LABORATORIUM BIOTEKNOLOGI
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2021
LAPORAN RESMI
ACARA I
PENGENALAN ALAT
I. KOMPETENSI DASAR
Mampu menentukan dan menyediakan peralatan dasar untuk penelitian biologi jamur
2.6 Inkubator
Inkubator adalah alat yang berfungsi untuk menginkubasi mikroba pada
suhu yang terkontrol. Alat ini dilengkapi dengan pengatur suhu dan pengatur
waktu. Kisaran suhu untuk inkubator produksi Heraeus B5042 misalnya adalah
10-70ºC (Andriani, 2016). Inkubator merupakan suatu peralatan yang
dipergunakan untuk proses inkubasi sesuai dengan temperatur yang diinginkan
dalam proses inkubasi tersebut. Proses inkubasi seringkali diperlukan dalam
proses ekstraksi DNA, isolasi plasmid, enzim restriksi, analisis Southern Blot,
pertumbuhan mikroba, dan sebagainya (Maftuchah, et al., 2014). Inkubator
adalah perangkat yang digunakan untuk mempertahankan pertumbuhan
mikroorganisme melalui suhu dengan mengendalikan kelembaban atau faktor-
faktor lain yang penting untuk pertumbuhan jenis tertentu mikroorganisme
(Madgy, 2014).
Inkubator adalah alat untuk menginkubasi atau memeram mikroba pada
suhu yang terkontrol. Alat ini dilengkapi dengan pengatur suhu dan pengatur
waktu digunakan untuk tumbuh dan memelihara budaya mikrobiologi atau
kultur sel. Inkubator mempertahankan suhu optimal, kelembaban dan kondisi
lain seperti karbon dioksida (CO2) dan kandungan oksigen dari atmosfer di
dalam. Inkubator sangat penting untuk banyak pekerjaan eksperimental dalam
biologi sel, mikrobiologi dan biologi molekuler dan digunakan untuk kultur
bakteri baik serta sel eukariotik. Langkah-langkah yang harus diperhatikan
dalam penggunaan incubator yakni untuk mengoperasikan incubator, colokkan
kabel inkubator pada sumber daya listrik. Siapkan sampel yang akan diinkubasi
kemudian letakkan pada rak dalam ruang inkubator kemudian tutup pintu
incubator. Jika persiapan sampel telah selesai, tekan tombol POWER pada posisi
ON, maka alat akan langsung menyala ditandai dengan display menyala. Set
TIMER dengan memutar tombol TIMER sesuai waktu yang diinginkan, di set
awal per 10 jam , jadi jika ingin menginkubasi selama 24 jam putar tombol pada
posisi 2 lebih 4 strip. Untuk set suhu, tekan tanda (<) kemudian digit hijau akan
berkedip. Naikkan atau turunkan dengan menekan (^/v) kemudian tekan MD
(enter). (Putri, dkk, 2017).
2.7 Mikroskop
Mikroskop adalah alat yang paling khas dalam laboratorium mikrobiologi.
Mikroskop memberikan perbesaran yang membuat kita dapat melihat struktur
mikroorganisme yang tidak dapat dilihat oleh mata telanjang. Mikroskop yang
tersedia memungkinkan jangkauan perbesaran yang luas dari beberapa kali
hingga ribuan kali. Mikroskop memiliki prinsip kerja yakni dengan
memantulkan cahaya melalui cermin, lalu diteruskan hingga lensa objektif. Di
lensa objektif bayangan yang dihasilkan adalah maya, terbalik, dan diperbesar.
Kemudian bayangan akan diteruskan dan menghasilkan bayangan yang tegak,
nyata dan di perbesar oleh mata pengamat (Andriani, 2016).
Mikroskop adalah alat yang digunakan untuk melihat benda yang
berukuran sangat kecil. Berdasarkan atas sumber cahayanya, mikroskop terbagi
atas mikroskop cahaya/optik dan mikroskop elektron. Mikroskop optik/cahaya
merupakan mikroskop yang menggunakan lensa dari gelas dan cahaya matahari
atau lampu sebagai sumber penyinaran. Mikroskop optik terdiri atas 2 yaitu,
mikroskop biologi dan mikroskop stereo. Ada dua jenis mikroskop elektron,
yaitu: mikroskop elektron transmisi (trasmission electron microscope, TEM) dan
mikroskop elektron payar (scanning electron microscope, SEM) (Haryanti,
2019). Mikroskop bekerja menggunakan prinsip yang hampir sama dengan alat
optik lain, yaitu berdasarkan perbedaan indeks bias. Ketika cahaya melewati
bahan dengan kerapatan yang lebih besar, maka kecepatannya akan berubah.
