaminasi.

1.2 Alat-alat untuk Membuat Medium


Dalam membuat medium pertumbuhan jamur, diperlukan peralatan yang mendukung
pembuatan medium. Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan media meliputi Neraca
Analitik yangberfungsi untuk menimbang media, Hot Plate dan Magnetic stirrer yang
berfungsi untuk menghomogenkan media, dan Microwave yang berfungsi untuk
melarutkan media. Hal ini didukung pernyataan Choirunnisa (2016) yang menyatakan
bahwa, Neraca analitik merupakan suatu alat yang sering digunakan dalam
laboratoriumyang berfungsi menimbang bahan yang akan digunakan. Bahan yang
ditimbang biasanya berbentuk padatan, namun tidak menutup kemungkinan untuk
menimbang suatu bahan yang berbentuk cairan. Serta didukung pernyataan Periadnadi et
al (2015) yang menyatakan bahwa, Hot plate stirrer dan Stirrer bar (magnetic stirrer)
berfungsi untuk menghomogenkan suatu larutan dengan pengadukan.

1.2.1 Neraca analitik


Neraca analitik/ Timbangan analitik merupakan instrument laboratorium
untuk menimbang bahan berbentuk padatan atau cairan secara akurat yaitu dapat
mendeteksi bobot 100 gram sampai 0,0001 gram. Timbangan analitik memiliki
tingkat ketelitian hingga 0,01 gram. Timbangan bekerja secara elektronis dengan
menggunakan tegangan listrik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Choirunnisa
(2016) yang menyatakan bahwa Neraca analitik yang digunakan dalam
laboratorium merupakan instrumen yang akurat yang mempunyai kemampuan
mendeteksi bobot pada kisaran 100gram sampai dengan kurang lebih 0,0001
gram. Choirunnisa (2016) juga menambahkan bahwa, timbangan analitis ini
jenis timbangan yang bekerja secara elektronis dengan tenaga listrik. Serta
didukung pernyataan pernyataan Widyastuti (2016) bahwa prinsip kerja neraca
analitik digital adalah alat penghitung satuan massa suatu benda dengan teknik
digital dan tingkat ketelitian mencapai 0,01 gram.
Timbangan analitik atau neraca analitik merupakan alat laboratorium yang
berfungsi untuk menimbang bahan berbentuk padatan atau cairan secara akurat.
Timbangan analitik dapat mendeteksi bobot 100 gram sampai 0,0001 gram. Hal
ini sesuai pernyataan Choirunnisa (2016) yang menyatakan bahwa neraca
analitik merupakan suatu alat yang sering digunakan dalam laboratoriumyang
berfungsi menimbang bahan yang akan digunakan. Bahan yang ditimbang
biasanya berbentuk padatan, namun tidak menutup kemungkinan untuk
menimbang suatu bahan yang berbentuk cairan. Neraca analitik yang digunakan
dalam laboratorium merupakan instrumen yang akurat yang mempunyai
kemampuan mendeteksi bobot pada kisaran 100gram sampai dengan kurang
lebih 0,0001 gram.
Cara kerja Neraca analitik yaitu dengan menekan tombol power lalu
ditunggu hingga posisi angka menjadi stabil (nol). Material ditempatkan pada
piringan timbangan analitik secara hati-hati dan sedikit demi sedikit. Massa
material yang ditimbang diamati dan dicatat. Hal tersebut seperti yang dikatakan
Nugroho & Rahayu (2018) bahwa, cara kerja timbangan analitik yaitu
menyalakan timbangan analitik dengan menekan tombol power, setelah
timbangan analitik menyala, tunggu hingga posisi angka menjadi stabil (nol),
menempatkan material pada piringan timbangan analitik secara hati-hati,
menempatkan material sedikit demi sedikit, mengamati dan mencatat berapa
massa material yang baru saja ditimbang. Serta didukung pernyataan Aditia
(2014) yang menyatakan bahwa teknik penggunaanya yaitu pertama
menresetnya kemudian memasukkan bahan pada timbangan ini dan melihat
ukuran timbangannya.