Cahaya kemudian merambat dengan arah yang berbeda dari sebelumnya. Hal
tersebut memberikan kesan bahwa benda memiliki ukuran yang lebih besar atau
berada lebih dekat (Murtius, 2018).
III.2 Bahan
1. PPT dan Materi Pembelajaran
2. Video Pembelajaran
(Azizah, 2016)
3. Kaca Bagian-bagian:
Benda 1. Kaca benda
(Object
glass) Fungsi:
Tempat objek
(Azizah, 2016)
4. Erlenmay Bagian-bagian:
er 1. Mulut erlenmeyer
2. Badan erlenmeyer
3. Skala
4. Dasar Erlenmeyer
Fungsi:
Tempat filtrasi, reaksi, dan sterilisasi bahan.
(Sinto, 2015)
5. Tabung Bagian-bagian:
rekasi 1. Mulut tabung
2. Badan tabung
3. Dasar tabung
Fungsi:
Menampung larutan dalam jumlah sedikit dan
(Sinto, 2015) sebagai wadah untuk penanaman jamur.
6. Neraca Bagian-bagian:
analitik 1. Pintu neraca
2. Piringan timbangan
3. Tombol mode
4. Tombol on/off
5. Tombol rezero
6. Layar
V. PEMBAHASAN
Praktikum Biologi Jamur Acara I yang berjudul Pengenalan Alat dilaksanakan pada
Rabu, 3 Maret 2021 secara online, dari pukul 13.00 WIB hingga 15.50 WIB. Tujuan
dilaksanakannya praktikum ini yaitu Mampu menentukan dan menyediakan peralatan dasar
untuk penelitian biologi jamur. Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu Laptop atau
handphone, alat tulis, buku penuntun praktikum. Adapun bahan yang digunakan yaitu PPT,
materi pembelajaran, dan video pembelajaran. Cara kerja dalam praktikum ini yaitu, alat dan
bahan disiapkan. Materi dijelaskan oleh asisten. Video pembelajaran ditampilkan oleh
asisten dipelajari dan dipahami. Laporan sementara dan resmi dikerjakan.
1.1.2 Erlenmeyer
Erlemayer merupakan peralatan gelas yang digunakan dalam laboratorium.
Erlenmayer memiliki bentuk mirip gelas beaker tetapi memiliki bagian leher yang
menyempit. Erlenmayer dilengkapi bagian skala di sepanjang dindingnya. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Baharuddin (2013) yang menyatakan bahwa
Erlenmeyer merupakan alat gelas yang sering digunakan di laboratorium. Bentuk
erlenmeyer mirip dengan gelas beaker, tetapi mempunyai leher yang menyempit
yang dilengkapi dengan skala di sepanjang dindingnya.
Gelas Erlenmeyer atau disebut juga labu erlenmeyer. Labu erlenmeyer
berfungsi sebagai tempat filtrasi, reaksi, dan sterilisasi bahan. Selain itu,
Erlenmayer juga memiliki fungsi lain seperti untuk menghomogenkan bahan,
meampung bahan dan kultivasi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Widodo (2020)
bahwa labu erlenmeyer berfungsi untuk menampung larutan, bahan, atau cairan.
Erlenmeyer dapat digunakan untuk meracik dan menghomogenkan bahan-bahan
komposisi media, menampung akuades, dan kultivasi mikroba dalam kultur cair.
Serta didukung pernyataan Maftuchah et al. (2014) bahwa tabung erlenmayer
berfungsi untuk tempat larutan atau zat cair yang akan dicampur pada proses
persiapan media. Prinsip kerja labu erlenmeyer jika untuk keperluan pemanasan
larutan sebaiknya digunakan Erlenmeyer yang tahan api.
Cara kerja menggunakan gelas Erlenmeyer yakni menuangkan larutan ke
dalam tabung. Dalam penuangan, dapat menggunakan corong atau secara
langsung. Cara kerja penggunaan Erlenmayer dalam pembuatan media yaitu
dengan menuangkan campuran medium yang telah mendidih kedalam Erlenmayer
kemudian Erlenmayer ditutup rapat dengan kapas atau aluminium foil. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Sulaeman (2016) bahwa cara menggunakan labu
erlenmeyer yaitu menuangkan larutan atau zat kimia secara langsung atau dengan
menggunakan corong. Serta didukung pernyataan Armaleni et al (2019) yang
menyatakan bahwa, penggunaan gelas erlenmeyer dalam pembuatan medium
King”s B adalah dengan memanaskan campuran sampai mendidih lalu
dimasukkan ke dalam Erlenmeyer dan tutup rapat dengan kapas dan aluminium
foil. Setelah itu Sterilisasi di dalam autoclave pada suhu 121˚C dan tekanan 1 atm
selama 15 menit (Modifikasi dari Klement et al., 1990). Kemudian dinginkan
medium sampai suhu 50˚C, dituangkan ke dalam cawan petri berukuran ±15cm
sebanyak 12 mL.