1.2.2 Hot plate & Magnetic Stirrer


Hot Plate dan Magnetic Stirrer merupakan alat laboratorium yang
digunakan untuk menghomogenkan larutan dengan pengadukan dan pemanasan,
pengadukan pada alat ini menggunakan putaran medan magnet untuk memutar
stir bar agar terjadi proses homogenisasi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Pratiwi
(2018) yang menyatakan bahwa Hot Plate Magnetic Stirrer adalah peralatan
laboratorium yang digunakan untuk memanaskan dan mengaduk larutan satu
dengan larutan lain yang bertujuan untuk membuat suatu larutan homogen dengan
bantuan pengaduk batang magnet (stir bar). Serta didukung pernyataan Putri dkk
(2017) yang menyatakan bahwa Magnetic Stirrer merupakan suatu alat yang
digunakan untuk pengadukan cairan kimia yang menggunakan putaran medan
magnet untuk memutar stir bars (juga disebut “flea”) sehingga membantu proses
homogenisasi.
Hot plate dan magnetic stirrer merupakan suatu alat yang berfungsi untuk
menghomogenkan larutan. Proses menghomogenkan larutan ini dilakukan dengan
melalui proses pengadukan. Hal ini sesuai dengan Periadnadi et al. (2015) yang
menyatakan bahwa hot plate stirrer dan stirrer bar (magnetic stirrer) berfungsi
untuk menghomogenkan suatu larutan dengan pengadukan. Serat didukung
pernyataan Situmeang (2016) yang menyatakan bahwa pengaduk magnetik atau
magnetic stirrer adalah perangkat laboratorium yang berfungsi untuk
menghomogenkan larutan dengan cara diaduk. Pratiwi (2018) juga menyatakan
bahwa, Hot Plate Magnetic Stirrer adalah peralatan laboratorium yang digunakan
untuk memanaskan dan mengaduk larutan satu dengan larutan lain yang bertujuan
untuk membuat suatu larutan homogen dengan bantuan pengaduk batang magnet
(stir bar).
Cara kerja alat ini adalah dengan menghubungkan pada arus listrik,
memasukkan bahan yang akan dipanaskan ke dalam beaker glass dan masukkan
juga magnetic stirer ke dalamnya, lalu letakkan beaker glass tersebut ke atas
piringan hot plate. Putar tombol suhu ke suhu yang dikehendaki, putar juga
tombol magnetic stirrer sampai stabil, biarkan sampai bahan mendidih. Setelah
mendidih putar tombol suhu dan tombol magnetic stirer ke angka nol, angkat
beaker glass menggunakan hot hands. Terakhir, lepaskan hubungan arus listrik.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Imaningtyastuti (2013) yang menyatakan
bahwa, cara kerja dari magnetic stirrer hot plate dimulai dengan mengatur
temperatur pemanasan, kecepatan pengadukan dan waktu yang akan diberikan
selama pengujian. Pengaturan awal ini dilakukan dengan menekan tombol mode,
jika lampu indikator heating menyala dan display menunjukkan angka 0 maka
tombol turn and push diputar untuk mengatur besar temperatur pemanasan yang
akan diberikan. Setelah temperatur yang diinginkan sudah tercantum di display,
tekan tombol turn and push untuk mengunci temperatur. Temperatur akan naik
secara perlahan-lahan hingga mencapai temperatur yang telah diinput. Untuk
menginput besar kecepatan putaran pengadukan, tekan tombol mode. Jika lampu
indikator stirring sudah menyala, maka dengan menggunakan tombol turn and
push besar kecepatan putaran bisa diinput dan dikunci. Ketika kecepatan
pengadukan telah dikunci, batang pengaduk otomatis bergerak mengaduk
cairan/larutan didalam bejana kaca sesuai dengan besar kecepatan yang diinput.
Untuk menginput waktu, sama dengan pengaturan temperatur dan kecepataran.
Dengan menekan tombol mode hingga lampu indikator timer menyala, dan
memutar tombol turn and push hingga mencapai waktu pengujian yang
diinginkan.

1.2.3 Microwave
Microwave merupakan alat yang digunakan untuk memanaskan bahan
dengan menggunakan gelombang micro pada tekanan atmosfer. Microwave
digunakan untuk memanaskan bahan cair atau untuk mencairkan agar-agar.
Microwave juga digunakan sebagai alat sterilisasi. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Hartatik (2019) yang menyatakan bahwa microwave adalah alat yang
mampu memanaskan dengan gelombang micro pada tekanan atmosfer.
Microwave biasa digunakan untuk memanaskan bahan cair atau mencairkan agar
agar, selain itu microwave juga dapat digunakan sebagai alat sterilisasi gelas.
Microwave berfungsi sebagai alat pemanas dengan menggunakan
gelombang macro pada tekanan atmosfer. Gelombang micro tersebut memiliki
prinsip kerja dengan melibatkan pengadukan molekul dipengaruhi oleh magnet
atau listrik yang berosilasi. Pada microwave terdapat tabung vakum elektronik/
magnetron yang berfungsi untuk menghasilkan pancaran gelombang radio
pendek. Hal ini sesuai dengn pernyataan Hal ini sesuai dengan pernyataan
Hartatik (2019) yang menyatakan bahwa microwave adalah alat yang mampu
memanaskan dengan gelombang micro pada tekanan atmosfer. Serta didukung
pernyataan Rahman (2017) yang menyatakan bahwa dalam microwave terdapat
sebuah tabung vakum elektronik yang disebut magnetron yang menghasilkan
pancaran gelombang radio yang sangat pendek (microwave). Savitri (2019) juga
menyatakan bahwa, gelombang mikro atau microwave merupakan jenis
gelombang elektromagnetik yang memiliki prinsip kerja yang melibatkan
pengadukan molekul atau ion karena dipengaruhi oleh listrik dan magnet yang
berosilasi.
Cara kerja dari microwave yaitu arus bolak balik diubah menjadi arus searah
dan arus diubah oleh magnetron untuk menghasilkan gelombang mikro, kemudian
gelombang akan diarahkan ke waveguaide dan diteruskan ke strirer kemudian
oleh strirer gelombang mikro dipantulkan ke dinding microwave. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Rahman (2017) yang menyatakan bahwa cara kerja dari
sebuah microwave dalam memanaskan sebuah objek: Arus listrik bolak-balik
dengan beda potensial rendah dan arus searah dengan beda potensial tinggi diubah
dalam bentuk arus searah. Magnetron menggunakan arus ini untuk menghasilkan
gelombang mikro dengan frekuensi 2,45 GHz. Gelombang mikro diarahkan oleh
sebuah antenna pada bagian atas magnetron ke dalam sebuah waveguide.
Waveguide meneruskan gelombang mikro ke sebuah alat yang menyerupai kipas,
disebut dengan stirrer. Stirrer menyebarkan gelombang mikro didalam ruang
microwave. Gelombang mikro ini kemudian dipantulkan oleh dinding dalam
microwave dan diserap oleh molekul.