1.2.3 Microwave
Microwave merupakan alat yang digunakan untuk memanaskan bahan
dengan menggunakan gelombang micro pada tekanan atmosfer. Microwave
digunakan untuk memanaskan bahan cair atau untuk mencairkan agar-agar.
Microwave juga digunakan sebagai alat sterilisasi. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Hartatik (2019) yang menyatakan bahwa microwave adalah alat yang
mampu memanaskan dengan gelombang micro pada tekanan atmosfer.
Microwave biasa digunakan untuk memanaskan bahan cair atau mencairkan agar
agar, selain itu microwave juga dapat digunakan sebagai alat sterilisasi gelas.
Microwave berfungsi sebagai alat pemanas dengan menggunakan
gelombang macro pada tekanan atmosfer. Gelombang micro tersebut memiliki
prinsip kerja dengan melibatkan pengadukan molekul dipengaruhi oleh magnet
atau listrik yang berosilasi. Pada microwave terdapat tabung vakum elektronik/
magnetron yang berfungsi untuk menghasilkan pancaran gelombang radio
pendek. Hal ini sesuai dengn pernyataan Hal ini sesuai dengan pernyataan
Hartatik (2019) yang menyatakan bahwa microwave adalah alat yang mampu
memanaskan dengan gelombang micro pada tekanan atmosfer. Serta didukung
pernyataan Rahman (2017) yang menyatakan bahwa dalam microwave terdapat
sebuah tabung vakum elektronik yang disebut magnetron yang menghasilkan
pancaran gelombang radio yang sangat pendek (microwave). Savitri (2019) juga
menyatakan bahwa, gelombang mikro atau microwave merupakan jenis
gelombang elektromagnetik yang memiliki prinsip kerja yang melibatkan
pengadukan molekul atau ion karena dipengaruhi oleh listrik dan magnet yang
berosilasi.
Cara kerja dari microwave yaitu arus bolak balik diubah menjadi arus searah
dan arus diubah oleh magnetron untuk menghasilkan gelombang mikro, kemudian
gelombang akan diarahkan ke waveguaide dan diteruskan ke strirer kemudian
oleh strirer gelombang mikro dipantulkan ke dinding microwave. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Rahman (2017) yang menyatakan bahwa cara kerja dari
sebuah microwave dalam memanaskan sebuah objek: Arus listrik bolak-balik
dengan beda potensial rendah dan arus searah dengan beda potensial tinggi diubah
dalam bentuk arus searah. Magnetron menggunakan arus ini untuk menghasilkan
gelombang mikro dengan frekuensi 2,45 GHz. Gelombang mikro diarahkan oleh
sebuah antenna pada bagian atas magnetron ke dalam sebuah waveguide.
Waveguide meneruskan gelombang mikro ke sebuah alat yang menyerupai kipas,
disebut dengan stirrer. Stirrer menyebarkan gelombang mikro didalam ruang
microwave. Gelombang mikro ini kemudian dipantulkan oleh dinding dalam
microwave dan diserap oleh molekul.
1.3.1 Autoklaf
Autoklaf merupakan salah satu alat sterilisasi yang biasa dijumpai
pada laboratorium dengan menggunakan tekanan uap tinggi. Hal ini
sesuai pernyataan Murtius (2018) yang menyatakan bahwa autoklaf
merupakan salah satu alat yang digunakan dalam sterilisasi dengan
menggunakan uap dalam tekanan. Sterilisasi cara ini menggunakan
suhu 121oC selama 15-20 menit dengan tekanan 1 atm.
Autoklaf berfungsi untuk mensterilisasi beberapa alat dan bahan
maupun medium dengan memanfaatkan tekanan uap tinggi. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Aditia (2014) bahwa autoklaf merupakan alat
elektrik yang digunakan sebagai alat sterilisasi untuk berbagai macam
alat dan bahan yang akan disterilkan. Alat ini menggunakan uap air
panas bertekanan untuk proses sterilisasinya, sehingga alat ini paling
sering digunakan untuk sterilisasi alat, bahan maupun medium dari
mikroba.