1.3 Alat-alat Sterilisasi


Sterilisasi merupakan pembebasan suatu alat dan bahan dari berbagai
mikroorganisme hidup atau stadium istirahatnya. Perlatan yang tergolong kedalam alat
sterilisasi yaitu autoklaf, oven, spirtus atau Bunsen. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Saputera (2018) yang menyatakan bahwa, Sterilsasi adalah pembebasan suatu material
bahan ataupun alat dari berbagai mikroorganisme hidup atau stadium istirahatnya. Sel –
sel vegetatif bakteri dan fungi dapat dimatikan pada suhu 60°C dan dalam waktu 5–10
menit. Serta didukung pernyataan Hardyanti (2015) yang menyatakan bahwa adapun
pengelompokan alat-alat dalam laboratorium mikrobiologi adalah (1) Alat sterilisasi
terdiri dari autoklaf, oven, lampu spirtus.

1.3.1 Autoklaf
Autoklaf merupakan salah satu alat sterilisasi yang biasa dijumpai
pada laboratorium dengan menggunakan tekanan uap tinggi. Hal ini
sesuai pernyataan Murtius (2018) yang menyatakan bahwa autoklaf
merupakan salah satu alat yang digunakan dalam sterilisasi dengan
menggunakan uap dalam tekanan. Sterilisasi cara ini menggunakan
suhu 121oC selama 15-20 menit dengan tekanan 1 atm.
Autoklaf berfungsi untuk mensterilisasi beberapa alat dan bahan
maupun medium dengan memanfaatkan tekanan uap tinggi. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Aditia (2014) bahwa autoklaf merupakan alat
elektrik yang digunakan sebagai alat sterilisasi untuk berbagai macam
alat dan bahan yang akan disterilkan. Alat ini menggunakan uap air
panas bertekanan untuk proses sterilisasinya, sehingga alat ini paling
sering digunakan untuk sterilisasi alat, bahan maupun medium dari
mikroba.
Cara menggunakan autoklaf yaitu medium yang ingin disterilkan
dimasukkan dan autoklaf ditutup lalu sekrup dikencangkan. Keran
pengatur tempat keluar uap air dibiarkan tetap terbuka hingga semua
udara terdesak keluar. Apabila sterilisasi telah selesai autoklaf dibiarkan
tekanan turun hingga nol. Setelah tekanan menunjukkan angka nol,
keran uap air dibuka secara perlahan. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Bachri (2016) yang menyatakan bahwa cara kerja alat ini yaitu dengan
memasukkan medium yang ingin disterilkan, selanjutnya penutup
autoklaf dipasang dan sekrup dikencangkan. Keran pengatur tempat
keluar uap air dibiarkan tetap terbuka hingga semua udara terdesak
keluar. Apabila sterilisasi telah selesai autoklaf dibiarkan tekanan turun
hingga nol. Keran uap air dibuka secara perlahan. Jangan membuka
keran uap untuk mempercepat turunnya tekanan, tunggu sampai
tekanan menunjukkan angka nol.

1.3.2 Oven
Oven merupakan merupakan alat sterilisasi dengan menggunakan
udara panas kering dengan suhu sekitar 160-180ºC selama 1-2 jam. Hal
ini sesuai dengan pernyataan Murtius (2018) bahwa oven merupakan
alat sterilisasi yang menggunakan udara panas kering dengan suhu yang
biasa digunakan yaitu 160-180ºC selama 1-2 jam.
Oven berfungsi untuk mensterilisasi alat-alat laboratorium
menggunakan udara kering. Cara kerja oven yaitu pertama hubungkan
dengan sumber listrik lalu masukkan alat-alat yang ingin disterilkan.
Kemudian pencet tombol on dan atur suhu yang diinginkan, apabila
sudah selesai dinginkan alat-alat yang sudah disterilkan. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Haryani (2014) yang menyatakan bahwa oven
merupakan alat yang digunakan untuk sterilisasi dengan menggunakan
udara kering. Alat sterilisasi ini dipakai untuk mensterilkan alat-alat
gelas seperti erlenmeyer, petri dish (cawan petri), tabung reaksi dan
gelas lainnya. Bahan-bahan seperti kapas, kain dan kertas juga dapat
disterilkan dalam oven tetapi dalam temperatur tertentu, pada umumnya
temperatur yang digunakan pada sterilisasi cara kering adalah sekitar
140-170oC selama paling sedikit 2 jam.
Cara kerja oven yaitu pertama hubungkan dengan sumber listrik
lalu masukkan alat yang akan dikeringkan, atur dengan rapi lalu tutup
pintu dengan rapat. Setelah itu hidupkan alat dengan menekan tombol
on, lampu pilot akan menyala (merah dan kuning) lalu atur temperatur
suhu dan waktu yang diinginkan (Bila suhu 170oC, atur waktu 1 jam;
Bila suhu 160oC, atur waktu 2 jam; Bila suhu 150oC, atur waktu 2,5
jam; Bila suhu 140oC, atur waktu 3 jam. Bila waktu yang diatur telah
selesai, pengatur waktu secara otomatis kembali ke nol. Biarkan dingin,
lalu keluarkan bahan dan alat yang disterilkan/ dikeringkan. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Wulandari, et al (2016) bahwa cara
menggunakannya yaitu dengan memasukkan alat-alat yang telah
dibungkus dengan kertas yang akan disterilkan ke dalam oven dan
menyusunnya pada rak, kemudian memanaskannya di atas api.