Cara menggunakan autoklaf yaitu medium yang ingin disterilkan
dimasukkan dan autoklaf ditutup lalu sekrup dikencangkan. Keran
pengatur tempat keluar uap air dibiarkan tetap terbuka hingga semua
udara terdesak keluar. Apabila sterilisasi telah selesai autoklaf dibiarkan
tekanan turun hingga nol. Setelah tekanan menunjukkan angka nol,
keran uap air dibuka secara perlahan. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Bachri (2016) yang menyatakan bahwa cara kerja alat ini yaitu dengan
memasukkan medium yang ingin disterilkan, selanjutnya penutup
autoklaf dipasang dan sekrup dikencangkan. Keran pengatur tempat
keluar uap air dibiarkan tetap terbuka hingga semua udara terdesak
keluar. Apabila sterilisasi telah selesai autoklaf dibiarkan tekanan turun
hingga nol. Keran uap air dibuka secara perlahan. Jangan membuka
keran uap untuk mempercepat turunnya tekanan, tunggu sampai
tekanan menunjukkan angka nol.
1.3.2 Oven
Oven merupakan merupakan alat sterilisasi dengan menggunakan
udara panas kering dengan suhu sekitar 160-180ºC selama 1-2 jam. Hal
ini sesuai dengan pernyataan Murtius (2018) bahwa oven merupakan
alat sterilisasi yang menggunakan udara panas kering dengan suhu yang
biasa digunakan yaitu 160-180ºC selama 1-2 jam.
Oven berfungsi untuk mensterilisasi alat-alat laboratorium
menggunakan udara kering. Cara kerja oven yaitu pertama hubungkan
dengan sumber listrik lalu masukkan alat-alat yang ingin disterilkan.
Kemudian pencet tombol on dan atur suhu yang diinginkan, apabila
sudah selesai dinginkan alat-alat yang sudah disterilkan. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Haryani (2014) yang menyatakan bahwa oven
merupakan alat yang digunakan untuk sterilisasi dengan menggunakan
udara kering. Alat sterilisasi ini dipakai untuk mensterilkan alat-alat
gelas seperti erlenmeyer, petri dish (cawan petri), tabung reaksi dan
gelas lainnya. Bahan-bahan seperti kapas, kain dan kertas juga dapat
disterilkan dalam oven tetapi dalam temperatur tertentu, pada umumnya
temperatur yang digunakan pada sterilisasi cara kering adalah sekitar
140-170oC selama paling sedikit 2 jam.
Cara kerja oven yaitu pertama hubungkan dengan sumber listrik
lalu masukkan alat yang akan dikeringkan, atur dengan rapi lalu tutup
pintu dengan rapat. Setelah itu hidupkan alat dengan menekan tombol
on, lampu pilot akan menyala (merah dan kuning) lalu atur temperatur
suhu dan waktu yang diinginkan (Bila suhu 170oC, atur waktu 1 jam;
Bila suhu 160oC, atur waktu 2 jam; Bila suhu 150oC, atur waktu 2,5
jam; Bila suhu 140oC, atur waktu 3 jam. Bila waktu yang diatur telah
selesai, pengatur waktu secara otomatis kembali ke nol. Biarkan dingin,
lalu keluarkan bahan dan alat yang disterilkan/ dikeringkan. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Wulandari, et al (2016) bahwa cara
menggunakannya yaitu dengan memasukkan alat-alat yang telah
dibungkus dengan kertas yang akan disterilkan ke dalam oven dan
menyusunnya pada rak, kemudian memanaskannya di atas api.
1.6 Inkubator
Inkubator adalah perangkat dalam laboratorium yang sering digunakan untuk
mempertahankan dan mengendalikan pertumbuhan mikroorganisme. Hal ini sesuai
dengan pernyataaan Madgy (2014) bahwa inkubator adalah perangkat yang digunakan
untuk mempertahankan pertumbuhan mikroorganisme melalui suhu dengan
mengendalikan kelembaban atau faktor-faktor lain yang penting untuk pertumbuhan jenis
tertentu mikroorganisme.
Inkubator berfungsi untuk menginkubasi mikroba, alat ini dilengkapi pengatur
waktu dan suhu. Hal ini sesuai dengan pernyataan Andriani (2016) yang menyatakan
bahwa inkubator adalah alat yang berfungsi untuk menginkubasi mikroba pada suhu yang
terkontrol. Alat ini dilengkapi dengan pengatur suhu dan pengatur waktu. Kisaran suhu
untuk inkubator produksi Heraeus B5042 misalnya adalah 10-70ºC. Prinsip kerja
inkubator yaitu dengan menyimpan biakan murni mikroba pada suhu tertentu. Hal ini
sesuai pernyataan Andriani (2016) yang menyatakan bahwa inkubator memiliki prinsip
kerja yaitu dengan memasukan atau menyimpan biakan murni mikroorganisme,
kemudian mengatur suhunya, biasanya hanya dapat diatur diatas suhu tertentu.