1.3.3 Lampu spiritus & Bunsen


Lampu spiritus adalah alat laboratorium yang menggunakan bahan
bakar spiritus (alkohol atau etanol) cair yang dibakar dengan sumbu
yang dinyalakan. Lampu spiritus berfungsi sebagai sumber api untuk
mensterilisasi alat laboratorium. Cara kerja lampu spiritus yaitu isi
lampu spiritus dengan methanol, lalu nyalakan menggunakan korek,
kemudian bila sudah digunakan tutup menggunakan penutup spiritus.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Rihi (2014) yang menyatakan bahwa
lampu spiritus digunakan sebagai sumber api pada proses pemanasan.
Prosedur kerja lampu spiritus yang pertama, isilah pembakar spiritus
menggunakan metanol. Lalu nyalakan pembakar spiritus. Setelah
digunakan, matikan api pembakar spiritus dengan langsung menutupnya
menggunakan penutup spiritus.
Bunsen merupakan alat pembakaran yang umumnya digunakan
untuk strilisasi dengan prinsip pengaturan aliran campuran udara-bahan
bakar gas secara kontinu. Hal ini didukung pernyataan Silaban (2018)
bahwa bunsen burner merupakan alat pembakaran premixed sederhana
yang dapat menghasilkan nyala api, dimana prinsipnya menggunakan
pengaturan aliran udara dan bahan bakar gas secara terus menerus.
Lampu bunsen berfungsi untuk memanaskan dan mensterilkan alat
laboratorium yang terbuat dari platina dan nikrom. Cara kerja bunsen
yaitu menyalakan bunsen dan memanaskan alat yang akan digunakan di
atas api. Hal ini sesuai dengan pernyataan Noviyanti (2013) yang
menyatakan bahwa bunsen adalah alat sterilisasi yang berbentuk botol
pendek dengan badan yang bundar. Dilengkapi dengan sumbu dan
menggunakan spiritus sebagai bahan bakar. Digunakan untuk
memanaskan medium, mensterilkan jarum inokulasi dan alat-alat yang
terbuat dari platina dan nikrom seperti jarum platina dan ose. Cara
menggunakannya yaitu menyalakan bunsen lalu memanaskan alat-alat
tersebut di atas api sampai pijar.
1.4 Alat-alat Transfer
Alat-alat yang digunakan pada proses transfer suspensi ke dalam media
diantaranya adalah jarum tanam, pipet, dan lampu bunsen atau bisa juga pembakar
spirtus. Hal ini sesuai dengan pernyataan Pratama (2016) bahwa transfer dari medium
agar cawan petri dengan ose, sedangkan transfer dari medium tabung dengan pipet. Api
yang menyala dapat membuat aliran udara karena oksigen dikonsumsi dari bawah dan
diharapkan kontaminan ikut terbakar dalam pola aliran udara tersebut. Untuk sterilisasi
jarum ose atau yang lain, bagian api yang paling cocok untuk memijarkannya adalah
bagian api yang berwarna biru (paling panas). Perubahan bunsen dapat menggunakan
bahan bakar gas atau methanol. Pada transfer dari medium agar cawan petri dengan pipet,
sebelum di inkubasi agar dalam cawan petri tersebut belum ditumbuhi mikroba dan
kondisi agar belum padat sempurna.

1.4.1 Jarum Tanam Tajam


Jarum ose (jarum tanam) memiliki nama lain jarum inoculum.
Jarum ose berfungsi untuk menanam atau memindahkan biakan. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Andriani (2016) bahwa jarum ose adalah
batang kaca yang ujungnya terdapat kawat panjang, ada yang berbentuk
lurus dan ada pula yang bulat. Berfungsi untuk memindahkan atau
mengambil koloni suatu mikrobia ke media yang akan digunakan.
Jarum tanam tajam berfungsi untuk menanam mikroba berfilamen,
seperti jamur. Hal ini sesuai dengan pernyataan Widodo (2020) bahwa
ujung jarum dapat berbentuk bulat yang untuk menanam mikroba tidak
berfilamen seperti bakteri dan juga ujung jarumnya tajam untuk
menanam mikroba berfilamen seperti jamur.
Cara kerja menggunakan jarum ose ialah mennyentuhkan ujung
jarum pada bagian mikroba. Setelah itu diangkat dan digosokkan pada
kaca preparat atau media lain. Hal ini sesuai dengan pernyataan Andriani
(2016) bahwa cara kerjanya yaitu ose disentuhkan pada bagian mikrobia
kemudian menggosokkan pada kaca preparat untuk diamati. Hendaryono
dan Wijayani (2012) menyatakan bahwa cara kerjanya yaitu jarum ose
disterilkan dengan memanaskan ujungnya sampai berpijar, kemudian
membiarkan ujung ose dingin sebelum digunakan untuk mencegah
matinya bakteri kemudian disentuhkan pada bagian mikroba kemudian
menggosokkan pada kaca preparat untuk diamati.

1.4.2 Jarum Tanam Bulat


Jarum ose (jarum tanam) memiliki nama lain jarum inoculum.
Jarum ose berfungsi untuk menanam atau memindahkan biakan. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Andriani (2016) bahwa jarum ose adalah
batang kaca yang ujungnya terdapat kawat panjang, ada yang berbentuk
lurus dan ada pula yang bulat. Berfungsi untuk memindahkan atau
mengambil koloni suatu mikrobia ke media yang akan digunakan.
Jarum tanam bulat berfungsi untuk menanam mikroba tidak
berfilamen, seperti bakteri. Hal ini sesuai dengan pernyataan Widodo
(2020) bahwa ujung jarum dapat berbentuk bulat yang untuk menanam
mikroba tidak berfilamen seperti bakteri dan juga ujung jarumnya tajam
untuk menanam mikroba berfilamen seperti jamur.
Cara kerja menggunakan jarum ose ialah mennyentuhkan ujung
jarum pada bagian mikroba. Setelah itu diangkat dan digosokkan pada
kaca preparat atau media lain. Hal ini sesuai dengan pernyataan Andriani
(2016) bahwa cara kerjanya yaitu ose disentuhkan pada bagian mikrobia
kemudian menggosokkan pada kaca preparat untuk diamati. Hendaryono
dan Wijayani (2012) menyatakan bahwa cara kerjanya yaitu jarum ose
disterilkan dengan memanaskan ujungnya sampai berpijar, kemudian
membiarkan ujung ose dingin sebelum digunakan untuk mencegah
matinya bakteri kemudian disentuhkan pada bagian mikroba kemudian
menggosokkan pada kaca preparat untuk diamati.

1.5 LAF (Laminar Air Flow)


Laminar Air Flow (LAF) merupakan alat yang digunakan untuk membuat ruang
kerja tetap steril dalam pekerjaan persiapan bahan tanaman, penanaman, dan pemindahan
tanaman dari sutu botol ke botol yang lain dalam kultur in vitro. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Harjanto & Raharjo (2017) yang menyatakan bahwa Laminar Air Flow (LAF)
merupakan suatu tempat atau meja kerja yang steril untuk melakukan kegiatan mulai dari
persiapan bahan tanam, inokulasi atau penanaman dan pemindahan tanaman dari satu
tempat ke tempat lain dalam satu kultur.
Laminar Air Flow adalah alat yang berfungsi untuk membuat ruang kerja tetap
steril dengan mengambil udara dari luar laminar disaring dengan filter khusus sehingga
udara dari luar tidak dapat mengkontaminasi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Andriani
(2016) yang menyatakan bahwa Laminar Air Flow berfungsi untuk pengerjaan sacara
aseptis karena mempunyai pola pengaturan dan penyaringan aliran udara sehingga aseptis
dan aplikasi sinar UV beberapa jam sebelum digunakan.
Cara kerja Laminar Air Flow yaitu atur alat bahan di dalam Laminar Air Flow
agar steril, lalu jaga agar sirkulasi udara tidak terganggu dan setelah selesai diamkan 2
menit agar kontaminan tetap berada di Laminar Air Flow. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Andriani (2016) yang menyatakan bahwa cara kerjanya atur alat dan bahan
yang telah dimasukan ke Laminar Air Flow sedemikian rupa sehingga efektif dalam
bekerja dan tercipta areal yang benar-benar steril. Kerja secara aseptis dan jangan sampai
pola aliran udara terganggu oleh aktivitas kerja. Setelah selesai bekerja, biarkan 2-3 menit
supaya kontaminan tidak keluar dari Laminar Air Flow.

1.6 Inkubator
Inkubator adalah perangkat dalam laboratorium yang sering digunakan untuk
mempertahankan dan mengendalikan pertumbuhan mikroorganisme. Hal ini sesuai
dengan pernyataaan Madgy (2014) bahwa inkubator adalah perangkat yang digunakan
untuk mempertahankan pertumbuhan mikroorganisme melalui suhu dengan
mengendalikan kelembaban atau faktor-faktor lain yang penting untuk pertumbuhan jenis
tertentu mikroorganisme.
Inkubator berfungsi untuk menginkubasi mikroba, alat ini dilengkapi pengatur
waktu dan suhu. Hal ini sesuai dengan pernyataan Andriani (2016) yang menyatakan
bahwa inkubator adalah alat yang berfungsi untuk menginkubasi mikroba pada suhu yang
terkontrol. Alat ini dilengkapi dengan pengatur suhu dan pengatur waktu. Kisaran suhu
untuk inkubator produksi Heraeus B5042 misalnya adalah 10-70ºC. Prinsip kerja
inkubator yaitu dengan menyimpan biakan murni mikroba pada suhu tertentu. Hal ini
sesuai pernyataan Andriani (2016) yang menyatakan bahwa inkubator memiliki prinsip
kerja yaitu dengan memasukan atau menyimpan biakan murni mikroorganisme,
kemudian mengatur suhunya, biasanya hanya dapat diatur diatas suhu tertentu.
Cara kerja incubator yaitu hubungkan kabel power ke stop kontak. Lalu putar
tombol power ke arah kiri (lampu power hijau menyala). Lalu atur suhu dalam incubator
dengan menekan tombol set. Lalu sambil menekan tombol set, putarlah tombol di sebelah
kanan atas tombol set hingga mencapai suhu yang diinginkan. Lalu setelah suhu yang
diinginkan selesai diatur, lepaskan tombol set. Lalu inkubator akan menyesuaikan
pengaturan suhu secara otomatis setelah beberapa menit. Incubator memiliki beberapa
bagian, diantaranya yaitu pengatur suhu, tombol power, tombol waktu, fresh air, tombol
pembuka, dan kaca pelindung. Bagian-bagian tersebut memiliki fungsi yang berbeda-
beda. Pengatur suhu berfungsi untuk mengatur suhu, tombol power berfungsi untuk
menyalakan dan mematikan, tombol waktu berfungsi untuk mengatur waktu, fresh air
berfungsi sebagai aliran udara, tombol pembuka berfungsi untuk membuka incubator dan
kaca pelindung berfungsi agar saat dibuka, udara luar tidak masuk ke dalam incubator.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Kezia (2016) bahwa bagian-bagian dari inkubator yaitu
pengatur suhu, fresh air untuk mengalirkan udara segar, tombol power untuk
menghidupkan dan mematikan alat, tombol waktu untuk mengatur waktu, tombol
pembuka untuk membuka inkubator, dan kaca pelindung. Kaca pelindung berfungsi
sebagai barier agar pada saat pintu dibuka, udara dari luar tidak langsung masuk ke dalam
inkubator yang dapat menurunkan suhu dalam inkubator.