Cara kerja incubator yaitu hubungkan kabel power ke stop kontak. Lalu putar
tombol power ke arah kiri (lampu power hijau menyala). Lalu atur suhu dalam incubator
dengan menekan tombol set. Lalu sambil menekan tombol set, putarlah tombol di sebelah
kanan atas tombol set hingga mencapai suhu yang diinginkan. Lalu setelah suhu yang
diinginkan selesai diatur, lepaskan tombol set. Lalu inkubator akan menyesuaikan
pengaturan suhu secara otomatis setelah beberapa menit. Incubator memiliki beberapa
bagian, diantaranya yaitu pengatur suhu, tombol power, tombol waktu, fresh air, tombol
pembuka, dan kaca pelindung. Bagian-bagian tersebut memiliki fungsi yang berbeda-
beda. Pengatur suhu berfungsi untuk mengatur suhu, tombol power berfungsi untuk
menyalakan dan mematikan, tombol waktu berfungsi untuk mengatur waktu, fresh air
berfungsi sebagai aliran udara, tombol pembuka berfungsi untuk membuka incubator dan
kaca pelindung berfungsi agar saat dibuka, udara luar tidak masuk ke dalam incubator.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Kezia (2016) bahwa bagian-bagian dari inkubator yaitu
pengatur suhu, fresh air untuk mengalirkan udara segar, tombol power untuk
menghidupkan dan mematikan alat, tombol waktu untuk mengatur waktu, tombol
pembuka untuk membuka inkubator, dan kaca pelindung. Kaca pelindung berfungsi
sebagai barier agar pada saat pintu dibuka, udara dari luar tidak langsung masuk ke dalam
inkubator yang dapat menurunkan suhu dalam inkubator.
1.7 Mikroskop
Mikroskop merupakan alat laboratorium yang digunakan untuk melihat struktur
mikroorganisme yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Hal ini didukung oleh
pernyataan Andriani (2016) yang menyatakan bahwa, mikroskop adalah alat yang paling
khas dalam laboratorium mikrobiologi yang memberikan perbesaran yang membuat kita
dapat melihat struktur mikroorganisme yang tidak dapat dilihat oleh mata telanjang.
Prinsip kerja mikroskop yaitu dengan prinsip perbedaan indeks bias, yaitu ketika
cahaya melewati bahan dengan kerapatan lebih besar maka akan memberiukan kesan
lebih dekat atau benda yang diamati mejadi berukuran lebih besar. Hal ini didukung
pernyataan Murtius (2018) yang menyataan bahwa mikroskop bekerja menggunakan
prinsip yang hampir sama dengan alat optik lain, yaitu berdasarkan perbedaan indeks
bias. Ketika cahaya melewati bahan dengan kerapatan yang lebih besar, maka
kecepatannya akan berubah. Cahaya kemudian merambat dengan arah yang berbeda dari
sebelumnya. Hal tersebut memberikan kesan bahwa benda memiliki ukuran yang lebih
besar atau berada lebih dekat.
Mikroskop berfungsi untuk mengamati benda atau objek berukuran mikroskopis.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Masrikhiyah (2019) bahwa mikroskop adalah suatu alat
optik yang digunakan untuk melihat benda-benda berukuran mikro, yang mampu
menghasilkan perbesaran hingga ratusan kali. Levanya et al. (2017) menyatakan bahwa
prinsip kerja mikroskop yaitu alat optik yang terdiri dari dua lensa cembung yang
digunakan untuk memperbesar benda yang sangat kecil. Kedua lensa tersebut adalah
lensa objektif dan lensa okuler. Lensa yang ditempatkan ke arah objek disebut lensa
objektif, dan yang lebih dekat ke mata kita adalah lensa okuler.
Cara kerja dalam menggunakan mikroskop yaitu meja preparat dibersihkan
dengan kain halus. Kemudian preparat diletakkan di atas meja preparat dan jepit dengan
penjepit agar preparat tidak bergerak. Pengamatan preparat dimulai dengan menggunakan
lensa objektif dengan perbesaran terkecil (misalnya 4x). Revolver diputar, sehingga lensa
objektif berada tepat satu poros / di atas preparat. Lalu sumber cahaya dinyalakan dan
fokus preparat dicari dengan cara memutar tombol fokus kasar secara perlahan-lahan.