1.7 Mikroskop
Mikroskop merupakan alat laboratorium yang digunakan untuk melihat struktur
mikroorganisme yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Hal ini didukung oleh
pernyataan Andriani (2016) yang menyatakan bahwa, mikroskop adalah alat yang paling
khas dalam laboratorium mikrobiologi yang memberikan perbesaran yang membuat kita
dapat melihat struktur mikroorganisme yang tidak dapat dilihat oleh mata telanjang.
Prinsip kerja mikroskop yaitu dengan prinsip perbedaan indeks bias, yaitu ketika
cahaya melewati bahan dengan kerapatan lebih besar maka akan memberiukan kesan
lebih dekat atau benda yang diamati mejadi berukuran lebih besar. Hal ini didukung
pernyataan Murtius (2018) yang menyataan bahwa mikroskop bekerja menggunakan
prinsip yang hampir sama dengan alat optik lain, yaitu berdasarkan perbedaan indeks
bias. Ketika cahaya melewati bahan dengan kerapatan yang lebih besar, maka
kecepatannya akan berubah. Cahaya kemudian merambat dengan arah yang berbeda dari
sebelumnya. Hal tersebut memberikan kesan bahwa benda memiliki ukuran yang lebih
besar atau berada lebih dekat.
Mikroskop berfungsi untuk mengamati benda atau objek berukuran mikroskopis.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Masrikhiyah (2019) bahwa mikroskop adalah suatu alat
optik yang digunakan untuk melihat benda-benda berukuran mikro, yang mampu
menghasilkan perbesaran hingga ratusan kali. Levanya et al. (2017) menyatakan bahwa
prinsip kerja mikroskop yaitu alat optik yang terdiri dari dua lensa cembung yang
digunakan untuk memperbesar benda yang sangat kecil. Kedua lensa tersebut adalah
lensa objektif dan lensa okuler. Lensa yang ditempatkan ke arah objek disebut lensa
objektif, dan yang lebih dekat ke mata kita adalah lensa okuler.
Cara kerja dalam menggunakan mikroskop yaitu meja preparat dibersihkan
dengan kain halus. Kemudian preparat diletakkan di atas meja preparat dan jepit dengan
penjepit agar preparat tidak bergerak. Pengamatan preparat dimulai dengan menggunakan
lensa objektif dengan perbesaran terkecil (misalnya 4x). Revolver diputar, sehingga lensa
objektif berada tepat satu poros / di atas preparat. Lalu sumber cahaya dinyalakan dan
fokus preparat dicari dengan cara memutar tombol fokus kasar secara perlahan-lahan.
Apabila mulai terlihat bayangan gambar pada bidang pandang mikroskop, putaran pada
fokus kasar dihentikan. Pencarian fokus preparat dilakukan dengan memutar tombol
fokus halus, sampai preparat terlihat jelas. Setelah preparat terlihat jelas/ detil,
pengamatan dapat diperbesar dengan menempatkan objektif perbesaran yang selanjutnya
(10x, 40x, atau 100x) tepat satu poros/ di atas preparat dengan memutar revolver. Setelah
selesai digunakan, preparat diambil lalu meja preparat dibersihkan menggunakan lap atau
kertas tisu yang bersih. Sisa-sisa minyak emersi pada lensa objektif dibersihkan secara
hati-hati dengan larutan xylol/ethanol 96% dengan menggunakan kertas lensa. Mikroskop
disimpan kembali dengan posisi lensa perbesaran lemah tepat di atas permukaan meja
preparat, meja preparat dan diturunkan dengan menggunakan tombol fokus sampai lensa
mencapai jarak terdekat dari permukaan meja preparat. Hal ini sesuai dengan Harijati,
dkk (2017) yang menyatakan bahwa untuk mendapatkan bayangan yang benar maka
langkah awal adalah tekan saklar (knob on/off) yang biasanya ada di kaki mikroskop pada
posisi samping Kemudian letakkan preparat pada meja benda dan jepit dengan penjepit.
Putar revolver lensa objektif dengan perbesaran 4x tepat di atas preparat (disarankan
menggunakan perbesaran objektif yang paling kecil terlebih dahulu). Cari bayangan
dengan pengatur kasar hingga diperoleh bayangan yang jelas. Untuk mendapatkan
bayangan yang lebih besar. revolver lensa objektif bisa diputar pada perbesaran 10x. Atur
ulang fokusnya dengan pengatur fokus kasar. Jika ingin mendapatkan bayangan yang
lebih kuat (40x10), putar revolver hingga lensa objektif dengan angka 40x tepat di atas
preparat. Lensa menjadi sangat dekat dengan preparat dan jangan pernah menurunkan
meja benda sebelum memutar revolver untuk perbesaran 40x10. Cari bayangan dengan
menggunakan pengatur halus pelan-pelan hingga diperoleh bayangan yang jelas.

VI. KESIMPULAN
Peralatan dasar yang diperlukan dalam penelitian Biologi jamur meliputi: alat-alat gelas,
alat-alat untuk membuat media, alat-alat sterilisasi, alat-alat transfer, alat inkubasi, alat
pengamatan, dan Laminar Air Flow. Alat-alat gelas merupakan perlatan laboratorium yang
terbuat dari bahan gelas, yang terdiri atas Cawan Petri, Kaca Penutup (Cover Slip), Kaca
Benda (Object Glass), Erlenmeyer, dan Tabung Reaksi. Alat-alat untuk membuat media
merupakan peralatan pendukung dalam pembutan media, yang terdiri atas Neraca Analitik,
Microwave, Hot Plate dan Magnetic Stirrer. Alat sterilisasi merupakan alat yang digunakan
dalam sterilisasi, yang terdiri dari Autoklaf, Oven, Lampu Spirtus, dan Lampu Bunsen. Alat-
alat transfer merupakan peralatan laboratorium yang digunakan pada proses transfer
suspensi ke dalam media diantaranya Jarum Tanam Tajam dan Jarum Tanam Bulat. Alat
inkubasi yaitu Inkubator merupakan alat yang digunakan untuk menginkubasi biakan dengan
suhu tertentu. Alat Pengamatan yaitu mikroskop merupakan perlatan laboratorium yang
digunakan untuk mengamati mikroba/sel/benda berukuran kecil atau mikroskopis. Laminar
Air Flow merupakan peralatan laboratorium yang digunakan sebagai ruang aseptis.
DAFTAR PUSTAKA
Aditia, Lasinrang. 2016. Mikrobiologi: Pengenalan Alat. Universitas Islam Negeri Alauddin:
Makassar.
Aini, N. 2015. Media Alternatif untuk Pertumbuhan jamur menggunakan Sumber Karbohidrat
yang berbeda. Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah.
Ambarwati, A., Sujono, T., Sembiring, L., dan Wahyuono, S., 2012, Uji Aktivitas Antibakteri
Isolat Actinomycetes Dari Rizosfer Padi (Oriza sativa) Terhadap Salmonella Typhosa
Dan Staphylicocus aureus, Journal of Biology, 1(1), 1-6
Andriani, R. 2016. Pengenalan Alat-Alat Laboratorium Mikrobiologi untuk Mengatasi
Keselamatan Kerja dan Keberhasilan Praktikum. Jurnal Mikrobiologi. 1(1): 1-7.
Armaleni, Nasril N., dan Anthoni Agustien. 2019. Antagonis Pseudomonas fluorescens
indegenous terhadap Ralstonia solanacearum pada Tanaman Tomat (Lycopersicum
esculentum). Jurnal Metamorfosa. 6(1): 119-122.
Artanti, F., A.R. Retno, & R. Rahmawati. 2018. Instrumentasi Mikro. Surabaya: Universitas
Muhammadiyah Surabaya.
Azizah, N.S. 2016. Perancangan Pusat Riset dan Pengembangan Teknologi Nano Bidang
Pertanian Kab. Malang. Skripsi. Malang: Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim.
Bachri, S. 2016. Pengenalan Alat Laboratorium Mikrobiologi. Kendari: Universitas Halu Oleo.
Baharuddin, Maswati dan Aziz, Fitria. 2013. Modul manajemen Laboratorium. Makassar.
Jurusan Kimia UIN Alauddin.
Bi, Geping, Xiaoyu C., Zhe Yang, And Aijin Ma. 2018. The Measuring Method For Actual Total
Magnification Of Metallographic Microscope — Digital Image Method. Materials Science
and Engineering. doi:10.1088/1757-899X/397/1/012148.
Chairunnisa, Rizqi. 2016. Pengukuran Massa Bahan Dengan Menggunakanneraca Analitik &
Ohaus. Palangkaraya: Universitas Muhammadiyah Palangkaraya.
Dermawan, R. 2013. Pengenalan Peralatan Praktikum. Jatinagor: Universitas Padjajaran.
Ginting, 2010. Penuntun praktikum kimia dasar. Erlangga. Jakarta.
Harijati, N., S. Samino, S. Indriyani, A. Soewondo. 2017. Mikroteknik Dasar. Malang: UB Press.
Harjanto, S. dan Raharjo. 2017. Peran Laminar Air Flow Cabinet dalam Uji Mikroorganisme
untuk Menunjang Keselamatan Kerja Mahasiswa di Laboratorium Mikrobiologi.
METANA. 13 (2): 55-57.
Hartatik, T. 2019. Pendekatan Praktis Deteksi Polimorfisme DNA Sapi Aceh. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press.
Haryani, D. 2014. Instrumentasi Oven. Semarang: Poltekkes Kemenkes Semarang.
Haryanti, Sri. 2019. "Pengembangan Almari Penyimpanan Terstandar Untuk Perawatan
Mikroskop di Laboratorium Jurusan Kesehatan Lingkungan." Tesis. Repository Poltekkes
Kemenkes Yogyakarta.
Hendaryono, D. P. S. dan A. Wijayani. 2012. Teknik Kultur Jaringan. Yogyakarta: Penerbit
Kanisius.
Imaningtyastuti, I. 2013 Analisa Laju Korosi Sambungan Las Pipa Stainless Steel 316 pada
Kondensor di dalam Media Larutan NaCl. Skripsi. Semarang: Universitas Diponegoro.
Jain A., Jain R., Jain S. 2020. Laminar Air Flow/Biosafety Cabinets. In: Basic Techniques in
Biochemistry, Microbiology and Molecular Biology. Springer Protocols Handbooks.
Humana, New York, NY. https://doi.org/10.1007/978-1-4939-9861-6_2