Apabila mulai terlihat bayangan gambar pada bidang pandang mikroskop, putaran pada
fokus kasar dihentikan. Pencarian fokus preparat dilakukan dengan memutar tombol
fokus halus, sampai preparat terlihat jelas. Setelah preparat terlihat jelas/ detil,
pengamatan dapat diperbesar dengan menempatkan objektif perbesaran yang selanjutnya
(10x, 40x, atau 100x) tepat satu poros/ di atas preparat dengan memutar revolver. Setelah
selesai digunakan, preparat diambil lalu meja preparat dibersihkan menggunakan lap atau
kertas tisu yang bersih. Sisa-sisa minyak emersi pada lensa objektif dibersihkan secara
hati-hati dengan larutan xylol/ethanol 96% dengan menggunakan kertas lensa. Mikroskop
disimpan kembali dengan posisi lensa perbesaran lemah tepat di atas permukaan meja
preparat, meja preparat dan diturunkan dengan menggunakan tombol fokus sampai lensa
mencapai jarak terdekat dari permukaan meja preparat. Hal ini sesuai dengan Harijati,
dkk (2017) yang menyatakan bahwa untuk mendapatkan bayangan yang benar maka
langkah awal adalah tekan saklar (knob on/off) yang biasanya ada di kaki mikroskop pada
posisi samping Kemudian letakkan preparat pada meja benda dan jepit dengan penjepit.
Putar revolver lensa objektif dengan perbesaran 4x tepat di atas preparat (disarankan
menggunakan perbesaran objektif yang paling kecil terlebih dahulu). Cari bayangan
dengan pengatur kasar hingga diperoleh bayangan yang jelas. Untuk mendapatkan
bayangan yang lebih besar. revolver lensa objektif bisa diputar pada perbesaran 10x. Atur
ulang fokusnya dengan pengatur fokus kasar. Jika ingin mendapatkan bayangan yang
lebih kuat (40x10), putar revolver hingga lensa objektif dengan angka 40x tepat di atas
preparat. Lensa menjadi sangat dekat dengan preparat dan jangan pernah menurunkan
meja benda sebelum memutar revolver untuk perbesaran 40x10. Cari bayangan dengan
menggunakan pengatur halus pelan-pelan hingga diperoleh bayangan yang jelas.
VI. KESIMPULAN
Peralatan dasar yang diperlukan dalam penelitian Biologi jamur meliputi: alat-alat gelas,
alat-alat untuk membuat media, alat-alat sterilisasi, alat-alat transfer, alat inkubasi, alat
pengamatan, dan Laminar Air Flow. Alat-alat gelas merupakan perlatan laboratorium yang
terbuat dari bahan gelas, yang terdiri atas Cawan Petri, Kaca Penutup (Cover Slip), Kaca
Benda (Object Glass), Erlenmeyer, dan Tabung Reaksi. Alat-alat untuk membuat media
merupakan peralatan pendukung dalam pembutan media, yang terdiri atas Neraca Analitik,
Microwave, Hot Plate dan Magnetic Stirrer. Alat sterilisasi merupakan alat yang digunakan
dalam sterilisasi, yang terdiri dari Autoklaf, Oven, Lampu Spirtus, dan Lampu Bunsen. Alat-
alat transfer merupakan peralatan laboratorium yang digunakan pada proses transfer
suspensi ke dalam media diantaranya Jarum Tanam Tajam dan Jarum Tanam Bulat. Alat
inkubasi yaitu Inkubator merupakan alat yang digunakan untuk menginkubasi biakan dengan
suhu tertentu. Alat Pengamatan yaitu mikroskop merupakan perlatan laboratorium yang
digunakan untuk mengamati mikroba/sel/benda berukuran kecil atau mikroskopis. Laminar
Air Flow merupakan peralatan laboratorium yang digunakan sebagai ruang aseptis.
DAFTAR PUSTAKA
Aditia, Lasinrang. 2016. Mikrobiologi: Pengenalan Alat. Universitas Islam Negeri Alauddin:
Makassar.
Aini, N. 2015. Media Alternatif untuk Pertumbuhan jamur menggunakan Sumber Karbohidrat
yang berbeda. Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah.
Ambarwati, A., Sujono, T., Sembiring, L., dan Wahyuono, S., 2012, Uji Aktivitas Antibakteri
Isolat Actinomycetes Dari Rizosfer Padi (Oriza sativa) Terhadap Salmonella Typhosa
Dan Staphylicocus aureus, Journal of Biology, 1(1), 1-6
Andriani, R. 2016. Pengenalan Alat-Alat Laboratorium Mikrobiologi untuk Mengatasi
Keselamatan Kerja dan Keberhasilan Praktikum. Jurnal Mikrobiologi. 1(1): 1-7.
Armaleni, Nasril N., dan Anthoni Agustien. 2019. Antagonis Pseudomonas fluorescens
indegenous terhadap Ralstonia solanacearum pada Tanaman Tomat (Lycopersicum
esculentum). Jurnal Metamorfosa. 6(1): 119-122.
Artanti, F., A.R. Retno, & R. Rahmawati. 2018. Instrumentasi Mikro. Surabaya: Universitas
Muhammadiyah Surabaya.
Azizah, N.S. 2016. Perancangan Pusat Riset dan Pengembangan Teknologi Nano Bidang
Pertanian Kab. Malang. Skripsi. Malang: Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim.
Bachri, S. 2016. Pengenalan Alat Laboratorium Mikrobiologi. Kendari: Universitas Halu Oleo.
Baharuddin, Maswati dan Aziz, Fitria. 2013. Modul manajemen Laboratorium. Makassar.
Jurusan Kimia UIN Alauddin.
Bi, Geping, Xiaoyu C., Zhe Yang, And Aijin Ma. 2018. The Measuring Method For Actual Total
Magnification Of Metallographic Microscope — Digital Image Method. Materials Science
and Engineering. doi:10.1088/1757-899X/397/1/012148.
Chairunnisa, Rizqi. 2016. Pengukuran Massa Bahan Dengan Menggunakanneraca Analitik &
Ohaus. Palangkaraya: Universitas Muhammadiyah Palangkaraya.
Dermawan, R. 2013. Pengenalan Peralatan Praktikum. Jatinagor: Universitas Padjajaran.
Ginting, 2010. Penuntun praktikum kimia dasar. Erlangga. Jakarta.
Harijati, N., S. Samino, S. Indriyani, A. Soewondo. 2017. Mikroteknik Dasar. Malang: UB Press.
Harjanto, S. dan Raharjo. 2017. Peran Laminar Air Flow Cabinet dalam Uji Mikroorganisme
untuk Menunjang Keselamatan Kerja Mahasiswa di Laboratorium Mikrobiologi.
METANA. 13 (2): 55-57.
Hartatik, T. 2019. Pendekatan Praktis Deteksi Polimorfisme DNA Sapi Aceh. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press.
Haryani, D. 2014. Instrumentasi Oven. Semarang: Poltekkes Kemenkes Semarang.
Haryanti, Sri. 2019. "Pengembangan Almari Penyimpanan Terstandar Untuk Perawatan
Mikroskop di Laboratorium Jurusan Kesehatan Lingkungan." Tesis. Repository Poltekkes
Kemenkes Yogyakarta.
Hendaryono, D. P. S. dan A. Wijayani. 2012. Teknik Kultur Jaringan. Yogyakarta: Penerbit
Kanisius.
Imaningtyastuti, I. 2013 Analisa Laju Korosi Sambungan Las Pipa Stainless Steel 316 pada
Kondensor di dalam Media Larutan NaCl. Skripsi. Semarang: Universitas Diponegoro.
Jain A., Jain R., Jain S. 2020. Laminar Air Flow/Biosafety Cabinets. In: Basic Techniques in
Biochemistry, Microbiology and Molecular Biology. Springer Protocols Handbooks.
Humana, New York, NY. https://doi.org/10.1007/978-1-4939-9861-6_2
Jati, A. R. 2018. Perbedaan Kadar Total Protein Berdasarkan Penggunaan Kuvet Dan Tabung
Reaksi Baru. Skripsi. Semarang: Universitas Muhammadiyah.
Kezia, S. 2016. Mikrobiologi Sterilisasi dan Medium. Yogyakarya: Universitas Atma Jaya
Yogyakarta.
Levanya, A., S.V. Sowmya, R.S. Rao, D. Augustine, V.C. Haragannavar, & S. Nambiar. 2017.
Troubleshooters in Light Microscopy. World Journal of Dentistry. 8(6): 511-518.
Madgy, Mohamed. 2014. Brief Introduction To Pharmaceutical Microbiologist. Journal of
Microbiology & Experimentation. 1(5).
Masrikhiyah, R. 2019. Peningkatan Mutu Pengetahuan Siswa Mengenai Natural Science Di MI
Ikhsaniyah Kupu: Pengenalan dan Praktik Penggunaan Mikroskop. Randang Tana-Jurnal
Pengabdian Masyarakat. 2(1): 39-45.
Murtius, W.S. 2018. Modul Praktek Dasar Mikrobiologi. Padang: Universitas Andalas.
Noviyanti, D. 2013. Pengenalan Alat Mikrobiologi. Palembang: Institut Agama Islam Negeri
Raden Fatah Palembang.
Nugroho, E.D., & D.A. Rahayu. 2018. Penuntun Praktikum Bioteknologi. Yogyakarta:
Deepublish.
Periadnadi, Nurmiati, A. Agustien, N. Nasir, F.A. Febria, dan F. Alamsyah. 2015. Penuntun
Praktikum Mikrobiologi. Padang: Universitas Andalas.
Pratama, Aditya., dan Abdi, Anindya. 2016. Teknik Laboratorium. Surakarta: Universitas
Sebelas Maret.
Pratiwi, S.S. 2018. Penggunaan Hot Plate Magnetic Stirrer dalam Pembuatan Gliserol dari
Reaksi Hidrolisis Minyak Goreng Bekas dengan Katalis Asam Klorida. Diploma Thesis.
Semarang: Universitas Diponegoro.
Putri, M.H., Sukini, Yodong. 2017. Mikrobiologi. 2017. Jakarta : Kementrian Kesehatan
Republik Indionesia.
Rahman. F. A. 2017. Oven Mikrowave. Universitas Jenderal Soedirman: Purwokerto.
Rakhman, K. A., Saraha, A. R., & Sugrah, N. 2017. Pengembangan video penggunaan alat gelas
laboratorium kimia di universitas. Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 3(2), 161-171.
Rihi, S. 2014. Instrumentasi I. Kupang: Poltekkes Kemenkes Kupang.
Saputera, N., Zuraidah, Qomariah. 2018. Rancang Bangun Alat Sterilisasi Kesehatan
Berbasissmart Relay Zelio Sr2 B121jd. Prosiding SNRT (Seminar Nasional Riset
Terapan). ISSN 2341-5662 (Cetak).
Shin, Jung W., Hye Ryung C., Kyoung Chan Park. 2013. Stamp-Form Contact Plate: A Simple
and Useful Culture Method for Microorganisms of the Skin. Letters to the Editor - Journal
of Intensive Care. 25(1): 126-128.
Sihaloho, L.D. 2015. Laporan Pengukuran Mikrometri Diameter Batang Jatropa sp. Universitas
Negeri Semarang.
Silaban, C. 2018. Karakteristik Nyala Api pada Bunsen Burner dengan Variasi Ring yang
Dipanaskan. Skripsi. Malang: Universitas Brawijaya.
Sinto, S. 2015. Pengenalan Alat dan Bahan di Laboratorium Kimia. Banjarnegara: Politeknik
Banjarnegara.
Situmeang, Alona. 2016. Perancangan Pengaduk Magnetik Dengan Pilihan Larutan
Menggunakan Sistem Pengontrol Berbasis Arduino Uno. Laporan Penelitian.
Universitas Gunadarma.
Sulaeman, La Ode Syawal. 2016. Pengenalan Alat-Alat Laboratorium. Kendari: Jurusan
Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Halu Oleo.
Suryanta. 2010. Manajemen Operasional Laboratorium.Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogjakarta Press.
Suwastika, A.G.N. 2016. Penuntun Praktikum Mikrobiologi Pertanian. Denpasar: Program Studi
Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Udayana.
Urief, Maulana. 2012. Pengenalan alat-alat laboratorium. Jurnal mikrobiologi. Medan. USU.
Walidah, Khurmatul dkk. 2015. Autoklaf. Makalah. Universitas Jember.
Wenning, C.J. 2011. “The Levels of Inquiry Model of Science Teaching”. J. Phys. Tchr. Educ.
Online, 6(2).
Widodo, Lestanto Unggul. 2020. Dasar-Dasar Praktikum Biologi. Modul 1. Universitas
Terbuka. Diakses online pada tanggal 3 Maret 2021 pada
http://repository.ut.ac.id/4486/1/BI
Widyastuti. 2016. Pengoprasian Neraca Analitik. Semarang: UIN Walisongo.
Wulandari, M.I. 2016. Review: Studi Pustaka Peralatan yang Digunakan untuk Kultur Sel.
Farmaka Suplemen. 14(2): 207-218.
Yusmaniar. Y., W. Wardiyah, & Khairun Nida. 2017. Mikrobiologi dan Parasitologi. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
HALAMAN PENGESAHAN