Jati, A. R. 2018. Perbedaan Kadar Total Protein Berdasarkan Penggunaan Kuvet Dan Tabung
Reaksi Baru. Skripsi. Semarang: Universitas Muhammadiyah.
Kezia, S. 2016. Mikrobiologi Sterilisasi dan Medium. Yogyakarya: Universitas Atma Jaya
Yogyakarta.
Levanya, A., S.V. Sowmya, R.S. Rao, D. Augustine, V.C. Haragannavar, & S. Nambiar. 2017.
Troubleshooters in Light Microscopy. World Journal of Dentistry. 8(6): 511-518.
Madgy, Mohamed. 2014. Brief Introduction To Pharmaceutical Microbiologist. Journal of
Microbiology & Experimentation. 1(5).
Masrikhiyah, R. 2019. Peningkatan Mutu Pengetahuan Siswa Mengenai Natural Science Di MI
Ikhsaniyah Kupu: Pengenalan dan Praktik Penggunaan Mikroskop. Randang Tana-Jurnal
Pengabdian Masyarakat. 2(1): 39-45.
Murtius, W.S. 2018. Modul Praktek Dasar Mikrobiologi. Padang: Universitas Andalas.
Noviyanti, D. 2013. Pengenalan Alat Mikrobiologi. Palembang: Institut Agama Islam Negeri
Raden Fatah Palembang.
Nugroho, E.D., & D.A. Rahayu. 2018. Penuntun Praktikum Bioteknologi. Yogyakarta:
Deepublish.
Periadnadi, Nurmiati, A. Agustien, N. Nasir, F.A. Febria, dan F. Alamsyah. 2015. Penuntun
Praktikum Mikrobiologi. Padang: Universitas Andalas.
Pratama, Aditya., dan Abdi, Anindya. 2016. Teknik Laboratorium. Surakarta: Universitas
Sebelas Maret.
Pratiwi, S.S. 2018. Penggunaan Hot Plate Magnetic Stirrer dalam Pembuatan Gliserol dari
Reaksi Hidrolisis Minyak Goreng Bekas dengan Katalis Asam Klorida. Diploma Thesis.
Semarang: Universitas Diponegoro.
Putri, M.H., Sukini, Yodong. 2017. Mikrobiologi. 2017. Jakarta : Kementrian Kesehatan
Republik Indionesia.
Rahman. F. A. 2017. Oven Mikrowave. Universitas Jenderal Soedirman: Purwokerto.
Rakhman, K. A., Saraha, A. R., & Sugrah, N. 2017. Pengembangan video penggunaan alat gelas
laboratorium kimia di universitas. Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 3(2), 161-171.
Rihi, S. 2014. Instrumentasi I. Kupang: Poltekkes Kemenkes Kupang.
Saputera, N., Zuraidah, Qomariah. 2018. Rancang Bangun Alat Sterilisasi Kesehatan
Berbasissmart Relay Zelio Sr2 B121jd. Prosiding SNRT (Seminar Nasional Riset
Terapan). ISSN 2341-5662 (Cetak).
Shin, Jung W., Hye Ryung C., Kyoung Chan Park. 2013. Stamp-Form Contact Plate: A Simple
and Useful Culture Method for Microorganisms of the Skin. Letters to the Editor - Journal
of Intensive Care. 25(1): 126-128.
Sihaloho, L.D. 2015. Laporan Pengukuran Mikrometri Diameter Batang Jatropa sp. Universitas
Negeri Semarang.
Silaban, C. 2018. Karakteristik Nyala Api pada Bunsen Burner dengan Variasi Ring yang
Dipanaskan. Skripsi. Malang: Universitas Brawijaya.
Sinto, S. 2015. Pengenalan Alat dan Bahan di Laboratorium Kimia. Banjarnegara: Politeknik
Banjarnegara.
Situmeang, Alona. 2016. Perancangan Pengaduk Magnetik Dengan Pilihan Larutan
Menggunakan Sistem Pengontrol Berbasis Arduino Uno. Laporan Penelitian.
Universitas Gunadarma.
Sulaeman, La Ode Syawal. 2016. Pengenalan Alat-Alat Laboratorium. Kendari: Jurusan
Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Halu Oleo.
Suryanta. 2010. Manajemen Operasional Laboratorium.Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogjakarta Press.
Suwastika, A.G.N. 2016. Penuntun Praktikum Mikrobiologi Pertanian. Denpasar: Program Studi
Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Udayana.
Urief, Maulana. 2012. Pengenalan alat-alat laboratorium. Jurnal mikrobiologi. Medan. USU.
Walidah, Khurmatul dkk. 2015. Autoklaf. Makalah. Universitas Jember.
Wenning, C.J. 2011. “The Levels of Inquiry Model of Science Teaching”. J. Phys. Tchr. Educ.
Online, 6(2).
Widodo, Lestanto Unggul. 2020. Dasar-Dasar Praktikum Biologi. Modul 1. Universitas
Terbuka. Diakses online pada tanggal 3 Maret 2021 pada
http://repository.ut.ac.id/4486/1/BI
Widyastuti. 2016. Pengoprasian Neraca Analitik. Semarang: UIN Walisongo.
Wulandari, M.I. 2016. Review: Studi Pustaka Peralatan yang Digunakan untuk Kultur Sel.
Farmaka Suplemen. 14(2): 207-218.
Yusmaniar. Y., W. Wardiyah, & Khairun Nida. 2017. Mikrobiologi dan Parasitologi. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
HALAMAN PENGESAHAN

Purworejo, 9 Maret 2021


Mengetahui,
Asisten, Praktikan,

Ikhnu Pawestri Wardani Astrina Oktarina


NIM. 24020118130106 NIM. 24020119130063
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai